Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
Sakit atau luka-luka kecil di dalam mulut yang masyarakat awam
menyebutnya dengan nama sariawan, merupakan penyakit yang hampir secara
rutin ditemui pada sekelompok orang. Penyakit yang dalam istilah medis lebih
dikenal dengan nama rekuren aphtousa stomatitis (RAS) ini merupakan lesi oral
berupa ulser yang sering terjadi.
Para ahli berpendapat bahwa RAS bukan sebuah penyakit tunggal, tetapi
akibat beberapa kondisi patologis dengan manifestasi klinis yang mirip. Gangguan
sistem imun, defisiensi hematologis, alergi, dan gangguan psikologis biasanya
terlibat dalam kasus RAS (Greenberg and Glick, 2003).
Berdasarkan ukuran ulsernya, RAS dibagi menjadi 3 jenis, yaitu RAS
minor dimana ulser berukuran kurang dari 1 cm dan dapat sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut selama 7-10 hari tanpa pengobatan, RAS mayor
dimana ulser berukuran lebih dari 1 cm dan sembuh dalam jangka waktu yang
lama meninggalkan jaringan parut, dan yang ketiga adalah RAS herpetiform
merupakan kumpulan ulser kecil diameter 0,1 0,3 cm dalam jumlah lebih dari 1
seperti pada infeksi virus herpes (Usri, dkk, 2012).

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Pasien IPM
2.1.1 Data Umum Pasien
Tanggal pemeriksaan

: 25 April 2012

Nomor Rekam Medik

: 2011-09721

Nama

: AS

Jenis Kelamin

: Wanita

Usia

: 20 tahun

Telp

: 08562xxxxxxx

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Alamat Rumah

: Jl. Mars Utama I No 26, Margahayu Raya,


Bandung

2.1.2 Anamnesa
Pasien wanita usia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan
didasar mulut bagian kiri sejak 7 hari lalu. Hingga kini pasien masih merasa
sakit pada saat makan terutama makanan pedas. Pasien mengaku sariawan ini
belum pernah diobati. Saat ini pasien sedang kurang makan buah-buahan dan
sedang stres tetapi tidak sampai mengganggu pola tidur. Pernah ada riwayat
sariawan tetapi berpindah-pindah tempat dan muncul ketika sedang stres dan
sembuh setelah 2 mingggu. Ada riwayat sariawan juga pada ibu pasien. Pasien
ingin sariawannya diobati.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung

: YA/TIDAK

Hipertensi

: YA/TIDAK

Diabetes Mellitus

: YA/TIDAK

Asma/Alergi

: YA/TIDAK

Penyakit Hepar

: YA/TIDAK

Kelainan GIT

: YA/TIDAK Gastritis

Penyakit Ginjal

: YA/TIDAK

Kelainan Darah

: YA/TIDAK

Hamil

: YA/TIDAK

Kontrasepsi

: YA/TIDAK

Lain-lain

: YA/TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu


Disangkal
2.1.5 Kondisi Umum
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Suhu

: Afebris

Tensi

: 110/80 mmHg

Pernafasan

: 20 x/menit

Nadi

: 72 x/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral


Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal

:
:
:

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

Mata

: Pupil isokhor; konjungtiva non anemis; sklera non ikterik

TMJ

: Kliking di bagian kiri

Bibir

: tidak ada kelanian

Wajah

: Asimetris/simetris

Sirkum Oral

: tidak ada kelainan

Lain-lain

: tidak ada kelainan

Lain-lain

: tidak ada kelainan

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan Mulut

: baik/sedang/buruk

plak +/-

kalkulus +/ -

stain +/-

Gingiva

: tidak ada kelainan

Mukosa Bukal

: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547

Mukosa Labial

: tidak ada kelainan

Palatum Durum

: tidak ada kelainan

Palatum Mole

: tidak ada kelainan

Frenulum

: tidak ada kelainan

Lidah

: tidak ada kelainan

Dasar Mulut

: Terdapat ulcer pada dasar mulut di bagian kiri dengan


ukuran diameter 4 mm berwarna putih dikelilingi tepi
eritema yang reguler

2.1.8 Status geligi


18 17 16

15

14

13

12 11 21 22

23

24

25

26

27 28

48 47 46

45

44

43

42 41

33 34

35

36

37

31 32

38

Gambar 2.1. Ulcer pada mukosa dasar mulut

Gambar 2.2. Linea Alba pada mukosa bukal regio 45-47 (kiri) dan 35-37 (kanan)
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi

