Laporan Studi Kasus Sar - M Erlangga
Laporan Studi Kasus Sar - M Erlangga
PENDAHULUAN
Sakit atau luka-luka kecil di dalam mulut yang masyarakat awam
menyebutnya dengan nama sariawan, merupakan penyakit yang hampir secara
rutin ditemui pada sekelompok orang. Penyakit yang dalam istilah medis lebih
dikenal dengan nama rekuren aphtousa stomatitis (RAS) ini merupakan lesi oral
berupa ulser yang sering terjadi.
Para ahli berpendapat bahwa RAS bukan sebuah penyakit tunggal, tetapi
akibat beberapa kondisi patologis dengan manifestasi klinis yang mirip. Gangguan
sistem imun, defisiensi hematologis, alergi, dan gangguan psikologis biasanya
terlibat dalam kasus RAS (Greenberg and Glick, 2003).
Berdasarkan ukuran ulsernya, RAS dibagi menjadi 3 jenis, yaitu RAS
minor dimana ulser berukuran kurang dari 1 cm dan dapat sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut selama 7-10 hari tanpa pengobatan, RAS mayor
dimana ulser berukuran lebih dari 1 cm dan sembuh dalam jangka waktu yang
lama meninggalkan jaringan parut, dan yang ketiga adalah RAS herpetiform
merupakan kumpulan ulser kecil diameter 0,1 0,3 cm dalam jumlah lebih dari 1
seperti pada infeksi virus herpes (Usri, dkk, 2012).
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Pasien IPM
2.1.1 Data Umum Pasien
Tanggal pemeriksaan
: 25 April 2012
: 2011-09721
Nama
: AS
Jenis Kelamin
: Wanita
Usia
: 20 tahun
Telp
: 08562xxxxxxx
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat Rumah
2.1.2 Anamnesa
Pasien wanita usia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat sariawan
didasar mulut bagian kiri sejak 7 hari lalu. Hingga kini pasien masih merasa
sakit pada saat makan terutama makanan pedas. Pasien mengaku sariawan ini
belum pernah diobati. Saat ini pasien sedang kurang makan buah-buahan dan
sedang stres tetapi tidak sampai mengganggu pola tidur. Pernah ada riwayat
sariawan tetapi berpindah-pindah tempat dan muncul ketika sedang stres dan
sembuh setelah 2 mingggu. Ada riwayat sariawan juga pada ibu pasien. Pasien
ingin sariawannya diobati.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung
: YA/TIDAK
Hipertensi
: YA/TIDAK
Diabetes Mellitus
: YA/TIDAK
Asma/Alergi
: YA/TIDAK
Penyakit Hepar
: YA/TIDAK
Kelainan GIT
: YA/TIDAK Gastritis
Penyakit Ginjal
: YA/TIDAK
Kelainan Darah
: YA/TIDAK
Hamil
: YA/TIDAK
Kontrasepsi
: YA/TIDAK
Lain-lain
: YA/TIDAK
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Suhu
: Afebris
Tensi
: 110/80 mmHg
Pernafasan
: 20 x/menit
Nadi
: 72 x/menit
:
:
:
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
Mata
TMJ
Bibir
Wajah
: Asimetris/simetris
Sirkum Oral
Lain-lain
Lain-lain
: baik/sedang/buruk
plak +/-
kalkulus +/ -
stain +/-
Gingiva
Mukosa Bukal
: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547
Mukosa Labial
Palatum Durum
Palatum Mole
Frenulum
Lidah
Dasar Mulut
15
14
13
12 11 21 22
23
24
25
26
27 28
48 47 46
45
44
43
42 41
33 34
35
36
37
31 32
38
Gambar 2.2. Linea Alba pada mukosa bukal regio 45-47 (kiri) dan 35-37 (kanan)
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
TDL
Darah
TDL
Patologi Anatomi :
TDL
Mikrobiologi
TDL
2.1.10 Diagnosis
: Traumatik ulcer
Behcets Disease
: 2 Mei 2012
: 2011-09721
Nama
: AS
Jenis Kelamin
: Wanita
Usia
: 20 tahun
2.2.1 Anamnesa
Pasien datang kembali untuk kontrol 1 minggu, dan sariawannya masih
ada tetapi sudah tidak merasa sakit sejak hari ke-5 menggunakan obat kumur.
