Hafidiani
110.2010.117
110.2010.258
110.2010.280
Pembimbing :
dr. Dian Mardhiyah, M.KK
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing
dr. Dian Mardhiyah, M.KK
KATA PENGANTAR
i
Dr. Sugma Agung Purbowo MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
3.
4.
Universitas YARSI.
Rifda Wulansari, SP, M.Kes selaku staf pengajar dan Koordinator Kepaniteraan
5.
6.
7.
8.
9.
Wassalamualaikum wr. wb
Jakarta, Maret 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................vii
iii
DAFTAR DIAGRAM............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................xi
BAB I
LATAR BELAKANG
I.1 GAMBARAN UMUM DESA
I.1.1. Gambaran Umum Desa Secara Geografis..........................................1
I.1.2. Batas Wilayah.................................................................................... 2
I.2. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI............................... 3
I.2.1. Situasi Kependudukan...........................................................................3
I.2.2. Keadaan Sosial Ekonomi......................................................................6
I.2.3. Keadaan Sosial Budaya.........................................................................7
I.2.4. Pendidikan.............................................................................................8
I.2.5. Kesehatan .............................................................................................10
I.2.6. Data Puskesmas.....................................................................................11
I.2.7. Data Puskesmas Tegal Angus ...............................................................22
I.2.8. Gambaran Keluarga Binaan..................................................................27
I.2.8.1. Gambaran Umum Keluarga Binaan..........................................27
I.2.8.2. Keluarga Tn. Romli..................................................................27
I.2.8.3. Keluarga Tn. Imin.....................................................................33
I.2.8.4. Keluarga Tn. Dapid..................................................................39
I.3. PENENTUAN AREA MASALAH ...............................................................44
I.3.1. Rumusan Area Masalah........................................................................44
1.3.2. Alasan Pemilihan Area Masalah...........................................................45
1.3.2.1. Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas.......................45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
62
62
62
63
64
64
66
FISH BONE....................................................................................................75
INTERVENSI YANG TERPILIH................................................................. 78
Penyebab Masalah............................................................................. 79
5.2.2
5.2.3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................81
LAMPIRAN
6.1 Kuesioner........................................................................................................82
6.2 Lembar Skoring..............................................................................................84
6.3 Penilaian Variabel...........................................................................................85
6.4 Poster..............................................................................................................87
6.5 Leaflet.............................................................................................................88
6.6 Foto Kegiatan.................................................................................................89
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5
vii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus.................................26
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 05/RW 06, Desa Tanjung
Pasir........................................................................................................................68
Diagram 4.2
Diagram 4.3
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Tabel 1.5
Tabel 1.6
Tabel 1.7
Tabel 1.8
Tabel 1.9
Lembaga pendidikan..........................................................................................9
Tabel 4.5 Distribusi Responden Terhadap Aspek Perasaan Tentang Penggunaan Alas
Kaki.........71
ix
Tabel 4.6 Distribusi Responden Terhadap Aspek Panutan Tentang Penggunaan Alas
Kaki.72
Tabel 4.7 Distribusi Responden Terhadap Aspek Sosial Budaya Tentang Penggunaan Alas
Kaki.72
Tabel4.8 Distribusi Responden Terhadapa Aspek Sumber Daya Tentang Penggunaan Alas
Kaki...73
Tabel4.9 Hasil Analisis Univariat lima Variabel tentang Perilaku Penggunaan Alas
Kaki...................73
Tabel 4.10 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan,
Kampung Garapan,Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Februari 2015..76
DAFTAR SINGKATAN
ISPA
KB
: Keluarga Berencana
PAM
Poskesdes
Posyandu
RT
: Rukun Tetangga
RW
: Rukun Warga
cm
: Centimeter
: Meter
SD
: Sekolah Dasar
SMA
TBC
: Tuberkulosis
UMR
xi
BAB I
LATAR BELAKANG
I.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
I.1.1. Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota
kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari
permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30-37C. (Kartikawatie, 2012)
Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)
2.
3.
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Desa Lemo
b.
c.
d.
Desa Pangkalan
e.
f.
Desa Muara
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun
Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam
melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara
berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1. Dengan kantor kecamatan berjarak
12 km
54 km
72 km
Laki laki
4884orang
Perempuan
4629orang
- orang
- orang
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Umur
Jumlah Penduduk
0 4 tahun
920 orang
5 14 tahun
1880 orang
15 44 tahun
5139 orang
45 64 tahun
1273 orang
>65 tahun
301 orang
Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di
wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel bawah ini :
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus 2012
NO
DESA
Luas
Jumlah
wilayah
penduduk rumah
(km)
1
1
2
3
4
Jumlah
tangga
Rata-rata
Kepadatan
jiwa/rumah penduduk
tangga
per km
2
Pangkalan
Tanjung
3
7.54
5.24
4
16,888
7,669
5
4,138
2,473
4.08
3.10
7
2239.79
1463.55
Burung
Tegal
2.83
9,513
2,879
3.30
3361.48
Angus
Tanjung
5.64
9,513
1,787
5.32
1686.70
5.14
3.61
30.00
3,566
6,682
53,831
496
648
12,421
7.19
10.31
4.33
693.77
1850.97
1,794
Pasir
5
Muara
6
Lemo
Jumlah
daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan pembangunan. Akan tetapi SDM
bidangkesehatan masih sangat kurang di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga
diharapkan Puskesmas dapat terus meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk
menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.
Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus dilihat pada tabel dibawah ini :
Desa/kel
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pangkalan
8.710
8.178
16.888
Tanjung Burung
3.937
3.732
7.669
Tegal Angus
4.890
4.622
9.512
Tanjung Pasir
4.884
4.629
9.513
Muara
1.820
1.746
3.566
Lemo
3.430
3.252
6.682
JUMLAH
27.671
26.160
53.831
Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012
Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat
partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada perempuan baik
sebagai sasaran kesehatan seperti bumil, bulin maupun kader kesehatan. Program-program
seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki juga dibutuhkan.
Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu
dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh
masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.
Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
No.
Jumlah Penduduk
65 orang
6 orang
25 orang
2.331 orang
1.213 orang
15 orang
43 orang
5 orang
8 orang
24 orang
176 orang
Jumlah Penduduk
12.
Peternak
6 orang
13.
Supir
30 orang
14.
15.
TNI / POLRI
Tukang Batu
6 orang
42 orang
Sumber : (Kartikawatie, 2012)
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli
Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya.
Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.6. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Tegal Angus
No
1
Agama
Islam
Jumlah Penduduk
45481
Budha
3059
Kristen
671
Khatolik
105
6
Khonghucu
27
Hindu
1
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus 2012
Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus di dominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha. Kehidupan agama di wilayah
ini berjalan dengan harmonis.
