Anda di halaman 1dari 34

Wrap Up Tutorial PBL

Lekas Lelah dan Pucat


Blok Hematologi
Oleh: Kelompok B 2
Ketua: Muhammad Rifai Suparta (1102014171)
Sekretaris: Vindhita Ratiputri (1102014273)
Anggota:
Muhammad Rayi Wicaksono (1102014170)
Nanda Kusuma Yuda (1102013207)
Melati Ganeza (1102014153)
Rafa Assidiq (1102014218)
Santi Noot Apriliana (1102014237)
Shalma Destiany Ganar (1102014246)
Yogi Saputra Anas (1102013310)
Yonanda Alvino (1102014286)

SKENARIO

Lekas Lelah dan Pucat


Seorang perempuan berusia 19 tahun, datang ke praktek dokter umum dengan
keluhan lekas lelah sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah melakukan
aktivitas ringan maupun berat. Keluhan disertai dengan wajah yang tampak pucat.
Pada anamnesis didapatkan keterangan bahwa sejak usia kanak-kanak pasien
jarang makan ikan, daging, maupun sayur. Untuk mengatasi keluhannya tersebut,
pasien belum pernah berobat. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20
x/menit, temperatur 36,8C, TB = 160 cm, BB = 60 kg, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik.
Pemeriksaan jantung, paru, dan abdomen dalam batas normal.

SKENARIO

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil:


Pemeriksaan

Kadar

Nilai normal

Hemoglobin (Hb)

10 g/dL

12 14 g/dL

38%

37 42 %

5 x 106/l

3,9 5,3 x 106/l

MCV

70 f

82 92 f

MCH

20 pg

27 31 pg

MCHC

22 %

32 36%

6.500/l

5.000 10.000/l

300.000/l

150.000
400.000/l

Hematokrit (Ht)
Eritrosit

Leukosit
Trombosit

KATA-KATA
SULIT
1.

Sklera:

Bagian tipis membran yang melingkari mata.


Bagian luar dari bola mata yang tersusun dari zat tanduk dan merupakan
lapisan yang kuat berwarna putih.
2. Ikterik: Perubahan warna kuning pada kulit, selaput lendir dan bagian putih
mata yang disebabkan oleh peningkatan jumlah bilirubin dalam darah.
3. Konjungtiva anemis: Konjungtiva pucat karena darah tidak sampai ke perifer
yang bisa menjadi salah satu tanda bahwa seseorang mengalami anemia.
4.

MCV: Nilai rata-rata volume eritrosit.

5. MCH: Nilai rata-rata hemoglobin dalam eritrosit.


6. MCHC: Jumlah hemoglobin yang dinyatakan dalam persentase volume eritrosit.
7. Hemoglobin (Hb): Pigmen pembawa oksigen dan protein utama dalam sel darah
merah.
8. Hematokrit (Ht): Persentase darah yang dibentuk oleh eritrosit (volume %).

PERTANYAAN
1. Mengapa kadar Hb, MCV, MCH dan MCHC menurun?
2. Bagaimana hubungan antara makanan dengan anemia?
3. Mengapa wanita lebih berisiko terkena anemia?
4. Apa hubungan MCV, MCH dan MCHC dengan anemia?
5. Mengapa pasien menjadi mudah lelah dan wajahnya pucat?
6. Bagaimana perbedaan kadar zat besi (Fe) pada makanan hewani dan
nabati?
7. Apa faktor yang menyebabkan Hb, MCV, MCH dan MCHC menurun?
8. Apa diagnosis sementara untuk skenario diatas?

JAWABAN
1.

Karena pasien jarang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

2.

Pada makanan hewani dan nabati mengandung zat besi yang berfungsi untuk pembentukan Hb
sehingga jika seseorang kurang mengonsumsi keduanya, maka dapat menderita anemia.

3.

a. Karena wanita lebih sering mengalami pendarahan, misalnya menstruasi dan melahirkan.
b. Karena seringkali wanita jarang mengonsumsi daging (karena ingin menurunkan berat
badan), dimana daging merupakan sumber zat besi yang banyak.

4.

Karena pada anemia, kadar Hb menurun sehingga mempengaruhi nilai MCV, MCH dan MCHC.

5.

Kadar Hb berkurang, menyebabkan pasokan oksigen berkurang di dalam otot sehingga otot

6.

7.

8.

kekurangan ATP.
a. Hewani: Ferro (Fe2+)
b. Nabati: Ferri (Fe3+) dan banyak mengandung serat yang dapat menghambat absorbsi
zat besi.
a. Kekurangan asupan zat besi.
b. Pendarahan.
c. Zat kimia, contoh: Memasak menggunakan penggorengan aluminium, dimana aluminium
dapat mengikat zat besi pada makanan.
d. Obat-obatan.
Anemia defisiensi besi.