Pasien mengaku sudah meningkatkan konsumsi buah-buahan. Pasien mengaku
masih mengalami stres.
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal
:
:
:
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
Mata
Bibir
Wajah
: Asimetris/simetris
Sirkum Oral
Lain-lain
Debris Indeks
Kalkulus Indeks
OHI -S
16
11
26
16
11
26
0
46
0
31
0
36
0
46
0
31
0
36
Stain + / -
0
1
0
0
0
DI = 2/12 ; CI = 0 OHI-S = DI + CI = 2/12 + 0 = 2/12 = 0,167
Gingiva
Mukosa Bukal
: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547
Mukosa Labial
Palatum Durum
Palatum Mole
Frenulum
Lidah
Dasar Mulut
: Traumatik ulcer
Behcets Disease
10
: 12 Mei 2012
: 2011-09721
Nama
: AS
Jenis Kelamin
: Wanita
Usia
: 20 tahun
2.3.1 Anamnesa
Pasien datang kembali untuk kontrol kedua, dan sariawannya sudah
sembuh. Pasien mengaku sudah meningkatkan konsumsi buah-buahan.
2.3.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula
Submental
Servikal
:
:
:
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
kiri
: teraba +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
lunak/kenyal/keras
sakit +/-
Mata
Bibir
Wajah
: Asimetris/simetris
Sirkum Oral
Lain-lain
Debris Indeks
Kalkulus Indeks
OHI -S
16
11
26
16
11
26
0
46
0
31
0
36
0
46
0
31
0
36
Stain + / -
11
Mukosa Bukal
: Terdapat linea alba pada mukosa bukal a/r 35-37 dan 4547
Mukosa Labial
Palatum Durum
Palatum Mole
Frenulum
Lidah
Dasar Mulut
2.3.5 Diagnosis
12
Pro Scaling
Pro instruksi diet makanan menu sehat dan gizi seimbang
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
90% untuk terkena RAS, sedangkan pasien yang tidak memiliki orang tua yang
positif RAS mempunyai kesempatan 20% untuk terkena RAS (Greenberg and
Glick, 2003).
Defisiensi hematologis, terutama zat besi, folate, atau vitamin B12, muncul
sebagai faktor etiologi dalam subset pada orang yang memiliki RAS. Ukuran dari
subset cukup kontroversial, tapi perkiraan terbanyak adalah 5-15%. Suatu studi
oleh Rogers dan Hutton melaporkan peningkatan sebanyak 75% dari pasien yang
memiliki RAS saat defisiensi hematologis spesifik ditemukan dan disembuhkan
dengan terapi penggantian spesifik (specific replacement therapy) (Greenberg and
Glick, 2003). Penyakit gastrointestinal juga dapat mengganggu penyerapan
vitamin B12 dan folate, sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit ini merupakan
salah satu pemicu dari RAS (Cawson and Odell, 2002).
Faktor lain yang telah diusulkan sebagai pemicu dari RAS meliputi trauma,
stress psikologis, dan alergi ke makanan (Greenberg and Glick, 2003). Beberapa
pasien dengan ulcer ditemukan dalam masa stres dan beberapa penelitian telah
melaporkan korelasi diantaranya. Namun tingkat stres ini sulit dihitung (Cawson
and Odell, 2002).
Pemberhentian merokok dapat meningkatkan frekuensi dan keparahan dari
RAS (pada orang yang merokok) (Greenberg and Glick, 2003; Chestnutt and
Gibson, 2007). Hal ini tidak diketahui secara jelas namun dipercaya bahwa
merokok dapat melindungi tubuh secara sistemik terhadap penyakit ini (Cawson
and Odell, 2002).
Suatu deterjen yang ada didalam pasta gigi, sodium lauryl sufate (SLS), juga
dicurigai sebagai salah satu faktor etiologi dari RAS. Tetapi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi yang bebas SLS tidak memiliki
perbedaan efek yang signifikan pada kemunculan ulcer (Greenberg and Glick,
2003).
