LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
BATUAN BEKU
Dasar Teori
Magma yang merupakan asal batuan beku bersifat panas dan secara
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Ketika temperatur magma semakin menurun, mineral lainnya akan
terbentuk dengan baik (seperti piroksen dan bitonit, salah satu tipe mineral
felspar). Bagaimanapun juga, mineral yang pertama terbentuk tidak dapat
berada di dalam magma bersama dengan mineral yang terbentuk kemudian, apabila
mineral
tersebut akan bereaksi atau terlarut kembali ke dalam magma. Proses ini berulang
beberapa kali sepanjang temperatur magma yang semakin menurun hingga
pada kondisi dimana mineral terakhir dapat terbentuk. Kumpulan akhir mineral
yang terbentuk dari proses pendinginan magma ini dipengaruhi oleh tiga faktor:
komposisi asal dari magma, derajat pendinginan dari mineral yang telah
terbentuk saat terpisah dari magma asal dan kecepatan pendinginan magma
maka terbentuklah batuan beku (Anonim, 2013).
Dengan adanya berbagai variable atau faktor yang mempengaruhi
proses pembekuan magma maupun yang terdapat dalam magma itu sendiri,
maka dihasilkan batuan beku yang bervariasi. Faktor faktor tersebut misalnya
proses diferensiasi magma, viskositas magma yang membeku, proses
pembekuan magma di dalam atau permukaan bumi dan sebagainya (Indira,
2010).
Penggolongan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu hingga
sekarang. Berbagai cara sudah dilakukan seperti penggabungan jenis jenis
yang sama dalam satu golongan dan pemisahan dari jenis yang tidak mampu
menunjukkan persamaan. Karena tidak ada kesempatan dari para ahli petrologi
dalam mengklasifikasikan batuan beku maka mengakibatkan berbagai
klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda berbeda. Perbedaan ini sangat
berpengaruh atas dasar menggunakan dasar klasifikasi pada berbagai lapangan
pekerjaan dan menurut kegunaan masing masing
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terjadi dari proses
pembekuan magma, baik yang terbentuk
di
bawah
permukaan
bumi
(ekstrusi) dan juga intrusi magma (plutonik). Ciri khas dari batuan beku
adalah teksturnya
yang
berasal dari hasil proses pembekuan magma. Igneous berasal dari kata ignis
yang
berarti api atau pijar, karena magma merupakan material silikat yang
panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi. Magma merupakan material
silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan temperature
berlisar antara 600oC sampai 1500oC (Dani, 2009).
2.2.1. Penggolongan Batuan Beku
Penggolongan
yaitu :
1. Berdasarkan genesanya:
a. Batuan beku intrusif
Ketika magma mengintrusi lapisan kerak bumi dan
membeku, batuan beku yang dihasilkannya disebut batuan
intrusi. Ahli geologi mendeskripsikan intrusi berdasarkan pada
ukuran, bentuk dan posisinya konkordan (paralel terhadap
struktur batuan sekitarnya) atau diskordan (memotong terhadap
struktur batuan sekitarnya). Contoh dari intrusi konkordan
adalah lapisan batuan beku yang terbentuk ketika magma
mengalir paralel di antara lapisan horizontal batuan sekitarnya.
Intrusi diskordan akan terbentuk ketika magma mengalir melalui
rekahan batuan sekitarnya, dan rekahan tersebut membentuk
sudut terhadap lapisan batuan sekitarnya (Anonim, 2013).
1) Batolit adalah intrusi dengan area luas penampang lebih dari
100 km2, umumnya terbentuk dari granit, granodiorit dan
diorit. Batolit dalam umumnya konkordan, sedangkan batolit
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dangkal umumnya diskordan. Batolit dalam dimensinya
dapat sangat besar. Batolit Coast Range di Amerika Utara
lebarnya 100 hingga 200 km dan memanjang sejauh 600 km
melewati Alaska dan British Columbia, Kanada.
2) Lopolit
adalah
intrusi
konkordan
berbentuk
cawan.
km.
Lopolit yang umumnya berkomposisi basaltik, kadangkadang juga disebut intrusi berlapis karena kenampakannya
memang
berlapis-lapis
contoh
yang
terkenal
adalah
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber : http://www.radford.edu/jtso
Gambar 2.1.
