Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK BADAN MENGENAI

UNDANGUNDANG PAJAK PENGHASILAN TERHADAP


PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN
Oleh :
Furqonti Ranidiah, S.E, M.Si
Dosen Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Bengkulu

dan
Heni Puspita, S.E
Abstrak
Bukan rahasia umum lagi, jika ada usaha - usaha yang dilakukan oleh wajib pajak, baik
itu pribadi maupun wajib pajak badan untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar. Bagi
mereka pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha - usaha atau strategi strategi yang merupakan bagian dari penghematan pajak penghasilan. Tujuan yang diharapkan
dengan adanya penghematan pajak penghasilan ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk
untuk mencapai laba sebelum pajak yang optimal. Biasanya cara wajib pajak badan melakukan
penghematan pajak penghasilan ini lebih pada memanfaatkan celah - celah atau lubang - lubang
yang terdapat dalam undang - undang pajak penghasilan. Oleh karena itu, penghematan pajak
penghasilan ini pada dasarnya tidak bertentangan dengan undang - undang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemahaman pemahaman wajib pajak
badan mengenai undang - undang pajak penghasilan terhadap penghematan pajak penghasilan.
Sampel dari penelitian ini adalah 29 perusahaan dagang yang ada di kota Bengkulu. Alat analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pemahaman wajib pajak badan mengenai undangundang pajak penghasilan mempunyai pengaruh positif yang siknifikan dengan penghematan
pajak penghasilan, hal ini berarti semakin tinggi pemahaman wajib pajak badan mengenai
undang - undang pajak penghasilan maka semakin tinggi penghematan PPh.
Kata kunci : Pemahaman wajib pajak badan, Undang - Undang Pajak
penghematan pajak penghasilan
PENDAHULUAN
Republik Indonesia adalah Negara hukum
berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang
Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan
kewajiban setiap orang, oleh karena itu
pajak sebagai salah satu perwujudan
kewajiban kenegaraan dalam rangka
kegotong -royongan nasional berperan
dalam
pembiayaan
negara
dan
pembangunan. Kewajiban di bidang
perpajakan di Indonesia berdasarkan
ketentuan pada Pasal 23 ayat 2 UUD 45
yang
merupakan
landasan
hukum
pemungutan pajak. Kewajiban perpajakan
dari kewajiban pajak Negara misalnya Pajak
11

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

Penghasilan,

Penghasilan (PPh), PPN dan PPh BM, Bea


Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, dan lain-lain.
Pemerintah dalam menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan selalu
berpedoman kepada ketentuan peraturan
perundang
undangan
perpajakan,
sedangkan perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan selalu berpedoman kepada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kedua
dasar ini mengakibatkan hasil akhir yang
berbeda atas penetapan laba perusahaan.
Untuk itu, laporan keuangan yang dihasilkan
berdasarkan prinsip - prinsip akuntansi yang

lazim disebut dengan Standar Akuntansi


Keuangan (SAK) harus direkonsiliasi
menjadi laporan fiskal. Rekonsiliasi tersebut
akan menyebabkan adanya perubahan atau
pengurangan dasar pengenaan pajak, karena
adanya perbedaan prinsip dan metode
pengakuan penghasilan dan pengakuan
biaya antara laporan keuangan dan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dengan Undang-Undang PPh No. 17
tahun 2000.
Setiap wajib pajak dalam membayar
pajaknya tentu menginginkan jumlah
semaksimal mungkin dapat menghemat
pajak (tax saving). Keadaan ekonomi seperti
sekarang ini jelas harus dicermati oleh
perusahaan, diantaranya adalah dengan cara
menghemat pajak penghasilan. Bagi
perusahaan, pajak merupakan biaya, oleh
sebab itu, meminimalkan beban pajak adalah
salah satu fungsi manajemen keuangan dan
tidak melanggar peraturan. Cara yang legal
meminimalkan
beban
pajak,
yaitu
menggunakan starategi dibidang perpajakan
atau
lebih
dikenal
dengan
istilah
manajemen pajak (tax management).
Diluar negeri strategi ini dikenal dengan
istilah perencanaan pajak (tax planning),
tujuannya bukan untuk mengelak membayar
pajak, tetapi untuk mengatur sehingga pajak
yang dibayar tidak melebihi dari jumlah
yang seharusnya.
Dibanyak negara penghindaran pajak yang
diperbolehkan (acceptable tax avoidance/tax
planning/tax
mitigation)
dan
tidak
diperbolehkan
(unacceptable
tax
avoidance), artinya penghindaran pajak
dapat saja dikatagorikan sebagai kegiatan
ilegal. Suatu penghindaran pajak dikatakan
ilegal apabila transaksi tersebut tidak
mempunyai tujuan usaha yang baik
(bonafide business purpose). Oleh karena
itu, untuk mencegah praktik penghindaran
pajak yang dilakukan oleh perusahaan
multinasional, sebagian besar negara telah
mempunyai ketentuan anti penghindaran
pajak.
Biasanya strategi yang dilakukan dalam tax
planning lebih pada memanfaatkan celah -