TDL

Darah

TDL

Patologi Anatomi :

TDL

Mikrobiologi

TDL

2.1.10 Diagnosis

D/ Recurrent Aphtous Stomatitis


DD/

: Traumatik ulcer

Behcets Disease

D/ Linea Alba dextra dan sinistra


DD/ Cheek Biting

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro Oral Hygiene Instructions


Pro diet tinggi buah-buahan
Pro instruksi diet makanan menu sehat dan gizi seimbang
Pro kontrol 1 minggu
Pro Resep
R/ Clorhexidine glukonat 0,2% gargle 150ml Fl I
col oris 3.d.d.1

2.2 Status Kontrol IPM


Tanggal pemeriksaan

: 2 Mei 2012

Nomor Rekam Medik

: 2011-09721

Nama

: AS

Jenis Kelamin

: Wanita

Usia

: 20 tahun

2.2.1 Anamnesa
Pasien datang kembali untuk kontrol 1 minggu, dan sariawannya masih
ada tetapi sudah tidak merasa sakit sejak hari ke-5 menggunakan obat kumur.
Pasien mengaku sudah meningkatkan konsumsi buah-buahan. Pasien mengaku
masih mengalami stres.
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal

:
:
:

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

Mata

: Pupil isokhor; konjungtiva non anemis; sklera non ikterik

Bibir

: tidak ada kelanian

Wajah

: Asimetris/simetris

Sirkum Oral

: tidak ada kelainan

Lain-lain

: tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan mulut

Debris Indeks

Kalkulus Indeks

OHI -S

16

11

26

16

11

26

Baik / Sedang / Buruk

0
46

0
31

0
36

0
46

0
31

0
36

Stain + / -

0
1
0
0
0
DI = 2/12 ; CI = 0 OHI-S = DI + CI = 2/12 + 0 = 2/12 = 0,167

Gingiva

: tidak ada kelainan

Mukosa Bukal

: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547

Mukosa Labial

: tidak ada kelainan

Palatum Durum

: tidak ada kelainan

Palatum Mole

: tidak ada kelainan

Frenulum

: tidak ada kelainan

Lidah

: pigmentasi berbatas jelas berbentuk makula berwarna


coklat di bagian anterior

Dasar Mulut

: terdapat ulcer di dasar mulut bagian kiri dengan diameter


2 mm, berwarna putih dan datar

Gambar 2.3. Pigmentasi bagian anterior lidah

Gambar 2.4. Ulcer pada mukosa dasar mulut


2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
TDL
2.2.5 Diagnosis

D/ Recurrent Aphtous Stomatitis


DD/

: Traumatik ulcer
Behcets Disease

D/ Linea Alba dextra dan sinistra


DD/ Cheek Biting
D/ Pigmentasi fisiologis lingual anterior
DD/ Drug induced melanosis

2.2.6 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro Oral Hygiene Instructions


Pro instruksi diet makanan menu sehat dan gizi seimbang
Pro kontrol kedua

10

2.3 Status Kontrol IPM


Tanggal pemeriksaan

: 12 Mei 2012

Nomor Rekam Medik

: 2011-09721

Nama

: AS

Jenis Kelamin

: Wanita

Usia

: 20 tahun

2.3.1 Anamnesa
Pasien datang kembali untuk kontrol kedua, dan sariawannya sudah
sembuh. Pasien mengaku sudah meningkatkan konsumsi buah-buahan.
2.3.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal

:
:
:

