BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi majunya sebuah negara. Karena
salah satu tolak ukur bangsa yang maju adalah tingkat kesehatan penduduknya.
Sehat berarti sejahtera fisik, psikis, dan sosial. Sehat akan memunculkan individuindividu yang dinamis, produktif, dan memiliki daya juang tinggi untuk
membangun bangsanya. Kesehatan yang optimal akan menjadikan kualitas
masyarakat yang jauh lebih baik. Untuk itu peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat dari segala sektor sangat dibutuhkan saat ini.
Salah satu misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Departemen Kesehatan 2009 -2014 adalah upaya peningkatan kinerja dan mutu,
upaya kesehatan melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang
meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan
pedoman berbagai upaya kesehatan. Rumah sakit merupakan salah satu sarana
upaya kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
memiliki peran strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat sebagai tujuan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 2/2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, telah diatur tentang Standar Pelayanan
Minimal yang di dalamnya memuat dimensi kualitas, pemerataan dan kesetaraan,
biaya dan kemudahan, khusus untuk rumah sakit, pemerintah menerbitkan
Kepmenkes No.228/2002 yang menyebutkan bahwa Standar Pelayanan minimal
hal tersebut merupakan cerminan pelayanan keperawatan baik dan sesuai standar
kelulusan rumah sakit yang terakreditasi. Pelayanan keperawatan adalah bagian
yang paling dominan dari pelayanan rumah sakit di samping pelayanan medis. Hal
ini disebabkan bahwa pelayanan keperawatan yang berfokus pada pasien adalah
memandang pasien selama perawatan secara menyeluruh dan melakukan
pelayanan selama seharian dan tidak akan pernah berhenti.
Pelayanan keperawatan yang baik akan ditunjukkan dengan kinerja yang
baik bagi karyawan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang.
Kinerja dipengaruhi oleh faktor individual meliputi : kemampuan, latar belakang,
demografi, dan faktor organisasi meliputi : sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur, desain pekerjaan, serta faktor psikologis meliputi
persepsi, sikap,
TOTAL
TOTAL
TOTAL
TOTAL
BULAN
Umum
Askes
Gakin
2012
2009
2010
2011
Januari
1230
1237
979
3446
2164
2521
3379
Februari
1385
1464
932
3781
2276
2433
3030
Maret
1103
1448
1018
3569
2414
2919
3545
April
1034
1308
1223
3565
2367
3013
3442
Mei
1279
1515
1179
3973
2397
2930
3497
Juni
1037
1436
1088
3561
2664
2610
3221
Juli
1585
1446
1023
4054
2311
2767
3116
Agustus
815
1058
740
2613
2046
2580
2320
September
1112
1514
966
3592
1931
2330
3042
10
Oktober
1335
1577
1222
4134
2253
3104
3399
11
November
1061
1508
1247
3816
3793
3441
2974
12
Desember
954
1360
1129
3443
2337
3101
2956
TOTAL
13930
16871
12746
43547
28953
33749
37921
32,0
38,7
29,3
100,0
100,0
100,0
100,0
RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan rumah Sakit yaitu sebesar 80%. Sedangkan
berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap pelayanan rumah sakit
menunjukkan hasil 69% menyatakan puas terhadap pelayanan di rumah sakit
( Sumber : Kasi Keperawatan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan )
Secara manajerial dari laporan tahunan dan hasil wawancara dengan Kepala
Instalasi rawat jalan disampaikan bahwa sampai akhir tahun 2012, dari hasil
evaluasi kinerja Kepala Ruang rawat jalan dan tenaga keperawatan rawat jalan
menunjukkan belum terlaksananya peran dan fungsi serta uraian tugas Kepala
Ruang dan tenaga keperawatan rawat jalan. Padahal jika dilihat dari riwayat
pelatihan yang pernah diikuti, sebenarnya 70% Kepala Ruang pernah mengikuti
Pelatihan Manajemen. Sedangkan kalau ditinjau dari aspek ketenagaan masingmasing ruangan telah mempunyai tenaga yang cukup memadai guna melakukan
pelayanan yang optimal di rawat jalan, seperti yang terlihat dalam Tabel 2.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga keperawatan yang bertugas di
unit rawat jalan pada bulan Februari 2013 diperoleh data bahwa 85 % dari tenaga
keperawatan menyatakan tidak ada di ruangan pelayanan unit rawat jalan sampai
pukul 09. 00 WIB. Dengan alasan belum ada pekerjaan yang bisa dilakukan