celah yang terdapat dalam Undang - Undang


Perpajakan. Oleh karena itu tax planning ini
pada dasarnya tidak bertentangan dengan
Undang - Undang. Dengan demikian,
pemahaman wajib pajak mengenai UndangUndang Pajak Penghasilan (PPh) merupakan
isu penting yang menarik untuk diteliti
karena sasaranya sejalan dengan tujuan
perusahaan untuk melakukan efisiensi
melalui upaya menekan beban pajak
seoptimal mungkin. Penelitian yang
mendalam wajib pajak badan mengenai UU
PPh dengan segalah karekteristiknya akan
bermanfaat bukan saja bagi pengembangan
ilmu akuntansi, khususnya akuntansi
perpajakan tetapi bagi perusahaan dalam
menginventariskan alternative efisiensi
biaya
(cost
effectiviness)
guna
mengoptimalkan laba.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian yang dituangkan dalam skripsi
yang berjudul Pengaruh Pemahaman
Wajib Pajak Badan Mengenai Undang Undang Pajak Penghasilan Terhadap
Penghematan Pajak Penghasilan (Studi
Kasus Pada Perusahaan Dagang Di Kota
Bengkulu).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan diatas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu
berapa besar tingkat pengaruh pemahaman
wajib pajak badan mengenai UU Pajak
Penghasilan
(PPh)
terhadap
tingkat
penghematan PPh bagi wajib pajak badan di
Kota Bengkulu ?
Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan penelitian
ini hanya meneliti pada pengaruh
pemahaman wajib pajak badan mengenai
Undang - Undang Pajak Penghasilan
terhadap penghematan pajak penghasilan
(PPh).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
memperoleh bukti empiris mengenai
besarnya tingkat pengaruh pemahaman

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

12

wajib pajak badan mengenai Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) terhadap
tingkat penghematan pajak penghasilan
(PPh) bagi wajib pajak badan di Kota
Bengkulu.
TINJAUAN PUSAKA
Pajak
Pajak digunakan untuk pembangunan
yang berguna bagi kepentingan bersama
karena pajak merupakan salah satu usaha
untuk mewujudkan kemandirian suatu
bangsa atau negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber daya
yang berasal dari dalam negeri. Dari sudut
pandang ekonomi, pajak merupakan
penerimaan negara yang digunakan untuk
mengarahkan kehidupan masyarakat menuju
kesejahteraan.

penjelasan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib


Pajak (WP) orang pribadi dan Wajib Pajak
(WP) badan.
Berdasarkan UU PPh No. 17 Tahun
2000 Pasal 4 ayat 1, objek pajak
penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
Hal hal yang termasuk objek Pajak
Penghasilan (PPh) berdasarkan Pasal 4 ayat
1 UU Pajak Penghasilan (PPh) adalah semua
bentuk penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam
bentuk lainya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang - Undang ini

Pajak Penghasilan (PPh)


Pajak penghasilan adalah salah satu
jenis dari pajak, berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan (PPh) No.17
Tahun 2000, Pajak Penghasilan (PPh)
Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Wajib
adalah pajak yang dikenakan atas
Pajak Badan
penghasilan berupa gaji, honor/honorarium,
Pengertian badan mengacu pada
upah, tunjangan dan pembayaran lain yang
Undang - Undang Ketentuan Umum
diterima atau diperolah Wajib Pajak (WP),
Perpajakan (UU Pajak No.16 tahun 2000)
baik orang pribadi maupun badan dalam
bahwa badan adalah sekumpulan orang
negeri sehubungan dengan pekerjaan atau
yang merupakan kesatuan baik yang
jasa, jabatan dan kegiatan.
melakukan usaha maupun tidak melakukan
Pajak Penghasilan terbagi menjadi 2
usaha yang meliputi perseroan terbatas,
(dua) macam, yakni Pajak Penghasilan
perseroan komanditer, perseroan lainnya.
(PPh) Wajib Pajak (WP) orang pribadi yang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
diatur pada Undang - Undang Pajak
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Penghasilan No.17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat
dengan nama dan bentuk apapun, firma,
1, sedangakan Pajak Penghasilan (PPh)
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
Wajib Pajak (WP) badan diatur pada
perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17
organisasi sosial politik atau organisasi
Tahun 2000 Pasal 4 ayat 2. Berikut
sejenis, lembaga dan badan lainnya.
Tabel 2.1
Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
1
2
3
4

5
6

13

(-)
(=)
(-)

(=)
(-)

Jumlah seluruh penghasilan


Penghasilan bukan objek pajak PPh
Penghasilan bruto
Biaya fiskal boleh dikurangkan
Koreksi : Biaya Fiskal tidak
dikurangkan

Penghasilan neto
Kompensasi kerugian

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

boleh

Pasal 4 ayat (1)


Pasal 4 ayat (3)
(1-2)
Pasal 6 ayat (1)
Pasal11
Pasal 11 A
Pasal 9 ayat (1)
Dan ayat (2)
(3-4)
Pasal 17

7
8
9
10
11

(=)
(-)
(=)
(x)
(=)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Tarif
Pajak penghasilan terutang
Kredit pajak
Pajak penghasilan kurang bayar/nihil bayar

(5-6)
Pasal 6 ayat (2)

(9-10)
Pasal 28,28A,29

Sumber : Zain (2003:86)