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

Mata

: Pupil isokhor; konjungtiva non anemis; sklera non ikterik

Bibir

: tidak ada kelanian

Wajah

: Asimetris/simetris

Sirkum Oral

: tidak ada kelainan

Lain-lain

: tidak ada kelainan

2.3.3 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan mulut

Debris Indeks

Kalkulus Indeks

OHI -S

16

11

26

16

11

26

Baik / Sedang / Buruk

0
46

0
31

0
36

0
46

0
31

0
36

Stain + / -

11

DI = 2/12 ; CI = 0 OHI-S = DI + CI = 2/12 + 0 = 2/12 = 0,167


Gingiva

: tidak ada kelainan

Mukosa Bukal

: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547

Mukosa Labial

: tidak ada kelainan

Palatum Durum

: tidak ada kelainan

Palatum Mole

: tidak ada kelainan

Frenulum

: tidak ada kelainan

Lidah

: pigmentasi berbatas jelas berbentuk makula berwarna


coklat di bagian anterior

Dasar Mulut

: tidak ada kelainan

Gambar 2.5. Dasar mulut pada pasien


2.3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

2.3.5 Diagnosis

12

D/ Post Recurrent Aphtous Stomatitis


D/ Linea Alba dextra dan sinistra
DD/ Cheek Biting
D/ Pigmentasi fisiologis lingual anterior
DD/ Drug induced melanosis

2.3.6 Rencana Perawatan dan Perawatan

Pro Scaling
Pro instruksi diet makanan menu sehat dan gizi seimbang

13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Rekuren Apthous Stomatitis (RAS)


3.1.1 Definisi
RAS adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya ulkus berulang
yang terbatas pada mukosa oral dalam pasien yang tidak memiliki tanda-tanda
penyakit lainnya. Para ahli berpendapat bahwa RAS bukan sebuah penyakit
tunggal, tetapi akibat beberapa kondisi patologis dengan manifestasi klinis yang
mirip. Gangguan sistem imun, defisiensi hematologis, alergi, dan gangguan
psikologis biasanya terlibat dalam kasus RAS (Greenberg and Glick, 2003).
Kira-kira 20% dari populasi umum telah terkena RAS, tetapi ketika
kelompok etnik tertentu atau sosial-ekonomi tertentu diteliti, ternyata insidensinya
terbentang dari 5%-50%. RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinik:
minor ulcer, mayor ulcer (Suttons disease, periadenitis mucosa necrotica
recurrens), dan herpetiform ulcer. Minor ulcer, yang meliputi 80% dari kasus
RAS, diameternya kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa meninggalkan bekas.
Mayor ulcer, diameternya lebih dari 1cm dan memerlukan waktu lebih lama untuk
sembuh dan sering meninggalkan bekas. Herpetiform ulcer dianggap sebagai
kesatuan dari gejala klinik yang berbeda yang bermanifestasi sebagai ulcer kecil
yang banyak disepanjang mukosa oral (Greenberg and Glick, 2003).
3.1.2. Etiologi
Konsep yang sekarang ini, RAS adalah suatu sindrom klinis dengan
beberapa kemungkinan. Faktor utama yang telah teridentifikasi meliputi
keturunan, defisiensi hematologis, dan kelainan immunologis. Miller dan temantemannya mempelajari 1,303 anak dari 530 keluarga dan memperlihatkan
kecenderungan untuk terkena RAS pada anak-anak yang memiliki orang tua
positif RAS. Suatu studi yang dijalankan Ship dan teman-temannya menunjukkan
bahwa pasien yang memiliki orang tua yang positif RAS mempunyai kesempatan

