Anda di halaman 1dari 5

I

RINGKASAN MASALAH
Ketua Solidaritas Nusa Bangsa (SNB) Ester Yusuf Purba
menegaskan, penetapan Imlek sebagai hari libur nasional, bukanlah
sesuatu hal yang sangat penting bagi etnis Tionghoa. Esensinya adalah
penghapusan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa.
Menurut Ester yang perlu dilakukan pemerintah saat ini ialah
memperbaiki status kewarganegaraan dan menghapuskan kontrol militer
terhadap etnis Tionghoa. Sebab selama ini, tutur Ester, sepak terjang etnis
Tionghoa selalu diawasi secara ketat oleh militer Indonesia. Sebagai
contoh dia menyebutkan adanya Badan Koordinasi Masalah Cina di
bawah naungan Badan Intelijen Negara.
Mengenai status kewarganegaraan, Ester mengungkapkan, sampai
saat ini masih banyak Etnis Tionghoa yang tidak dilayani hak-hak
sipilnya oleh negara. Dicontohkan, bagi etnis Tionghoa, diperlukan
dokumen Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI).
Surat itu digunakan untuk mendapatkan hak-hak sipil dari negara, seperti
akta kelahiran, akta kematian, dan sebagainya. Tanpa itu mereka tidak
bisa memperoleh semua itu.
Diceritakannya, ketika warga etnis Tionghoa yang berada di dua
lokasi itu ingin membuat KTP, mereka disuruh ganti agama. Sampai
sekarang mereka enggak punya akte kelahiran, imbuhnya. Ester

bersuamikan pria batak ini mebantah jika dikatakan kultur etnis Tionghoa
tertutup. Kendati begitu dia tak memungkiri adanya sebagian warga etnis
Tionghoa yang bersikap seperti itu.
Dia sendiri menegaskan, kultur etnis Tionghoa itu sudah
dihancurkan sejak zaman Orde Baru. Saya sendiri tidak bisa
bahasanya, tambahnya. Ester mengakui, memang sampai saat ini ada
prasangka-prasangka rasial antara etnis Tionghoa dengan warga
Indonesia satu sama lain. Oleh karena itu, untuk menghilangkan
prasangka rasial tersebut, menurut dia, etnis Tionghoa harus lebih
berperan aktif terjun dalam masalah-masalah bangsa, termasuk dengan
lingkungannya sendiri.

II
ANALISIS
Dari kasus tersebut terlihat warga tionghoa di indonesia tidak
mendapatkan hak-hak kewarganegaraannya sebagai warga Indonesia. Hal
itu terjadi karena menurut sejarah telah terjadi penghapusan ras tionghoa
dari zaman orde baru. Seperti di perlukannya surat SBKRI (Surat Bukti
Kewarganegaraan

Republik

Indonesia)

yang

digunakan

untuk

mendapatkan hak sipil negara seperti mendapatkan akta kelahiran.


Dalam hal untuk memiliki KTP, warga tionghoa menurut masalah
di atas di persulit untuk memiliki KTP. Mereka di paksa untuk pindah
agama untuk memperoleh KTP.
Jika di lihat secara yuridis, warga tionghoa tidak seharusnya
mendapatkan perlakuan demikian karena warga tionghoa bisa kehilangan
kewarganegaraannya. Dalam UUD 1945 telah di atur secaara terperinci
mengenai HAM.
Pasal-pasal yang masuk adalah :
1. Pasal 28H (2) : setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
2. Pasal 28I (2) : setiap orang bebas dari perlakuan yang berdifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

Dalam hal upaya pemerintah untuk melindungi warga tionghoa


juga telah di atur dalam UUD. Dalam pasal 28I (4) di nyatakan
perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negera. Terutama pemerintah.
Jadi di sini pemerintah harus memenuhi hak-hak sipil warga
tionghoa

sebagai

warga

indonesia

untuk

memperoleh

kewarganegaraannya. Bukan mempersulit dengan aturan-aturan


yang bersifat obektif menurut para pemerintah itu sendiri.
Dalam
melalaikan
kepengurusan
kewarganegaraan,
pemerintah isa di kenakan sanksi yang ada dalam UU NO. 12 TH
2006. Dalam pasal 36 (1) dan (2).

III
PERTANYAAN HUKUM
1. Apakah diskriminasi warga tionghoa masih sampai sekarang?
2. Dalam memproleh hak-hak sipil itu mengapa warga tionghoa di
paksa untuk menganti agamanya. Padahal itu sudah melanggar
ketentuan UUD 1945?

3. Dasar hukum apa yang di pakai pemerintah kepada warga


tionghoa agar bisa memiliki surat-surat keterangan sipil harus
memiliki SKBRI?
4. Bagaimana bisa diskriminasi hak-hak sipil itu di dapat oleh
warga tionghoa?
5. Bagaimana upaya yang harus di lakukan agar diskriminasi itu
hilang?

Anda mungkin juga menyukai