walaupun tahu bahwa pelayanan sudah dibuka dan pasien sudah ada yang
berkunjung. Tenaga keperawatan unit rawat jalan yang diwawancara mengatakan
karena hampir seluruh poliklinik tersebut tidak ada tenaga yang melakukan tugas
dan fungsinya langsung di pagi hari, sehingga merasakan bahwa budaya tersebut
sudah mendarah
daging
dan
Tabel 2. Data Ketenagaan Keperawatan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 201 3
Instalasi
NO
Ruangan
Bag. Kep
IGD
Pangkat/Golongan
Gol II
Gol III
Pendidikan
SPK
AKGI
BIDAN
AKPER
AKBID
15
10
R.Jalan
16
14
OK
13
10
15
Anes/RR
Obsgyn
19
11
17
Pery
16
12
Bedah
14
VIP
14
10
Interne
19
12
11
Klas
18
12
Anak
15
13
Tgs Beljr
2
18
TOTAL
Jumlah
AKNES
S1.KEP
S1.KES
PNS
13
15
11
19
HNR
TOTAL
4
20
19
13
16
11
13
19
14
16
14
11
15
13
13
14
18
13
20
17
11
18
12
11
15
171
74
75
136
3
29
14
148
3
42
190
ada tenaga yang langsung melakukan pekerjaan di pagi hari. Apabila dilihat di
masing- masing ruangan rawat inap, instalasi gawat darurat, ataupun kamar
operasi lebih 70 % mengatakan bahwa tenaga keperawatan yang sudah dianggap
senior akan mempunyai beban kerja yang kurang karena semua pekerjaan di
ruangan dilimpahkan pada tenaga keperawatan yang lebih muda ( Sumber : Kasi
Keperawatan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan ).
Salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
pegawai
selama
Berdasarkan fakta yang ada bahwa di unit rawat jalan pelayanan baru
dibuka dan dilaksanakan sudah sangat lama dari jam mulai pelayanan yang telah
ditentukan yaitu dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 14.00 WIB. Hal ini
dikaitkan dengan kedatangan tenaga dokter yang baru bisa hadir lebih dari 2
( dua) jam dari yang telah ditentukan. Apabila dihubungkan dengan uraian tugas
tenaga keperawatan di unit rawat jalan hal tersebut tidak bisa dibenarkan.
Berpijak dari fakta dan data tersebut di atas mendorong keinginan penulis
melakukan penelitian tentang Pengaruh Motivasi, Kepemimpinan, Budaya
Organisasi, dan Uraian Tugas terhadap Kinerja Karyawan Keperawatan di
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
keperawatan di RSUD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Karyawan
a. Definisi
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercayai oleh manejer
perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (Swanburg,
1996). Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas
maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun
kelompok ( Sunindhia, 1993). Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang
kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Kinerja
seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya.
Kemudian menurut Sulistiyani (2003 : 223) Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya. Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara
lain adalah: karakteristik individual (Individual Characteristics), karakteristik
organisasi (Organizational Characteristics), dan karakteristik kerja (Work
Characteristics).
1. Karakteristik individual (individual characteristics)
Karakteristik individu seperti kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
berprestasi, norma dan nilai. Dalam kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat
ekonomi, pengalaman
terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan produktivitas
kerja, baik individu maupun organisasi sehingga hal tersebut akan
menimbulkan kepuasan bagi penerima maupun pelaku ( Kopelman, 1988 ).
2. Karakteristik organisasi (organizational characteristics)
Seperti reward system, seleksi dan pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi
organisasi serta kepemimpinan
3. Karakteristik kerja (work characteristics)
Hal yang mempengaruhi kinerja yang menjadi faktor pendorong adalah
perilaku. Perilaku adalah tentang bagaimana anda bertindak (how you act), dan
bukan tentang apa atau siapa anda (what you are or who you are). Perilaku
adalah suatu cara dimana seseorang bertindak atau melakukan. Kinerja tingkat
tinggi adalah hasil dari melakukan sesuatu yang benar pada waktu yang tepat
( Robbin. 2006 ). Prestasi kerja akan meningkat bersamaan dengan
meningkatnya umur dan kemudian menurun menjelang tua ( Siagian, 2003 ).