Tempat Peribadatan
Masjid
Musholla
Majelis Taklim
Gereja
Pura
Jumlah Penduduk
6 Unit
30 Unit
4 Unit
- Unit
- Unit
Sumber : (Kartikawatie, 2012)
1.2.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku
masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam
pembangunan kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat
pada tabel dibawah ini :
7
Nama Desa
PAUD
TK
RA
SD
MI
SMP MTS
SMA
SMK
M
A
Pangkalan
Tanjung
Burung
3
Tegal Angus
JUMLAH SEKOLAH
No
Nama Desa
PAUD
TK
RA
SD
MI
SMP MTS
SMA
SMK
M
A
Tanjung Pasir
Muara
Lemo
PUSKESMAS 1
12
TK
SDN
MI
pendidikan
SLTP
MTS
negeri
SLTP
SMU
SMK
swasta negeri
islam
Jumlah sekolah
Jumlah murid
17
153
1.269
876
413
orang
3
Jumlah guru
5 orang
orang orang
28
16
8
orang
-
16
orang orang
orang
Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
Usia 7-45 th tidak sekolah
Tidak tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SLTA/Sederajat
Sarjana/D1-D3
Pasca Sarjana/S2-S3
Jumlah Penduduk
1.976 jiwa
145 jiwa
234 jiwa
3.789 jiwa
1.653 jiwa
954 jiwa
41 jiwa
-
I.2.5. Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada
di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,
pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan
yang bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan
membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
9
Nama
Jumlah
Jumah
Jumlah
Capaian
Kecamatan
desa/kelurahan
rumah
rumah
PHBS
tangga
tangga
rumah
yang
tangga
dipantau
1.
Salembaran
15925
1050
347
33,05
Jaya
2.
Kosambi
22321
4398
3604
81,95
3.
Sindang Jaya
18944
1470
518
35,24
4.
Pagedangan
11
21.731
2.310
1.054
45,63
Panongan
26.791
1.680
689
41,01
Cikuya
16.095
1.917
1.401
73,08
Mauk
12
16.682
2.520
861
34,17
10
No
Nama
Jumlah
Jumah
Jumlah
Capaian
Kecamatan
desa/kelurahan
rumah
rumah
PHBS
tangga
tangga
rumah
yang
tangga
dipantau
8
Pasir Jaya
10
23.634
840
425
50,60
Cikupa
31.565
2.100
593
28,24
10
Tegal Angus
12.421
1.260
203
16,11
11
Teluk Naga
20.322
1.470
1.050
71,43
12
Pakuhaji
17.936
1.680
520
30,95
13
Sukawali
12.419
1.260
483
38,33
14
Balaraja
16.217
1.050
723
68,86
15
Gembong
10.397
1.462
951
65,05
16
Kemiri
12.253
1.470
166
11,29
17
Curug
28.400
1.260
693
55
18
Binong
15.856
210
74
35,24
19
Cisoka
10
19.370
2.235
905
40,49
20
Kelapa dua
15.310
420
353
84,05
21
Bj. Nangka
12.920
420
338
80,48
22
Jl. Kutai
2.928
210
194
92,38
23
Jl. Emas
12.391
210
181
86,19
No
Nama
Jumlah
Jumah
Jumlah
Capaian
Kecamatan
desa/kelurahan
rumah
rumah
PHBS
tangga
tangga
rumah
11
yang
tangga
dipantau
24
Sukadiri
15.670
1.680
1.077
64,11
25
Cisauk
6.421
944
811
85,91
26
Suradita
8.835
753
118
15,67
27
Kutabumi
67.112
1.890
403
21,32
28
Kedaung barat
26.213
1.680
1.218
71,5
29
Jambe
10
9.621
2.100
329
15,67
30
Rajeg
19.349
1.680
364
21,67
31
Sukatani
14,747
1.050
618
58,86
32
Kresek
13.103
1.890
734
38,84
33
Gunung kaler
36.700
1.890
634
33,54
34
Sepatan
20.934
1.680
979
58,27
35
Sukamulya
18.002
1.680
1.174
69,88
36
Mekar baru
10
10.570
1.680
105
6,25
37
Kronjo
15.976
2.100
751
35,76
38
Jayanti
16.340
1.680
988
58,81
39
Tigaraksa
8.754
1.470
767
No
Nama
Jumlah
Jumah
Jumlah
Capaian
Kecamatan
desa/kelurahan
rumah
rumah
PHBS
tangga
tangga
rumah
yang
tangga
52,18
%
dipantau
40
Pasir nangka
20.486
744
280
37,63
41
Legok
34.884
1.050
357
34
42
Bojong kamal
6.698
1.031
460
44,62
43
Caringin
4.585
797
577
72,40
12
Jumlah
274
778.228
62.371
29.070
46,6
Dari table diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten Tanggerang
pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang telah ditetapkan
yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:
a. Kurangnya dukungan lintas sektor dan lintas program untuk mencapai PHBS
yang tinggi.
b. Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah tangga
yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari satu
program.
c. Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes
karena seringnya dilakukannya pergantiannya petugas Promkes.
d. Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS di
rumah tangga.
Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya
kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:
1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membinaan 29 Desa binaan di
Kabupaten Tanggerang.
2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe Farma,
Bank BJB, dll.
3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.
4) Saka Bakti Husada.
5) Forum Kader.
2. Kesehatan Lingkungan
Empat indikator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air bersih,
presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan sarana
13
1.
Sasaran
Prosentasi Rumah
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Target
Real
Target
Real
Target
Real
79%
73,6%
80%
62,71%
85%
71,63%
90%
88,5%
87%
91,5%
95%
92,3%
85%
76,9%
85%
71,13%
85%
74,97%
70%
66,2%
75%
64,69%
80%
74%
87%
60,9%
90%
76,16%
95%
78,80%
70%
71,2%
75%
69,84%
80%
67%
Sehat
2.
Prosentasi SAB
memenuhi syarat
kesehata
3.
Prosentasi Jamban
keluarga memenuhi
syarat kesehatan
4.
Prosentasi TTU
memenuhi syarat
kesehatan
5.
6.
Prosentase Instusi
14
yang dibina
memenuhi syarat
kesehatan
lingkungan
Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013
Beberapa indikator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya persentase
rumah sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, persentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentasi TTU yang
memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian peningkatan
tersebut belum mencapai target pada indikator rumah sehat, persentase sarana air bersih
yang memenuhi syarat, persentase TTU memenuhi syarat kesehatan, ABJ, dan persentase
Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Kondisi ini terjadi
kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang diperiksa sedangkan
sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi jumlahnya kecil.
Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah sanitasi yang tidak memenuhi syarat
tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu mau menggunakan
sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan juga pemeliharaan sarana
yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi.
Upaya pemberdayaan masyarakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus
lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun
kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air
bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah sehat. Sedangkan
untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama sektor terkait. Sesuai
strategi sanitasi yang sudah disusun untuk mengatasi masalah ditingkat individu maupun
kawasan dan komitmen terhadap memorandum program sanitasi.
3. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi
jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup
ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada
pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.
15
Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di Kabupaten
Tanggerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak 161.220
rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 115.482 rumah
(71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil inspeksi
sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa. Hasil inspeksin
sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang diperiksa, rumah yang sudah
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%). Dari hasil inspeksi sanitasi
permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana sanitasi di
rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan kualitas rumah menjadi
rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian stimulan
untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerja sama
dengan SKPD terkait.
Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat
tentang rumah sehat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan
rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.
4. Penggunaan dan akses air bersih
Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang penggunaan air
bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KKyang diperiksa, sebagian keluarga (92,3%)
memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%, sumur pompa tahan 16%,
ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan sumur bor/jetpam 49%.
Dibandingkan hasil 2012, persentasi keluarga yang memiliki akses air bersih turun dari
97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa meningkat sedangkan jumlah
pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.
Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi
sanitasi yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh
masyarakat untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat
adalah: 9,8% air kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%,
ledeng eceran 2,9%), pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak
terlindung 3,5%.
Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan untuk
keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan
16
sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari
sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian stimulant untuk membuat
percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air didaerah rawan diare dan
daerah yang beresiko sanitasi.
5. Keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban
keluarga, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut
sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Tabel 1.13
Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2011-2013
Tahun
Jaga (%)
Tempat
SPAL (%)
SAB (%)
sampah (%)
2011
76,9
81
82,5
88,5
2012
71,13
74,77
74,2
97,5
2013
87,4
77,6
83,5
92,3
tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah dalam tempat
yang kedap air dan tertutup.
Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang
memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi ini
meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memilikipengelolaan
air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).
Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan
kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana
sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana
sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi
pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc
sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun)
6. Tempat-Tempat Umum
Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan
pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan
yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidahkaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan
ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya
menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses
pengolahannya, kendala dan permasalahan yang belum dapat ditangani adalah masih
rendah
hygiene
dan
sanitasi
tempat
pengolahan
makanan.
sarana yang telah diperiksa sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013
perusahaan jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%)
perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas kesehatan. Upaya yang
telah dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa boga yang memiliki sertifikat laik
sehat adalah mengadakan kursus hygiene Sanitasi yang dilakukan secara periodik dan
membuat surat edaran bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk
perusahaan yang menyediakan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik
pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur penjamah dan
usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan.
2. Rumah Makan/Restoran
Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah tangga/restoran
yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang memenuhi syarat (85%).
Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran diperoleh 17 sarana yang memiliki
sertifikat baik sehat rumah makan restoran (6,64%).
3. Industri Rumah Tangga Pangan
Hasil Pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan yang dilakukan pada
tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%) memenuhi syarat dan telah
tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk pangan yang diproduksi. Uji petik
pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan dilakukan terhadap sarana industry
rumah tangga pangan yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga Pangan (SPP-IRT) dan industry rumah tangga pangan yang ingin mendapatkan
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT). Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan industry rumah tangga pangan yang memiliki SPP-IRT
dengan
mengadakan
Penyuluhan
Keamanan
Pangan
bagi
pengusaha
dan
penanggungjawab produksi.
Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industri rumah tangga pangan dilakukan
pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl yellow).
4. Depot Air Minum
Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013 dilakukan di
100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat (MS). Masih rendahnya
sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat karena masih rendahnya hiegene sanitasi
sarana dan hiegene sanitasi perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air minum meliputi
pemeriksaan kualitas air minum baik secara kimia, fisika dan bakteriologi.
19
Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang memiliki
sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum yang memiliki
sertifikat sehat adlah pengusaha sudah bisa melakukan kegiatan operasional tanpa
rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
7. Institusi Yang Dibina
Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan
perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan, ketersediaan
sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan kebersihan suatu
institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711 (67%) institusi yang
dibina memenuhi syarat kesehatan.
I.2.7. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat TB
Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus, didapatkan
kasus baru pada:
Laki-laki
: 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 21 orang dari 26.160 orang
Total
: 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki
: 94.0
Perempuan
: 80.0
Total
: 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki
: 13 orang
Perempuan
: 14 orang
Total
: 27 orang
c) CDR
Laki-laki
: 48.15
Perempuan
: 50.0
Total
: 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki
: 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 1.107 orang dari 26.160 orang
20
Total
: 2.277 orang dari 53.831 orang
b) Jumlah kasus yang di tangani
Laki laki
: 394 orang (33.7%)
Perempuan
: 553 orang (50%
Total
: 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Berdarakan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu:
a) Jumlah ibu yang bersalin
: 928 orang dari 1.025 persalinan
b) Jumlah ibu yang nifas
: 1.025 orang
Yankes
: 1.022 orang
Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106
3. Keluarga yang diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
6. Air Minum
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan: (-)
2. Ledeng: 25 keluarga
3. Air isi ulang: 89 keluarga
4. Sumur terlindung: 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
21
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan dan puskesmas
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
8.
Jumlah
1 Unit
6 Unit
22
5
6
7
8
9
4 Unit
4 Unit
4 Orang
Unit
c. Jumlah Akseptor KB
1) Pil
: 127 orang
2) IUD
: 14 orang
3) Kondom
: - orang
4) Suntik
: 190 orang
5) Implan
: 13 orang
23
No
Nama
Status
Jenis
Usia
Keluarga
Kelamin
(tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
(L/P)
1.
Tn. Romli
Kepala
28
SD
27
SMP (tidak
Buruh
Keluarga
2.
3.
Ny. Rusmini
Ny. Daimah
Istri
Mertua Tn.
50
Romli
No
Nama
tamat)
Tangga
Tidak
Ibu Rumah
sekolah
Status
Jenis
Usia
Keluarga
Kelamin
(tahun)
Ibu Rumah
Pendidikan
Tangga
Pekerjaan
(L/P)
4.
Tn. Hasan
30
SMP
3,5
Belum
Buruh
Romli
5.
An. Rihana
Anak pertama
Sekolah
Keluarga Tn. Romli bertempat tinggal di Kampung Garapan RT 05/RW 06 Desa Tanjung
Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Romli
sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Rusmini, mertua Tn. Romli Ny.
Daimah, kakak ipar Tn. Romli Tn. Hasan , dan satu anak perempuan An. Rihana.
Tn. Romli, berusia 28 tahun, bekerja sebagai seorang buruh di daerah Tanggerang dengan
penghasilan berkisar Rp 600.000,00 - 1.200.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Romli digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air, makanan, pengobatan dan
lain-lain.
Tn. Romli mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Istrinya, Ny. Rusmini, yang berusia 27 tahun, bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Ny. Rusmini pernah mengenyam sampai pendidikan Sekolah Pertama
(SMP). Pasangan ini menikah saat Tn. Romli berumur 18 tahun dan Ny. Rusmini berusia 17
tahun. Saat
b.
bangunan berukuran 6 m x 6,5 m. perumahan ini dikelilingi oleh empang. Bangunan tempat
tinggal tidak bertingkat, lantai beralaskan semen, beratap genteng tanpa plafon, dan dindingnya
terbuat dari batu bata. Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan 30 cm x 40 cm di ruang tamu
dan kamar tidur 25 cm x 20 cm yang jarang dibuka sehingga rumah tersebut jarang dimasuki
cahaya matahari dan sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Pencahayaan di rumah Tn.
Romli mengunakan 3 lampu di dalam rumah, 1 berwarna kuning yang terdapat di ruang tamu, 2
berwarna putih tetapi tidak cukup terang yang terdapat di kedua kamar tidur. Rumah ini terdiri
dari satu ruang tamu 3 m x 2 m yang digabung menonton TV, dua kamar tidur 2 m x 3 m, ruang
dapur 2 m x 2 m , kandang kambing 3 m x 2 m dan kamar mandi 2 m x 2 m. Keluarga ini
menggunakan kamar mandi hanya untuk mandi dan mencuci piring dan pakaian, namun jika
ingin buang air besar mereka selalu pergi ke jamban yang berada di empang belakang rumahnya.