Proses Terbentuknya Batuan Beku Intrusif
4) Dike dan sill adalah intrusi memanjang berukuran kecil. Sill
bersifat konkordan dan dike bersifat diskordan. Keduanya
umumnya berukuran kecil, namun dapat pula berukuran
besar. Sill Palisades di negara bagian New York memiliki
ketebalan 300 m dan terbentang sejauh 80 km.
5) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan
dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak
lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh
batholit atau bagian atas batholit.
6) Jenjang Vulkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah
yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah
batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari
topografi disekitarnya.
(Anonim, 2013)
Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku, bentuk
dasar dari geometri adalah:
1)
(intrusi
dengan
bentuk
tidak
beraturan)
Bentuk tabular
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang
berbeda, yaitu dike (retas) mempunyai bentuk diskordan
(tubuh intrusi memotong dari lapisan masa batuan) dan Sill
mempunyai bentuk konkordan (tubuh intrusi sejajar dengan
lapisan batuan). Dike adalah intrusi yang memotong batuan
induk, kadang kontak hampir sejajar. Sedangkan sill adalah
batuan beku yang diintrusikan diantara dan sepanjang
lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari beberapa
mm sampai beberapa km.
3)
Bentuk Pipa
Tipe ketiga dari tubuh intrusi, relatif memiliki tubuh
yang kecil, hanya pluton-pluton diskordan. Bentuk yang
khas dari grup ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa.
Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunungapi
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
tua, biasa disebut vulkanik nek (teras gunungapi).,
berukuran besar tetapi kedalamannya tidak diketahui.
(Anonim, 2013)
Selain pembagian di atas, batuan beku berdasarkan
genesa juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a) Batuan beku vulkanik, yang merupakan hasil proses
vulkanisme, produknya biasanya mempunyai ukuran
kristal
yang
relative
halus
karena
membeku
batuan
gang,
subvulcanicrock.
karena
batuan
korok,
memang
atau
tempat
pada
komposisi
kimiawinya
dan
bagaimana
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
magma asal mempengaruhi viskositas magma yang juga akan
berpengaruh
pada
mekanisme
erupsinya.
Magma felsik
yang
cepat
akan
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
basaltik bersifat sangat cair dan erupsinya secara meleleh. Lava
jenis ini cepat tersebar, membentuk
gunungapi dengan
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Batuan beku asam apabila kandungan SiO 2 lebih dari 66%
atau banyak mengandung mineral kuarsa. Contohnya
granit
dan riolit.
b. Batuan beku intermediet jika kandungan SiO 2 antara 52% 66%. Contohnya diorit dan andesit.
c.
antara
45% -
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
f. Keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit KFelspar, plagioklas melimpah
g. Keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
h. Keluarga gabro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin dan leusit), plagioklas (Ca) bisa
melimpah ataupun tidak hadir
i. Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik dan
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B.
Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir
mineralnya dapat dibagi menjadi:
dapat
alat pembesar
b. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik
c. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik
d. Batuan Lelehan, bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya
tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa
Berdasarkan pada tempat terbentuknya, batuan beku dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Batuan beku dalam (plutonik), yaitu batuan yang mengalami
pembekuan magma
karena penurunan
batuan beku
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Batuan beku luar (vulkanik), yaitu batuan yang mengalami
pembekuan magma secara cepat sehingga kristal tidak terbentuk
sempurna dan berukuran kecil.
3. Batuan beku gang yaitu batuan yang mengalami pembekuan magma
sebagian di dalam (plutonik) dan sebagian di luar. Batuan pada
kondisi ini membentuk tekstur yang porfiritik.
(Pillayati, 2011)
Ahli geologi juga mengklasifikasikan batuan beku berdasarkan
mineral yang terkandung di dalamnya. Apabila butiran mineral pada
batuan cukup besar dan bias terlihat jelas oleh mata tanpa bantuan alat
optik, ahli geologi dapat mengidentifikasi jenis mineral secara visual
dan dengan mudah menentukan jenis batuannya. Namun, batuan beku
ekstrusif umumnya berukuran
dibedakan dengan
pengamatan
butir
sangat
visual
secara
Ahli
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mafik (magnesium-ferrum, bahasa latin dari besi). Batuan yang sangat
rendah
kandungan
silikanya disebut
ultramafik.