Objek Pajak Penghasilan (PPh) Wajib


Pajak Badan
Berdasarkan Pasal 4 ayat 2 UU PPh
menyebutkan bahwa penghasilan berupa
bunga deposito, tabungan, penghasilan dari
transaksi saham dan sekuritas lainnya di
bursa efek dan pengalihan hak atas tanah
dan bangunan dan pendapatan tertentu
lainnya diatur oleh peraturan pemerintah.
Pendapatan yang merupakan objek pajak
PPh Final yang terkait dengan wajib pajak
badan sesuai pasal 4 ayat 2 UU PPh (tidak
perlu dihitung kembali pada akhir tahun
pajak untuk menghitung PPh terutang).
Bukan Objek Pajak Penghasilan (PPh)
Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 UU Pajak
Penghasilan (PPh), penghasilan yang
diterima oleh wajib pajak dan bukan
menjadi objek pajak penghasilan Wajib
Pajak (WP), baik orang pribadi ataupun
badan adalah dalam bentuk bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat yang diterima
oleh amal badan zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, perpajakan, kepemilikan atau
perusahaan antara pihak - pihak yang
bersangkutan
Pengertian Penghematan Pajak
Menurut
Zain
(2003:131),
penghematan pajak adalah pengelolaan
secara proporsional pembayaran pajak agar
dapat mengurangi beban pajak bagi
perusahaan tanpa perlu melanggar peraturan
atau ketentuan perpajakan. Penghindaran
pajak yang disebut usaha penghematan
pajak sering dilakukan dengan suatu
perencanaan yang baik, oleh sebab itu juga
disebut manajemen pajak

Langkah Langkah Penghematan Pajak


Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan
Dalam praktiknya, terdapat banyak
cara yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi pajak. Cara yang dibenarkan
menurut hukum dinamakan penghindaran
pajak (tax avoidance) sebagai lawan dari
cara yang bertentangan dengan hukum yang
dikenal dengan penyelundupan pajak.
Manfaat manajemen pajak pada
prinsipnya menurut Mardismo (2003:56)
adalah sebagai berikut:
1. Penghematan kas keluar, perencanaan
pajak dapat menghemat pajak yang
merupakan biaya bagi perusahaan
2. Mengatur aliran kas perencanaan pajak
dapat mengestirasi kebutuhan kas untuk
pajak dan menentukan saat pembayaran
sehingga perusahaan dapat menyusun
anggaran kas yang lebih akurat.
Tax Planning Untuk Menghemat Biaya
Pajak
Ada beberapa cara yang biasanya
dilakukan atau dipraktikkan wajib pajak
untuk meminimalkan pajak yang harus
dibayar, misalnya seperti yang dikemukakan
oleh Sophar Lumbantoruan ( 1996: 489 )
yaitu :
1. Pergeseran pajak (shifting), ialah
pemindahan atau mentransfer beban
pajak dari subjek pajak kepada pihak
lain, dengan demikian, orang atau
badan yang dikenakan pajak mungkin
sekali tidak menanggungnya.
2. Kapitalisasi, ialah pengurangan harga
objek pajak sama dengan jumlah
pajak
yang
akan
dibayarkan
kemudian oleh pembeli.
3. Transformasi, ialah cara pengelakan
pajak yang dilakukan oleh pabrikan
dengan cara menanggung beban pajak
yang dikenakan terhadapnya.

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

14

4. Tax Evasion, ialah penghindaran


pajak dengan menlanggar ketentuan
peraturan perpajakan.
5. Tax Avoidance, ialah penghindaran
pajak dengan menuruti peraturan
yang ada. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa ada strategi-strategi yang bisa
diambil oleh wajib pajak terutama
badan, dalam usahanya melaksanakan
tax planning dengan tujuan mengatur
atau dengan kata lain meminimalkan
jumlah pajak yang harus dibayar.
Pendekatan Lain dalam Tax Planning
Ada dua pendekatan lain yang bisa
dilakukan sebagai suatu strategi dalam usaha
memperkecil laba yang akhirnya juga
mengurangi pajak yang harus dibayar yaitu :
1. Dengan memperkecil pendapatan
atau penerimaan
2. Dengan memperbesar biaya atau
pengeluaran.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa
usaha untuk mengatur jumlah pajak yang
harus dibayar dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu memperkecil pendapatan
dan penerimaan dan memperbesar jumlah
beban atau pengeluaran. Alternatif atau cara
yang pertama umumnya berisiko cukup
besar, karena hal ini biasanya dilakukan
dengan
pemalsuan
dokumen
atau
membukukan jumlah yang fiktif, dimana
pencatatan transaksi dilakukan tidak benar.
Pendekatan yang ke dua juga ada risikonya,
dan cara yang atau jalan yang ditempuh juga
sama dengan alternatif pertama, hanya saja
peraturan pajak memberikan beban - beban
yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk menentukan jumlah pajak yang
harus dibayar. (Undang - Undang Pajak
Penghasilan No. 10 Tahun 1994, pasal 6).
Maksimalisasi
Penghasilan
yang
dikecualikan
Untuk penggunaan formula di atas,
perlu diketahui komponen - komponen yang
ada dalam formula tersebut. Yang pertama
adalah maksimalkan penghasilan yang
dikecualikan.
Usaha
maksimalisasi
penghasilan yang dikecualikan adalah usaha
memaksimalkan penghasilan yang bukan
15