14

90% untuk terkena RAS, sedangkan pasien yang tidak memiliki orang tua yang
positif RAS mempunyai kesempatan 20% untuk terkena RAS (Greenberg and
Glick, 2003).
Defisiensi hematologis, terutama zat besi, folate, atau vitamin B12, muncul
sebagai faktor etiologi dalam subset pada orang yang memiliki RAS. Ukuran dari
subset cukup kontroversial, tapi perkiraan terbanyak adalah 5-15%. Suatu studi
oleh Rogers dan Hutton melaporkan peningkatan sebanyak 75% dari pasien yang
memiliki RAS saat defisiensi hematologis spesifik ditemukan dan disembuhkan
dengan terapi penggantian spesifik (specific replacement therapy) (Greenberg and
Glick, 2003). Penyakit gastrointestinal juga dapat mengganggu penyerapan
vitamin B12 dan folate, sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit ini merupakan
salah satu pemicu dari RAS (Cawson and Odell, 2002).
Faktor lain yang telah diusulkan sebagai pemicu dari RAS meliputi trauma,
stress psikologis, dan alergi ke makanan (Greenberg and Glick, 2003). Beberapa
pasien dengan ulcer ditemukan dalam masa stres dan beberapa penelitian telah
melaporkan korelasi diantaranya. Namun tingkat stres ini sulit dihitung (Cawson
and Odell, 2002).
Pemberhentian merokok dapat meningkatkan frekuensi dan keparahan dari
RAS (pada orang yang merokok) (Greenberg and Glick, 2003; Chestnutt and
Gibson, 2007). Hal ini tidak diketahui secara jelas namun dipercaya bahwa
merokok dapat melindungi tubuh secara sistemik terhadap penyakit ini (Cawson
and Odell, 2002).
Suatu deterjen yang ada didalam pasta gigi, sodium lauryl sufate (SLS), juga
dicurigai sebagai salah satu faktor etiologi dari RAS. Tetapi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi yang bebas SLS tidak memiliki
perbedaan efek yang signifikan pada kemunculan ulcer (Greenberg and Glick,
2003).
2.1.3. Gambaran Klinis
Kemunculan pertama RAS umumnya terjadi pada dekade kedua dari
kehidupan dan dapat diakibatkan dari trauma minor, menstruasi, infeksi
pernapasan atas, atau akibat dari kontak beberapa makanan. RAS diklasifikasikan

15

kedalam 3 kategori berdasarkan gambaran klinisnya yaitu RAS minor, mayor, dan
herpetiformis.

RAS Minor:
Mempunyai diameter kurang dari 1 cm dan umumnya lesi dapat sembuh

selama 7-10 hari tanpa pengobatan. Sering diikuti rasa terbakar pada daerah lesi,
lesi berjumlah 1-6 dalam setiap episode, berbentuk lesi bulat atau oval, simetris,
dengan dasar dangkal, dikelilingi tepi kemerahan (Laskaris, 2006; Usri, dkk,
2012).

RAS Mayor:
Mempunyai diameter lebih dari 1 cm sampai 5 cm, disebut juga sutton

disease atau periadenitis mucosa necroticans. Bentuk lesi serupa ulcer minor,
menimbulkan rasa sakit yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan makan,
sembuh dalam jangka waktu lama (beberapa minggu sampai beberapa bulan) dan
meninggalkan jaringan parut (Laskaris, 2006; Usri, dkk, 2012).

Gambar 3.1 RAS Minor (kiri) dan RAS Mayor (kanan)

RAS Herpetiform:
Lesi berbentuk kecil (hanya 1-3 mm), multipel (bervariasi antara 10-100

ulcer), berbentuk bulat, dan dapat terlokalisir atau dapat tersebar pada mukosa
oral, dapat sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut (Laskaris, 2006; Usri, dkk,
2012).

16

Gambar 3.2 RAS Herpetiform

3.1.6. Diagnosa Banding


a) Traumatic Ulcer
Disebabkan karena trauma akibat protesa, alat ortodontik, tambalan over
hang, makanan, panas, zat kimia, tergigit, sikat gigi, atau trauma akibat
kelalaian dokter gigi. Lokasi, ukuran, dan bentuk lesi tergantung trauma yang
menjadi penyebab. Paling sering berupa ulcer tunggal terasa sakit, permukaan
lesi halus, berwarna merah atau putih kekuningan dengan tepi eritem tipis.
Umumnya sembuh spontan dalam 6-10 hari setelah penyebab dihilangkan,
untuk menghindari infeksi dapat diberikan obat kumur antiseptik (Usri, dkk,
2012).

