I.
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak-anak dan
orang dewasa di negara tropis. Diperkirakan terdapat 400 juta kasus yang dilaporkan dari
seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian setiap tahunnya, lebih dari 90%
terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun di daerah Sub-Sahara, Afrika. (1)
Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kasus kematian setiap
tahunnya. Diperkirakan 35 % penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular
malaria, 167 kabupaten/kota di Indonesia merupakan wilayah endemis malaria.(1, 2)
Plasmodium falciparum yang paling banyak menyebabkan kematian. Anak-anak usia
di bawah lima tahun dan wisatawan non-imun mudah diserang infeksi berat. Diagnosis
malaria ditegakkan berdasarkan manifestasi klinik dan ditemukan parasit plasmodium pada
darah perifer pasien.(1-6)
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 adalah0,6%
dimana provinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional adalahNusa Tenggara Barat,
Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, BangkaBelitung, Kepulauan Riau, Bengkulu,
Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, danAceh. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di
wilayah timur Indonesia, yaitudi Papua Barat (10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara
Timur (4,4%).(2,7)
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melaluiprogram
pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputidiagnosis dini, pengobatan
cepat dan tepat, serta surveilans dan pengendalianvektor dalam hal pendidikan masyarakat
dan pengertian tentang kesehatanlingkungan, yang kesemuanya ditujukan untuk memutus
mata rantaipenularan malaria.(2 ,7)
Kasus resistensi parasit malaria terhadap klorokuin ditemukan pertama kalidi
Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk P. falcifarum, dan tahun 1991untuk P. vivax di
Nias. Sejak tahun 1990, kasus resistensi tersebutdilaporkan makin meluas di seluruh
provinsi di Indonesia.Selain itu,dilaporkan juga adanya resistensi terhadap SulfadoksinPirimethamin (SP) dibeberapa tempat di Indonesia.Keadaan ini dapat ingkatkan
morbiditasdan mortalitas penyakit malaria. Oleh sebab itu, untuk menanggulangimasalah
resistensi tersebut (multiple drugs resistance) dan adanya obat antimalaria baru yang lebih
paten, maka pemerintah telah merekomendasikanobat pilihan pengganti klorokuin dan SP,
yaitu kombinasi derivate artemisinindengan obat anti malaria lainnya yang biasa disebut
dengan Artemisininbased Combination Therapy (ACT).( 8)
II.
DEFINISI
Malaria adalah penyakit akut atau kronik yang ditandai dengan demam yang rekuren,
III.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan perkiraan terbaru WHO yang dirilis pada bulan Desember tahun 2013,
terdapat sekitar 207 juta kasus malaria pada tahun 2012 (perkiraan jumlah yang diambil
antara 135 juta sampai 287 juta kasus) dan kematian sekitar 627.000 jiwa (perkiraan jumlah
yang diambil antara 473.000 sampai 789.000 kematian). Angka kematian (mortality rate)
malaria secara global telah menurun sampai 45% sejak tahun 2000, dan 49 % pada wilayah
pemantauan WHO di Africa. (11)
Sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak di Afrika, di mana setiap menitnya ada
satu anak yang mati karena malaria.Angka kematian anak karena malaria di Afrika telah
menurun sebesar 54% sejak tahun 2000.(11)
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatyang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risikotinggi, yaitu bayi, anak balita, dan
ibu hamil.Selain itu, malaria secaralangsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitaskerja.(2, 7)
Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemisdimana hanya sekitar
45% penduduk di kabupaten tersebut berisikotertular malaria. Berdasarkan hasil survei
komunitas selama 2007 2010, prevalensi malaria di Indonesia menurun dari 1,39 %
(Riskesdas2007) menjadi 0,6% (Riskesdas 2010). Sementara itu berdasarkanlaporan yang
diterima selama tahun 2000-2009, angka kesakitanmalaria cenderung menurun yaitu
sebesar 3,62 per 1.000 pendudukpada tahun 2000 menjadi 1,85 per 1.000 penduduk pada
