Anda di halaman 1dari 6

SIMULASI LINK BUDGET

PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN


DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI
Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedharto,SH, Tembalang - Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Pada sistem komunikasi selular, propagasi gelombang radio merupakan hal yang
sangat penting untuk dimengerti khususnya di daerah urban. Komunikasi selular merupakan
sistem komunikasi yang menggunakan udara sebagai media transmisi. Perambatan gelombang
radio dari pemancar ke penerima pasti mengalami rugi-rugi propagasi. Secara empiris,
terdapat beberapa model propagasi yang dapat digunakan untuk menghitung pathloss, salah
satunya adalah metode Walfisch Ikegami.
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini dibuat simulasi metode Walfisch Ikegami
untuk menghitung pathloss pada daerah urban dengan nilai parameter yang dapat divariasi.
Parameter-parameter tersebut antara lain tinggi BTS, tinggi gedung, frekuensi, lebar jalan,
jarak antar gedung, sudut orientasi jalan dan jarak BTS-MS. Hasil perhitungan pathloss
kemudian digunakan untuk menghitung link budget untuk mendapatkan nilai RSL (Receive
Signal Level) untuk daerah urban.
Tahap pengujian yang dilakukan pada penelitian ini ada 2 (dua) yaitu tahap
perhitungan pathloss dan tahap perhitungan link budget. Tahap perhitungan pathloss
merupakan perhitungan rugi-rugi propagasi di daerah kota sedang dan kota metropolitan
dengan metode Walfisch Ikegami. Pada tahap perhitungan link budget, dilakukan untuk
mendapatkan level daya yang diterima MS. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
pada frekuensi diatas 925 MHz, pathloss di daerah kota metropolitan lebih besar dibandingkan
kota sedang. Sedangkan pada frekuensi dibawah 925 MHz, pathloss di daerah kota metropolita
lebih kecil dibandingkan pada kota sedang.
Keywords: pathloss, link budget, Walfisch Ikegami,
I.

PENDAHULUAN
Definisi dari propagasi gelombang adalah
perambatan gelombang pada media perambatan atau
media transmisi. Media transmisi yang digunakan
bisa berupa kawat, udara atau cahaya. Propagasi
melalui
udara
menggunakan
gelombang
elektromagnetik atau radio sehingga disebut sistem
transmisi radio. Komunikasi seluler merupakan
sistem telekomunikasi yang menggunakan media
transmisi udara. Sistem ini memiliki kelebihan dapat
digunakan untuk berkomunikasi dimanapun selama
masih terjangkau oleh BTS (Base Transceiver
Station). Area cakupan antena BTS adalah
persebaran sinyal dari antena pada permukaan bumi.
Area cakupan antara BTS dengan BTS lainnya
memiliki luas area yang berbeda-beda. Aspek-aspek
yang mempengaruhi area cakupan ialah jenis antena,
tipe lingkungan, model propagasi, jari-jari sel dan
anggaran daya.
Penelitian tentang model propagasi yang telah
dilakukan sebelumnya ialah tentang analisis
perbandingan pemodelan propagasi pada system
DCS 1800. Simulasi tersebut menampilkan hasil
analisis perbandingan model propagasi dari operator
GSM (Wirasati, 2003)..

Penelitian kali ini tentang simulasi anggaran


daya (link budget) pada daerah urban dengan
menggunakan model propagasi Walfisch Ikegami.
Dengan simulasi ini diharapkan dapat menampilkan
pengaruh perubahan parameter satu terhadap
parameter lainnya. Parameter-parameter disini
adalah parameter-parameter dari BTS, MS dan
parameter ruang yang dihitung melalui rumus
propagasi Walfisch Ikegami. Kemudian hasil akhir
dari perhitungan tersebut akan digunakan dalam
perhitungan link budget untuk mendapatkan besar
level daya yang diterima oleh MS.
II. Batasan Masalah
Dalam penulisan penelitian ini pembahasan
masalah memiliki batasan pada permasalahan
berikut:
1. Frekuensi yang digunakan adalah 900-1800
MHz.
2. Model perambatan yang digunakan ialah model
perambatan Walfisch Ikegami.
3. Menggunakan arah downlink untuk menghitung
pathloss.
4. Tidak membahas mengenai pengaruh interferensi
terhadap kuat sinyal.