Gambar 3.3 Traumatik ulcer pada ventral labial

b) Behcets Disease

17

Merupakan penyakit imunokompleks dengan karakteristik triad gejala :


ulcer oral rekuren, ulcer genital rekuren, dan lesi pada mata. Ulcer pada oral dapat
terlihat pada lebih dari 90% penderita; lesi tidak dapat dibedakan dengan RAS.
Beberapa penderita dapat mengalami lesi oral yang sewaktu-waktu akan muncul
kembali; penderita dapat mengalami lesi yang dalam dan besar yang memiliki
karakteristik sama dengan RAS. Lesi-lesi yang timbul tampak pada mulut atau
mukosa faringeal. Area genital merupakan area yang sering juga timbul ulcer,
terutama pada scrotum dan penis pria dan labia wanita. Lesi pada mata berupa
uveitis, adanya infiltrasi pada retina, edema, oklusi vascular, atropi optic,
konjungtivitis, dan keratitis (Greenberg and Glick, 2003).

Gambar 3.4 Behcets Disease memiliki lesi ulcer di mukosa mulut, mata,
dan genital

3.1.7. Terapi
Lesi ringan dapat diterapi dengan pemberian lapisan pelindung berupa
orabase seperti aloeclair gel atau triamsinolon acetonid bila tidak melibatkan
virus. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi berupa obat
kumur seperti benzidamina HCL (Usri, dkk, 2012). Clorhexidine 0,2% juga dapat
diberikan pada pasien RAS. Digunakan 3 kali sehari setelah makan selama 1
menit berada dalam mulut. Hal ini dapat mengurangi durasi dan ketidaknyamanan
pasien terhadap RAS (Cawson and Odell, 2002)

18

Lebih besar dapat diobati dengan menempatkan perban berisi steroid


topikal pada ulcer sperti triamsinolon acetonid bila tidak melibatkan virus dan di
aplikasikan dengan cara berkontak dengan lesi selama 15-30 menit. Sediaan ini
diaplikasikan, 2-3 kali sehari terutama sesudah makan dan sebelum tidur. Bila
tidak responsif diberikan terapi topikal, maka penggunaan terapi sistemik harus
dipertimbangkan misalnya colchicine, pentoxifylline, dapson, dan thalidomide.
Thalidomide diberikan untuk mengurangi insiden dan tingkat keparahan Rekuren
Apthous Stomatitis terutama pada pasien HIV-positif maupun HIV-negatif, namun
obat ini harus digunakan dengan sangat hati-hati. Efek samping lain dari
thalidomide termasuk neuropati perifer,

masalah

gastrointestinal,

mengantuk, serta efek teratogeniknya

(Greenberg

2003).

Gambar 3.5 Orabase yang digunakan untuk terapi RAS

and

Glick,

19

Tabel 3.1 Perbedaan RAS, Traumatic ulcer, dan Behcet diseases


RAS

Traumatic ulcer

Behcet's disease

Anamnesa

Muncul secara tibatiba, bisa dipicu


gangguan psikologis

Muncul karena luka


trauma

muncul secara tibatiba

Lokasi

Mukosa oral non


keratin

Mukosa oral non


keratin dan berkeratin

Mukosa oral, mata,


dan genital

Gambaran
klinis

Minor: Jumlah 1-6


setiap episode, ukuran
< 1 cm, berbentuk lesi
bulat atau oval,
simetris, dengan dasar
dangkal, dikelilingi
tepi kemerahan, bisa
sembuh 7 - 10 hari
tanpa diobati

bentuk irreguler,
ukuran ulcer bervariasi

bentuk lesi oral


tidak dapat
dibedakan dengan
RAS, rekurensi,
terdapat lesi ulcer
pada genital
(skrotum, penis,
dan labia), Lesi
pada mata berupa
uveitis

kasus ringan
ditangani dengan
aplikasi orobase,
untuk mengurangi
rasa sakit diberikan
topikal anestesi
berupa obat kumur

kasus ringan ditangani


dengan aplikasi
orobase, untuk
mengurangi rasa sakit
diberikan topikal
anestesi berupa obat
kumur

untuk lesi oral


diberikan topikal
kortikosteroid,
sedangkan
penyakitnya
dengan
kortikosteroid
sistemik

kasus berat ditangani


dengan aplikasi
topikal kortikosteroid
bila luka tidak
melibatkan virus

kasus berat ditangani


dengan aplikasi topikal
kortikosteroid bila luka
tidak melibatkan virus

Mayor: ukuran 1-5


cm, sembuh dalam
jangka waktu lama,
meninggalkan
jaringan parut
Herpetiform: ukuran
hanya 1-3mm, jumlah
5-100, terlokalisir
atau tersebar di
seluruh mukosa oral

