Disusun oleh :
Sendy Puspa M.S (6512040101)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State
Government), bahan berbahaya dan beracun adalah bahan yang karena sifat kimia
maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan
properti
dan/atau
lingkungan.
Sedangkan
menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun,
B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
1.2 KARAKTERISTIK BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Pada dasarnya, bahan berbahaya dan beracun memiliki karakteristik yang mudah
diamati. Sama halnya dengan klasifikasi bahan berbahaya dan beracun sebagaimana
mestinya, bahan-bahan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mudah terbakar.
2. Mudah meledak.
3. Dapat menyebabkan iritas.
4. Beberapa memiliki bau yang menyengat.
5. Bersifat reaktif.
6. Bersifat mutagenik.
7. Bersifat korosif, dll.
1.3 JENIS-JENIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
1. Bahan eksplosif (mudah meledak)
Merupakan bahan yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak atau melalui
rekasi kimia dan/atau fisika, dapat menghasilkan gas dengan tekanan serta suhu yang
tinggi yang dengan cepat mampu merusak lingkungan.
2. Bahan flammable (mudah terbakar)
Merupakan bahan-bahan (baik padatan atau cairan) yang mampu menghasilkan api
secara mudah melalui gesekan, penyerapan uap air, maupun yang memiliki flash point
kurang dari 40 C yang dapat memicu terjadinya kebakaran secara terus menerus
apabila kontak dengan sumber penyalaan.
3. Bahan oksidator
Merupakan bahan yang memiliki waktu pembakaran sama dengan/lebih pendek dari
waktu pembakaran senyawa standar.
4. Bahan radioaktif
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
padatan)
Eter, alkohol, aseton, benzena, dan hexana (bahan flammable dalam bentuk cair)
Hidrogen, asetilen, dan lain-lain (bahan flammable dalam bentuk gas)
TNT, H2, KClO3, dan asetilen (bahan eksplosif)
Perklarat, bikromat, persulfat, dan hidrogen peroksida (bahan oksidator anorganik)
Benzil peroksida, asetil peroksida, dan eter oksida (bahan oksidator organik)
Na, K, CaO, sulfuril klorida, dan aluminium tri bromida (bahan water reactive)
Asam sulfat, asam klorida, fenol, klor, dan NaOH (bahan korosif)
Uranium dan titanium (bahan radioaktif)
BAB II
KLASIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Setiap negara di belahan dunia memiliki asosiasi maupun peraturan-peraturan
menganai
pengelompokan
bahan
berbahaya
dan
beracun
(B3).
Pada
dasarnya,
pengelompokan bahan-bahan tersebut didasarkan pada efek yang ditimbulkannya baik bagi
lingkungan maupun manusia, seperti contoh bahan eksplosif yang memiliki efek peledakan,
bahan korosif yang memiliki efek pengikisan dan penurunan mutu suatu material, serta bahan
irritant yang memiliki efek iritasi ketika kontak dengan kulit. Selain itu, pengelompokan B3
juga didasarkan pada peroses pengangkutannya, kompabilitas bahan, dan karakterisitik
bahan.
Terdapat berbagai macam asosiasi maupun peraturan yang mengklasifikasikan B3 ke
dalam beberapa kelompok seperti DoT transportation, GHS, NFPA (National Fire Protection
Assosiation), HMIS, PP 74 tahun 2001, dan NPCA (National Painting and C. Assosiation),
United Nations (PBB), dan sebagainya.
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
Meliputi gas mudah menyala (divisi 1), cairn mudah menyala (divisi 2), cairan
mudah terbakar (divisi 3), padatan mudah menyala (divisi 4), aerosol mudah
menyala (divisi 5), dan bahan mudah menyala yang reaktif (divisi 6).
Kelas C
Meliputi bahan oksidator.
Kelas D
Meliputi divisi satu yaitu bahan yang menyebabkan efek keracunan yang
serius (subdivision A : bahan sangat beracun dan subdivision B : bahan
beracun), divisi dua yaitu bahan yang memiliki efek keracunan yang lain
(subdivision A : bahan sangat beracun dan subdivision B : bahan beracun),
mudah
menyala,
padatan
bahan
berpengaruh
pada
BAB III
PELABELAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1. Menurut DoT
Untuk sistem pelabelan menurut Dot, pelabelan dibabgi ke dalam beberapa kelas dan
divisi sebagai beikut :
Kelas 6 adalah bahan beracun dan menular yang dibagi ke dalam dua
divisi
2. Menurut NFPA
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
3. Menurut GHS
Kelas
Simbol
Keterangan
Eksplosif
Gas Pengoksidasi
Gas Bertekanan
10
Padatan Piroporik
11
12
13
Cairan Pengoksidasi
14
Padatan Pengoksidasi
15
Peroksida Organik
16
17
Toksisitas Akut
18
19
20
21
22
Karsinogenitas
23
24
25
26
Bahaya Aspirasi
27
BAB IV
PENANGANAN TERHADAP BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Masing-masing bahan berbahaya dan beracun memiliki efek atau dampak yang
bermacam-macam. Kita tidak akan pernah tahu kapan efek yang ditimbulkan bahan
berbahaya dan beracun itu akan muncul dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga, untuk
menyikapi permasalahan ini diperlukan suatu upaya penanganan sebagai upaya antisipasi
ketika akan berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya dan beracun. Upaya penanganan
tersebut meliputi :
1. Penandaan B3
Penandaan bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan dengan cara memberikan
label pada bahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi B3,
sehingga pengelolaannya dapat dilakukan secara baik dan tepat guna mengurangi
resiko yang dapat ditimbulkan oleh B3. Adapun persyaratan dalam sistem pelabelan
bahan berbahaya dan beracun sebagai berikut :
Bentuk, ukuran, dan lain-lain.