Selain di gunakan oleh anggota keluarga Tn. Romli, jamban tersebut juga sering di gunakan oleh
warga lain yang berada di sekitar rumah.
Keluarga Tn.Romli sering menggunkan air PAM sebagai sumber air untuk keperluan
sehari-hari seperti mandi, memasak, minum, cuci piring, dan mencuci pakaian. yang di belinya
seharga Rp 1000 per dirigen. Dalam sehari kelurga Tn. Romli memerlukan 5 dirigen untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Romli memiliki pekarangan yang kurang luas. Kelurga Tn. Romli memiliki
peliharaan yaitu dua ayam dan enam kambing. Dalam membuang limbah rumah tangga, Tn.
Romli dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di belakang rumah dan jika di
TAMPAK BELAKANG
rasa sudah cukup banyak, sampah dibakar atau di buang ke dalam empang di belakang rumah.
Kamar
Mandi
Dapur
Ruang Tidur
Jendela
Ruang Tamu
Pintu
Ruang makan
Kandang
Ruang Tidur
Kambing
25
TAMPAK
DEPAN
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Romli terletak dilingkungan yang padat penduduk. Dibagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat empang, tempat pembuangan dan pembakaran sampah.
Di bagian kanan dan kiri rumah Tn. Romli menempel langsung dengan rumah tetangga. Limbah
cair dialirkan ke jalan
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Romli memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Rusmini memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe
dan ikan. Menurut penuturannya Ny. Rusmini semua makanan dimasak sampai matang. Ny.
Rusmini tidak membeli makanan diluar.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn.Romli dan Ny. Rusmini adalah seorang anak perempuan,
bernama An.Rihana yang sekarang berusia 3,5 tahun, yang sekarang belum sekolah. Proses
kelahiran ditolong oleh bidan. Sejak lahir An. Rihana sering dibawa ke posyandu dan
mendapatkan imunisasi yang lengkap, akan tetapi Ny. Rusmini tidak mengerti imunisasi apa
yang diberikan kepada anaknya, ia hanya menuruti anjuran dari Posyandu. An. Rihana diberikan
ASI eksklusif sampai dengan usia 2 tahun.
Saat ini Ny. Rusmini menjalani program Keluarga Berencana (KB) berupa suntik tiga
bulan sekali di bidan.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas
Tegal Angus. Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Romli untuk
mengobati anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn .Romli
lebih memilih untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Romli belum pernah mengalami sakit yang serius.
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya adalah batuk, pilek.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
26
Dikeluarga binaan ini Tn. Romli merokok. Tn. Romli sering merokok di luar rumah dan
di dalam rumah. Keluarga Tn. Romli mengaku mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan
tampak kotor dengan menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak ada. Keluarga Tn. Romli
mengaku jika ingin keluar rumah, ke jamban, ke kamar mandi, dan halaman rumah tidak
menggunakan alas kaki.
Faktor Internal dan Eksternal
Tabel 1.9. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Imin
Tabel 1.10. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Romli
No
1
Kriteria
Kebiasaan merokok
Permasalahan
Tn. Romli memiliki kebiasaan merokok ini dilakukan didalam
Olahraga
Pola makan
Pola pencarian
pengobatan
Menabung
ke Puskesmas.
Tn. Romli dan Ny. Rusmini tidak memiliki kebiasaan menabung
karena penghasilan Tn. Romli hanya cukup untuk kebutuhan
sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari a. Tn. Romli bekerja sebagai buruh.
b. Ny. Rusmini tidak bekerja, dan sehari-hari mengurus rumah
dan mengurus anaknya.
c. Anak pertama belum masuk sekolah
d. Keluarga Tn. Romli mengaku jika ingin keluar rumah, ke
jamban, ke kamar mandi, dan halaman rumah tidak
menggunakan alas kaki
27
No
1.
2.
Kriteria
Luas bangunan
Permasalahan
luas tanah sekitar 150 m2 dan luas bangunan berukuran
Ruangan dalam
6 m x 6,5 m
Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri
rumah
yang
Ventilasi
4.
Pencahayaan
5.
MCK
6.
Sumber air
mandi
d. Tidak terdapat jentik nyamuk di bak mandi
a. Membeli air bersih yang berasal dari PAM, sebanyak
5 dirigen setiap hari.
b. Air ini digunakan untuk air minum, mencuci, mandi
dan buang air kecil.
c. Air berwarna kuning keruh, tidak berbau dan rasa
7.
8.
9.
Saluran
asin.
Limbah rumah tangga baik cair maupun padat dibuang
pembuangan
limbah
Tempat
pembuangan
sampah
No
Nama
Status
Jenis
Usia
Keluarga
Kelamin
(tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
(L/P)
1.
Tn. Imin
Kepala
50
SD
Wiraswasta
40
SD
Wiraswasta
Keluarga
2.
Ny. Wati
Istri
Keluarga Tn. Imin bertempat tinggal di kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir,
Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Imin sebagai kepala keluarga dengan
seorang istri yang bernama Ny. Wati.
Tn. Imin, berusia 50 tahun, bekerja sebagai seorang wiraswasta di daerah Tangerang
dengan penghasilan berkisar Rp 800.000,00 - Rp 1.200.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Imin
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air, makanan,
pengobatan dan lain-lain. Keluarga Tn. Imin juga mempunyai warung yang terletak di seberang
rumah dan Ny. Wati bertugas menjaga warung tersebut setiap harinya.
Tn. Imin mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga lulus Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Wati, yang berusia 40 tahun, bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Ny. Wati pernah mengenyam sampai pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pasangan
ini menikah saat Tn. Imin berumur 50 tahun dan Ny. Wati berusia 40 tahun.
a.
dan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan
29
keramik, beratap genteng dengan plafon rotan, dan dindingnya terbuat dari batu bata. Ventilasi
yang ada berasal dari pintu depan dan jendela yang jarang dibuka sehingga rumah tersebut
jarang dimasuki cahaya matahari dan sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Rumah ini
terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, ruang dapur dan kamar mandi, serta jamban yang
berada di bagian belakang rumah. Keluarga ini menggunakan kamar mandi yang terdiri dari bak
mandi untuk mandi, mencuci piring dan mencuci pakaian. Jika buang air besar, mereka selalu
pergi ke jamban umum yang berada di depan perumahan. Keluarga Tn. Imin melakukan ini
karena mereka berusaha menghemat penggunaan air.
Keluarga Tn. Imin sering menggunkan air dirigen sebagai sumber air untuk keperluan
sehari-hari yang di belinya seharga Rp 1000 per dirigen. Dalam sehari kelurga Tn. Imin
memerlukan 8 dirigen untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Imin memiliki pekarangan disamping rumah. Dalam membuang limbah
rumah tangga (sampah), Tn. Imin dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di
dapur dan jika di rasa sudah cukup banyak, sampah dibakar di belakang rumah.
TAMPAK BELAKANG
Dapur
Jendela
Ruang Tamu
Pintu
Ruang Tidur
TAMPAK
DEPAN
Raung Tamu
Dan Ruang
Keluarga
Gam
bar 1.4. Denah Ruman Tn. Imin
b.
Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Imin terletak dipemukiman yang padat penduduk. Dibagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat empang. Limbah cair dialirkan ke jalan.
c.