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

objek pajak dengan mendasarkan pada


variabel penghasilan yang bukan sebagai
objek pajak. Peluang ini tercantum dalam
pasal 4 (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan No. 10 tahun 1994, yang
mengatur tentang penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak.
Maksimalisasi Beban-Beban Fiskal
Tindakan ini merupakan tindakan
yang dilakukan dengan meningkatkan
beban-beban yang dapat dikurangkan atau
menekan beban yang tidak dapat
dikurangkan/dialihkan ke beban-beban yang
dapat dikurangkan. Peluang ini tercantum
dalam pasal 6 dan pasal 9 Undang - Undang
Pajak Penghasilan No. 10 tahun 1994. Pasal
6 mengatur beban - beban yang dapat
dikurangkan.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut :
H1 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai objek PPh berpengaruh
terhadap
penghematan
pajak
penghasilannya.
H2 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai
bukan
objek
PPh
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghasilannya.
H3 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai biaya fiskal yang tidak
dikurangkan berpengaruh terhadap
penghematan pajak penghasilanya.
H4 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai biaya fiskal yang tidak dapat
dikurangkan berpengaruh terhadap
penghematan pajak penghasilannya.
H5 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai
kompensasi
kerugian
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghasilannya.
H6 : Penahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai tarif pajak berpengaruh
terhadap
penghematan
pajak
penghasilannya.
H7 : Pemahaman Wajib Pajak (WP) badan
mengenai dasar pengenaan PPh
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghasilannya.

Pengambilan ini untuk memperjelas


hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh
wajib pajak badan mengenai UU pajak
penghasilan (PPh) terhadap penghematan
pajak penghasilan. Satriyanti (2005) dalam
penelitiannya menarik kesimpulan bahwa
pemahaman wajib pajak badan mengenai
undang-undang PPh berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan pajak
penghasilan (PPh), diajukan penelitian ini
adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh antara pemahaman
wajib pajak badan mengenai UU pajak

penghasilan (PPh) terhadap tingkat


penghematan PPh bagi wajib pajak
badan di Kota Bengkulu
Ha : Ada pengaruh antara pemahaman wajib
pajak badan mengenai UU pajak
penghasilan (PPh) terhadap tingkat
penghematan PPh bagi wajib pajak
badan di Kota Bengkulu.
Kerangka Analisis
Untuk memperjelas penelitian , maka
kerangka analisis penelitian ini sebagai
berikut.

Gambar 2.1
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai Undang-Undang Pajak
Penghasilan Terhadap Penghematan Pajak Penghasilan
Variabel Independen (X)
Pemahaman wajib pajak badan
mengenai Undang - Undang Pajak
Penghasilan (PPh)
1. Objek pajak Penghasilan
2. Bukan Objek Pajak
Penghasilan
3. Biaya fiskal yang dapat
dikurangkan
4. Biaya fiskal yang tidak
dapat dikurangkan
5. Kompensasi kerugian
6. Tarif Pajak
7. Dasar pengenaan pajak
penghasilan

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan dagang, baik yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) ataupun yang
berbentuk Usaha Dagang (UD) dan telah
menjadi wajib pajak badan yang terdaftar di
Dinas Perindustrian dan Perdagangan di
Kota Bengkulu, sebanyak 95 Perusahaan
Dagang.
Metode pengambilan sampel dilakukan
dengan cara sampling sistematis , menurut
Sugiono (1999:77) sampling sistematis
adalah
teknik
pengambilan
sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut . Anggota
populasi terdiri dari 95 Perusahaan Dagang.
Dari semua anggota itu diberi nomor urut

Variabel Dependen
(Y)
Penghematan Pajak
Penghasilan (PPh)

kelipatan dari bilangan 3 (tiga). Sampel


terdiri dari 32 Responden

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dan
informasi yang dijadikan sebagai acuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan cara pengamatan secara
langsung kelapangan, dalam penelitian
ini adalah pada bentuk usaha tetap baik
BUMN, BUMD ataupun bentuk usaha
lainnya yang telah menjadi wajib pajak
badan di Kota Bengkulu.
3. Studi Pustaka

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

16

Teknik
pengumpulan
data
juga
menggunakan cara mengambil dari
sumber literatur yang berhubungan
dengan masalah - masalah yang diteliti.
Pengumpulan data dari sumber literatur
ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak
mungkin dasar teori yang dapat
menunjang data yang telah dikumpulkan
dalam penelitian ini, juga sebagai dasar
melakukan analisa terhadap data primer
yang sudah diperoleh.
4. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan untuk
mengukur kedua variabel tersebut
dimodifikasi untuk mengukur pengaruh
variabel independen (X) terhadap
variabel dependen (Y). Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas 24 item pertanyaan. Responden
diminta untuk memilih jawaban dari
pertanyaan dalam bentuk skala likert
dibuat
dalam
bentuk
checklist
(Sugiyono,2003:79).
Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Menurut Ghozali
(2005:87), penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan berdasarkan
konsep dan penjelasan hasil penelitian
nonstatistik. Untuk melihat pengaruh antara
dua variabel atau lebih dengan analisis
regresi linier sederhana, yang dinyatakan
dengan persamaan linier adalah sebagai
berikut:
Y = +
+ +

+ + +

Keterangan :
Y
: Penghematan pajak penghasilan

: Konstanta
,,,,,, : Koefisien regresi

: Objek pajak penghasilan

: Bukan objek pajak penghasilan

: Biaya fiskal yang tidak dapat


dikurangkan

: Biaya fiskal yang dapat


dikurangkan
17

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

: Kompensasi kerugian
: Tarif pajak
: Dasar penghematan pajak
: Eror atau variasi gangguan

Uji Hipotesis
Uji t
Uji hipotesis dengan uji t, yakni
Penguji hipotesis variabel X terhadap
variabel Y secara parsial (satu - persatu)
(Sugiono, 2003 : 143). Berikut rumus untuk
uji hipotesis t.
=