Batuan
berkomposisi di
yang
mafik
batuan
intermediet.
2.2.2. MineralMineral
disebut
Pembentuk
Batuan Beku
Menurut
utama
batuan
utama, yaitu :
a. Mineral felsik
Mineral yang berwarna terang, terdiri dari densitas ratarata 2,52,7 Mineral felsik terbagi menjadi dua :
1)
2)
3)
4)
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber : http://www.radford.edu/jtso, 2013
Gambar 2.2.
Mineral Felsic (Granit)
b. Mineral mafik
Mineral mafik adalah mineral yang berwarna gelap,
densitas rata-rata 3,0 3,6 yaitu:
1) Olivin (Mg, Fe)2SiO4, Warna : hijau, kemerahan dan kuning
kecoklatan
2) Piroksin (Ca, Mg, Fe)SiO4, Warna : hitam kehijauan
3) Hornblende (NaCa(Mg, Fe)Al2Si6O22), Warna : hijaucoklat
4) Biotit K2(Fe, Mg)3( AlSiO10)(OH)2, Warna : hitam-coklat
Gambar
2.3.
2. Mineral Sekunder
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Mineral tersebut merupakan mineral dari ubahan mineral
utama yang disebabkan oleh proses pelapukan, reaksi hidrotermal
maupun
hasil
demikian tersebut
tidak
utama. Dengan
ini
mineral plagioklas
e. Kelompok kalorin Kelompok ini
merupakan
beku
ubahan dari
yang
terdiri
Mineral-mineral ini tidak selalu ada pada tiap batuan beku. Terdiri
dari :
a. Hematit
b. Kromit
c. Magnetit
d. Rulit
e. Pirit
f. Apatit
(Pillayati, 2011)
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Struktur adalah kenampakan hubungan antara batuan dalam
skala besar ataupun kecil yang masih bias dilhat oleh mata biasa tanpa
batuan dari alat optik, biasanya sangat
dilihat
jelas kenampakannya
bila
gas.
*Sumber :
http://www.pbase.com, 2013
Gambar 2.4.
Struktur Masif
2. Joint adalah apabila batuan mempunyai retakan atau kekar. Struktur
ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Columnar Joint adalah retakan atau kekar berbentuk seperti
tiang.
Gambar 2.5.
Struktur Columnar Joint
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Sheeting Joint apabila retakan atau kekar
berbentuk seperti
lembaran-lembaran.
Gambar 2.6.
Struktur Sheeting Joint
3. Pillow Lava (lava Bantal) ialah struktur yang berbentuk seperti
bantal, struktur ini terbentuk dari akibat letusan magma gunungapi
yang ada dibawah laut, magma yang keluar membeku dengan cepat
dalam air laut sehingga membentuk struktur ini, khas pada
dari
Gambar 2.7.
Struktur Pillow Lava
4. Vesicular dicirikan adanya lubang-lubang
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 2.8.
Struktur Vesicular (Vesicular Basalt)
5. Amygdaloidal, apabila
sekunder.
Gambar 2.9.
Struktur Amygdaloidal (Amygdaloidal Basalt)
6. Scoria, sama seperti vesikuler, namun susunan lubangnya tidak
teratur.
Gambar 2.10.
Struktur Scoria (scoria)
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
7. Xenolith, struktur memperlihatkan fragmen batuan yang tertanam
ke dalam masa batuan.
Gambar 2.11.
Struktur Xenolith
8.
adanya
Gambar 2.12.
Struktur Autobreccia
2.2.4. Tekstur Batuan Beku
Pengertian
mineral
dari kenampakan
yang meliputi
hubungan
dari butir-butir
butir granularitas.
1. Granularitas
Bentuk butiran-butiran yang berada dalam
batuan
beku
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Afanitik bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang.
c. Porfiritik, dibedakan menjadi dua :
1) Faneroporfiritik, bila butiran- butiran mineral yang besar
dan dikelilingi oleh mineral-mineral berukuran butir lebih
kecil (massa dasar) dapat dikenal dengan mata telanjang.