5. Prinsip sistem seluler tidak dibahas secara


matematis dan detail.
6. Jarak BTS-MS yang dihitung antara 20-5000
meter.
II. DASAR TEORI
Komunikasi tanpa kabel (wireless) merupakan
sistem komunikasi yang menggunakan media
transmisi gelombang radio. Gelombang radio akan
melakukan propagasi untuk mentransmisikan sinyal
informasi. Salah satu sistem komunikasi yang
berbasis pada wireless communication adalah sistem
komunikasi selular.
Setiap proses propagasi akan menimbulkan
rugi-rugi propagasi. Terdapat beberapa metode
untuk mengistimasi rugi-rugi propagasi diantaranya
Okumura Hatta, WCY lee, Walfisch ikegami dan
lain-lain. Metode Walfisch Ikegami dipilih karena
metode ini cocok digunakan untuk mengestimasi
rugi-rugi propagasi di daerah perkotaan.
Metode Walfisch Ikegami
Model Walfisch-Ikegami
adalah model
propagasi empiris untuk area urban yang dapat
digunakan baik untuk makrosel maupun mikrosel.
Parameter-parameter yang berhubungan dengan
model walfisch-ikegami dapat diilustrasikan pada
gambar 1[6] Model walfisch-Ikegami dapat dibagi
menjadi 2 kasus, yaitu LOS (Line Of Sight) dan
NLOS (Non Line Of Sight). Formula redaman
lintasan untuk kondisi LOS dapat dirumuskan pada
persamaan 1[2]
LLOS [dB] = 42.6 + 26 log10 d + 20 log10 f...(1)
Dengan d adalah jarak (km) dan f adalah frekuensi
(MHz).
Formula redaman lintasan untuk kondisi NLOS
dapat dirumuskan pada persamaan 2[2]
L = Lfsl + Lrts +
Lmsd.........(2)
Model Walfisch-Ikegami valid untuk kondisi:
f
= Frekuensi 800 - 2000 MHz
hbts
= Tinggi antenna BTS 4 50 m
hms
= Tinggi antenna MS 1 3 m
d

w = lebar jalan (m), hm= tinggi ms (m), = sudut


orientasi jalan (derajat), hb= tinggi BTS (m), hroof =
tinggi rata-rata bangunan (m), d= jarak MS-BTS
(km), b= jarak antar bangunan (m), f= frekuensi
(MHz), Redaman lintasan dalam kondisi NLOS,
Free space loss dinyatakan pada persamaan 3[2]
Lfsl = 32,45 + 20 log10 (d) + 20 log10 (f)...(3)
d = Jarak MS-BTS (km), f = Frekuensi (MHz)
Lrts = 16.9 + 10 log10 (w)+20 log10(w) + 20
log10 (hroof hm) + Lori......(4)
Lori = 10 + 0.354
: untuk 00 <35........... (5)
2.5 + 0.075( 35) : untuk 350 <55...........(6)
4.0 0.114( 55) : untuk 550 < 900........(7)
Lmsd = LBSH + ka + kd log10 d+ kf log10 fc 9log10
b....(8)
kf = 4 0,7(

fc
1) : Untuk kota sedang....(9)
925

fc
1) :Untuk daerah metropolitan(10)
925
LBSH = 18 xlog10 (1 (hr - hm)) : hb > hr.(11)
4 1,5(

Ka = 54
Kd = 18
18 15(hb/hr)

: hb > hr(12)
: hb > hr...(13)
: hb hr.......(14)

Link Budget
Tujuan dari perhitungan anggaran daya adalah
untuk menentukan parameter dan konfigurasi yang
ideal untuk mendapatkan kinerja terbaik dalam suatu
link
transmisi.
Paramater-parameter
yang
dibutuhkan dalam perhitungan anggaran daya
diantaranya adalah propagasi gelombang radio yang
digunakan untuk memperkirakan rugi-rugi propagasi
antara pemancar dan penerima, daya pancar
transmisi, penguatan antena, rugi-rugi, sensitifitas
penerima serta margin-margin seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2[1]:

= Jarak antara MS dan BTS 20 5000 m

Gambar 2 Parameter anggaran daya

Gambar 1 Model Walfisch-Ikegami[6

Dengan:

RSL (Receive Signal Level) adalah level


sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus
lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima
(RSL _ Rth). Untuk menghitung RSL (Receive
Signal Level) maka digunakan rumus 15
RSL = Pt + Gt - Lkabel - Lcom pathloss+ GrLr.15

Dimana Pt=daya pancar Tx, Gt=penguatan antena


Tx, Lkabel =rugi-rugi kabel+ konektor, Lcom=rugi-rugi
kombiner, Gr=penguatan antena Rx, Lr=rugi-rugi
kabel penerima.
IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
PROGRAM
Diagram Alir
Pada perancangan simulasi ini terdapat
beberapa diagram alir. Berikut ini adalah 2 diagram
alir yang penting untuk diketahui.
Diagram alir utama pada perancangan sistem
ini ditunjukkan dalam gambar 3. Dalam diagram alir
tersebut terdapat 2 kondisi propagasi yaitu LOS
(Line of Sight) dan NLOS (Non Line of Sight). Pada
kondisi
LOS,
pathloss
dihitung
dengan
menggunakan persamaan 1 sedangkan Pathlos
kondisi NLOS dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.

Pada diagram alir tersebut terdapat 2 pilihan


kondisi area yaitu area kota metropolitan dan kota
sedang.
Pathloss pada area kota metropolitan dihitung
dengan menggunakan persamaan 10 sedangkan
pathloss area kota sedang dihitung dengan
menggunakan persamaan 9.
V. Tampilan Program
Tampilan program simulasi diperlihatkan pada
gambar 5.

Mulai

Tidak

Ya

Gambar 5 Tampilan halaman simulasi

Kondisi LOS?

Hitung Pathloss
menggunakan
persamaan.2

Hitung Pathloss
menggunakan
persamaan .1

Hitung link budget


menggunakan rumus
15

Selesai

Gambar 3 Diagram alir system

Diagram alir menu Walfisch Ikegami kondisi


NLOS (Non Line of Sight) ditunjukkan pada gambar
4. Pada diagram alir ini terdapat 2 pilihan kondisi
area yaitu area kota metropolitan dan area kota
sedang.
M u la i

M a s u k k a n
P a r a m e te r
w a lf is h
ik e g a m i

t id a k

K o ta
M e t r o p o lit a n ?

H it u n g ru g i
p ro p a g a s i
D e g a n
m e n g g u n k a n
p e rs a m a a n 9

y a

H itu n g r u g i
p ro p a g a s i
D e g a n m e n g g u n k a n
p e rs a m a a n 1 0

H i tu n g lin k b u d g e t
m e n g g u n a k a n ru m u s
1 5

S e le s a i

Gambar 4 Diagram alir Walfisch Ikegami kondisi NLOS

Pada halaman ini berfungsi untuk menghitung


rugi propagasi dan link budget dengan metode
Walfisch Ikegami pada kondisi NLOS. Di sini
terdapat parameter-parameter yang dapat diubah
nilainya diantaranya frekuensi, jarak MS-BTS, lebar
jalan, tinggi gedung, sudut orientasi jalan, jarak
antar gedung dan tinggi BTS.
VI. PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada pengujian ini diperbandingkan antara
variasi jarak dan pathloss. Hasil pengujian pada
daerah kota sedang dan kota metropolitan
ditampilkan pada tabel 1
Tabel 1 Hasil pengujian variasi jarak terhadap pathloss

Jarak
(m)
20
50

Pathloss K.
sedang (dB)
56.8874928
68.3266326

Pathloss K.
metropolitan (dB)
59.350942
70.790082

100

83.448353

85.911802

200
400
600
800
1000
1500
2000
2500
3000

94.8874928
106.326633
113.0181
117.765772
121.448353
128.139821
132.887493
136.570073
139.578961

97.350942
108.79008
115.48155
120.22922
123.9118
130.60327
135.35094
139.03352
142.04241

3500
4000
4500
5000

142.122939
144.326633
146.270428
148.009213

144.58639
146.79008
148.73388
150.47266

Pada jarak 20 meter, pathloss yang dihasilkan


sebesar 56.8874928dB (kota Sedang). Sedangkan
pada jarak 5000 meter, pathloss yang dihasilkan
sebesar 148.009213dB (kota sedang). Dari data
diatas dapat dianalisis bahwa semakin jauh jarak MS
terhadap BTS maka pathloss yang dihasilkan
semakin besar.
Pengujian variasi tinggi BTS terhadap pathloss
ditampilkan pada tabel 2
Tabel 2 Hasil pengujian variasi tinggi BTS terhadap pathloss