Keterangan :
X
: Nilai rata - rata
0
: Nilai yang dihipotesiskan
S
: Simpangan baku
N
: Jumlah sampel
t
: Nilai yang dihitung signifikan yang
akan dibandingkan dengan standar alpha.
Uji statistik t menunjukkan seberapa
jauh pengaruh variabel independen secara
individual (parsial) dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali,2005).
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi
variasi hubungan antara variabel X dan Y,
apakah variabel X1, X2, X3,X4,X5,X6 dan
X7 benar-benar berpengaruh secara parsial
terhadap variabel Y (penghematan pajak
penghasilan). Hipotesis yang digunakan
adalah :
Ho : b1 = 0, artinya variabel independen X
secara
individual
tidak
berpengaruh terhadap variabel
dependen Y.
Ha : b1 0, artinya variabel X secara
individual berpengaruh terhadap
variabel dependen Y.
Sedangkan kriteria pengujian pada uji
statistik t dilakukan dengan membandingkan
antara nilai t hitung dengan nilai t tabel
dengan menggunakan tingkat signifikansi
sebesar 5%. Jika nilai t hitung lebih besar
dari t tabel maka secara individual variabel
independen
mempengaruhi
variabel
dependen Ho ditolak dan Ha diterima.

Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai


probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih
kecil daripada 0,05 untuk tingkat
signifikansi = 5%, maka variabel
independen secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Uji F
Uji hipotesis dengan uji F, yakni Penguji
hipotesis variabel X terhadap variabel Y
secara simultan (secara bersama - sama)
(Sugiono, 2003 : 154), dengan rumus
sebagai berikut :

Keterangan
R : Koefisien korelasi ganda yang telah
ditemukan
K : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
F : F hitung selanjutnya dibandingkan
dengan F tabel
Dengan tarif signifikan 95% ( = 0,05),
maka cara menguji adalah dengan cara
membandingkan antara t hitung dengan t tabel
pada pangkat keyakinan 95% ( = 0,05).
Dalam penelitian ini hipotesis yang
digunakan adalah:
H0 : Variabel bebas yaitu Objek pajak
penghasilan, Bukan opjek pajak
penghasilan, Biaya fiskal yang dapat
dikurangkan, Biaya fiskal yang tidak
dapat
dikurangkan,
konpensasi
kerugian,
Tarif
Pajak,
Dasar
pengenaan pajak penghasilankualitas
tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan
secara
bersama-sama
terhadap variabel terikatnya yaitu
penghematan pajak penghasilan.
Ha : Variabel-variabel bebas yaitu Objek
pajak penghasilan, Bukan opjek pajak
penghasilan, Biaya fiskal yang dapat
dikurangkan, Biaya fiskal yang tidak
dapat
dikurangkan,
konpensasi
kerugian, Tarif Pajak, Dasar pengenaan

pajak
penghasilan.
mempunyai
pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama
terhadap
variabel
terikatnya yaitu penghematan pajak
penghasilan.
Dasar
pengambilan
keputusanya
dengan mengunakan angka probabilitas
yaitu:
Apabila probabilitas signifikan > 0,05 maka
H0 diterima dan Ha di tolak.
Apabila probabilitas signifikan < 0,05 maka
H0 ditolak dan Ha diterima
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Deskripsi Responden Data
Demografi Responden
Keterangan
Frekuensi Persentase
Umur
<26 Tahun
26-48 Tahun
48 Tahun
Total
Jenus Kelamin
Pria
Wanita
Total
Tingkat
pendidikan
Pasca sarjana
Sarjana
Diploma
Smu
Total
Sumber : data diolah 2011

5
18
6
29

17,2%
62,1%
20,7%
100%

21
8
29

72,4%
27,6%
100%

2
14
8
5

6,90%
48,2%
27,60%
17,24

29

100%

Dari responden yang dijadikan sampel


dapat dilihat pada tabel 4.2 dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa responden
didominasi berjenis kelamin pria sebanyak
21 orang atau sebesar 72,4% dari jumlah
seluruh responden yang dijadikan sampel,
dengan latar belakang pendidikan sebagian
besar sarjana yaitu sebanyak 14 orang atau
sebesar 48,28% dari sejumlah seluruh
responden. Usia responden adalah 5 orang
atau sebesar 17.2% berusia < 26 tahun, 18
orang atau sebesar 62,1%yang berusia antara
26 - 48 tahun dan 6 orang atau sebesar
20,7% yang berusia > 48 tahun.
Hasil pengujian Hipotesis
Uji t

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

18

Alat analisis yang digunakan untuk


tidak
dapat
dikurangkan,konpensasi
menguji hipotesis dalam penelitian ini
kerugian, Tarif pajak, dasar pengenaan pajak
adalah, Uji t digunakan untuk mengetahui
penghasilan.
secara individual dalam
seberapa jauh pengaruh suatu variabel
menerangkan
variabel
dependen
independen Objek
pajak penghasilan,
penghematan pajak penghasilan yang diuji.
Bukan objek pajak penghasilan, Biaya fiskal
Dapat dilihat dengan hasil pada table 4.4. di
yang dapat dikurangkan, Biaya fiskal yang
bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Hipotesis Uji t
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients

1 (Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
Sumber:data diolah2011

B
1,872
1,260
3,051
1,120
1,046
1,169
0,066
1,405

Std. Error
2,176
,075
,552
,450
,439
,562
,067
,412

Standardize
d
Coefficients

Sig.

