Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSIS

Diagnosis dari BPPV ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


PEMERIKSAAN FISIK
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada
evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisik standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike dan
maneuver side lying untuk kss posterior dan anterior.a Dan untuk kanalis semi sirkularis
horizontal dengan menggunakan manuver supine roll test. The side-lying test dapat
digunakan sebagai alternative ketika Dix-Hallpikes maneuver tidak dapat dilaksanakan.
Dix-Hallpikes maneuver
Cara melakukan pemeriksaan Dix-Hallpikes maneuver :
Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan,
dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa
detik.
Pasien didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o 40o, penderita diminta
tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang
terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak,
kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala pasien, pasien
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah
berlawanan.
Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri
45o dan seterusnya.

Interpretasi Tes Dix Hallpike


a

Normal

: tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.

Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan


elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.
b

Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai


4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo
yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu
nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang.b

Pemeriksaan dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah
fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus kedepan :
1

Fase cepat ke atas, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis posterior kanan

Fase cepat ke atas, berputar kekiri menunjukan BPPV pada kanalis posterior kiri

Fase cepat ke bawah, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis anterior
kanan

Fase cepat ke bawah, berputar kekiri menunjukan BPPV pada kanalis anterior kanan

Side Lying Maneuver


Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo
mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik
Pasien duduk dengan kepala menoleh ke kiri pada meja pemeriksan dengan kaki
yang menggantung di tepi meja, untuk melakukan maneuver side lying kanan
Pasien dengan cepat dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala tetap menoleh ke kiri
450 tunggu hingga respon abnormal muncul
Pasien kembali ke posisi duduk untuk kemudian dilakukan maneuver side lying kiri.
Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.

Supine Roll Test (The Pagnini-

McClure Maneuver)

Digunakan untuk mendiagnosis BPPV kanalis horizontalis. Kepala pasien diarahkan


90 kesetiap sisi ketika dalam posisi supine. Selama manuver ini, nistagmus horizontal akan
mengarah ke bawah untuk nistagmus geotropik dan mengarah ke atas untuk nistagmus
apogeotropik. Nistagmus yang timbul akan lebih persisten pada BPPV kanalis horinzontalis
dibandingkan dengan BPPV kanalis posterior, serta tidak terlalu menunjukkan kelelahan dan
memiliki latensi yang lebih pendek. c

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tambahan normalnya tidak diperlukan. Electronystagmography (ENG)
tidak dapat merekam pergerakan torsi mata, dan hanya dapat sedikit membantu dalam
menegakkan diagnosis BPPV. Akhir-akhir ini lebih sering digunakan videografi inframerah
untuk observasi langsung pada mata saat tes manuver, namu analisis pergerakan 3
dimensional mata tidak umum digunakan praktek klinis. CT scan atau MRI juga tidak
dibutuhkan kecuali terdapat tampilan atipikal atau tidak biasa pada pemeriksaan.
DIAGNOSIS BANDING

Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu
kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang
hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga
hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala
dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada
fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.

Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam.
Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut
disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau
meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik
dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut
terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir,
labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops
endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi
labirin.

Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan
mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan

vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa. Gejalanya adalah vertigo disertai muntah
yang berlangsung antara 15 menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai
pengurnngan pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga.
Serangan pertama hebat sekali, dapat disertai gejala vegetatif Serangan lanjutan lebih
ringan meskipun frekuensinya bertambah.
TATALAKSANA
Prinsip dari terapi BPPV adalah partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari
kanal semisirkularis menuju Utrikulus, tempat dimana partikel tersebut tidak akan lagi
menimbulkan gejala.d
Beberapa manuver yang dapat dilakukan, antara lain:
1

Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver


CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum dari vertigo. CRP

membimbing pasien melalui serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari
daerah di mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalam ruang
cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit tidak menyebabkan
gejala (yaitu, ruang depan).e
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika posisi kepala berubah
sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam kanal menyebabkan defleksi dari saraf
berakhir dalam kanal (cupula itu). Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami
serangan tiba-tiba vertigo.

Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :

Episode berulang pusing dipicu BPPV.

Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi (misalnya, uji DixHallpike).

Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :


1. Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV
2. Salah kinerja masing-masing komponen CRP.

Komplikasi CRT/Epley Maneuver


1

Kanalith pindah ke kanal yang lain

Kekakuan pada leher, spasme otot

Gambar . Manuver CRT/Epley maneuver


-

Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan /


vertigo telinga kiri ) (1)

Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2),
tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putar kepala ke arah
kanan (sebaliknya) perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai
hilang rasa vertigo.

Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudian ke
arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik.

Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

Manuver Epley di rumah :


Prosedur ini lebih efektif dari prosedur di ruangan, karena diulang setiap malam
selama seminggu. Metode ini (untuk sisi kiri), seseorang menetap pada posisi supine selama
30 detik dan pada posisi duduk tegak selama 1 menit. Dengan demikian siklus ini
membutuhkan waktu 2 menit. Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak
tidur, sangat baik dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika
seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan tidur.
Ada beberapa masalah yang timbul dengan metode lakukan sendiri, antara lain :
a

Jika diagnosis BPPV belum dikonfirmasi, metode ini tidak berhasil dan
dapat menunda penanganan penyakit yang tepat.

Komplikasi seperti perubahan ke kanal lain dapat terjadi selama maneuver


Epley, yang lebih baik ditangani oleh dokter daripada di rumah.

Selama maneuver Epley sering terjadi gejala neurologis dipicu oleh


kompresi pada arteri vertebralis.

Latihan Semont Liberatory

Gambar 12. Manuver Semont Liberatory


Keterangan Gambar :
-

Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke
kiri.

Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan
posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik)

Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60
detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya,
berulang kali.

Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur tulang panggul
ataupun replacement panggul.
3

Latihan Brandt Daroff


Latihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV, biasanya

digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal. Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada
penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2
minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan
yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit).
Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :
Waktu

Latihan

Durasi

Pagi

5 kali pengulangan

10 Menit

Sore
Malam

5 kali pengulangan
5 kali pengulangan

10 Menit
10 Menit

Mulai dengan posisi duduk kemudian berubah menjadi posisi baring miring pada satu
sisi, dengan sudut kepala maju sekitar setengah. Tetap pada posisi baring miring selama 30
detik, atau sampai pusing di sisi kepala, kemudian kembali ke posisi duduk. Tetap pada
keadaan ini selama 30 detik, dan kemudian dilanjutkan ke posisi berlawanan dan ikuti rute
yang sama. Latihan ini harus dilakukan selama 2 minggu, tiga kali sehari atau selama tiga
minggu, dua kali sehari. Sekitar 30% pasien, BPPV dapat muncul kembali dalam 1 tahun.

Gambar 13. Latihan Brand-Darrof


Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT atau Semont
Liberatory, jika masih terasa ada sisa baru dilakukan Brand-Darroff exercise. Pada sebuah
penelitian disebutkan bahwa dalam setelah pelaksanaan maneuver-manuver terapi BPPV
tidak perlu dilakukan pembatasan terhadap gerak tubuh maupun kepala. Epley maneuver
sangat sederhana, mudah dilakukan, hasil yang diharapkan untuk mengurangi gejala cepat
muncul, efektif, tidak ada komplikasi, dan dapat diulang beberapa kali setelah mencoba
pertama kali sehingga sangat dianjurkan kepada orang yang menderita BPPV.
Medikasi rutin seperti vestibular supressan (antihistamin dan benzodiazepin) tidak
direkomendasikan pada pasien BPPV. Klinisi dapat memberikan medikasi tersebut jika

ingin mengurangi sensasi berputar atau vertigo atau untuk mengurangi rasa mual yang
timbul. Namun, tidak satupun dari vestibular supressan ini efektif untuk BPPV, dan tidak
dapat digunakan sebagai terapi pengganti manuver reposisi. Obat antivertigo yang dapat
diberikan untuk mengurangi pusing dan mual antara lain dimenhydrinate, belladonna
alkaloid scopolamine, dan benzodiazepine.
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini gagal
berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi
intrakranial pada pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon
stimulasi kanalis semisirkuler posterior, nervus ampullaris, nervus vestibuler superior,
atau cabang utama nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi bedah tradisional dilakukan
dengan transeksi langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau fossa medialis
dengan menjaga fungsi pendengaran.f
PROGNOSIS
Vertigo sering kambuh pada BPPV, dengan laporan kekambuhan 15-37% setelah
pemberian manuver reposisi kanalit yang efektif. Pada studi terakhir, tingkat kekambuhan
dapat mencapai 50% pada rata-rata follow up dalam periode 10 tahun. Remisi dapat terjadi
spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan
tingkat rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley maneuver terbukti efektif dalam mengontrol
gejala BPPV dalam waktu lama. Jika terdapat rekurensi, maka dilakukan maneuver reposisi
ulang.

DAPUS
a. Parnes LS, Agrawal SK, Atlas J. Diagnosis and management of benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). CMAJ, 2003; 169 : 7 .681
b. Johnson J & Lalwani AK. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. In : Lalwani AK, editor.
Current Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc
Graw Hill Companies. 2006.
c. Lee SH, Kim JS. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. J Clin Neurol, 2010;6:51-63

d. Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E,


Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 106-109
e. Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2010 [cited 2010 July
11th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview
f. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor.
Telinga, Hidung Tenggorok Kepa la & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2008. Hal. 104-9

Anda mungkin juga menyukai