tahun 2009dan 1,96 tahun 2010. Sementara itu, tingkat kematian akibat malariamencapai
1,3%.(4,2)
Pada tahun 2007, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan penggunaan satu
indikator untuk mengukur angka kejadian malaria yaitu dnegan untuk menggunakan
Annual Parasite Incidence (API).Kebijakan ini mensyaratkan bahwa setiap kasus malaria
harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif harus
diobati dengan pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based
Combination Therapies).(2,5, 7)
Walaupun telah terjadi penurunan Annual Parasite Incidence (API)secara nasional, di
daerah dengan kasus malaria tinggi angka APImasih sangat tinggi dibandingkan angka
nasional, sedangkan padadaerah dengan kasus malaria yang rendah sering terjadi kejadian
LuarBiasa (KLB) sebagai akibat adanya kasus impor. Pada tahun 2011jumlah kematian
malaria yang dilaporkan adalah 388 kasus.(7)
Sumber :Kepustakaan no 7
Gambar1. Peta Stratifikasi Malaria 2009
ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh infeksi Plasmodium, yaitu protozoa intraseluler yang
juga bisa terjadi pada orang dengan imunitas rendah yang pergi ke daerah dengan transmisi
malaria yang tinggi.(11)
Di Indonesia konfirmasi vektor telah dilakukan sejak tahun 1919 sampai tahun 2009,
dan selama periode tersebut terdapat 25 spesies ditemukan positif membawa parasit
malaria, dengan penyebaran seperti ditunjukan dalam peta di bawah ini.(7)
Sumber :Kepustakaan no 7
Gambar2.Vektor Malaria di Indonesia
Sumber :Kepustakaan no 2
Gambar 13.Siklus hidup plasmodium.
IV.C.1.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang
setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit
hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000-30,000 merozoit
hati (tergantung spesiesnya).(2)
Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2
minggu.Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.Hipnozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada
suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan
relaps (kambuh).(2)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang
dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon)
pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritrositer.(2)
Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu
dan jenis pengobatan untuk eradikasi.(2)
IV.C.2.
Sumber :Kepustakaan no 2
Tabel 1.Masa inkubasi plasmodium rata-rata
V.
PATOGENESIS
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau
limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekrosis
Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus
yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada
keempat plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum
memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/P. ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam
pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/P. ovale selang waktu satu hari, dan P.
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.(2)
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang
jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P. malariae
menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah.
Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P. ovale dan P. malariae umumnya terjadi
pada keadaan kronis. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis.(2)
Splenomegali
9
MANIFESTASI KLINIS
Malaria dapat menyerupai setiap penyakit demam dan harus dicurigai pada setiap anak
demam yang baru-baru ini berada di daerah endemi malaria. Anak yang lebih besar dapat
bermanifestasi periodisitas klasik demam dan menggigil.(15)
Setelah gigitan nyamuk, anak-anak tidak menunjukkan gejala sementara parasit
menyelesaikan siklus hati dan 1 siklus erythrocytic, yang memakan waktu 8-18 hari,
tergantung pada spesies.Anak-anak kemudian menjadi gelisah, mengantuk, apatis, dan
anoreksia. Anak yang lebih besar dapat mengeluh tubuh sakit, sakit kepala, dan mual.(15)
Demam biasanya terus menerus dan mungkin sangat tinggi ( 40 C ) dari hari pertama.
Banyak anak hanya memiliki gejala pernafasan seperti flu, dengan batuk ringan dan dingin.