Beta
,310
,668
,212
,213
,217
,164
,307

1.
Hipotesis pertama
Peneliti merumuskan hipotesis yang pertama
yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai objek PPh
tidak
berpengaruh
terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Ha :Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai objek PPh
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghesilanya.
Pengujian hipotesis 1 menujukan
nilai thitung pada variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai objek PPh terhadap
penghematan
pajak
penghasilan
menunjukkan nilai thitung = 3,587 dengan
signifikansi 0,001. Dengan mengunakan
batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima
Hipotesis 2 diterima. Kesimpulanya:
variabel pemahaman wajib pajak badan
mengenai bukan objek PPh berpengaruh
positif dan signifikan terhadap penghematan
pajak penghasilan.
2.
Hipotesis kedua
Peneliti merumuskan hipotesis yang kedua
yaitu:
19

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

,860
3,587
5,522
2,490
2,384
2,081
2,463
3,414

,398
,001
,000
,020
,026
,049
,006
,002

Collinearity
Statistics
Tolera
nce
VIF
,228
,153
,308
,282
,207
,468
,277

3,475
6,529
3,248
3,552
4,842
2,056
3,616

Ho : Artinya variabel pemahaman wajib


pajak badan mengenai bukan objek
PPh tidak berpengaruh terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Ha :Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai bukan objek
PPh
berpengaruh
terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Pengujian hasil hipotesis kedua dengan
menggunakan uji t dengan nilai thitung pada
variabel pemahaman wajib pajak badan
mengenai bukan objek pajak PPh terhadap
penghematan
pajak
penghasilan
menunjukkan nilai thitung = 5,522 dengan
signifikansi 0,000 dengan mengunakan batas
signifikansi 0,05 nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05, maka Ha di terima dan
Ho ditolak hipotesis 2 diterima. Kesimpulan:
variabelpemahaman wajib pajak badan
mengenai bukan objek pajak PPh
berpengaruh positif
dan
signifikan
penghematan pajak penghasilan.
3.
Hipotesis ketiga
Peneliti merumuskan hipotesis yang ketiga
yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang tidak dapat dikurangkan tidak

berpengaruh terhadap penghematan


pajak penghesilanya.
Ha : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang tidak dapat dikurangakn
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghesilanya.
Pengujian hasil hipotesis 3 dengan
menggunakan uji t dengan nilai thitung pada
variabel pemahaman wajib pajak badan
mengenai biaya fiskal yang tidak dapat
dikurangkan terhadap penghematan pajak
penghasilan menunjukkan nilai thitung =
2,490 dengan signifikansi 0,020 dengan
mengunakan batas signifikansi 0,05 nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05
dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima hipotesis 3 diterima. Kesimpulan:
variabel pemahaman wajib pajak badan
mengenai biaya fiskal yang tidak dapat
dikurangkan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan pajak
penghasilan.
4.
Hipotesis keempat
Peneliti merumuskan hipotesis yang
keempat yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang
dapat dikurangkan tidak
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghesilanya.
Ha : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang dapat dikurangakn berpengaruh
terhadap
penghematan
pajak
penghesilanya.
Pengujian hipotesis 4 dengan menggunakan
uji t dengan nilai thitung pada variabel
pemahaman wajib pajak badan mengenai
biaya fiskal yang dapat dikurangkan
terhadap penghematan pajak penghasilan
menunjukkan nilai thitung = 2,384 dengan
signifikansi 0,049 dengan mengunakan batas
signifikansi 0,05 nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima hipotesis 4 diterima.
Kesimpulan: variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal yang
tidak dapat dikurangkan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penghematan pajak
penghasilan.

5.
Hipotesis kelima
Peneliti merumuskan hipotesis yang kelima
yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang
dapat dikurangkan tidak
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghesilanya.
Ha : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal
yang dapat dikurangakn berpengaruh
terhadap
penghematan
pajak
penghesilanya.
Pengujian hipotesis 4 dengan menggunakan
uji t dengan nilai thitung pada variabel
pemahaman wajib pajak badan mengenai
biaya fiskal yang dapat dikurangkan
terhadap penghematan pajak penghasilan
menunjukkan nilai thitung = 2,081 dengan
signifikansi 0,049 dengan mengunakan batas
signifikansi 0,05 nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima hipotesis 4 diterima.
Kesimpulan: variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai biaya fiskal yang
tidak dapat dikurangkan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penghematan pajak
penghasilan.
6.
Hipotesis keenam
Peneliti merumuskan hipotesis yang keenam
yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai konpensasi
kerugian tidak berpengaruh terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Ha : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai konpensasi
kerugian
berpengaruh
terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Pengujian hipotesis 6 dengan menggunakan
uji t dengan nilai thitung pada variabel
pemahaman wajib pajak badan mengenai
konpensasi kerugian terhadap penghematan
pajak penghasilan menunjukkan nilai thitung =
2,463 dengan signifikansi 0,006 dengan
mengunakan batas signifikansi 0,05 nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05
dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima hipotesis 5 diterima. Kesimpulan:
variabel pemahaman wajib pajak badan
mengenai konpensasi kerugian berpengaruh

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

20

positif dan signifikan terhadap penghematan


pajak penghasilan.
7.
Hipotesis ketujuh
Peneliti merumuskan hipotesis yang keenam
yaitu:
Ho : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai tarif pajak
tidak
berpengaruh
terhadap
penghematan pajak penghesilanya.
Ha : Artinya variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai tarif pajak
berpengaruh terhadap penghematan
pajak penghesilanya.
Pengujian hipotesis 7 dengan menggunakan
uji t dengan nilai thitung pada variabel
pemahaman wajib pajak badan tarif pajak
terhadap penghematan pajak penghasilan
menunjukkan nilai thitung = 3,414 dengan
signifikansi 0,002 dengan mengunakan batas
signifikansi 0,05 nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima hipotesis 7 diterima.
Kesimpulan: variabel pemahaman wajib
pajak badan mengenai tarif pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghematan pajak penghasilan.