Terapi

20

3.2 Linea Alba


Linea alba merupakan lapisan horizontal pada mukosa bukal yang sejajar
dengan oklusal plane yang akan meluas ke geligi posterior. Hal ini sering
ditemukan dan seringkali berhubungan dengan tekanan, iritasi friksi atau trauma
menghisap (sucking trauma) dari permukaan fasial geligi (Greenberg and Glick,
2003).
3.2.1. Gambaran Klinis
Linea alba biasanya tampak bilateral dan mungkin terlihat tegas pada
beberapa individu. Linea alba ini terjadi lebih banyak pada individu dengan
pengurangan overjet pada geligi posterior. Biasanya berlekuk dan berbatasan
dengan area dentulous (Greenberg and Glick, 2003).

Gambar 3.6 Linea alba


3.2.2. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang diindikasikan untuk pasien linea alba. Lapisan
putih akan menghilang secara spontan pada kebanyakan individu (Greenberg and
Glick, 2003).
3.3 Cheek Biting/ Chewing
Lesi putih pada jaringan oral dapat dihasilkan dari iritasi kronis karena
penghisapan (sucking) berulang, gigitan, atau kunyahan. Hal-hal ini menghasilkan
area trauma yang semakin tebal, membekas, dan lebih pucat daripada jaringan

21

sekitarnya. Cheek chewing sering terjadi pada orang yang stress, atau dalam
gangguan fisiologis dimana memiliki kebiasaan menggigit pipi dan bibir.
Kebanyakan pasien dengan kondisi ini sedikit menyadari kebiasaannya tetapi
tidak mengetahui hubungannya dengan lesi yang terjadi. Lesi putih dari check
chewing ini terkadang membingungkan karena mirip dengan kelainan
dermatologis lainnya yang mengenai mukosa oral, sehingga bisa menyebabkan
kesalahan mendiagnosa. Kronik chewing pada mukosa labial (morsicatio
labiorum) dan batas lateral lidah (morsicatio linguarum) dapat terlihat sewaktu
adanya check chewing atau dapat menyebabkan lesi terisolasi. Prevalensi rata-rata
0,12-0,5% dilaporkan pada populasi di Scandinavia dan 4,6% di Afrika Selatan
pada sekolah anak-anak yang memiliki treatment kesehatan mental; rata-rata ini
didukung oleh peranan stress dan kecemasan sebagai etiologi dari kondisi ini
(Greenberg and Glick, 2003).

Gambar 3.7 Cheek Biting


3.3.1. Gambaran klinis
Lesi ini biasanya ditemukan bilateral pada mukosa bukal posterior
sepanjang oklusal plane. Mungkin juga dapat terlihat kombinasi dengan lesi
traumatis pada bibir atau lidah. Pasien seringkali mengeluh adanya kekasaran atau
tanda kecil pada jaringan. Hal ini memproduksi tampilan klinis yang berjumbai
jelas. Lesinya sedikit dibatsi oleh lapisan keputihan yang dapat bercampur dengan
area yang erithema atau ulserasi. Lesi ini biasanya muncul 2x lebih banyak pada

22

wanita dan 3x lebih banyak pada umur 35 tahun ke atas (Greenberg and Glick,
2003).
3.3.2. Pengobatan dan prognosis
Karena lesi dihasilkan dari kebiasaan yang tidak disadari, tidak ada
pengobatan

yang

diindikasikan.