Prinsip- prinsip yang perlu dijalankan untuk perubahan perilaku adalah
( Robbin. 2006):
1. Perilaku mendorong kinerja
2. Penghubung perilaku dan kinerja adalah pekerjaan spesifik
3. Memulai perubahan dengan mengetahui perilaku sekarang
4. Ekspert yang sebenarnya adalah orang yang melakukan pekerjaan
5. Kepemilikan atas perubahan penting untuk sukses
behaviors
merupakan
perilaku
yang
menghalangi
perubahan,
mengalahkan visi dan merintangi pencapaian tujuan dan sasaran ( Robbin. 2006 ).
Performance blocking behavior disebabkan oleh tekanan dan pengaruh eksternal,
hal ini bukan masalah pribadi, tetapi sebagai hasil dari frustasi, ketidakpastian,
kecemasan, tantangan, meremehkan, dan kurangnya kekuasaan dan kontrol.
Tipe perilaku kepemimpinan yang bersifat didorong oleh kinerja dapat
dikelompokkan dalam ( Robbin. 2006 ) :
1. Performance- sustaining behavior
2. Performance- sustaining behavior di arahkan pada memperbaiki efisiensi,
melakukan segala sesuatu dengan baik, memastikan bahwa orang mempunyai
keterampilan yang dipersyaratkan dan menjaga kualitas
3. Performance- accelerating behavior
4. Performance- accelerating behavior adalah tentang perilaku yang diarahkan
pada memperbaiki
efektivitas,
melakukan
terhadap
efensif
membangkitkan
ketertarikan
menciptakan
dan komitmen,
visi
dan
menginspirasikan
arah,
budaya
5. Balancing
Keseimbangan antara performance- accelerating performance- sustaining
leadership behavior adalah penting untuk keberhasilan baik individu maupun
organisasi.
Kemudian Hall TL dan Meija (1987), menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah :
1. Faktor internal yang terbagi menjadi dua yaitu karakteristik individu (umur,
pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja) dan sikap
terhadap imbalan
2. Faktor eksternal yang meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi
(lingkungan kerja), aseptabilitas, aksesbilitas, beban kerja dan organisasi
(pembinaan, pengawasan, koordinasi dan fasilitas)
Menurut Gibson et al (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan prilaku
seseorang adalah :
1. Faktor individual yang meliputi : kemampuan, latar belakang dan demografi
2. Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur,
desain pekerjaan.
3. Faktor psikologis meliputi : persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi
Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan baik, jika
pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya
imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Secara teoritis ada
tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu,
yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
Faktor-faktor
Lingkungan :
Struktur tugas
Sistem otoritas formal
Kelompok kerja
Perilaku Pemimpin :
- Direktif
- Partisipatif
- Berorientasi pencapaian
- Suportif
Hasil :
Kinerja
Kepuasan
Karakteristik Pribadi
- Pusat kendali
- Pengalaman
- Kemampuan yang
- diyakini dimiliki
Gambar. 1. Variabel Prestasi Kerja ( Robbins. 2006)
c. Dimensi- dimensi dan indikator kinerja karyawan
Dalam upaya mengukur kinerja yang sangat komplek ini, perlu bagi penilai
untuk menentukan indikator yang tepat dan baik. Setiap indikator kadang-kadang
terdiri dari angka dan satuannya secara lengkap dan terukur apabila dikehendaki,
angka-angka tersebut menjelaskan mengenai nilai (berapa) dan satuan
memberikan arti dan nilai tersebut (apa). Angka-angka tersebut yang
dipergunakan sebagai indikator kinerja ini bisa menghasilkan beberapa jenis
indikator kinerja. Berdasarkan jenisnya, indikator kinerja dapat dibedakan
menjadi berikut ini :
1.
Indikator
kualitatif,
indikator
ini
menggantikan
angka
dengan
10
angka untuk sejumlah kejadian atau suatu populasi kemudian dibagi dengan
jumlah kejadiannya atau jumlah populasinya. Misalnya:
a. Angka kematian bayi.
b. Angka pertumbuhan kelahiran, dan lain-lain.