Uji F
Uji
F
dalam
penelitian
ini
menggunakan uji ANOVA. Uji ini dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh
bersama-sama (simultan) variabel bebas
Objek pajak penghasilan, bukan objek pajak
penghasilan, biaya fiskal yang dapat
dikurangkan, biaya fiskal yang tidak dapat
dikurangkan, konpensasi kerugian, Tarif
pajak, dasar pengenaan pajak penghasilan
terhadap variabel terikat penghematan pajak
penghasilan.
Dasar
pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
Ha : Jika F hitung lebih besar dari F tabel
atau angka signifikan kurang dari 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya secara simultan variabel bebas
berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel terikat.
Ho : Jika F hitung lebih kecil dari F tabel
atau angka signifikan lebih dari 0,05
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya secara simultan variabel bebas
tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.

Tabel
Hasil Uji F
ANOVA(b)
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
1415,096
74,623
1489,719

df
7
24
31

Mean Square
202,157
3,109

F
65,017

Sig.
,000(a)

Sumber : Data diolah, 2011

Hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung


yang signifikan terhadap Penghematan pajak
sebesar 65,017 dengan signifikansi 0,000.
penghasilan.
Dengan mengunakan batas signifikansi
0,005, nilai signifikansi tersebut lebih kecil
Koefisien Determinasi
dari 0,005. Dengan demikian diperoleh
Koefisien diterminasi digunakan untuk
bahwa hipotesis menyatakan bahwa Objek
mengetahui seberapa besar pengaruh
pajak penghasilan, Bukan objek pajak
variabel bebas terhadap variabel terikatnya
penghasilan, Biaya fiskal yang dapat
yaitu penghematan pajak penghasilan. Nilai
dikurangkan, Biaya fiskal yang tidak dapat
koefisien determinasi ditentukan dengan
dikurangkan,konpensasi kerugian, Tarif
nilai adjusted R square sebagaimana dapat
pajak, dasar pengenaan pajak penghasilan.
dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:
secara bersama-sama memiliki pengaruh
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
21

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

Model Summary
Model

R Square

,975(a)
Sumber: data diolah 2011

Hasil perhitungan regresi dapat


diketahui bahwa koefisien determinasi
(adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,935.
Hal ini berarti 90,6% pengaruh pemahaman
wajib pajak badan mengenai undang-undang
pajak penghasilan terhadap penghematan
pajak penghasilan dan sisanya 9,4%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang
tidak di teliti dalam penelitian ini.
Pembahasan
Hasil penelitian terhadap hipotesis
pertama menunjukan bawah objek PPh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghematan PPh. Hal ini menunjukan
bawah semakin tinggi pemahaman WP
badan mengenai objek PPh maka semakin
tinggi tingkat penghematan PPh begitu juga
sebaliknya. Hasil penelitian ini menunjukan
penelitian yang yang dilakukan oleh Satriani
(2005) hal ini disebabkan dengan menambah
biaya berupa iuran pensiun dan iuran
jaminan hari tua ditanggung oleh perusahaan
berarti penghasilan WP badan tersebut
menjadi lebih rendah yang dapat berakibat
langsung pada penghematan PPh. Hasil
penelitian terhadap hipotensis kedua
menujukan bahwa bukan objek PPh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghematan PPh begitu juga sebaliknya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Satriyani
(2005).
Hasil penelitian terhadap hipotesis
ketiga menunjukan bahwa biaya fiskal yang
dapat dikurangkan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan PPh. Hal
ini menunjukan bahwa semakin tinggi
pemahaman WP badan mengenai biaya
fiskal yang dapat dikurangkan, maka
semakin tinggi tingkat penghematan PPh
begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Satriyani (2005) hal ini di sebabkan
jika banyak biaya fiskal yang dapat
dikurangkan, maka dasar pengenaan pajak