Tinggi
Pathloss k.
Pathloss k.
BTS (m) Sedang (dB) Metropolitan (dB)
205
130.0344
130.7668
210
129.7878
130.5201
215
129.5487
130.281
220
129.3167
130.0491
225
129.0914
129.8238
230
128.8724
129.6048
235
128.6594
129.3918
240
128.452
129.1844
245
128.25
128.9824
250
128.0531
128.7855
Pada ketinggian 205 meter, pathloss yang
dihasilkan sebesar 130.0344 dB (kota Sedang).
Sedangkan pada ketinggian 250 meter, pathloss
yang dihasilkan sebesar 128.0531 dB (kota sedang).
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa
semakin tinggi BTS maka pathloss yang dihasilkan
semakin kecil.
Pengujian variasi frekuensi terhadap pathloss
ditampilkan pada tabel 3
Tabel 3 Hasil pengujian variasi frekuensi terhadap pathloss

frekuensi Pathloss k.
Pathloss k.
(MHz)
Sedang (dB)
Metropolitan (dB)
900
122.8
122.79
925
123.2
123.21
950
123.6
123.64
1000
124.3
124.46
1050
124.9
125.26
1100
125.6
126.03
1150
126.2
126.79
1200
126.8
127.53
1250
127.4
128.25
1300
127.9
128.95

1350
1400
1450
1500
1550
1600
1650
1700
1750
1800

128.5
129
129.5
130.1
130.6
131
131.5
132
132.4
132.9

129.64
130.32
130.98
131.63
132.28
132.91
133.53
134.15
134.75
135.35

Pada frekuensi diatas 925 MHz, pathloss pada


kota sedang lebih kecil dibandingkan pada kota
metropolitan.
Pengujian variasi tinggi gedung terhadap
pathloss ditampilkan pada tabel 4
Tabel 4 Hasil pengujian variasi tinggi gedung terhadap pathloss

Tinggi
gedung
Pathloss k.
Pathloss k.
(m)
Sedang (dB) Metropolitan (dB)
50
128.0531
128.785
55
129.1023
129.835
60
130.0803
130.813
65
131.0001
131.732
70
131.8714
132.604
75
132.7023
133.435
80
133.4993
134.232
85
134.2676
135
90
135.0118
135.744
95
135.7358
136.468
100
136.443
137.175
105
137.1363
137.869
110
137.8185
138.551
115
138.492
139.224
120
139.1593
139.892
125
139.8225
140.555
130
140.4837
141.216
135
141.1452
141.878
140
141.809
142.541
145
142.4773
143.21
150
143.1526
143.885
155
143.8371
144.569
160
144.5337
145.266
165
145.2452
145.978
170
145.9751
146.707
175
146.7272
147.46
180
147.5059
148.238

185
190
195
200

148.3167
149.1661
150.062
151.0148

149.049
149.898
150.794
151.747

Gedung-gedung yang tinggi menhasilkan


pathloss yang lebih besar.
Pengujian variasi lebar jalan terhadap pathloss
ditampilkan pada tabel 5
Tabel 5 Hasil pengujian variasi lebar jalan terhadap pathloss

Lebar
Pathloss k.
Pathloss k.
jalan (m) Sedang (dB) Metropolitan (dB)
6
142.147
143.7
9
140.386
142
12
139.137
140.7
15
138.168
139.7
18
137.376
139
21
136.707
138.3
24
136.127
137.7
Dari data diatas terlihat bahwa lebar jalan yang
sempit menghasilkan pathloss lebih besar
dibandingkan jalan yang lebih lebar.
Pengujian variasi sudut orientasi jalan terhadap
pathloss ditampilkan pada tabel 6
Tabel 6 Hasil pengujian variasi sudut orientasi jalan terhadap
pathloss

Sudut
orientasi
jalan (deg)
0
5
12
15
20
25
30
35
36
40
45
50
55
56
60
65
70
75
80

