NPM : 230110070053
PERIKANAN A
a. histamin : Histamin merupakan senyawa turunan dari asam amino histidin yang banyak
terdapat pada ikan, dan juga penyebab keracunan scromboid. Asam amino ini merupakan
salah satu dari sepuluh asam amino esensial yang dibutuhkan oleh anak-anak dan bayi tetapi
bukan asam amino esensial bagi orang dewasa.
b. putresin : putresin merupakan diamin yang juga digunakan sebagai indikator kebisukan
ikan. senyawa diamin yang diproduksi oleh pseudomonad
dekarboksilase
dekarboksilase
Peningkatan konsentrasi kadaverin dan putresin umumnya terjadi secara nyata jika jumlah
total mikroba mencapai 4 x 10 (7) koloni/g. Perubahan bau menyimpang (offodor) pada
daging biasanya terjadi jika total bakteri pada permukaan daging mencapai 10 (7,0-7,5)
koloni/cm , di ikuti dengan pembentukan lendir pada permukaan jika jumlah bakteri
mencapai 10 (7,5-8,0) koloni/cm.
d. trimetil amin : Kerusakan pada ikan ditandai dengan terbentuknya trimetilamin (TMA) dari
H3c
Trimetilamin-N-oksida N-CH3
: H3c
Trimetilamin
TMAO merupakan komponen yang normal terdapat di dalam ikan laut, sedangkan pada ikan
yang masih segar TMA hanya ditemukan dalam jumlah sangat rendah atau tidak ada.
Produksi TMA mungkin dilakukan oleh mikroorganisme, tetapi daging ikan juga
mengandung enzim yang dapat mereduksi TMAO. Tidak semua bakteri mempunyai
kemampuan yang sama dalam meruduksi TMAO menjadi TMA, dan reduksi tergantung dari
pH ikan.
e. amonia : bahan yang bersifat sangat beracun bagi ikan. Keracunan sudah akan terjadi pada
konsentrasi amonia 0.01 ppm dan pada level 0.1 ppm sudah akan mengakibatkan kematian.
f. H2S : H2S atau yang lebih sering disebut dengan hidrogen sulfida merupakan senyawa
kimia yang berbahaya di perairan, kandungan H2S di perairan akan menyebabkan kematian
terhadap organisme perairan
g. alkohol : pembentukan etanol dan CO2 dari piruvat hasil glikolisis glukosa secara
anaerobik (Lehninger, 1982). Pada tahun 1815, Gay-Lussac memformulasikan konversi
glukosa menjadi etanol dan karbondioksida.
h. Senyawa Keton : senyawa organic yang karbon – karbonilnya dihubungkan dengan dua
karbon lain,atau disebut juga Alkanon yang merupakan golongan senyawa karbon dengan
gugus fungsi karbonil Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil.
Fase eksponensial :
Fase eksponensial adalah fase dimana bakteri melakukan pembelahan secara biner dengan
jumlah kelipatan (eksponensial). Pada fase ini, terjadi lonjakan peningkatan jumlah biomassa
sel, sehingga bisa diketahui seberapa besar terjadi pertumbuhan secara optimal dan tingkatan
produktifitas biomassa sel.
Prinsip mencegah atau menghambat kerusakan ikan oleh faktor komposisi fisik dan
kimiawi ikan adalah :
- Memberi perlakuan suhu rendah terhadap ikan segera setelah ditangkap atau
dipanen, karena proses enzimatis dan aktifitas mikroba pengurai daging akan sangat
dihambat pada suhu mendekati 0 C (3 s/d 5 C). Suhu rendah ikan ini harus
dipertahanlan selama pencucian, penyiangan, pengemasan, penyimpanan dan
distribusinya.
- Mempercepat dan mempermudah kematian ikan segera setelah diangkat dari air
dengan cara mendinginkannya dalam air es dingin atau segera memukul kepalanya
tepat dibagian otak khsus untuk ikan berukuran besar seperti tuna, layaran dsb yang
ditangkap dengan pancing (rawe atau long-line)
- Khusus untuk ikan berukuran besar diikuti dengan pembuangan darah ikan
(bleeding), karena darah merupakan media penyebaran mikroba pembusuk dari
insang ke daging ikan melalui pembuluh darah ikan.
- Menyiangi dengan membuang insang dan isi perut ikan sebagai pusat konsentrasi
mikroba alami.
- Mencuci ikan segera setelah ditangkap, mati dan disiangi, dengan tujuan
membersihkan lendir dipermukaan tubuhnya yang merupakan salah satu pusat
konsentrasi mikroba pembusuk yang secara alami ada di tubuh ikan, dan sisa-sisa
darah selama proses penyiangan.
Kaitannya :
Maka semakin busuk ikan tersebut semakin jauh dari ketentuan yang ada. Seperti kekerasan
dan elastisitas yang meningkat, susut bobot dan kadar air yang menurun drastis, tumbuhnya
mikroba pembusuk yang semakin banyak, uji organoleptik yang perbedaan drastis dari ikan
segar biasanya.
Permen Jelly Rumput Laut merupakan permen yang dibuat dari sari buah atau sari tumbuhan
dan bahan pembentuk gel, yang berpenampakan jernih dan transparan serta mempunyai
tekstur kekenyalan tertentu. Permen jelly rumput laut dibuat dari rumput laut yang telah
diekstrak dan disertai dengan penambahan bahan-bahan lain. Dengan bahan baku Rumput
Laut dan Gelatin, dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum dan semua umur. Cara
penyimpanannya hanya disimpan pada suhu normal (suhu kamar). Cara pendistribusikannya :
Dapat langsung membeli ke produsen, Dijual ke warung-warung kecil oleh produsennya,
Dijual ke supermarket menengah ataupun besar.
Dengan alur proses :
Rumput laut kering terlebih dulu di rendam air tawar selama 3 jam
↓
dipucatkan menggunakan CaO 5 % selama 4 jam
↓
dicuci bersih dan dijemur sampai kering
↓
Rumput laut kering kemudian direndam dalam asam asetat 3 % selama sehari semalam,
dicuci bersih dengan air
↓
Perendaman dilanjutkan selama 3 hari dengan air tawar dicuci bersih dan diblender
↓
Proses selanjutnya adalah perebusan dan penyaringan menggunakan saringan dapur
↓
Filtrat yang dihasilkan dipanaskan dan setelah kalis ditambahkan bahan lainnya yaitu : high
fructosa syrup (HFS), gula pasir, sorbitol dan asam sitrat, sambil diaduk hingga mengental
↓
Ditambahkan gelatin yang sudah dilarutkan dalam air panas 45o C
↓
Adonan dicetak dan setelah didinginkan selama 1 jam
↓
Pendinginan diteruskan pada 5o C
↓
Terakhir permen dilapisi dengan tepung gula dan tapioka dengan perbandingan 1:1 yang telah
disangrai.
↓
Pengemasan
No Alur Proses Jenis Bahaya Cara Pencegahan
A B C D E F 0/I/II/III/IV/V/VI
1. Rumput laut Eucheuma + + II
cottonnii
2. Gelatin + + II
3. Sirup Glukosa + I
4. Sukrosa + + II
5. Asam Sitrat + + + + IV
6. Flavor + + + + IV
7. Pewarna + + II