1. Nama produk
2. Identifikasi bahaya
3. Tanda bahaya dan artinya
4. Uraian resiko dan penanggulangannya
5. Tindakan pencegahan
6. Instruksi apabila terkena atau terpapar
7. Instruksi kebakaran
8. Instruksi tumpahan atau bocoran
9. Instruksi pengisian dan penyimpanan
10. Referensi
11. Nama, alamat, dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor
Pemasangan penandaan pada wadah B3
2. Pengemasan B3
Di dalam melakukan pengemasan bahan berbahaya dan beracun, terdapat prinsipprinsip yang harus diingat yaitu :
B3 atau bahan lain yg tidak selaras tidak boleh disimpan dalam kemasan yg
sama.
Jika kemasan rusak atau karat, terdapat kerusakan fisik, bocor, isinya harus
dikeluarkan dan dikemas kembali.
Bentuk, ukuran, dan bahan yang dipergunakan untuk kemasan harus sesuai
dengan sifat limbah dalam hal keamanan, kemudahan penggunaannya.
Plastik
Logam
Sedangkan untuk tata cara pengemasan bahan berbahaya dan beracun antara lain :
Kemasan (drum, tong, atau bak kontainer yang digunakan harus : kondisi baik,
tidak bocor, berkarat, atau rusak, terbuat dari bahan yang cocok dengan
karakteristik B3, mampu mengamankan B3 yang disimpan di dalamnya,
memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dipertimbangkan
ruangan
untuk
pengembangan
volume
dan
dirancang tahan akan kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar.
Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan bahan berbahaya dan
beracun harus : ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan
ketentuan mengenai penandaan pada kemasan B3, selalu dalam keadaan
tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau
Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalam tempat yang cukup dingin.
Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampur dengan bahan yang bersifat
oksidator.
Tabung silinder bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat
dengan kuat.
Penyimpanan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 x 2
kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap masingmasing wadah agar bila sewaktu-waktu terjadi kebocoran atau potensi bahaya
lain dapat segera ditangani.
Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar
gang untuk lalu lintas manusia min 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
kendaraan pengangkut (forklift).
4. Pengumpulan B3
Terdapat beberapa syarat mengenai lokasi pengumpulan limbah B3, antara lain :
Paling tidak berukuran 1 Ha.
Lokasi bebas banjir.
Berjarak cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem :
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
5. Pengangkutan B3
BAB VI
PENANGANAN TERHADAP KEADAAN DARURAT
Upaya penanganan maupun pengendalian keadaan darurat baik itu ketika
terjadi tumpahan, kebocoran, kebakaran, ledakan, dan kejadian yang tidak diinginkan
lainnya, perlu dilakukan untuk memastikan orang-orang di sekitar tempat kejadian
aman dan situasinya pun terkendali. Namun, berbeda kasusnya maka upaya
penanganan yang harus dilakukan juga berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai
upaya-upaya apa saja yang harus dilaksanakan ketika terjadi keadaan darurat tertentu :
1. TUMPAHAN
Secara umum, penanganan terhadap tumpahan adalah sebagai berikut :
a) Perlu diwaspadai bahwasannya tumpahan itu terjadi dimana saja dan
b)
c)
d)
e)
f)
Bahan
kapan saja.
Tingkat bahaya dari zat yang tumpah sama.
Kenali karakteristik bahan kimia.
Waspadai reaksi kimia yang dapat terjadi.
Gunakan bahan penyerap dan penetralisir yang sesuai.
Diperlukan penampung yang tepat.
penyerap yang digunakan pada saat terjadinya tumpahan antara lain
silikat, copolimer inert, butiran arang kayu (tidak untuk zat pengoksidasi),
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
serbuk gergaji (tidak untuk zat pengoksidasi dan asam kuat), pasir kali, dan
sebagainya. Secara spesifik, tumpahan dibagi menjadi dua yaitu tumpahan
padatan dan tumpahan cairan. Untuk penanganan tumpahan padatan, langkahlangkahnya ialah :
a) Jangan panik.
b) Pakai alat pelindung diri sesuai MSDS.
c) Isolasi daerah tumpahan.
d) Beri peringatan/safety sign misalnya awas ada tumpahan bahan
kimia pada lokasi tumpahan.
e) Beri tali pembatas bila perlu agar tidak ada yang melintas.
f) Tutup tumpahan dengan penyerap jenis matras atau sedot dengan
vakum khusus jika memang diperlukan.
g) Lakukan penetralan bila perlu agar kondisi lebih aman.
h) Jangan dibuang langsung ke lingkungan (perlakukan bahan kimia yang
tumpah seperti tumpahan limbah B3)
Sedangkan, untuk tumpahan cairan kimia dapat dilakukan beberapa tahapan
meliputi :
a) Lakukan langkah poin a sampai e pada proses penanganan tumpahan
berupa padatan.
b) Serap tumpahan menggunakan penyerap berbahan inert.
c) Jike diperlukan, lakukan penetralan dan cek derajat keasamannya
menggunakan pH indikator.
d) Perlakukan tumpahan cairan kimia seperti tumpahan limbah B3
(jangan langsung dibuang ke lingkungan.