2.1.3. Gambaran Klinis
Kemunculan pertama RAS umumnya terjadi pada dekade kedua dari
kehidupan dan dapat diakibatkan dari trauma minor, menstruasi, infeksi
pernapasan atas, atau akibat dari kontak beberapa makanan. RAS diklasifikasikan
15
kedalam 3 kategori berdasarkan gambaran klinisnya yaitu RAS minor, mayor, dan
herpetiformis.
RAS Minor:
Mempunyai diameter kurang dari 1 cm dan umumnya lesi dapat sembuh
selama 7-10 hari tanpa pengobatan. Sering diikuti rasa terbakar pada daerah lesi,
lesi berjumlah 1-6 dalam setiap episode, berbentuk lesi bulat atau oval, simetris,
dengan dasar dangkal, dikelilingi tepi kemerahan (Laskaris, 2006; Usri, dkk,
2012).
RAS Mayor:
Mempunyai diameter lebih dari 1 cm sampai 5 cm, disebut juga sutton
disease atau periadenitis mucosa necroticans. Bentuk lesi serupa ulcer minor,
menimbulkan rasa sakit yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan makan,
sembuh dalam jangka waktu lama (beberapa minggu sampai beberapa bulan) dan
meninggalkan jaringan parut (Laskaris, 2006; Usri, dkk, 2012).
RAS Herpetiform:
Lesi berbentuk kecil (hanya 1-3 mm), multipel (bervariasi antara 10-100
ulcer), berbentuk bulat, dan dapat terlokalisir atau dapat tersebar pada mukosa
oral, dapat sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut (Laskaris, 2006; Usri, dkk,
2012).
16
b) Behcets Disease
17
Gambar 3.4 Behcets Disease memiliki lesi ulcer di mukosa mulut, mata,
dan genital
3.1.7. Terapi
Lesi ringan dapat diterapi dengan pemberian lapisan pelindung berupa
orabase seperti aloeclair gel atau triamsinolon acetonid bila tidak melibatkan
virus. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi berupa obat
kumur seperti benzidamina HCL (Usri, dkk, 2012). Clorhexidine 0,2% juga dapat
diberikan pada pasien RAS. Digunakan 3 kali sehari setelah makan selama 1
menit berada dalam mulut. Hal ini dapat mengurangi durasi dan ketidaknyamanan
pasien terhadap RAS (Cawson and Odell, 2002)
18
masalah
gastrointestinal,
(Greenberg
2003).
and
Glick,
19
Traumatic ulcer
Behcet's disease
Anamnesa
Lokasi
Gambaran
klinis
bentuk irreguler,
ukuran ulcer bervariasi
kasus ringan
ditangani dengan
aplikasi orobase,
untuk mengurangi
rasa sakit diberikan
topikal anestesi
berupa obat kumur
Terapi
20
21
sekitarnya. Cheek chewing sering terjadi pada orang yang stress, atau dalam
gangguan fisiologis dimana memiliki kebiasaan menggigit pipi dan bibir.
Kebanyakan pasien dengan kondisi ini sedikit menyadari kebiasaannya tetapi
tidak mengetahui hubungannya dengan lesi yang terjadi. Lesi putih dari check
chewing ini terkadang membingungkan karena mirip dengan kelainan
dermatologis lainnya yang mengenai mukosa oral, sehingga bisa menyebabkan
kesalahan mendiagnosa. Kronik chewing pada mukosa labial (morsicatio
labiorum) dan batas lateral lidah (morsicatio linguarum) dapat terlihat sewaktu
adanya check chewing atau dapat menyebabkan lesi terisolasi. Prevalensi rata-rata
0,12-0,5% dilaporkan pada populasi di Scandinavia dan 4,6% di Afrika Selatan
pada sekolah anak-anak yang memiliki treatment kesehatan mental; rata-rata ini
didukung oleh peranan stress dan kecemasan sebagai etiologi dari kondisi ini
(Greenberg and Glick, 2003).
22
wanita dan 3x lebih banyak pada umur 35 tahun ke atas (Greenberg and Glick,
2003).