Gejala ini mereda dalam 1-2 hari, dengan atau tanpa pengobatan.(15)
Muntah sangat sering terjadi pada anak dengan malaria dan dapat membuat terapi oral
tidak efektif.Diare ringan sering diamati, dengan konsistensi tinja berlendir hijau. Kadangkadang didapatkan diare dengan dehidrasi berat dan kegagalan sirkulasi.(15)
Kejang yang bersifat umum dapat terjadi pada awal penyakit, bahkan sebelum demam
tinggi sehingga untuk membedakan dengan gangguan kesadaran akibat malaria serebral
seringkali sulit.(15)
Parasitemia pada neonatus dalam waktu 7 hari dari kelahiran menandakan terjadinya
transmisi transplasenta.Malaria bawaan ini biasanya berhubungan dengan parasitemia
plasenta, yang kadang-kadang tetap ada bahkan setelah pengobatan cukup dengan obat
antimalaria.Gejalanya pada bayi mengalami demam, irritable, tidak mau menetak, anemia,
ikterus, dan hepatosplenomegali.(15)
10
Anak-anak yang tinggal di daerah di mana malaria adalah endemik akan sering infeksi
dandapat meningkatkan serta mempertahankan kekebalan parsialnya. Anak-anak ini sering
memberikan gejala hanya demam ringan , anemia, nafsu makan yang buruk, dan malaise.
Kelelahan, gelisah, batuk, dan diare adalah gejala lain yang mungkin terjadi.(15)
Relaps pada penyakit malaria tergantung pada spesies Plasmodium yang terlibat. P
vivax dan P ovale keduanya menimbulkan hypnozoites di hati. P malaria vivax dapat relaps
hingga 3 tahun dan P ovale selama 1-1,5 tahun. P falciparum dan P malariae tidak
membentuk hypnozoites, sehingga mereka tidak relaps secara baik. Namun, bisa terjadi
kembali setelah suatu jangka waktu yang lama karena bentuk erythrocytic-nya tetap hidup.
(15)
Meskipun P falciparum dapat terjadi kembali sampai waktu 1 tahun, P malariae dapat
terus menyebabkan serangan malaria klinis bahkan 20 tahun setelah infeksi awal.Hanya
sporozoit (yang diperkenalkan oleh nyamuk itu sendiri) dapat menembus sel-sel hati.Jadi,
jika malaria diperoleh melalui transfusi darah atau plasenta, tidak terjadi infeksi pada hati
maka ke kambuhan tidak terjadi.(15)
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis
malaria
berdasarkananamnesis,
ditegakkan
pemeriksaan
seperti
fisik,
dan
diagnosis
pemeriksaan
penyakit
lainnya
laboratorium.WHO
ANAMNESIS
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual , muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.Pada
anamnesis juga perlu ditanyakan:(2)
11
PEMERIKSAAN FISIK
Terdapat gejala klinis utama dan tambahan yang dapat diperhatikan dalam mendiagnosis
malaria, yaitu: (9)
a) Gejala Utama
1) Demam yang bersifat serangan dan berulang (2, 9)
Demam yang bersifat serangan dengan interval tertentu disebut paroksisme. Satu
periode peroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yaitu :(9)
Stadium dingin : dimulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak, badan gemetar, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis. Stadium
Gejala-gejala tersebut di atas tidak selalu sama pada setiap penderita tergantung
pada spesies parasit, beratnya infeksi, umur dan status imunitas penderita.
Serangan demam ini berlangsung setiap 48 jam (hari ke 3) dari serangan demam
sebelumnya pada malaria vivax (tertian) dan ovale, dan setiap 72 jam (hari ke 4)
untuk malaria malariae (quartana). Pada malaria falciparum serangan-serangan
demam ini sering tidak teratur dan jarang periodic.(9)
Makin muda usia maka serangan-serangan demam makin tidak spesifik (terutama
anak-anak usia <5 tahun).(9)
2) Anemia (2, 9)
12
Bayi-bayi dan anak kecil yang mengalami demam lama ( 1 minggu) dengan
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
sediaan
darah
(SD)
tebal
dan
tipis
di
rumah
14
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit)
atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL
maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL. Jika
dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL
maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 = 225.000 parasit/uL.
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah:
1. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;
2. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
3. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah); dan
d. urinalisis
VIII.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia,termasuk stadium gametosit.
Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam
keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan
terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya
berdasarkan berat badan. Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria
(OAM) kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya
sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.Tujuan terapi kombinasi ini adalah
untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah terjadinya resistensi Plasmodium terhadap
obat anti malaria.Pengobatan kombinasi malaria harus(9)
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
15
jenis obat
41-
60
5kg
0-1
59kg
15
kg
15
6-10 kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
31-40kg
10-14
16
1-3.