6. Indikator indeks, indikator ini menggunakan gabungan angka-angka indikator
lainnya yang dihimpun melalui suatu formula maupun pembobotan pada
masing-masing variabelnya. Misalnya:
a. Indeks pengangguran.
b. Indeks pembangunan pedesaan.
c. Indeks putus sekolah, dan lain-lain.
d. Standar kinerja
Standar kinerja adalah kondisi yang akan terjadi ketika segmen pekerjaan
dikerjakan dengan cara yang dapat diterima (Kirkpatrick, 2006, dikutip Wibowo,
2011). Terdapat dua maksud diperlukan standar kinerja. Pertama membimbing
perilaku pekerja untuk menyelesaikan standar yang telah dibangun. Alasan kedua
untuk standar kinerja adalah menyediakan dasar bagi kinerja pekerja dapat dinilai
secara efektif dan jujur.
Sampai standar kinerja dibuat, penilaian sering bias terhadap perasaan dan
evaluasi subjektif. Idealnya, penilaian kinerja setiap pekerja harus didasarkan pada
kinerja aktual yang diidentifikasi melalui analisis pekerjaan dibandingkan dengan
standar kinerja yang ditentukan (Wibowo, 2011)
Standar kinerja membantu manajer dan pekerja agar lebih mundah
memonitor kinerja dan digunakan sebagai dasar evaluasi. Sebuah organisasi harus
mempunyai standar kinerja yang jelas dan dapat diukur.
11
12
Standar harus dapat dengan mudah dipahami oleh manajer maupun pekerja,
dengan demikian dapat dihindari perbedaan interpretasi diantara manajer
dengan pekerja. Perbedaan interpretasi dapat menimbulkan penilaian yang
dirasakan kurang adil.
4. Standar disepakati
Baik manajer maupun pekerja harus sepakat bahwa standarnya ditentukan
dengan jujur, hal ini sangat penting untuk memotivasi pekerja.
5. Standar isu spesifik dan sedapat mungkin terukur
Standar harus dinyatakan dalam angka, persentase, satuan uang, atau bentuk
lain yang dapat diukur secara kuantitatif.
6. Standar berorientasi pada waktu
Standar kinerja menunjukkan berapa lama suatu pekerjaan harus dapat
diselesaikan
atau kapan
suatu pekerjaan
harus
diselesaikan
dengan
13
Karena standar harus dapat dicapai dan disepakati, secara periodik harus
dievaluasi dan diubah apabila perlu. Akan tetapi, standar tidak boleh diubah
hanya karena pekerja tidak memenuhi standar.
e. Manfaat penilaian
Menurut Nursalam (2011) hasil penilaian kinerja dari masing-masing staf
keperawatan memiliki nilai manfaat dan kegunaan, di antaranya yaitu :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf keperawatan, baik secara individu maupun
kelompok, dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan rumah
sakit.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya
akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhan.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan
hasil karya dan prestasi, yaitu melalui pemberian umpan balik terhadap prestasi
mareka.
.4. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan
staf keperawatan yang lebih tepat guna. RS akan mempunyai tenaga yang
terampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan di masa depan.
5. Menyediakan alat dan sarana untuk menbandingkan prestasi kerja melalui
peningkatan gaji atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada staf
perasaan tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur
komunikasi dan dialog, sehingga mempererat hubungan antara atasan dan
bawahan.
14
15
Hal ini merupakan suatu program penilaian dan penetapan tujuan diseluruh
organisasi yang komprehensif dengan menetapkan tujuan organisasi,
menetapkan tujuan departemental, membahas tujuan departemen, menetapkan
sasaran yang diharapkan, mengukur hasilnya dengan tolok ukur yang telah
disepakati, sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik secara berkala.
5. Peer review
Penilaian dilakukan oleh kelompok khusus yang memiliki profesi dan
keilmuan yang sama.
6. Critical incident
Penilai membuat buku harian yang berisi contoh-contoh yang diinginkan atau
tidak diinginkan atau insiden dari perilaku staf perawat yang berhubungan
dengan kerja masing-masing jawaban.
Menurut Wibowo (2011) metode lainnya yang dapat dipergunakan dalam
melakukan evaluasi kinerja pada dasarnya sama dengan metode yang
dipergunakan dalam mendapatkan umpan balik, melakukan penilaian dan review.
Metode yang dapat digunakan adalah:
1. Penilaian diri sendiri dari pekerja yang bersangkutan
2. Penilaian dari atasan langsung
3. Penilaian dari rekan sekerja
4. Penilaian dari bawahan langsung
5. Penilaian dari sumber lain seperti pelanggan, pemasok, komite para manajer,
konsultan eksternal
6 . Evaluasi 360 derajat.