Pathloss k. Pathloss k.
Sedang
Metropolitan
(dB)
(dB)
116.784
117.5
118.554
119.3
120.324
121.1
122.094
122.8
123.864
124.6
125.634
126.4
127.404
128.1
129.284
130
129.359
130.1
129.659
130.4
130.034
130.8
130.409
131.1
130.784
131.5
130.67
131.4
130.214
130.9
129.644
130.4
129.074
129.8
128.504
129.2
127.934
128.7

85
90

127.364
126.794

128.1
127.5

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari


sudut 00 550 menunjukkan peningkatan pathloss,
sedangkan dari sudut 550 900 besar pathloss
semakin menurun.
Pengujian variasi jarak antar gedung terhadap
pathloss ditampilkan pada tabel 7
Tabel 7 Hasil pengujian variasi jarak antar gedung terhadap
pathloss

Jark antar
gedung (m)
20
25
30
35
40
45
50

Pathloss k. Pathloss k.
Sedang
Metropolitan
(dB)
(dB)
135.52
135.7138
134.65
134.8416
133.93
134.129
133.33
133.5265
132.81
133.0045
132.35
132.5442
131.94
132.1323

Jarak antar gedung yang lebar menghasilkan


pathloss yang lebih sedikit dibandingkan jarak antar
gedung yang rapat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisis yang
dilakukan tentang simulasi pathloss menggunakan
metode Walfisch Ikegami di daerah urban, maka
diambil kesimpulan bahwa pada frekuensi diatas 925
MHz, daerah kota metropolitan menghasilkan rugirugi propagasi yang lebih besar dibandingkan kota
sedang. Pada frekuensi 925 MHz, pathloss yang
dihasilkan bernilai sama. Sedangkan pada frekuensi
dibawah 925 MHz, pathloss yang dihasilkan pada
kota sedang lebih tinggi dibandingkan pathloss pada
kota metropolitan. Semakin tinggi BTS akan
menghasilkan pathloss yang lebih kecil. Semakin
jauh jarak MS terhadap BTS maka pathloss yang
dihasilkan juga semakin besar. Semakin tinggi
ketinggian gedung menghasilkan pathloss yang
semakin besar. Semakin besar lebar jalan, maka
pathloss yang dihasilkan juga semakin kecil. Jarak
antar gedung yang lebar akan menghasilkan pathloss
yang semakin kecil.

Saran
Saran untuk pengembangan program dan
penelitian lebih lanjut adalah membuat peta wilayah
rugi-rugi jalur berdasarkan metode estimasi
Walfisch Ikegami.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Wibisono, G., U. Kurniawan., G. D. Hantoro,
Konsep Teknologi Selular, Informatika,
Bandung, 2008.
[2]. Walfisch Ikegami Propagation Model,
http://www.cse.hcmut.edu
[3]. Ryszard, Struzak, Radio-wave Propagation
Basics.
wireless.ictp.trieste.it/.../R_Propg_Basics.pdf.
[4]. Propagasi Gelombang Radio,
http://ab3duh.wordpress.com
[5] Widodo, Slamet, Sistem Transmisi Radio 2,.
Bpkm polines, Semarang, 2003.
[6] Nachwan Mufti, Modul 7 Sistem Komunikasi
Bergerak, Prediksi Redaman Propagasi,
[7] Dirjen Postel, Persyaratan Teknis Alat Dan
Perangkat Jaringan Global System for Mobile
(GSM) 900 MHz / Digital Communication
System (DCS) 1800 MHz, Jakarta, 2004.
[8] ETSI, Digital Cellular Telecommunications
System (Phase 2+);Radio Network Planning
Aspects (GSM 03.30 version 8.3.0 Release
1999),
http://pda.etsi.org/exchangefolder/tr_101362v0
80400p.pdf, Desember 2009.
[9] Lempiinen, J., M. Manninen, Radio Interface
System Planning for GSM/GPRS/UMTS,
Kluwer Academic Publishers, New York,
Boston, Dordrecht, London, Moscow, 2002.

Zulkha Sarjudin
(L2F307055)
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
Reguler II 2007
Bidang Konsentrasi Teknik Elektronika
Telekomunikasi Universitas Diponegoro
Email : zulkhasarjudin@gmail.com

Mengetahui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Imam Santoso,S.T.,M.T.
NIP. 197012031997021001
Tanggal:___________

Ajub A. Zahra. S.T.,M.T.


NIP. 197107191998022001
Tanggal:__________

Anda mungkin juga menyukai