Anda di halaman 1dari 31

Vertigo

dr. Hendy Buana Vijaya


Pendamping : dr. Agus Asari

Pendahuluan
Topik : Vertigo
Tanggal : 24 september 2014
Tujuan :
Mampu mendiagnosis vertigo
Mampu melakukan penatalaksanaan pada
pasien vertigo
Mampu melakukan edukasi kepada pasien
tentang vertigo

Data pasien
Nama
Umur
Pekerjaan
No RMK
Terdaftar

:
:
:
:
:

Ny. M
34 th
IRT
054991
23 September 2014

Subjektif (anemnesis)
Pasien mengeluh pusing + 1 hari, pasien merasakan
seolah-olah ruangan berputar-putar, pusing dirasakan
hilang timbul, pusing bertambah ketika membuka mata
sehingga pasien sering menutup mata dan pasien juga
mengeluh pusijg bertambah apabila melakukan
perubahan posisi. Pasien tidak ada mengeluh telinga
berdenging, tidak ada mengeluh mengalami penuruanan
pendengaran. Pasien ada mengeluh mual dan muntah.
Pasien menyangkal adanya sakit kepala, demam, batuk
pilek, diare, serta pasien tidak ada mengeluh jantung
berdebar dan nyeri otot-otot. Pasien mengaku makan
seperti biasa dan buang air besar seperti biasa. Pasien
tidak ada riwayat meminum obat-obatan dan terjatuh.

Riwayat pengobatan : Riwayat kesehatan/penyakit : DM (-), HT (-),


Asma (-), mengkonsumsi alkkohol (-),
keluhan yang sama (-)
Riwayat keluarga : HT (-), DM (-)

Objektif
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran: kompos mentis
Tanda vital
:
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80xmenit
RR
: 20x/menit
Suhu
: 37,1 C

Kepala :
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
bibir simetris (+)
deviasi lidah (-)
Dix hallpike, nistagmus (+/+)

Thorak

:
I : pernafasan simetris, retraksi (-)
P: sono
P: fremitus vokal simetris
A: Rh (-/-), wh (-/-), S1>S2 reguler, bisng (-), gallop (-)

Abdomen

I : datar
A: BU (+)
P: nyeri tekan (+), hepatosplenomegali (-)
P: timpani
Ekstremitas

:
Akral hangat (+/+),Edem (-/-), tremor (-/-)
Parese (-/-), motoik eks atas 5/5, motorik eks bawah 5/5
CRT < 2 detik

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

satuan

Hemoglobin

14,2

P : 13-18 W :
12-16

Gr/dl

Leukosit

12.000

4000-11.000

/ul

Trombosit

335.000

150-450 ribu

/ul

hematokrit

43

37-45

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

satuan

GDS

168

70-115

Mg/dl

Obat yang di dapat


Infus Ringer Laktat 20 tpm
Injeksi ondansetron 3 x 8 mg
Injeksi ranitidin 2 x 50 mg
peroral mertigo 3 x 12 mg
Peroral siberid 3 x 10 mg

Asessment
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek dan
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil
(giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan
tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala
atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut
(pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

Manusia berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil dibandingkan


dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih
memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain
itu diperlukan juga informasi gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan
perubahan sekelilingnya

Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang


melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta
sistim vestibuler dan serebelum sebagai pengolah
informasinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif
juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak
anggota tubuh

Rasa pusing disebabkan oleh gangguan alat


keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi
oleh susunan saraf pusat.

Teori rangsang berlebihan (overstimulation)


Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan
muntah.

Vertigo periferal terjadi jika terdapat


gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah
yang bertugas mengontrol keseimbangan
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada
sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan,
yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil). Bisa berupa kelainan
vaskular maupun adanya masa.

Teori konflik sensorik


Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan
sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus
(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga
jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika
pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha adaptasi
gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan,
sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin (Lucat)
yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi
dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan
daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF
(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan
susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala
penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi
setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

Keadaan lingkungan
-Motion sickness(mabuk darat, mabuk laut)
Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack(gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) padaarteri vertebraldanarteri basiler
Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satukanalis semisirkularisdi dalam telinga bagian
dalam (menyebabkanbenign paroxysmal positional vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
-Herpes zoster
-Labirintitis(infeksilabirindi dalam telinga)
- Peradangansaraf vestibuler
- PenyakitMeniere
Kelainan neurologis/saraf
-Sklerosis multipel
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera padalabirin, persarafannya atau
keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekansaraf vestibularis.

Penatalaksanaan vertigo
Seperti diuraikan di atas vertigo bukan
suatu penyakit tersendiri, melainkan gejala
dari penyakit yang letak lesi dan
penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena
itu, pada setiap penderita vertigo harus
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat dan terarah untuk menentukan
bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya.

Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang,


berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.
Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya
vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang
timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa
penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik.
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya
menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik
dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga
kemungkinan trauma akustik.

Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik diarahkan ke
kemungkinan penyebab sistemik.
Pemeriksaan Neurologis.
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan
perhatian khusus pada:

Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan
kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup.
Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus
dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Uji Unter Berger


Uji Past Pointing

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis


Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di
sentral atau perifer
a. Uji diphallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan
lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus,
dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (nonfatigue).

Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga
kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua
telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air
hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak
setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung
lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau
directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis
ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah
nistagmus yang sama di masing-masing telinga

Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.
Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke
sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti
Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus,
kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik
(kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi) dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan).

Terapi
Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal
(jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk
memperbaiki ketidak seimbangan vestibuler
melalui modulasi transmisi saraf; umumnya
digunakan obat yang bersifat antikolinergik.
Antihistamine mempunyai efek supresif
pada pusat muntah sehingga dapat
mengurangi mual dan muntah karena
motion sickness.

Obat-obatan yang sering digunakan pada terapi


simptomatik vertigo (sedatif vestibular)

Planning
Pada pasien di rawat dan dilakukan pemeriksaan penunjang. Indikasi di
rawat pasien karena pasien mengeluh tidak bisa beraktifitas sama sekali,
serta di sertai muntah. Pasien diberikan infus cairan ringer laktat dan obat
simptomatik berupa anti emetik ondansetron 8 mg, h2 bloker ranitidin 50
mg dua dosis per hari. Pasien mendapatkan juga obat vertigo berupa
betahistin 12 mg tiga dosis dalam sehari dan dikombinasikan dengan
flunarizine 10 mg tiga dosis dalam sehari.
Edukasi pada pasien dengan memberikan informasi berupa :
Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi
Bangun perlahan sebelum berdiri
Melakukan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
melakukan olahraga yang teratur
Melakukan latihan Brand Daroff yaitu Pasien duduk tegak di tepi tempat
tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup
baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30
detik, setelah itu duduk kembali selama 30 detik, baringkan tubuh dengan
cepat ke sisi yang lain, pertahankan selama 30 detik. Lalu duduk kembali.

Metode Brand Daroff

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai