ABSTRAK
Pada sistem komunikasi selular, propagasi gelombang radio merupakan hal yang
sangat penting untuk dimengerti khususnya di daerah urban. Komunikasi selular merupakan
sistem komunikasi yang menggunakan udara sebagai media transmisi. Perambatan gelombang
radio dari pemancar ke penerima pasti mengalami rugi-rugi propagasi. Secara empiris,
terdapat beberapa model propagasi yang dapat digunakan untuk menghitung pathloss, salah
satunya adalah metode Walfisch Ikegami.
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini dibuat simulasi metode Walfisch Ikegami
untuk menghitung pathloss pada daerah urban dengan nilai parameter yang dapat divariasi.
Parameter-parameter tersebut antara lain tinggi BTS, tinggi gedung, frekuensi, lebar jalan,
jarak antar gedung, sudut orientasi jalan dan jarak BTS-MS. Hasil perhitungan pathloss
kemudian digunakan untuk menghitung link budget untuk mendapatkan nilai RSL (Receive
Signal Level) untuk daerah urban.
Tahap pengujian yang dilakukan pada penelitian ini ada 2 (dua) yaitu tahap
perhitungan pathloss dan tahap perhitungan link budget. Tahap perhitungan pathloss
merupakan perhitungan rugi-rugi propagasi di daerah kota sedang dan kota metropolitan
dengan metode Walfisch Ikegami. Pada tahap perhitungan link budget, dilakukan untuk
mendapatkan level daya yang diterima MS. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
pada frekuensi diatas 925 MHz, pathloss di daerah kota metropolitan lebih besar dibandingkan
kota sedang. Sedangkan pada frekuensi dibawah 925 MHz, pathloss di daerah kota metropolita
lebih kecil dibandingkan pada kota sedang.
Keywords: pathloss, link budget, Walfisch Ikegami,
I.
PENDAHULUAN
Definisi dari propagasi gelombang adalah
perambatan gelombang pada media perambatan atau
media transmisi. Media transmisi yang digunakan
bisa berupa kawat, udara atau cahaya. Propagasi
melalui
udara
menggunakan
gelombang
elektromagnetik atau radio sehingga disebut sistem
transmisi radio. Komunikasi seluler merupakan
sistem telekomunikasi yang menggunakan media
transmisi udara. Sistem ini memiliki kelebihan dapat
digunakan untuk berkomunikasi dimanapun selama
masih terjangkau oleh BTS (Base Transceiver
Station). Area cakupan antena BTS adalah
persebaran sinyal dari antena pada permukaan bumi.
Area cakupan antara BTS dengan BTS lainnya
memiliki luas area yang berbeda-beda. Aspek-aspek
yang mempengaruhi area cakupan ialah jenis antena,
tipe lingkungan, model propagasi, jari-jari sel dan
anggaran daya.
Penelitian tentang model propagasi yang telah
dilakukan sebelumnya ialah tentang analisis
perbandingan pemodelan propagasi pada system
DCS 1800. Simulasi tersebut menampilkan hasil
analisis perbandingan model propagasi dari operator
GSM (Wirasati, 2003)..
fc
1) : Untuk kota sedang....(9)
925
fc
1) :Untuk daerah metropolitan(10)
925
LBSH = 18 xlog10 (1 (hr - hm)) : hb > hr.(11)
4 1,5(
Ka = 54
Kd = 18
18 15(hb/hr)
: hb > hr(12)
: hb > hr...(13)
: hb hr.......(14)
Link Budget
Tujuan dari perhitungan anggaran daya adalah
untuk menentukan parameter dan konfigurasi yang
ideal untuk mendapatkan kinerja terbaik dalam suatu
link
transmisi.
Paramater-parameter
yang
dibutuhkan dalam perhitungan anggaran daya
diantaranya adalah propagasi gelombang radio yang
digunakan untuk memperkirakan rugi-rugi propagasi
antara pemancar dan penerima, daya pancar
transmisi, penguatan antena, rugi-rugi, sensitifitas
penerima serta margin-margin seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2[1]:
Dengan:
Mulai
Tidak
Ya
Kondisi LOS?
Hitung Pathloss
menggunakan
persamaan.2
Hitung Pathloss
menggunakan
persamaan .1
Selesai
M a s u k k a n
P a r a m e te r
w a lf is h
ik e g a m i
t id a k
K o ta
M e t r o p o lit a n ?
H it u n g ru g i
p ro p a g a s i
D e g a n
m e n g g u n k a n
p e rs a m a a n 9
y a
H itu n g r u g i
p ro p a g a s i
D e g a n m e n g g u n k a n
p e rs a m a a n 1 0
H i tu n g lin k b u d g e t
m e n g g u n a k a n ru m u s
1 5
S e le s a i
Jarak
(m)
20
50
Pathloss K.
sedang (dB)
56.8874928
68.3266326
Pathloss K.
metropolitan (dB)
59.350942
70.790082
100
83.448353
85.911802
200
400
600
800
1000
1500
2000
2500
3000
94.8874928
106.326633
113.0181
117.765772
121.448353
128.139821
132.887493
136.570073
139.578961
97.350942
108.79008
115.48155
120.22922
123.9118
130.60327
135.35094
139.03352
142.04241
3500
4000
4500
5000
142.122939
144.326633
146.270428
148.009213
144.58639
146.79008
148.73388
150.47266
Tinggi
Pathloss k.
Pathloss k.
BTS (m) Sedang (dB) Metropolitan (dB)
205
130.0344
130.7668
210
129.7878
130.5201
215
129.5487
130.281
220
129.3167
130.0491
225
129.0914
129.8238
230
128.8724
129.6048
235
128.6594
129.3918
240
128.452
129.1844
245
128.25
128.9824
250
128.0531
128.7855
Pada ketinggian 205 meter, pathloss yang
dihasilkan sebesar 130.0344 dB (kota Sedang).