16
Diantara berbagai metode evaluasi tersebut, yang paling lengkap adalah metode
evaluasi 360 derajat karena dapat mencakup kelima metode lainnya (Gambar 2).
Top Manajemen
( Internal Customer)
Manager
( Internal
Customer)
Suppliers
( External
Customer)
Subordinates
(Internal
Customer)
Clients
( External
Customer)
Co-Woker or
team members
( Internal
Customer)
Other Departement
Representatives
(Internal Customer)
17
ini berharap dapat memberi kesempatan kepada semua orang untuk berpartisipasi
secara lebih baik di dalam proses penilaian dan mendapatkan pengamatan yang
lebih akurat dari kinerja karyawan. Evaluasi 360 derajat sejalan dengan petunjuk
yang menyatakan bahwa kinerja karyawan beragam dalam berbagai suasana dan
orang berperilaku secara berbeda dalam keadaan berbeda.
Evaluasi 360 derajat memberi sudut pandang yang lebih luas tentang kinerja
mereka. Akan tetapi, ia juga mempunyai potensi untuk disalahgunakan. Sebagai
contoh, untuk meminimalkan biaya, banyak organisasi tidak menyediakan waktu
yang cukup untuk melatih para penilai dalam memberikan kritik yang kontruktif.
Beberapa organisasi membiarkan karyawan memilih sendiri rekan- rekan dan
bawahan yang akan mengevaluasi mereka,yang bisa secara artifisial memoles
umpan
balik.
Masalah
juga muncul
karena
sulitnya
memperdamaikan
18
19
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut. Dengan demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau
pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu
sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.
Kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka
untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan
meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaaan mereka.
Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut :
1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang
yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
20
2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau
informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi seorang pilot tempur
3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri
merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap
situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.
Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan
sering gagal memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan
dan keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam pekerjaan.
5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.
Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk dimensi analitis dan
konseptual.
Sedangkan menurut Nurachmah (2000), bagi seorang manajer keperawatan,
maka harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat
berhasil
yaitu:
kepemimpinan,
kemampuan,
kemampuan
menerapkan
menjalankan
pengetahuan,
peran
sebagai
keterampilan,
pemimpin
dan
21
dan
keterampilan
yang
diperlukan
oleh
individual
yang
22
dengan baik tergantung oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung oleh sikap
yang menjadi karakteristik individu. Oleh karena itu, kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasar pada setiap individu yang dihubungkan dengan
kriteria yang direferensikan terhadap kinerja yang unggul atau efektif dalam
sebuah pekerjaan atau situasi.
Menurut Haris dan Belakley (1995) dikutip Nursalam (2011) kompetensi
yang harus dimiliki manajer keperawatan dikategorikan menjadi tujuh, yaitu :
kepemimpinan,
pengambilan
keputusan
dan
perencanaan,
hubungan
2.
Kompetensi
Penjabaran
23
3.
4.
5.
6.
24
Negosiasi
b. Penilaian kompetensi
Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan
wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga
dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis
suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga tekhnik yang dapat dilakukan dalam
melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu:
1. Tekhnik insiden kritis
Tekhnik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang
efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang
sesungguhnya.
2. Analisis Repertory Grid
Tekhnik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang
dapat
25
C. Motivasi
a. Definisi motivasi
Menurut Nawawi (2001 : 351) motivasi yang berasal dari kata motif yang
berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan
demikian motivasi berarti suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara
sadar. Selanjutnya Nasution (2000 : 191) bahwa motivasi sebagai alat pembangkit,
penguat dan penggerak seseorang karyawan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan dan hasil.
Selanjutnya Atep (2004 : 182) mengatakan bahwa motivasi ialah keadaan
dalam diri seseorang yang menyebabkan mereka berperilaku atau manusia
melakukan sesuatu dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan.
Beberapa pengertian tersebut diatas, motivasi dapat didefenisikan sebagai
suatu proses atau fenomena yang menggerakkan dan mendorong untuk bertindak
dan melakukan
tujuannya.
