Anda di halaman 1dari 8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Tabel 3.1 Pengaruh komposisi umpan terhadap 0Brix
0

Fraksi volum etanol


10%
15%
20%
25%
30%
35%

Brix
1,5
2
2,5
3
4
5

6
5
4

Brix

f(x) = 13.71x - 0.09


R = 0.97

3
2
1
0
0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

Fraksi Etanol (% volum)

Gambar 3.1 Kurva standarisasi fraksi etanol dan 0Brix

0.4

Tabel 3.2 Komposisi etanol (oBrix) pada temperatur kesetimbangan


Fraksi volum
etanol
10%
15%
20%
25%
30%
35%

Temperatur
kesetimbangan
(0K)
372
371.5
371
370.8
368
367

Komposisi
kondensat
(0Brix)
4,5
4,25
4,5
5
5
3,5

Komposisi
cairan
(0Brix)
1,0
0,5
1,25
0,5
1,5
1,5

Tabel 3.3 Komposisi etanol (fraksi volum) dan Psat pada kesetimbangan
Fraksi volum
etanol
10%
15%
20%
25%
30%
35%

Komposisi Komposisi Fraksi volum


kondensat
cairan
etanol pada
0
0
( Brix)
( Brix)
kondensat
4,5
1,0
0.321934
4,25
0,5
0.303704
4,5
1,25
0.321934
5
0,5
0.358393
5
1,5
0.358393
3,5
1,5
0.249016

Fraksi volum
etanol pada
cairan
0.06672
0.030261
0.08495
0.030261
0.103179
0.103179

Tabel 3.3 Komposisi etanol (fraksi volum) dan Psat pada kesetimbangan
Fraksi
volum
etanol
10%
15%
20%
25%
30%
35%

Komposisi
kondensat
(0Brix)
4,5
4,25
4,5
5
5
3,5

Komposisi
cairan
(0Brix)
1,0
0,5
1,25
0,5
1,5
1,5

Fraksi volum
etanol pada
kondensat
0.321934
0.303704
0.321934
0.358393
0.358393
0.249016

Tabel 3.4 Perbandingan % berat etanol dengan literatur

Fraksi volum
etanol pada
cairan
0.06672
0.030261
0.08495
0.030261
0.103179
0.103179

Psat (etanol)
(mmHg)
1641.42
1612.995
1584.978
1573.884
1425.19
1374.99

Fraksi etanol
pada kondensat
0.321934
0.303704
0.321934
0.358393
0.358393
0.249016

Fraksi etanol pada


kondensat (y1
literatur)*
0,101
0,1515
0,198
0,21
0,386
0,4299

Fraksi etanol
pada cairan
0.06672
0.030261
0.08495
0.030261
0.103179
0.103179

Fraksi etanol pada


cairan (x1
literatur)*
0,105
0,0157
0,02
0,0231
0,529
0,0676

*Sumber: Geankoplis (1997)