Karena

tidak

adanya

pengobatan

dan

ketidakmungkinan menghentikan kebiasaan chewing ini, plastic occlusal night


guard dapat digunakan. Pengisolasian lidah yang terlibat, membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan oral hairy leukoplakia terutama jika
faktor resikonya jelas untuk penderita HIV (Greenberg and Glick, 2003).
3.4 Lesi-lesi Pigmentasi Pada Rongga Mulut
Jaringan mukosa rongga mulut dapat mengalami perubahan warna. Hal ini
bisa diakibatkan sebuah proses penyakit yang dapat berujung pada pembentukan
pseudomembran, meningkatnya keratinisasi (lesi putih), atau meningkatnya
vaskularisasi (lesi merah). Perubahan warna menjadi biru, coklat, atau hitam
merupakan warna yang berasal dari pigmen mukosa rongga mulut yang bisa
dikaitkan dengan pengendapan secara endogen maupun eksogen (Greenberg and
Glick, 2003).
Pigmentasi secara endogen bisa dikaitkan dengan adanya zat haemoglobin,
hemosiderin, dan melanin. Melanin adalah pigmen turunan dari tirosin dan
disintesis dalam melanosit. Pigmentasi secara eksogen umumnya secara traumatis
mengendap di submukosa. Beberapa dapat dicerna, terdistribusi secara
hematogen, atau mengendap di jaringan ikat terutama pada jaringan yang
mengalami peradangan secara kronis (Greenberg and Glick, 2003).
3.4.1 Pigmentasi Fisiologis
Dalam tubuh orang yang sehat, secara klinis dapat memiliki daerah
kehitaman atau kecoklatan dengan ukuran yang bervariasi dan terdistribusi di
rongga mulut, seperti gingiva, mukosa bukal, langit-langit mulut, dan lidah, akibat
dari pigmen mukosa yang dihasilkan oleh melanosit. Hal ini terjadi secara
asimptomatik. Orang kulit hitam dan orang Asia sering menunjukkan kasus

23

melanosis difus pada bagian fasial gingiva. Selain itu, pada lingual gingiva dan
lidah sering terdapat makula coklat yang bermultiple, difus, dan beretikulasi.
Walaupun penyebab lain dari hyperpigmentasi sangat memungkinkan, pigmentasi
rasial, menunjukkan basilar melanosis. Karena itulah, beberapa multifocal atau
pigmentasi difus harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
keterkaitannya dengan penyakit endokrinopatik (Greenberg and Glick, 2003).

Gambar 3.8 Pigmentasi fisiologis pada gingiva


3.4.2 Drug-Induced Melanosis
Beberapa macam obat dapat memicu terjadinya pigmentasi pada mukosa.
Pigmentasi ini dapat berbentuk besar namun terlokalisasi, biasanya terdapat di
palatum, dan bisa juga multifocal di seluruh bagian mulut. Pada kasus lain, lesi
berbentuk datar dan tanpa pembentukan nodul atau pembengkakan. Beberapa obat
yang dapat memicu adanya pigmentasi antara lain, quinoline, hydroxyquinoline,
dan amodiaquine antimalarials. Obat-obat ini sering digunakan untuk penyakit
autoimun (Greenberg and Glick, 2003).

24

Gambar 3.9 Drug induced melanosis


BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien wanita usia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan
didasar mulut bagian kiri sejak 7 hari lalu. Hingga kini pasien masih merasa
sakit pada saat makan terutama makanan pedas. Pasien mengaku sariawan ini
belum pernah diobati. Saat ini pasien sedang kurang makan buah-buahan dan
sedang stres tetapi tidak sampai mengganggu pola tidur. Pernah ada riwayat
sariawan tetapi berpindah-pindah tempat dan muncul ketika sedang stres dan
sembuh setelah 2 mingggu. Ada riwayat sariawan juga pada ibu pasien. Pasien
ingin sariawannya diobati.
Pada pemeriksaan ektraoral ditemukan adanya kelainan pada TMJ, yaitu
pasien mengalami kliking di bagian kiri. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan
Terdapat ulcer pada dasar mulut di bagian kiri dengan ukuran diameter 4 mm
berwarna putih dikelilingi tepi eritema yang reguler. Dari anamnesis dan
pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan diagnosis penyakit dari pasien ini adalah
Rekuran Aphtous Stomatitis minor. RAS tipe minor, yaitu RAS dengan diameter
kurang dari 1 cm. Lesi ini biasanya dangkal, berbentuk bulat atau oval, dengan
membran abu-abu sampai kuning. Ditegakannya diagnosis tersebut berdasarkan
gambaran klinis pada pasien tersebut yang mungacu pada RAS, dengan lesi yang
kurang dari 1 cm dan tidak adanya manifestasi pada genital yang merupakan
manifesteasi dari Behcets disease dan tepi ulcer yang reguler menunjukan bahwa