Pola Makan
Keluarga Tn. Imin
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu,
tempe dan terkadang makan ikan. Menurut penuturannya Ny. Wati, semua makanan dimasak
sampai matang. Ny. Wati tidak membeli makanan diluar kecuali sayur-sayuran dan buah-buahan
yang biasanya dibeli saat ada penjual keliling.
30
d.
Fudin yang sekarang berusia 25 tahun dan telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Proses
kelahiran ditolong oleh paraji. Sejak lahir Tn. Fudin sering dibawa ke posyandu dan
mendapatkan imunisasi yang lengkap, akan tetapi Ny. Wati tidak mengerti imunisasi apa yang
diberikan kepada anaknya, ia hanya menuruti anjuran dari Posyandu. Tn. Fudin diberikan ASI
eksklusif sampai dengan usia 6 bulan. Anak kedua adalah seorang anak lelaki bernama Tn. Basri
yang sekarang 20 tahun yang juga telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Proses kelahiran
ditolong oleh bidan desa. Tn. Basri juga sering dibawa ke posyandu dan mendapatkan imunisasi
lengkap. Tn. Basri diberikan ASI eksklusif sampai 8 bulan. Anak ketiga adalah seorang anak
lelaki bernama Tn. Yahya yang sekarang berusia 18 tahun, belum menikah namun telah
meninggalkan rumah. Proses kelahiran ditolong oleh bidan desa. Tn. Yahya juga sering dibawa
ke posyandu dan mendapatkan imunisasi lengkap. Tn. Yahya diberikan ASI eksklusif sampai 6
bulan. Anak keempat adalah seorang anak perempuan yang bernama Ny. Iim yang sekarang
berusia 17 tahun dan telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Proses kelahiran ditolong oleh
bidan desa. Ny. Iim juga sering dibawa ke posyandu dan mendapatkan imunisasi lengkap. Ny.
Iim diberikan ASI eksklusif sampai 9 bulan.
Saat ini Ny. Indun menjalani program Keluarga Berencana (KB) berupa suntik tiga bulan
sekali di bidan.
e. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Imin untuk mengobati
anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn.Imin lebih memilih
untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Imin sering mengeluhkan sakit panas badan dan batuk-batuk dengan dahak
selama kurang lebih satu bulan namun Tn. Imin belum pernah memeriksakan dahaknya.
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Imin adalah sakit pilek.
h.Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
31
Dikeluarga Tn. Imin seluruhnya merokok kecuali anggota Ny. Wati dan Ny. Iim.
Keluarga Tn. Imin mengaku mencuci tangan sebelum makan namun jarang mencuci tangan
sebelum memasak dan menyiapkan bahan dan alat memasak. Kebiasaan berolahraga tidak ada.
Dalam kesehariannya Tn. Imin dan Ny. Wati tidak selalu memakai alas kaki saat ke halaman, ke
toilet, ke jamban maupun saat keluar rumah.
Faktor Internal dan Eksternal
Tabel 1.9. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Imin
Tabel 1.10. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn.Imin
No
Kriteria
Kriteria
1
Kebiasaan
Luas bangunan
merokok
2
Olahraga
3
Pola makan
2.
Ruangan dalam
No
1.
Permasalahan
Tn. Imin merokok danPermasalahan
biasanya menghabiskan 1 bungkus setiap
Luas rumah 8 x 6 m , memiliki enam ruangan yang terdiri dari satu
hari
ruang
tamu yang
menyatu dengan
ruang keluarga, satu kamar tidur,
Kebiasaan
berolahraga
tidak ada
memasak
makanan
sendiri
satuIbu
ruang
tamu, satu
toilet dan
dapurdengan menu seperti nasi, tahu,
Ruang
keluarga
yang berukuran
2 x 4 sayur-sayuran
m, memiliki satu
tidur
tempe
dan terkadang
memakan
dankamar
buah-buahan
rumah
berukuran
m, satu
kamar tamu berukuran 2x2 m, memiliki
jika ada2x2
penjual
keliling
4
Pola pencariandapur
Apabila
ada anggota
sakit,
Ny. Wati
berukuran
2x2 m, keluarga
memilikiyang
kamar
mandi
yang membeli
berada diobat
3.
4.
pengobatan dalam
di rumah
warungberukuran
dan apabila
beratjamban
keluarga
Tn. Imin akan
1x2sakit
m dandirasa
memiliki
di dalamnya.
Ventilasi
Dalam
rumah
terdapat
ventilasi
berobat
ketidak
puskesmas
terdekat
jendela
berjumlah
satu,penghasilan
terdapat 1 buah
5Pencahayaan
Menabung Terdapat
Keluarga
Tn. pada
Iminkamar
tidak tidur
menabung
karena
keluarga
lampu
yang terdapat
padakeperluan
kamar tidur
dan ruang tamu, namun
biasanya
habis untuk
sehari-hari
6
Aktivitas
Tn.tidak
Imincukup
bekerja
wiraswastaseluruh
yang ruang
tidak yang
mempunyai
lampu
terangsebagai
untuk menerangi
ada.
5.
sehari-hari
MCK
6.
Sumber air
7.
Saluran
pembuangan
limbah
Tempat
disekitarnya.
Sampah dibuang di pekarangan sekitar rumah, sampah ini
pembuangan
sampah
Lingkungan
sekitar rumah
8.
9.
penghasilan
tetap.melalui
Ny. Wati
bekerja sebagai wiraswasta dan
Sinar
matahari masuk
pintu rumah.
Terdapat
jamban usaha
cemplung
di dalam
rumah. Keluarga
Tn. Iminanak Tn.
mempunyai
warung
di seberang
rumah. Seluruh
biasanya
BABNy.
danWati
BAK
di jamban
umum rumah.
yang terletak sekitar
Imin dan
telah
meninggalkan
32
terdapat pekarangan.
Keluarga Tn. Dapid
a. Data Dasar Keluarga Tn. Dapid
Keluarga binaan Tn. Dapid terdiri dari 4 anggota keluarga, peran Tn. Dapid dalam
keluarga adalah sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Ati dan terdapat 2 anak lelaki.
Anak pertama adalah Danil dan anak kedua adalah Diki.
Tabel 1.17. Data dasar Keluarga Tn. Dapid
No
Status
Jenis
Usia
Pendid
Keluarg
Kelamin
(tahun)
ikan
(L/P)
Tn.
Kepala
40
SD
Dapid
Keluarga
2.
Ny. Ati
Istri
34
SD
IRT
3.
Danil
Anak
14
SMP
Pelajar
4.
Diki
Anak
SD
Pelajar
1.
Nama
Pekerjaan
Penghasilan
Nelayan
Rp. 1,5 jt 2
jt/bln
Keluarga Tn. Dapid tinggal di Kampung Garapan RT 05/RW 06 Desa Tanjung Pasir
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri, dan
dua orang anak yang tinggal serumah. Tn. Dapid sebagai kepala keluarga berusia 40 tahun
dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah dasar. Tn. Dapid berprofesi sebagai nelayan
dengan pendapatan tidak menentu, dengan penghasilan kira-kira berkisar antara Rp. 1,5 jt hingga
Rp. 2 jt perbulannya.