DHP
primakui
bulan
1/4
bulan
1/2.
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahun
3
tahun
4
1 1/2
Tabel 2 pengobatan lini pertama malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP
dan primakuin
Hari
jenis obat
1-3.
DHP
primakui
41-
5kg
0-1
6-10 kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
31-40kg
10-14
59kg
15
60 kg
15
bulan
1/4.
bulan
1/2.
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahub
3
tahun
4
1/4.
1/2
3/4.
Dosis obat
Dihydroartemisin = 2-4 mg/kgBB
Piperakuin = 16-32 mg/KgBB
Primakuin = 0.75mg/kgBB (P falciparum untuk hari 1)
Primakuin = 0.25 mg/kgBB (p. Vivax selama 14 hari)
Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ berdasarkan berat badan. Apabila penimbangan
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel pengobatan), maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
17
Hari
jenis obat
Artesunat
amodiakui
1-3.
1
n
Primakuin
41-
50-
5kg
0-1
6-10 kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
31-40kg
10-14
49kg
15
59kg
15
60kg
15
bulan
1/4.
bulan
1/2.
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahub
3
tahun
4
tahun
4
1/4.
1/2.
01-Jan
3/4.
1 1/2
1 1/2
2
2
3
2
4
2
4
3
Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan dengan
Artesunat+ Amodiakuin dan primakuin
Hari
jenis obat
Artesunat
amodiakui
1-3.
Jan-14
n
Primakuin
41-
50-
5kg
0-1
6-10 kg
2-11
kg
1-4
kg
5-9
31-40kg
10-14
49kg
15
59kg
15
60kg
15
bulan
1/4.
bulan
1/2.
tahun
1
tahun
1 1/2
tahun
2
tahub
3
tahun
4
tahun
4
1/4.
1/4.
1/2.
1/4.
1 1/2
1/2.
2
3/4.
3
1
4
1
4
1
Dosis obat:
Amodiakuin basa= 10mg/kgBB dan
18
Artesunat=4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)
b. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini pertama tidak
efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Tabel 5. Pengobatan Lini kedua untuk malaria falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dan Doksisiklin)
jumlah tablet per hari menurut berat badan
11har
i
jenis obat
1-
kina
Primakui
3.
17
18-30
>60k
5kg
6-10 kg
kg
1-4
kg
31-33
0-1
2-11
tahu
5-9
10-14
bulan
sesuai
bulan
tahun
3x1
tahun
BB
3x
3x1
1/2
1/4.
3/4.
1 1/2
34-40
41-45
46-60
15
15
10-14
tahun
tahun 15
3x 2
3x1
3x2
3x 2 1/2
1/2
3x3
jenis obat
19
hari
HARI
1-7
HARI
20-
HARI
45-
5kg
0-1
6-19kg
2bulan-8
29kg
>8tahu
30-44kg
10-14
59kg
15
60kg
15
bulan
tahun
n
2x25m
tahun
tahun
2x75m
tahun
2x100m
Doksisikli
1-7
n
g
2x50mg
Catatan: dosis kina diberikan sesuai BB (3x10mg /kgBB/hari)
Tabel 6 Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (dengan obat kombinasi
Kina dengan Tetrasiklin)
jumlah tablet per hari menurut berat badan
11jenis obat
Kina
5kg
0-1
6-10kg
2-11
17kg
1-4
18-30
5-9
31-33
10-14
34-40
10-14
41-45
15tahu
46-60
15tahu
>60kg
15
bulan
sesuai
bulan
tahun
tahun
tahub
tahun
tahun
BB
3x1/2
3x1
3x 1 3x 1 1/2
3x2
3x 2 1/2
3x 2 1/2
3x3
3/4.