25

lesi ini dihasilkan bukan dari luka trauma. Hal ini diperkuat juga dengan
pernyataan pasien yang mengaku sedang stres dan adanya faktor herediter, yang
merupakan salah satu faktor pemicu pada RAS.
Terapi yang diberikan kepada pasien pada saat kunjungan pertama adalah
aplikasi obat kumur clorhexidine glukonat 0,2%, yang diaplikasikan 3 kali dalam
1 hari sebagai antiseptik, dengan harapan kondisi kebersihan mulut pasien yang
baik dapat mempercepat proses penyembuhan. Selain itu pasien juga
diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut, diet tinggi buah-buahan, makan
dengan menu gizi seimbang, dan melakukan kontrol 1 minggu agar diketahui
tingkat keberhasilan perawatan dan untuk mengetahui apakah instruksi yang
diberikan kepada pasien dilakukan dengan baik atau tidak.
Setelah 1 minggu pasien datang untuk melakukan kontrol dan
sariawannya masih ada dan berkurang ukurannya tetapi sudah tidak merasa sakit
sejak hari ke-5 menggunakan obat kumur. Pasien mengaku sudah meningkatkan
konsumsi buah-buahan dan menu gizi seimbang namun masih merasa stres.
Diduga, stres yang dialami oleh pasien berpengaruh terhadap terlambatnya
kesembuhan RAS karena stres merupakan salah satu faktor pemicu dari RAS
seperti yang dikemukakan oleh Greenberg (2003). Stres juga dapat menurunkan
tingkat kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap kondisi
patologis.
Pasien kembali diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga mulut,
diet tinggi buah-buahan, dan menu gizi seimbang agar dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh yang terganggu termasuk dapat mengontrol rasa stres yang
dialami. Pasien juga diinstruksikan untuk melakukan kontrol 2 minggu untuk
melihat perkembangan dari kesembuhan pasien dan pada kontrol tersebut pasien
sudah sembuh total. Pada saat itu pasien mengaku sudah tidak mengalami stres.

26

BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan diketahui pasien mengalami Rekuren Aphtous
Stomatitis (RAS). Terdapat ulcer pada dasar mulut di bagian kiri dengan ukuran
diameter 4 mm berwarna putih dikelilingi tepi eritema yang reguler. RAS pada
pasien ini adalah tipe minor. Etiologi RAS tidak diketahui secara pasti, namun
dapat dipicu oleh faktor herediter, defisiensi hematologik, gangguan psikologis,
dan gangguan imunologis.
Terapi yang diberikan adalah obat kumur clorhexidine glukonat 0,2% yang
diaplikasikan 3 kali sehari sebagai antiseptik, dan instruksi menjaga kebersihan
mulut, diet tinggi buah-buahan, serta makan dengan menu gizi seimbang. Pasien
sudah tidak merasa sakit pada hari ke 5 setelah aplikasi obat kumur, namun baru
sembuh total setelah melakukan kontrol 2 minggu.

27

DAFTAR PUSTAKA
Cawson, RA and EW Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Chestnutt, I. G.; J. Gibson. 2007. Clinical Dentistry. 3rd ed. Philadelphia: Churcill
Livingstone Elsevier
Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th ed. Hamilton: BC Decker Inc.
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. 2nd ed. New York: Thieme
Usri, K., dkk. 2012. Diagnosis & Terapi Penyakit Gigi dan Mulut. 2nd ed.
Bandung: LSKI

Anda mungkin juga menyukai