2. KEBAKARAN
a) Kenali tanda-tanda kebakaran seperti timbulnya asap, dan lain-lain.
b) Jangan panik.
c) Bunyikan tanda kebakaran yang tersedia dengan segera.
d) Ikuti prosedur evakuasi yang ada.
e) Jangan menggunakan lift, evakuasi dilakukan melalui tangga darurat.
f) Hubungi pemadam kebakaran.
g) Bila memungkinkan sembari menunggu pemadam kebakaran tiba,
padamkan api menggunakan alat pemadam yang tersedia seperti
hidran, APAR, dan sebagainya.
3. LEDAKAN
a) Bila terjadi ledakan, perhatikan lokasi ledakan dari jarak yang aman
dan fasilitas lainnya yang dikhawatirkan akan terjadi ledakan susulan.
b) Cegah orang-orang sekitar untuk tidak mendekati area ledakan.
c) Bila perlu beri pembatas di sekeliling area ledakan.
d) Kenali gejala-gejala ledakan seperti kebocoran, tekanan berlebih yang
terbaca pada instrumen, dan sebagainya.
e) Segera evakuasi orang-orang yang terdapat di dalam gedung.
4. KONTAK DENGAN KULIT
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
Hal yang perlu dilakukan ketika suatu bahan kimia mengenai kulit adalah :
a) Apabila bahan kimia tersebut berbentuk serbuk atau padatan, maka
disapu terlebih dahulu menggunakan sikat halus kemudian siram
bagian kulit yang kontak dengan bahan kimia tersebut menggunakan
air bersuhu normal selama 20 menit.
b) Apabila bahan kimia yang kontak dengan kulit berupa cairan, maka
langsung aliri bagian kulit tersebut dengan air bersuhu normal selama
20 menit.
c) Jangan menggunakan air bersuhu dingin.
d) Jangan mencoba memberikan antiseptik atau cairan lain di bagian kulit
yang kontak dengan bahan kimia.
e) Melepas dan mengamankan pakaian yang terkena bahan kimia.
f) Merujuk ke fasilitas kesehatan.
5. TERHIRUP
Hal yang perlu dilakukan ketika suatu bahan kimia masuk ke dalam sistem
pernafasan adalah :
a) Memberi oxycan atau tabung oksigen lainnya kepada korban.
b) Bawa lah korban menuju ruang terbuka atau banyak udara segar di
sekitarnya.
c) Jangan mencoba memberikan bantuan pernafasan pada korban.
d) Merujuk ke fasilitas kesehatan.
6. TERTELAN
a) Apabila bahan kimia tertelan, maka segera muntahkan bahan kimia
tersebut.
b) Berkumur dengan air mengalir bersuhu normal.
c) Minumlah susu atau kacang hijau bila ada.
d) Namun, apabila bahan kimia tersebut tidak dapat dimuntahkan maka
langsung menuju ke asilitas kesehatan terdekat.
7. KONTAK DENGAN MATA
a) Aliri mata yang kontak dengan bahan kimia dengan air bersuhu normal
selama 20 menit atau lebih.
b) Tutup mata yang sehat agar tidak terjadi kontaminasi.
c) Jangan memberikan cairan tetes mata atau cairan lain untuk
menghindari keparahan.
d) Merujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang
lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-padmaningrumdramsi/c12penanganan-limbah-laboratorium-kimiaregina-tutikuny.pdf
http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/LingkunganHidup/IND-PUU-7-1995-Kepka
%20No.%2001%20Tahun%201995%20(Lampiran).pdf
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA
https://chemcareasia.wordpress.com/2007/03/06/pelatihan-chemgold-ii-di-terminal-petikemas-surabaya/
https://chemcareasia.wordpress.com/category/dangerous-goods-b3/page/7/
http://hukum.unsrat.ac.id/perda/perdamalinau_15_2005.pdf
www.wikipedia.org
PERMENPERIND No 87 tahun 2009
Materi House Training Bontang 30 Oktober-2 Nopember 2007
PERMEN LH No. 3 tahun 2008
TA Euri Damanhuri FTSI ITB mengenai Sistem Pelabelan Bahan Kimia
PERMENPRIND No. 87 tahun 2009
KEP. DIERJEN PERHUBUNGAN DARAT mengenai Pengangkutan Bahan Kimia
PERMEN LH No. 14 tahun 2013 mengenai Sistem Label B3
Bahan Ajar Kuliah Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UNAIR