1 1/2
41-49kg
50-59kg
60kg
Primakui
n
jenis obat
30kg
20
50-1
2-11
1-4
8tahu
bulan
tahun
n
3x
3x1/2
3x1
1/2
HARI
Tetrasikli
bulan
sesuai
1-7
BB
>8-
>15tahu
15tahu
15
14tahun
1 4x125m
n
4x125m
n
4x250m
tahun
4x250m
HARI
1-7
jenis obat
46-
5kg
6-10kg
17kg
30kg
5-
31-33kg
34-40kg
41-45kg
60kg
0-1
2-11
1-4
9tahu
10-
10-
15tahu
15
bulan
bulan
tahun
14tahun
14tahun
tahun
klndamisi
n
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
Dosis anak anak 10mg/kgbb/kali diberikan 2x sehari perkapsul Klindamisin basa
150mg dan 300 mg
c. lini kedua untuk malaria vivaks
Kina+primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon terhadap
pengobatan ACT
hari
HARI
Kina
1-7
hari 1- Primakui
14
46-
5kg
6-10kg
17kg
30kg
5-
31-33kg
34-40kg
41-45kg
60kg
60kg
0-1
2-11
1-4
9tahu
10-
10-
15tahu
15
15
bulan
sesuai
bulan
tahun
n
3x1
14tahun
14tahun
tahun
tahun
BB
3x1/2
3x1
1/2
3x1
3x2
3x2 1/2
1/4.
1/2.
3/4.
3/4.
22
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3 hari, dengan dosis
sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin
4. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan ACT. Pada penderita
dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Tabel 10. Pengobatan onfeksi campur P.falciparum + P.vivax/P ovale dengan DHP
jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118Hari
1-3.
jenis obat
DHP
Primakui
5kg
6-10kg
17kg
30kg
5-
31-40kg
41-59kg
60kg
0-1
2-11
1-4
9tahu
10-
10-
15tahu
bulan
1/4.
bulan
1/2.
tahun
1
n
1 1/2.
14tahun
2
14tahun
3
n
4
1-14.
n
1/4.
1/2.
3/4.
1.
1.
Tabel 11 Pengobatan infeksi campur P/falciparum + P.vivax/P ovale dengan Artesunat
+ Amodiakuin
jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118Hari
jenis obat
1-3.
Aretesunat
Amodiakui
1-14.
5kg
6-10kg
17kg
30kg
5-
0-1
2-11
1-4
9tahu
10-
10-
15tahu
bulan
1/4.
bulan
1/2.
tahun
1
n
2.
14tahun
3.
14tahun
4.
n
4.
1/4.
1/2.
1.
2.
1/4.
3.
1/2.
4.
3/4.
4.
1
Infeksi antara p.falciparum dengan p. Malariae diberikan regimen ACT selama 3 hari dan
primakuin pada hari 1.
IX.
PROGNOSIS
Kematian dapat terjadi dengan salah satu spesies malaria, tetapi yang paling sering
DAFTAR PUSTAKA
24
Desember
2013;
cited
2013
23th
Desember];
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/#.
12. Krause PJ. Malaria (Plasmodium). In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Eighteenth ed. United States of
America: Saunders, An Imprint of Elsevier 2007.
13. Sinka ME, Bangs MJ, Manguin S, Chareonviriyaphap T, Patil AP, Temperley WH, et
al. The dominant Anopheles vectors of human malaria in the Asia-Pacific region:
occurrence
data,
distribution
maps
and
bionomic
prcis.
Parasites&Vectors.2011;4(89):1-46.http://www.parasitesandvectors.com/content/4/1/89
14. Project MA. Mosquito Malaria Vectors http://www.map.ox.ac.uk/explore/mosquitomalaria-vectors/bionomics/: Malaria Atlas Project; 2014 [cited 2014 11 Januari]
15. Mehta PN, Steele RW. Pediatric Malaria Treatment & Management. Medscape; 2013
[updated Juli 30, 2013; cited 2013 26 Desember 2013]; Available from:
http://emedicine.medscape.com.
16. Crawley J, Chu C, Mtove G, Nosten F. Malaria in children. Lancet. 2010;375:1468-81.
Epub 24 April 2010.
25
26