HIPOTESIS

Anemia

defisiensi

besi

merupakan

anemia

yang

disebabkan kekurangan zat besi. Menurut morfologi,


anemia

ini

digolongkan

sebagai

anemia

mikrositik

hipokrom. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan


produksi hemoglobin menurun. Dapat diatasi dengan
diet yang mengandung zat besi, seperti daging dan
sayuran.

SASARAN
BELAJAR
1.Memahami dan Menjelaskan Eritropoiesis:
1.1. Proses pembentukan
1.2. Faktor-faktor yang diperlukan
1.3. Morfologi
1.4. Kelainan morfologi
2.Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin (Hb):
2.1. Biosintesis dan fungsi
2.2. Peranan zat besi
2.3. Hubungan oksigen dengan hemoglobin
3. Memahami dan Menjelaskan Anemia:
3.1. Definisi
3.2. Klasifikasi
3.3. Etiologi
3.4. Patofisiologi
3.5. Manifestasi klinis
4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi (ADB):
4.1. Definisi
4.2. Etiologi
4.3. Patofisiologi
4.4. Manifestasi klinis
4.5. Diagnosis dan diagnosis banding
4.5. Tatalaksana
4.6. Pencegahan
4.7. Prognosis

1. ERITROPOIESIS

Proses Pembentukan

1. ERITROPOIESIS

Faktor-faktor yang
Diperlukan

1. Sel induk : CFU-E, BFU-E, Normoblast


2. Bahan pembentuk eritrosit : besi, vit. B12,
asam folat, protein, dll
3. Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan
hemapoietik dan hormon eritropotein

1. ERITROPOIESIS

Morfologi

1. ERITROPOIESIS

Morfologi

1. ERITROPOIESIS

Kelainan Morfologi
Kelainan dari besar eritrosit
a.Makrositosis
b.Mikrositosis
c.Anisositosis
. Variasi warna eritrosit
a. Normokromia
b. Hiperkromia
c. Polikromasia

2. HEMOGLOBIN
(Hb)

Biosintesis dan Fungsi


1. Biosintesis:

2. HEMOGLOBIN
(Hb)

Biosintesis dan Fungsi


2. Fungsi:

Pengangkutan O2: Organ respirasi jaringan perifer


Pengangkutan CO2: Jaringan paru-paru
Pengangkutan CO2 dan berbagai proton: Jaringan
perifer organ respirasi ekrekresi ke luar

Menentukan kapasitas penyangga darah

2. HEMOGLOBIN
(Hb)

Peranan Zat Besi


Diserap dalam bentuk ferro (Fe2+)
Karena bersifat toksik di dalam tubuh, besi bebas
biasanya terikat ke protein.

Besi dapat diambil dari simpanan feritin, diangkut


dalam darah sebagai transferin dan diserap oleh sel
yang memerlukan besi melalui proses endositosis
diperantarai oleh reseptor (misalnya oleh retikulosit yang
sedang membentuk hemoglobin).

Bila penyerapan besi berlebihan dari makanan:


kelebihan tersebut disimpan sebagai hemosiderin,
suatu bentuk feritin yang membentuk kompleks dengan
besi tambahan yang tidak mudah dimobilisasi segera.

2. HEMOGLOBIN
(Hb)

Hubungan antara O2 dengan Hb

3. ANEMIA

Definisi

Keadaan dimana masa eritrosit dan atau


masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh.

3. ANEMIA

Klasifikasi

Klasifikasi morfologik:
a. Anemia Hipokromik Mikrositer
b. Anemia Normokromik Normositer
c. Anemia Makrositer:
o.Megaloblastik
o.Nonmegaloblastik

3. ANEMIA

Etiologi

Gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang


Perdarahan
Hemolisis

3. ANEMIA

Patofisiologi

a. Anoksia organ target


b. Mekanisme adaptasi (kompensasi)

3. ANEMIA

Manifestasi Klinis

Gejala umum/sindrom anemia/anemic syndrome:


a. Sistem kardiovaskuler
b. Sistem saraf
c. Sistem urogenital
d. Epitel
.Gejala khas masing-masing anemia:
a. Anemia defisiensi besi: Disfagia, atropi papil lidah,
stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: Lidah merah (buffy
tongue)
c. Anemia hemolitik: Ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: Pendarahan kulit/mukosa dan
tanda infeksi