3.3.2. Pengobatan dan prognosis
Karena lesi dihasilkan dari kebiasaan yang tidak disadari, tidak ada
pengobatan
yang
diindikasikan.
Karena
tidak
adanya
pengobatan
dan
23
melanosis difus pada bagian fasial gingiva. Selain itu, pada lingual gingiva dan
lidah sering terdapat makula coklat yang bermultiple, difus, dan beretikulasi.
Walaupun penyebab lain dari hyperpigmentasi sangat memungkinkan, pigmentasi
rasial, menunjukkan basilar melanosis. Karena itulah, beberapa multifocal atau
pigmentasi difus harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
keterkaitannya dengan penyakit endokrinopatik (Greenberg and Glick, 2003).
24
25
lesi ini dihasilkan bukan dari luka trauma. Hal ini diperkuat juga dengan
pernyataan pasien yang mengaku sedang stres dan adanya faktor herediter, yang
merupakan salah satu faktor pemicu pada RAS.
Terapi yang diberikan kepada pasien pada saat kunjungan pertama adalah
aplikasi obat kumur clorhexidine glukonat 0,2%, yang diaplikasikan 3 kali dalam
1 hari sebagai antiseptik, dengan harapan kondisi kebersihan mulut pasien yang
baik dapat mempercepat proses penyembuhan. Selain itu pasien juga
diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut, diet tinggi buah-buahan, makan
dengan menu gizi seimbang, dan melakukan kontrol 1 minggu agar diketahui
tingkat keberhasilan perawatan dan untuk mengetahui apakah instruksi yang
diberikan kepada pasien dilakukan dengan baik atau tidak.
Setelah 1 minggu pasien datang untuk melakukan kontrol dan
sariawannya masih ada dan berkurang ukurannya tetapi sudah tidak merasa sakit
sejak hari ke-5 menggunakan obat kumur. Pasien mengaku sudah meningkatkan
konsumsi buah-buahan dan menu gizi seimbang namun masih merasa stres.
Diduga, stres yang dialami oleh pasien berpengaruh terhadap terlambatnya
kesembuhan RAS karena stres merupakan salah satu faktor pemicu dari RAS
seperti yang dikemukakan oleh Greenberg (2003). Stres juga dapat menurunkan
tingkat kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap kondisi
patologis.
Pasien kembali diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga mulut,
diet tinggi buah-buahan, dan menu gizi seimbang agar dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh yang terganggu termasuk dapat mengontrol rasa stres yang
dialami. Pasien juga diinstruksikan untuk melakukan kontrol 2 minggu untuk
melihat perkembangan dari kesembuhan pasien dan pada kontrol tersebut pasien
sudah sembuh total. Pada saat itu pasien mengaku sudah tidak mengalami stres.
26
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan diketahui pasien mengalami Rekuren Aphtous
Stomatitis (RAS). Terdapat ulcer pada dasar mulut di bagian kiri dengan ukuran
diameter 4 mm berwarna putih dikelilingi tepi eritema yang reguler. RAS pada
pasien ini adalah tipe minor. Etiologi RAS tidak diketahui secara pasti, namun
dapat dipicu oleh faktor herediter, defisiensi hematologik, gangguan psikologis,
dan gangguan imunologis.
Terapi yang diberikan adalah obat kumur clorhexidine glukonat 0,2% yang
diaplikasikan 3 kali sehari sebagai antiseptik, dan instruksi menjaga kebersihan
mulut, diet tinggi buah-buahan, serta makan dengan menu gizi seimbang. Pasien
sudah tidak merasa sakit pada hari ke 5 setelah aplikasi obat kumur, namun baru
sembuh total setelah melakukan kontrol 2 minggu.
27
DAFTAR PUSTAKA
Cawson, RA and EW Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine. 7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Chestnutt, I. G.; J. Gibson. 2007. Clinical Dentistry. 3rd ed. Philadelphia: Churcill
Livingstone Elsevier
Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th ed. Hamilton: BC Decker Inc.
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. 2nd ed. New York: Thieme
Usri, K., dkk. 2012. Diagnosis & Terapi Penyakit Gigi dan Mulut. 2nd ed.
Bandung: LSKI