Tn. Dapid memiliki seorang istri yang bernama Ny. Ati berusia 34 tahun dengan latar
pendidikan sekolah dasar. Ny. Ati tidak bekerja, kesehariannya mengurus rumah seperti
memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Sebelumnya Ny. Ati
bekerja menjadi buruh pabrik, namun berhenti karena alasan memiliki bayi dirumah saat anak
pertama lahir.
Tn. Dapid dan Ny. Ati memiliki dua orang anak laki-laki. Anak pertama laki-laki berusia
15 tahun, anak kedua laki-laki berusia 9 tahun.
b. Bangunan Tempat Tinggal
33
Keluarga Tn. Dapid tinggal di rumah milik sendiri dengan bangunan semi permanen
diatas tanah seluas 7 x 9 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, berlantaikan
keramik. Atap rumah menggunakan genteng tetapi tidak dibuat plafon. Rumah Tn. Dapid terdiri
dari sebuah ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang keluarga, 2 buah kamar tidur, 1 ruang
dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi yang dilengkapi jamban. Ruang tamu berukuran 4
x 4 m2 beralaskan keramik dan dipergunakan untuk menerima tamu, nonton televisi, dan
berkumpul bersama keluarga. Diruangan tersebut terdapat jendela dan memiliki pintu yang dapat
dileAti cahaya matahari. Untuk siang hari hingga malam keluarga Tn. Dapid menggunakan
lampu sebagai penerangan.
Air yang digunakan untuk mandi dan membasuh setelah BAB dengan menggunakan air
PAM. Bak mandi dikuras setiap 1 minggu 2 kali. Sumber air bersih didapatkan dari PAM yang
dibeli dengan harga Rp. 1.500/ dirigen. Air bersih tersebut di gunakan untuk mandi, masak dan
minum. Dapur Tn. Dapid hanya terdapat kompor yang menggunakan kompor minyak.
TAMPAK BELAKANG
Kamar Mandi
Dapur
Kamar 2
U
Ruang Tamu
Kamar 1
Jendela
Jendela
Pintu
TAMPAK DEPAN
terkadang tempe tahu. Menurut Ny. Ati, semua makanan dimasak sampai matang, keluarga Tn.
Dapid sangat jarang makan sayur dan buah karena di daerah rumah mereka tidak ada yang
berjualan sayur dan buah.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama Tn. Dapid, bernama Danil, sekarang berusia 15 tahun, lahir di bidan,
secara normal, dengan berat badan 3300 gram. Ny. Ati mengaku anak pertamanya
mendapatkan imunisasi lengkap. Ibunya juga mengaku rajin memeriksakan kehamilan ke
bidan ketika masih mengandung.
Anak kedua Tn. Dapid bernama Diki, sekarang berusia 9 tahun, lahir di dukun beranak,
dengan berat badan 3000 gram. Diki juga mendapatkan imunisasi lengkap. Ibunya juga
mengaku rajin memeriksakan kehamilan ketika masih mengandung ke Puskesmas.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Dapid untuk mengobati
anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn.Dapid lebih memilih
untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Dapid jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya jarang
ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita anggota
keluarga Tn. Dapid adalah sakit kepala, flu dan maag.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Keluarga Tn. Dapid mengaku mencuci tangan sebelum makan namun jarang mencuci
tangan sebelum memasak dan menyiapkan bahan dan alat memasak. Kebiasaan berolahraga
tidak ada. Dalam kesehariannya Tn. Dapid, Ny. Ati dan kedua anaknya tidak selalu memakai alas
kaki saat ke halaman maupun saat keluar rumah.
No
1
2
3
Kriteria
Kebiasaan
Permasalahan
Tn. Dapid dan anggota keluarga lain tidak memiliki kebiasaan
merokok
Olahraga
merokok.
Keluarga Tn. Dapid tidak ada yang memiliki kebiasaan
Pola makan
5
6
Pola pencarian
pengobatan
Menabung
umum terdekat.
Keluarga Tn. Dapid tidak memiliki kebiasaan menabung,
Aktivitas sehari-
hari
36
No
1.
2.
Kriteria
Luas bangunan
Ruangan dalam
Permasalahan
Luas rumah 7 x 9 m2
Dalam rumah terdapat ruang tamu yang sekaligus
rumah
3.
Ventilasi
x 3m2
Terdapat empat buah ventilasi di ruang tamu
berukuran 20 x 40 cm yang selalu terbuka, 2 buah
jendela berukuran 50x100 cm, dua buah ventilasi
dikamar depan berukuan 15 x 30cm yang bisa masuk
4.
Pencahayaan
5.
6.
MCK
Sumber air
7.
8.
9.
Saluran
asin.
Air Limbah rumah tangga di buang ke kolam empang
pembuangan
limbah
Tempat
pembuangan
sampah
Lingkungan sekitar
rumah
rumah tetangga.
37
Garapan, Tanjung Pasir, didapatkan area permasalahan yang dianggap krusial pada keluarga
binaan dan diputuskan untuk mengangkat permasalahan tentang Perilaku Tentang Penggunaan
Alas Kaki Pada Keluarga Binaan Di RT 05 RW 06 Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dengan alasan adanya data
empiris yang di dapat dari puskesmas dimana masih ada angka keluarga yang memenuhi kriteria
PHBS yang masih rendah di Tanjung Pasir dan berdasarkan hasil dari presurvey yang telah
dilakukan sebelumnya didapatkan area masalah mengenai perilaku.
38
PADA
39
f. Berdasarkan data puskesmas Tegal Angus, apabila tidak menggunakan alas kaki
resikonya dapat menyebabkan salah satu dari sepuluh besar penyakit di puskesmas
Tegal Angus yaitu dermatitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo,
2003).
Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melaui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
Skinner ini disebut teori S-O-R atau stimulus-organisme-respon. Skinner membedakan dua
respon, yaitu :
1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
eliciting stimulation
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat
menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup dan
sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan penghargaan dari
atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melakukan tugasnya.
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku respon seseorang terhadap stimulus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)
Merupakan respon seseorang dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau
reaksi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Oleh sebab itu disebut covert bahaviour atau unobservable behavior, misalnya
seseorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seksual, dan sebagainya.
2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata secara
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudahjelas dalam bentuk tindakan atau praktik
(pratice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.1.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)
Adat perilaku atau usaha-usaha untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek. Pertama adalah perilaku pencegahan
penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila mana
telah sembuh dari penyakit. Kedua adalah perilaku peningkatan kesehatan apabila
seseorang dalam keadaan sehat. Dan yang ketiga adalah perilaku gizi (makanan) dan
minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,
bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang
terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian pengobatan
Upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan atau
perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan di luar negeri.
42
43
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
46
2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok, yaitu pemikiran dan perasaan (pengetahuan,
kepercayaan, dan sikap), orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya (resouces)
dan kebudayaan (Notoatmodjo, 2003).
Selanjutnya ciri ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan
merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung rugi,
manfaat serta sumberdaya yang tersedia.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal references)
Merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap
mengacu pada pertimbangan pertimbangan individu
47
2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan
suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja,
melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.
3. Sikap, pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada
kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah
menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa
menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan
anggota kelompoknya.
2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah
lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang
secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu.
3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak
pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu
dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu
dipilih.
4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat
sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi
orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).