,950

Adjusted R
Square
,935

Std. Error of
the Estimate
1,76332

penghasilannya kecil dan tarif pajaknya juga


kecil sehingga WP badan melakukan
penghematan PPh. Hal ini diatur dalam UU
PPh No. 17 tahun 2000 dalam pasal 6 ayat 1.
Hasil penelitian terhadap hipotesis
keempat menunjukan bahwa biaya - biaya
fiskal yang tidak dapat dikurangkan
berpengaruh positif dan signifikan terhaap
penghematan PPh. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi pemahaman WP
badan mengenai biaya fiskal yang tidak
dapat dikurangkan, maka semakin tinggi
tingkat penghematan PPh dan begitu juga
sebaliknya. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakuakan oleh
Suryani (2005). Hasil penelitian terhadap
hipotesis kelima menunjukkan bahwa
kompensasi kerugian berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penghematan PPh.
Hal ini menujukan bahwa semakin tinggi
pemahaman
WP
badan
mengenai
kompensesi kerugian, maka maka semakin
tinggi tingkat penghematan PPh dan begitu
juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Satriyani (2005) hal ini disebabkan jika WP
badan dalam kondisi laba dan terdapat
kompensasi
kerugian
dari
tahun
sebelumnya, maka laba bersih tersebut harus
dikurangkan terlebih dahulu dengan
kompensasi kerugian sehingga dasar
pengenaan pajak penghasilanya kecil dan
tarif pajaknya kecil dan tarif pajaknya juga
kecil sehingga WP badan dapat dilakukan
penghematan PPh. Hal ini diatur dalam UU
PPh No. 17 tahun 2000 dalam pasal 6 ayat 2.
Hasil penelitian terhadap hipotesis
keenam menunjukan bahwa tarif pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghematan PPh. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi pemahaman WP
badan mengenai tarif pajak maka semakin
tinggi tingkat penghematan PPh dan begitu
juga sebaliknya. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Satriyani (2005) hal ini disebabkan

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

22

dasar
pengenaan
pajak
mempunyai
keterkaitan langsung terhadap pemahaman
pasal 6 dan pasal 9 dalam UU PPh No. 17
tahun 2000 yang dapat berakibat pada
penghematan PPh.

6.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang
telah dilakukan, maka peneliti menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis
pertama, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan mengenai objek pajak PPh
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan
Pajak Penghasilan (PPh). Semakin
tinggi pemahaman wajib pajak
badan mengenai objek Pajak
Penghasilan (PPh), maka semakin
tinggi tingkat penghematan Pajak
Penghasilan (PPh).
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis
kedua, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan mengenai bukan objek Pajak
Penghasilan
(PPh)
mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap
penghematan
Pajak
Penghasilan (PPh).
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis
ketiga, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan mengenai biaya fiskal yang
dapat
dikurangkan
mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap
penghematan
Pajak
Penghasilan (PPh)..
4. Berdasarkan hasil uji hipotesis
keempat, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan mengenai biaya fiskal yang
tidak dapat dikurangkan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap
penghematan
Pajak
Penghasilan (PPh).
5. Berdasarkan hasil uji hipotesis
kelima, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
23

Media Ekonomi Volume 16 Nomor 01 Mei 2015

7.

badan mengenai konpensasi kerugian


mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan
Pajak Penghasilan (PPh).
Berdasarkan hasil uji hipotesis
keenam, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan
mengenai
tarif
pajak
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penghematan
Pajak Penghasilan (PPh).
Berdasarkan hasil uji
hipotesis
ketujuh, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman wajib pajak
badan mengenai dasar pengenaan
Pajak Penghasilan (PPh) mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap
penghematan
Pajak
Penghasilan (PPh).

Saran
Setelah melakukan penelitian faktor
yang melakukan perubahan mengenai
pemahaman wajib pajak (X), penulis
berharap meningkatkan kualitas dan skill
yang dapat meningkatkan motivasi bagi
pengusaha Dagang di Kota Bengkulu dapat :
1. Latihan merupakan faktor yang
diperlukan dalam meningkatkan
pemahaman
dan
kemampuan
pengusaha,
sehingga
dapat
mengetahui tentang pemahaman
pajak dan Undang - Undang Pajak
Penghasilan (PPh) pada perusahaan
dagang di Kota Bengkulu.
2. Perusahaan perlu melakukan audit
dan laporan keuangan yang sesuai
dengan pendapatan dan pemahaman
laporan
sehingga
dapat
pengembangan perusahaan lebih
maju lagi.
DAFTAR PUSAKA
Himpunan Perubahan Undang-Undang
Perpajakan Tahun 2000. Jakarta :
CV Eko Jaya.
Imam
Ghozali,
(2005).
Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang : Universitas
Diponogoro.

Jusup Anwar, (2005). Kontroversi Pajak


Di
Indonesia
:
(http://www.solusipajak.com).
Mardiasmo, (2003). Perpajakan. Jakarta :
Salemba Empat.
Mardiasmo, (2008). Perpajakan,Edisi
revisi 2008. Yokyakarta :CV:
Andi Offset.
Mardismo, (2009, Perpajakan, Edisi Revisi
2009. Yokyakarta : CV : Andi Offset.
Nur Bambang Supomo Indriantoro, (2002).
Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajmen.
BPFE : Yogyakarta.
Satriyanti, (2005). Pemahaman Wajib
Pajak Badan Mengenai UU PPh
terhadap Penghematan PPh.
UMY. Yokjakarta.

Tulis S. Meliala, (2000). Perpajakan Dan


Akuntansi Pajak. Bandung :
Grahatipa.
Undang-Undang Pajak Tahun 2000, 1983,
1994. Jakarta : Salemba Empat.
Yenni Mangonting, (1999). Pengantar
Perpajakan. Jakarta : Salemba
Empat.
Waluyo dan llyas wirawan B, (2003).
Perpajakan Indonesia. Jakarta :
Salemba empat
Sugiono, (1999). Metodologi Penelitian
Bisnis . Bandung : CV Alfabeta.
Lesti Hartati Okta, (2011). Persepsi Pelaku
Bisnis Dan Karyawan Terhadap
Akuntansi
Syariah.
Skripsi
program
strata1
universitas
muhamadiyah Bengkulu.

Furqonti Ranidiah | Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Badan Mengenai UndangUndang

24

Anda mungkin juga menyukai