Hubungan Yd & Xw Percobaan dengan Temperatur


0.4
0.35
0.3
0.25
Komposisi

0.25

xw

0.2

yd

0.15
0.1

0.1

0.05
0
93

94

95

96

97

98

99

100

Temperatur 0C

Gambar 3.2 Kurva hubungan antara Yd & Xw percobaan dengan Temperatur

Hubungan Yd & Xw Literatur dengan Temperatur


0.6
0.5
0.43

0.4

xw

Komposisi 0.3

yd

0.2
0.1

0.07

0
93

94

95

96

97

98

99

100

Temperatur 0C

Gambar 3.3 Kurva hubungan antara Yd & Xw literatur dengan Temperatur

Hubungan Xw Percobaan & Literatur dengan Temperatur


0.6
0.5
0.4
xw lit

Komposisi 0.3

xw perc

0.2
0.1
0
93

0.1
0.07
94

95

96

97

98

99

100

Temperatur 0C

Gambar 3.4 Kurva hubungan antara Xw percobaan & literatur dengan Temperatur

Hubungan K Percobaan & Literatur dengan Temperatur


12
10
8
Komposisi

k lit

6.36

k perc

4
2
0
93

1.81
94

95

96

97

98

99

100

Temperatur 0C

Gambar 3.5 Kurva hubungan antara K percobaan & literatur dengan Temperatur

Tabel 3.5 Konstanta kesetimbangan (K) percobaan dan literatur


Fraksi volum etanol
10%
15%
20%
25%
30%
35%

K percobaan
2.159763
2.122362
2.085497
2.0709
1.87525
1.809198

K literatur
0.961905
9.649682
9.9
9.090909
0.729679
6.359467

Hubungan K Percobaan & Literatur dengan Temperatur


0.6
0.5
0.4
Komposisi 0.3

0.43

yd prc
yd lit
xw perc

0.25

xw lit

0.2
0.1
0
93

94

95

96

97

98

99

100

Temperatur 0C

Gambar 3.6 Kurva hubungan komposisi etanol dan temperatur


3.2 Pembahasan
Pada percobaan KUC, terlebih dahulu dilakukan standarisasi fraksi volum etanol
terhadap 0Brix. Kurva hubungan fraksi etanol dengan 0Brix dapat dilihat pada Gambar 3.1 di
atas. Semakin besar % volum etanol maka semakin besar pula 0Brix. Hal ini dikarenakan 0Brix
didapat dari pembiasan cahaya oleh larutan yang tertentu. Semakin tinggi konsentrasi larutan,
maka akan semakin banyak cahaya yang dibiaskan ke dalam alat hand refractometer. Cahaya
yang dibiaskan kedalam alat tersebut akan dijadikan sebagai penunjuk skala yang diamati oleh
pengamat, semakin banyak cahaya yang masuk kedalam alat, maka akan semakin tinggi pula
skala yang akan ditunjukkan oleh alat hand refractometer tersebut.
Pada gambar 3.2 dapat dilihat kurva hubungan komposisi etanol yang didapat dari
percobaan dengan temperatur kesetimbangan. Dari kurva dapat dilihat kecenderungan etanol
pada fasa uap dan cair semakin meningkat seiring menurunnya suhu kesetimbangan. Dengan
kata lain, semakin rendah suhu maka akan semakin tinggi komposisi etanol. Hal ini dikarenakan
titik didih etanol (760C) yang lebih kecil dari pada titik didih air (100 0C), sehingga jika semakin
tinggi konsentrasi etanol di dalam suatu larutan maka titik didih larutan akan lebih didominasi

oleh titik didih etanol yang lebih rendah dari pada titik didih air. Namun, terdapat beberapa data
yang tidak sesuai, hal ini dikarenakan ketidak akuratan dalam pembacaan skala
handrefractometer. Begitu pula halnya dengan gambar 3.3 yang menunjukkan kecenderungan
kurva hubungan komposisi etanol literatur dengan temperature kesetimbangan. Semakin tinggi
konsentrasi etanol dalam suatu larutan maka akan semakin rendah suhu yang dibutuhkan untuk
membuat keadaan larutan tersebut menjadi setimbang.
Pada gambar 3.4 dapat dilihat hubungan komposisi cair (Xw) percobaan dan literatur
dengan temperatur kesetimbangan. Kurva percobaan berada dibawah kurva literatur walaupun
kedua kurva menunjukkan nilai Xw yang semakin tinggi seiring menurunnya suhu
kesetimbangan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengukuran konsentrasi etanol yang kurang akurat
pada saat percobaan. Kekurangcermatan dalam pengukuran konsentrasi etanol tersebut dapat
disebabkan banyaknya etanol yang menguap sebelum diukur dengan alat hand refractometer.
Kurva hubungan antara nilai K yang didapat dari percobaan dan K literatur dapat dilihat
pada gambar 3.5. Kurva percobaan cenderung menunjukkan menurunnya nilai K terhadap
temperatur kesetimbangan. Secara umum, kurva percobaan sama-sama menunjukkan nilai K
yang semakin rendah seiring menurunnya temperature kesetimbangan. Namun pada beberapa
titik pada kurva percobaan dapat dilihat kenaikan nilai K seiring menurunnya temperatur
kesetimbangan walaupun tidak terlalu signifikan. Kenaikan ini dapat disebabkan oleh kekeliruan
pengukuran pada saat mengukur konsentrasi etanol dengan alat hand refractometer.
. Pada Gambar 3.6 kurva komposisi etanol dalam fasa cair dan fraksi etanol pada fasa uap
berada di bawah kurva literatur. Hal ini dikarenakan waktu pengambilan sampel kondensat dan
cair tidak dilakukan secara bersamaan sehingga kondensat kembali bercampur dengan larutan.
Error juga dapat disebabkan penanganan etanol yang kurang baik sebelum dianalisa
menggunakan hand refractometer.

BAB IV
KESIMPULAN

Semakin besar fraksi etanol dalam campuran maka 0Brix akan semakin besar pula.
Jika fraksi etanol diperbesar dalam campuran maka fraksi etanol dalam fasa uap dan fasa cair

akan meningkat.
Jika fraksi etanol dalam campuran diperbesar maka temperatur kesetimbangan akan

menurun.
Apabila fraksi etanol dalam campuran diperbesar maka nilai K akan semakin kecil.

SARAN

Pengambilan sampel kondensat dan cair harus dilakukan secara bersamaan sehingga

kondensat tidak kembali bercampur dengan larutan.


Pengukuran konsentrasi larutan dilakukan secara cepat sehingga tidak terlalu banyak

alkohol yang berkurang karena teruap.


Perlakuan larutan pada saat pengukuran harus dilakukan secara baik karena kekeliruan
pada saat pengukuran berpengaruh pada perhitungan dan hasil akhir.

Anda mungkin juga menyukai