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Definisi
Anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan

besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong


(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurang.
Tahap defisiensi besi yang paling parah, ditandai oleh:
Cadangan besi
Konsentrasi besi serum
Saturasi transferin yang rendah
Konsentrasi Hb atau nilai Ht yang

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Etiologi
Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,

kanker lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.


b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
. Faktor nutrisi kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan
yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
. Kebutuhan besi meningkat pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan, dan kehamilan.
. Gangguan absorbsi besi gastrektomi, kolitis kronik, atau dikonsumsi
bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol
(coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Patofisiologi
Tahap

1: Iron depletion atau storage iron deficiency

Cadangan besi: atau tidak ada


Hb dan fungsi protein besi: Normal
Absorpsi besi non heme:
Feritin serum:

Tahap 2: Iron deficient erythropoietin atau iron limited erythropoiesis


Suplai besi tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis
Besi serum:
Saturasi transferin:
Total iron binding capacity (TIBC):
Free erythrocyte porphyrin (FEP):
Tahap 3: Iron deficiency anemia
Besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup Kadar Hb
Gambaran darah tepi: mikrositosis dan hipokromik progresif
Perubahan epitel, terutama pada ADB yang lebih lanjut

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Manifestasi Klinis
Koilonychia (kuku sendok)
Atrofi papil lidah
Stomatitis angularis
Disfagia
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Diagnosis dan Diagnosis Banding


1. Diagnosis:
. Kadar Hb dan indeks eritrosit:

Anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar Hb (ringan


s.d. berat), MCV < 70fl, RDW (red cell distribution width) =
adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami
perubahan sebelum kadar Hb . Kadar Hb sangat rendah tanpa
menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul
perlahan-lahan.
o Apusan darah: Anemia hipokromik mirkositer, anisositosis, poikilositosis,

anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target.


o Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan dengan
derajat anemia.
Kadar besi serum menurun < 50 mg/dl, TIBC meningkat > 350 mg/dl,

dan saturasi transferin < 15%

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI
Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity

(TIBC) meningkat > 350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%
Kadar serum feritin < 20 g/dl (ada yang memakai < 15 g/dl,
ada juga < 12 g/dl). Jika ada inflamasi feritin serum sampai
dengan 60 g/dl masih dapat menunjukkan adanya defisiensi
besi
Protoporfirin eritrosit (> 100 g/dl)
Sumsum tulang: Hiperplasia normoblastik dengan normoblast
kecil-kecil (micronormoblast) dominan
Periksa reseptor transferin: Kadar reseptor transferin
Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (Perls
stain): Cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif)
Pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Diagnosis dan Diagnosis Banding


2. Diagnosis Banding:
Anemia akibat penyakit kronik
Thalassemia
Anemia sideroblastik

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Tatalaksana
1. Terapi kausal: Tergantung penyebabnya
2. Pemberian preparat besi:
a. Terapi per oral: merupakan obat pilihan pertama karena efektif,murah
dan aman. Preparat yang tersedia yaitu :
Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis 3 x 200 mg
Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate dan ferrous
succinate: harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping
hampir sama.
b. Terapi parenteral: Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit
dan harganya mahal. Kemampuan untuk meningkatkan kadar Hb
tidak lebih baik dibanding peroral.
3. Terapi transfusi: Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Pencegahan
1. Meningkatkan konsumsi Fe dari sumber alami terutama sumber
hewani yang mudah diserap. Juga perlu peningkatan konsumsi
makanan yang mengandung vitamin C dan A
2. Pendidikan kesehatan, yaitu:
Kesehatan lingkungan
Penyuluhan gizi
Pemberantasan infeksi cacing tambang
3. Suplementasi besi: Terutama untuk segmen penduduk yang rentan,
seperti ibu hamil dan anak balita
4. Fortifikasi bahan makanan menambah masukan besi dengan
mencampurkan senyawa besi kedalam makanan sehari-hari

4. ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Prognosis
Baik apabila penyebab anemia hanya karena kekurangan besi

saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan


penanganan yang adekuat.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan
beberapa kemungkinan sebagai berikut :
Diagnosis salah
Dosis obat tidak adekuat
Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa
Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak

berlangsung menetap
Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi
(infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit
defisiensi vitamin B12, asam folat)
Gangguan absorpsi saluran cerna

Daftar Pustaka
Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta:
EGC.
Freund, Mathias.
Jakarta:EGC.

2002.

Atlas

Hematologi.

Edisi

11.

Hoffbrand, A.V and Moss, P.A.H 2011. Kapita Selekta


Hematologi. Edisi 6. Jakarta:EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
http://elhooda.awardspace.info
http://elib.fk.uwks.ac.id

Anda mungkin juga menyukai