Alas kaki atau kasut merupakan suatu produk yang berupa sepatu atau sandal yang dipakai
untuk melindungi kaki terutama disekitar telapak kaki. Sepatu dan sandal memiliki beberapa
perbedaan apabila dilihat dari fisiknya. Sepatu merupakan suatu jenis alas kaki yang biasanya
terdiri dari sol, hak, kap, dan tali.
Sandal itu sendiri merupakan salah satu model alas kaki yang terbuka pada bagian jari kaki
atau tumit dalam pemakaiannya. Sandal berasal dari bahasa sandalion (Yunani), yang diserap ke
Bahasa Latin (sandalium) dan Bahasa Perancis (sandale). Ada banyak jenis sandal. Sandal
dengan penutup di bagian punggung dan jemari, tetapi terbuka di bagian tumit dan pergelangan
kaki disebut selop. Sandal dengan tali jepit yang berbentuk huruf V yang menghubungkan bagian
depan dan bagian belakang sandal disebut sandal jepit. Sandal dari ban bekas disebut sandal
bandol (kependekan dari ban bodhol atau ban bekas) sedangkan sandal yang mirip sepatu disebut
sepatu sandal atau sandal gunung.
Sandal atau sepatu termasuk dalam jenis alas kaki, dimana alas kaki ini memiliki beberapa
fungsi, yaitu: membuat kaki agar tetap bersih, sebagai gaya busana dan sebagai pelindung
terhadap kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan seperti permukaan tanah yang berbatubatu, berair dan juga melindungi kaki dari udara panas. Fungsi inilah yang dikatakan sebagai
fungsi alas kaki sebagai isolator.
PERILAKU
50
2.3
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep ialah panduan untuk mempermudah melakukan penelitian. Adapun
kerangka konsep yang dibuat adalah sebagai berikut :
Perilaku
Menggunakan
Alas Kaki
Tabel 2.1. Tabel Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Penggunaan Alas Kaki
Pada Daerah Keluarga Binaan
51
No
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1. Perilaku
Perilaku
keluarga Kuesioner
Wawancara
Jika ya:
Ordinal
binaan
dalam
hal
penggunaan
responden
alas
memakai alas
rumah
rumah .
Jika tidak:
responden tidak
memakai alas
2. Perasaan
Kenyamanan
responden
Kuesioner
Wawancara
dengan
menggunakan
kaki.
Jika Ya:
Ordinal
responden
alas
merasa nyaman
menggunakan
keluar rumah
3. Orang
lain Peran
tua Kuesioner
orang
Wawancara
alas kaki.
Jika Ya: orang
Ordinal
yang
alas kaki.
menggunakann
Jika Tidak:
alas kaki
4. Sosial budaya
Adanya
orang Kuesioner
Wawancara
52
Oridnal
menggunakan
alas
rumah
kaki
menggunakan
alas kaki.
Jika Tidak: tidak
ada orang
disekitar rumah
menggunakan
5. Sumber Daya
Adanya
kesehatan
petugas Kuesioner
Wawancara
yang
alas kaki.
Jika ya :
pernah ada
mengadakan
petugas
penyuluhan tentang
kesehatan yang
penggunaan
mengadakan
alas
kaki
penyuluhan
tentang alas
kaki.
Jika tidak: tidak
pernah ada
petugas
kesehatan yang
mengadakan
penyuluhan
tentang alas
kaki.
BAB III
METODE PENELITIAN
53
Ordinal
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.(Notoatmodjo, 2010)
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tiga keluarga
binaan di Kampung Garapan, RT 05/RW 06, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah, melalui
hasil wawancara, analisis dan observasi pada keluarga binaan di RT 005/ RW 006,
Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus berupa
data kesehatan lingkungan yaitu PHBS.
c. Data tersier
Data yang didapat dari literatur pustaka dan internet yaitu mengenai Manajemen
Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PokokPokok Metodologi Penelitian, Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian
Kualitatif dan lain-lain.
Kegiatan
a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus,
laporan penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.
b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.
Jumat,13
Februari 2015
PENGGUNAAN
ALAS
KAKI
PADA
BANTEN.
a. Diskusi
penetapan
PENGGUNAAN
56
ALAS
area
masalah
KAKI
PADA
PERILAKU
KELUARGA
TANGERANG,
PROVINSI
BANTEN
b. Diskusi kelompok:
1. Membuat kerangka konsep.
2. Membuat definisi operasional.
Selasa,17
Februari 2015
3. Membuat kuisioner.
Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian kuesioner.
1. Mengolah data yang diperoleh dari kuesioner.
2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner.
3. Merevisi kuisioner.
Rabu,18 Februari Mengunjungi keluarga binaan untuk pengisian kuesioner
2015
kembali.
1. Mengolah data yang diperoleh dari kuesioner.
2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari kuesioner.
Kamis,19
3. Membuat laporan.
a. Mengunjungi keluarga binaan untuk cross check data.
Februari 2015
Jumat,20
b. Membuat laporan.
Pukul 13.00 WIB Diskusi II mengenai Diagnosis dan Intervensi
Februari 2015
Sabtu,21
Februari 2015
Kamis, 26
Februari 2015
57
BAB IV
HASIL
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari enam keluarga binaan di Kampung Garapan RT 05/RW 06, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga
Tn. Romli,Tn. Imin,Tn. Dapid.
Tabel4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Desa Garapan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Jumlah
3
3
Persentase
0%
50 %
50 %
Jumlah
100%
58
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Desa Garapan, Februari 2015
Berdasarkan diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan
didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah tersebesar yang berusia 21-40 tahun
(50%), sebanyak 3 orang dan terkecil yang usia 18-20 tahun (0%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Pada Keluarga Binaan di Desa
Garapan Februari 2015
No.
1
2
3
4
5
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Jumlah
1
4
1
-
59
Persentase
16,67%
66,67%
16,67%
0%
0%
Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan Desa Garapan, Februari
2015
Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan
adalah yang tersebesar SD (66,67%) sebanyak 4 orang dan yang terkecil SMA (0%) dan Sarjana
(0%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Desa Garapan, Februari 2015
NO.
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1.
Wiraswasta
33,33%
2.
Nelayan
16,67%
3.
50%
60
Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Keluarga Binaan, Kampung Garapan , Desa Pasir
Tanjung, Februari 2015
Berdasarkan diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah
yang terbesar ibu rumah tangga (50%) sebanyak 3 orang dan yang terkecil nelayan (16,67%)
sebanyak 1 orang.
61
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Februari 2015
Aspek Perilaku
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
33,33%
Tidak
Total
4
6
66,67%
100%
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
Aspek Perasaan
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
33,33%
Tidak
66,67%
Total
100%
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan responden terbanyak merasa tidak nyaman saat
menggunakan alas kaki saat keluar rumah (66,67%).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Mengenai Aspek Panutan Tentang Penggunaan Alas Kaki Di
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
Aspek Panutan
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
16,67%
Tidak
83,33%
62
Total
100 %
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan responden terbanyak tidak ada orang tua atau orang
yang dituakan memakai alas kaki saat keluar rumah (83,33%).