2) Porfiroafanitik, bila butirannya mineral sulung (fenokris)
di kelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
d. Glassy, bila
gelas.
e. Fragmental, bila batuan beku tersusun oleh fragmen-fragmen
batuan beku hasil letusan gunungapi.
2. Derajat Kristalisasi
Kenampakan bentuk kristalisasi mineral dipengaruhi oleh
susunan
kimia akan
tekanan. Magma
menurut
fungsinya
berapa banyak
digunakan
untuk
apabila
massa
butiran-butiran kristal.
b. Hipokristalin
apabila
massa
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3. Bentuk Butiran
Ditinjau dari
kemas
batuan
kristal, yaitu:
a. Euhedral, apabila bentuk kristal dari
butiran mineral
apabila
bentuk
kristal
dari butiran
mineral
dimensi lebih
panjang
panjang
hubungan
euhedral.
2) Hifidiomorfik granular, sebagian mineral relatif seragam
dan juga subhedral.
3) Allotimorfik
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Inequigranular
Apabila mempunyai ukuran butir yang tidak sama :
1) Faneroporfiritik, dimana mineral-mineral besar (finokris)
tertanam dalam massa dasar kristal yang halus
2) Vitropirik
apabila
dasar gelas.
3) Porfirofanitik bila mineral besar tertanam dalam massa
dasar yang afanitik.
4) Felsoferik apabila mineral besar tertanam massa dasar
pertumbuhan bersama /intergrowth
feldspar.
2.2.5. Jenis Batuan Beku
Jenis batuan beku dapat dikelompokan berdasarkan kandungan
mineral yang terdapat didalamnya, antara lain :
a. Kelompok Ganit Riyolit, termasuk batuan beku asam.
b.
c.
d.
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b. Batuan beku yang bewarna gelap sampai hitam umumnya adalah
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mineral
mafiknya hampir sama banyak atau sebanding.
c. Batuan beku yang bewarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan
beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral mafik.
d. Batuan
beku
yang
bewarna
hijau
kelam
dan
biasanya
Gambar 2.13.
Penggolongan Tekstur Batuan Beku
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terdiri
dari
mineral
amorf/gelas),
holocrystalline
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terjadinya dan jenis teksturnya. Untuk batuan vulkanik di
bagian atas dari batuan plutonik.
2) Jenis dan kelompok batuan dibatasi oleh kolom-kolom
mineral tertentu. Masing-masing jenis batuan dibatasi garis
othoklas
dalam
hal
ini
meliputi
pengertian
Hulburt
(1977)
Pembagian
batuan
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral
feromagnesia. Contoh batuan ini adalah diorit dan andesit.
c) Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah
bataun yang mengandung 45 52% silika. Batuan ini akan
memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan
mineral olivin. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
d) Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku
mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau
kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa.
Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun
vulkanik.. Yang terbentuk secara plutonik umumnya adalah
batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari jalur
divergen, sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah
dari gunungapi intrusian yang ketebalan kerak buminya
tidak terlalu tebal.
b.
Nur Hidayatthulah
H1C112033
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Bowen berpendapat bahwa batuan beku basa mengandung
mineral olivin dan piroksen lebih banyak dibanding mineral
hornblende, sebaliknya batuan menengah atau intermediate cenderung
lebih banyak mengandung hornblende dibanding mineral piroksen dan
olivin. Namun kaidah itu selamanya tidak dapat dipakai terutama
dalam batuan vulkanik.
2.3. Metodologi Praktikum
2.3.1. Alat
1. Alat
a. Lup
b. Komparator batuan
c. Lembar deskripsi batuan
d. Alat tulis
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel batuan beku.
2.3.2. Prosedur praktikum
1. Menentukan warna sampel batuan beku baik warna segar maupun
lapuk.
2. Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan beku.
3. Menentukan tekstur sampel batuan beku yang terdiri dari derajat
kristalisasi, granularitas, dan relasi.
4. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan beku dengan
menggunakan lup.
5. Menentukan jenis batuan beku dan penamaannya berdasarkan
pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.
2.3.3. Deskripsi dan genesa batuan
Nur Hidayatthulah
H1C112033