Sedangkan pada ketinggian 250 meter, pathloss
yang dihasilkan sebesar 128.0531 dB (kota sedang).
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa
semakin tinggi BTS maka pathloss yang dihasilkan
semakin kecil.
Pengujian variasi frekuensi terhadap pathloss
ditampilkan pada tabel 3
Tabel 3 Hasil pengujian variasi frekuensi terhadap pathloss
frekuensi Pathloss k.
Pathloss k.
(MHz)
Sedang (dB)
Metropolitan (dB)
900
122.8
122.79
925
123.2
123.21
950
123.6
123.64
1000
124.3
124.46
1050
124.9
125.26
1100
125.6
126.03
1150
126.2
126.79
1200
126.8
127.53
1250
127.4
128.25
1300
127.9
128.95
1350
1400
1450
1500
1550
1600
1650
1700
1750
1800
128.5
129
129.5
130.1
130.6
131
131.5
132
132.4
132.9
129.64
130.32
130.98
131.63
132.28
132.91
133.53
134.15
134.75
135.35
Tinggi
gedung
Pathloss k.
Pathloss k.
(m)
Sedang (dB) Metropolitan (dB)
50
128.0531
128.785
55
129.1023
129.835
60
130.0803
130.813
65
131.0001
131.732
70
131.8714
132.604
75
132.7023
133.435
80
133.4993
134.232
85
134.2676
135
90
135.0118
135.744
95
135.7358
136.468
100
136.443
137.175
105
137.1363
137.869
110
137.8185
138.551
115
138.492
139.224
120
139.1593
139.892
125
139.8225
140.555
130
140.4837
141.216
135
141.1452
141.878
140
141.809
142.541
145
142.4773
143.21
150
143.1526
143.885
155
143.8371
144.569
160
144.5337
145.266
165
145.2452
145.978
170
145.9751
146.707
175
146.7272
147.46
180
147.5059
148.238
185
190
195
200
148.3167
149.1661
150.062
151.0148
149.049
149.898
150.794
151.747
Lebar
Pathloss k.
Pathloss k.
jalan (m) Sedang (dB) Metropolitan (dB)
6
142.147
143.7
9
140.386
142
12
139.137
140.7
15
138.168
139.7
18
137.376
139
21
136.707
138.3
24
136.127
137.7
Dari data diatas terlihat bahwa lebar jalan yang
sempit menghasilkan pathloss lebih besar
dibandingkan jalan yang lebih lebar.
Pengujian variasi sudut orientasi jalan terhadap
pathloss ditampilkan pada tabel 6
Tabel 6 Hasil pengujian variasi sudut orientasi jalan terhadap
pathloss
Sudut
orientasi
jalan (deg)
0
5
12
15
20
25
30
35
36
40
45
50
55
56
60
65
70
75
80
Pathloss k. Pathloss k.
Sedang
Metropolitan
(dB)
(dB)
116.784
117.5
118.554
119.3
120.324
121.1
122.094
122.8
123.864
124.6
125.634
126.4
127.404
128.1
129.284
130
129.359
130.1
129.659
130.4
130.034
130.8
130.409
131.1
130.784
131.5
130.67
131.4
130.214
130.9
129.644
130.4
129.074
129.8
128.504
129.2
127.934
128.7
85
90
127.364
126.794
128.1
127.5
Jark antar
gedung (m)
20
25
30
35
40
45
50
Pathloss k. Pathloss k.
Sedang
Metropolitan
(dB)
(dB)
135.52
135.7138
134.65
134.8416
133.93
134.129
133.33
133.5265
132.81
133.0045
132.35
132.5442
131.94
132.1323
Saran
Saran untuk pengembangan program dan
penelitian lebih lanjut adalah membuat peta wilayah
rugi-rugi jalur berdasarkan metode estimasi
Walfisch Ikegami.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wibisono, G., U. Kurniawan., G. D. Hantoro,
Konsep Teknologi Selular, Informatika,
Bandung, 2008.
[2]. Walfisch Ikegami Propagation Model,
http://www.cse.hcmut.edu
[3]. Ryszard, Struzak, Radio-wave Propagation
Basics.
wireless.ictp.trieste.it/.../R_Propg_Basics.pdf.
[4]. Propagasi Gelombang Radio,
http://ab3duh.wordpress.com
[5] Widodo, Slamet, Sistem Transmisi Radio 2,.
Bpkm polines, Semarang, 2003.
[6] Nachwan Mufti, Modul 7 Sistem Komunikasi
Bergerak, Prediksi Redaman Propagasi,
[7] Dirjen Postel, Persyaratan Teknis Alat Dan
Perangkat Jaringan Global System for Mobile
(GSM) 900 MHz / Digital Communication
System (DCS) 1800 MHz, Jakarta, 2004.
[8] ETSI, Digital Cellular Telecommunications
System (Phase 2+);Radio Network Planning
Aspects (GSM 03.30 version 8.3.0 Release
1999),
http://pda.etsi.org/exchangefolder/tr_101362v0
80400p.pdf, Desember 2009.
[9] Lempiinen, J., M. Manninen, Radio Interface
System Planning for GSM/GPRS/UMTS,
Kluwer Academic Publishers, New York,
Boston, Dordrecht, London, Moscow, 2002.
Zulkha Sarjudin
(L2F307055)
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
Reguler II 2007
Bidang Konsentrasi Teknik Elektronika
Telekomunikasi Universitas Diponegoro
Email : zulkhasarjudin@gmail.com
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Imam Santoso,S.T.,M.T.
NIP. 197012031997021001
Tanggal:___________