Tabel 4.7 Distribusi Responden Mengenai Aspek Sosial Budaya Tentang Penggunaan Alas Kaki
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
0%
Tidak
100%
Total
100%
Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan tidak ada orang disekitar rumah responden yang tidak
memakai alas kaki saat keluar (100%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Mengenai Aspek Sumber Daya Tentang Penggunaan Alas Kaki
Di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
Aspek Sumber Daya
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
0%
Tidak
100%
Total
100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan tidak pernah ada petugas kesehatan mengadakan
penyuluhan tentang penggunaan alas kaki (100%).
63
Tabel 4.9 Hasil Analisis Univariat lima Variabel tentang Perilaku Penggunaan Alas Kaki Di
Keluarga Binaan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 02 Februari 2015 07 Maret 2015
No.
Variabel
Hasil
Jumlah
Persentase
1.
Perilaku
Ukur
Ya
(Orang)
2
(%)
33,33%
2.
Perasaan
Tidak
Ya
4
2
66,67%
33,33%
3.
Panutan
Tidak
Ya
6
1
66,67%
16,67%
Sosial Budaya
Tidak
Ya
5
0
83,33%
0%
Sumber Daya
Tidak
Ya
6
0
100
0%
Tidak
100%
4.
5.
64
PANUTAN
Kepercayaan masyarakat
sekitar bahwa alas kaki
hanya untuk pekerja
kantoran
Kurangnya
Kurangnya dukungan
dukungan
keluarga
terhadap
keluarga terhadap
penggunaan
penggunaan alas
alas kaki
kaki
Rendahnya pemahaman
pentingnya alas kaki di
masyarakat sekitar
SOSIAL DAN
BUDAYA
SUMBER DAYA
65
PERILAKU
MENGGUNA
KAN ALAS
KAKI
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Kepercayaan masyarakat sekitar bahwa alas kaki hanya untuk pekerja kantoran
2. Kurangnya dukungan keluarga terhadap penggunaan alas kaki
3. Jalanan yang kurang baik dan sulit dilalui
4. Rendahnya pemahaman pentingnya alas kaki di masyarakat sekitar
Tabel 4.10 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan,
Kampung Garapan,Desa Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Februari 2015
Alternatif
1.
Masalah
a. Memberikan
Kepercayaan
masyarakat
keyakinan ke warga
penyuluhan
hanya
bahwa menggunakan
terhadap
alas
tentang
untuk
pekerja
kantoran
kaki
penting
warga
pentingnya
alas
semua orang
2.
Kurangnya
keluarga
dukungan
terhadap
a. Mengajak
anggota a.Memberikan
dalam anggota
kepada
keluarga
tentang
pentingnya
agar
kepala
lebih
menggalakkan
penggunaan alas kaki
66
bagi
anggota
binaan
a.Mengajak
keluarga
setiap
keluarga
kepala
untuk
mengajarkan
pentingnya
penggunaan alas kaki
kepada
3.
anggota
keluarga
kondisi a.Mengajukan
permohonan
perbaikan
kepada
jalan
pemerintah
setempat.
b.Mengajak
warga
untuk
b. Mengusulkan
lain
yang
memadai
dijadikan
tempat
menjaga
lebih
jalan
untuk a.Mengusulkan
tempat pekerja
penyuluhan
ke
kesehatan
setempat
untuk
mengadakan
penyuluhan di tempat
yang
4.
Rendahnya
pemahaman
pemahaman
masyarakat sekitar
tentang
warga
pentingnya
menggunakan
kaki
b.Mengajak
alas
pekerja
agresif
mudah
diakses
a.Memberikan
a. Meningkatkan
lebih
dalam
memberikan penyuluhan
penyuluhan
bersifat
yang
informatif
kesehatan
untuk
mengadakan
penyuluhan berkala
b.Mengusulkan
pekerja
67
kesehatan
setempat
untuk
mengadakan
penyuluhan di sekolah
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan, maka
dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
PERILAKU PENGGUNAAN ALAS KAKI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 05
68
Penyebab Masalah
a. Responden merasa tidak nyaman menggunakan alas kaki .
b. Orang tua atau yang dituakan tidak pernah memakai alas kaki.
c. Tidak pernah ada penyuluhan dari pekerja kesehatan mengenai pentingnya
penggunaan alas kaki.
d. Tidak ada orang di sekitar rumah yang menggunakan alas kaki.
5.1.3
5.2
Saran
5.2.1
b.
5.2.2
rumah.
d. Mengajak warga untuk menjaga fasilitas umum seperti jalan.
69
Tanjung Pasir.
Puskesmas menugaskan para kader di kegiatan pusling untuk mempromosikan
tentang kewajiban menggunakan alas kaki bagi setiap masing-masing anggota
keluarga.
d. Mengusulkan pekerja kesehatan setempat untuk mengadakan penyuluhan
mengenai penggunaan alas kaki di sekolah-sekolah
e. Mengusulkan ke pekerja kesehatan setempat untuk mengadakan penyuluhan di
tempat yang lebih mudah diakses
DAFTAR PUSTAKA
70
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta Depkes RI
(1984), Teknologi Desa. Depkes RI, Jakarta.
Lampiran 1 : Kuesioner
KUESIONER
PERILAKU PENGGUNAAN ALAS KAKI PADA KELUARGA BINAAN DI KAMPUNG
GARAPAN DESA TANJUNG PASIR
Nomor Responden : ....
I. Identitas Responden
1. Nama
2. Umur
3. Pendidikan terakhir
a. Tidak tamat SD
d. SMA
b. SD
e. Akademi/Perguruan Tinggi
c. SMP
71
4. Pekerjaan
a. Petani
b. Pedagang
f.
Lain-lain, sebutkan..
c. Buruh
d. Pegawai swasta
5. Penghasilan keluarga
Perasaan
2. Apakah Anda merasa nyaman saat menggunakan alas kaki pada saat keluar rumah?
a.
Ya
b.
Tidak
Panutan
3. Apakah orang tua atau orang yang di tuakan di keluarga Anda menggunakan alas kaki ?
a.
Ya
b.
Tidak
Sosial Budaya
72
4. Apakah masyarakat sekitar lingkungan rumah Anda menggunakan alas kaki saat keluar
rumah ?
a.
Ya
b.
Tidak
Sumber Daya
5. Apakah pernah ada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan tentang pentingnya
menggunakan alas kaki ?
a.
Ya
b.
Tidak
A. Variabel perilaku
1) Jika responden menjawab a diberi poin 2.
Jika responden menjawab b diberi poin 1.
B. Variabel perasaan
1) Jika responden menjawab a diberi poin 2.
Jika responden menjawab b diberi poin 1.
D. Variabel panutan
1) Jika responden menjawab a diberi poin 2.
Jika responden menjawab b diberi poin 1
E. Variabel sosial budaya
73
74
Jika skor jawaban responden 2 maka ada orang tua atau orang yang di tuakan di keluarga
menggunakan alas kaki
Jika skor jawaban responden 1 tidak ada orang tua atau orang yang di tuakan di keluarga
menggunakan alas kaki
4. Variabel sosial budaya
Jika skor jawaban responden 2 maka ada orang di sekitar lingkungan rumah
menggunakan alas kaki saat keluar rumah
Jika skor jawaban responden 1 maka tidak ada orang di sekitar lingkungan rumah
menggunakan alas kaki saat keluar rumah
5.
75
Lampiran 3 : Poster
76
Lampiran IV : Leaflet
77
78
79