Menurut Stanford dalam Mangkunegara (2000 : 93) bahwa motivasi
didefenisikan sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu. Motivasi sangat penting bagi suatu institusi karena dengan adanya
motivasi diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
Pegawai yang memiliki motivasi berprestasi yang ditelusuri dari alasanalasan yang mendorong pegawai dalam melaksanakan tugasnya yaitu kebutuhan
akan prestasi, kebutuhan akan kelulusan dan kebutuhan akan afiliasi. Hasibuan
(2000 : 162). Kemudian Dahama dan Bhatnagara sebagaimana dikutip Sudibyo
26
Setyobroto (2000 : 23) memberikan defenisi motivasi sebagai kumpulan perasaanperasaan, kesenangan- kesenangan, kecendrungan dan dorongan insting yang
nampak sebagai minat, selama tidak ada sesuatu yang merintangi yang bersifat
internal maupun eksternal, akan memimpin tindakan- tindakannya untuk
memenuhi minatnya.
Ada beberapa bentuk motivasi yang harus dibedakan yaitu :
1. Motivasi secara umum : artinya motivasi seseorang untuk melibatkan diri
dalam suatu aktivitas dalam upaya untuk mencapai sasaran tertentu
2. Motivasi untuk berprestasi, yaitu orientasi seseorang untuk tetap berusaha
memperoleh hasil terbaik semaksimal mungkin dengan dasar kemampuan
untuk tetap bertahan sekalipun gagal dan tetap berupaya menyelesaikan tugas
sebaik- baiknya. Kini ia merasa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Morthy. P. Setiadarma. (2000 : 73).
Menurut Sudibyo Setyobroto (2000 : 230), sifat- sifat motivasi adalah
sebagai berikut :
1. Merupakan sumber penggerak dan pendorong dari dalam diri subyek yang
terorganisasi.
2. Terarah pada tujuan tertentu secara selektif
3. Dapat disadari atau tidak disadari
4. Untuk
mendapatkan
menyenangkan
5. Ikut menentukan pola kegiatan
6. Suatu tindakan dapat didorong oleh berbagai motif
7. Bersifat dinamik, dapat berubah dan dapat dipengaruhi
27
28
b . Teori motivasi
Konsep motivasi merupakan bidang yang paling sulit dianalisis, karena
sulit sekali menyimpulkan motif- motif perilaku manusia akibat perilaku yang
sama dapat saja motifnya berbeda, sebaliknya motif yang sama dapat pula
dimanifestasikan dalam perilaku yang berbeda. Selanjutnya dapat dikemukakan
beberapa teori yang mendefenisikan tentang motivasi tersebut :
1. Teori hirarki kebutuhan
Teori motivasi yang paling dikenal baik adalah teori hirarki kebutuhan dari
Abraham Maslow. Ia menghipotesiskan bahw dalam diri semua manusia ada
lima jenjang kebutuhan yaitu : ( Milkovich dan Boundreau. 1990 : 167)
a . Faali ( fisiologis ), antara lain rasa lapar, haus, perlindungan
( pakaian,
mencakup
persahabatan.
d. Penghargaan mencakup faktor rasa hormat internal seperti misalnya status,
dan perhatian
f. Aktualisasi diri, dorongan untuk pertumbuhan, mencapai potensialnya dan
pemenuhan diri.
2. Teori Motivasi Frederich Herzberg
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu
merupakan hal yang berbeda. Anwar Prabu (2000 : 12). Ia membagi dua
29
30
3. Teori Penguatan
Teori ini dikembangkan oleh R.M Steers dan L.W Porter Siagian, P. Sondang
(2002:112). Respon Pendekatan yang digunakan dalam perkembangan teori ini
adalah pendekatan keperilakuan. Titik tolak teori ini ialah bahwa perilaku
seseorang merupakan fungsi dari konsekwensi perilaku tersebut. Dengan kata
lain menurut teori ini penguatan yang dilakukan manajemen menentukan
perilaku para bawahannya. Karena itu yang perlu diamati ialah konsekwensi
apa yang akan segera timbul terhadap respon tertentu dan apakah konsekwensi
itu berakibat pada kecenderungan diulanginya perilaku tertentu atau tidak.
E. L. Thorndike dalam Winardi (2002 : 145), menyatakan teori penguatan
sebagai mana dampak sebagai berikut : Perilaku yang menyebabkan
timbulnya suatu hasil yang menyenangkan kiranya akan diulangi sedangkan
perilaku yang menyebabkan timbulnya hasil yang tidak menyenangkan kiranya
tidak akan diulangi. Implikasi hukum akan berdampak bersifat langsung.
4. Teori Motivasi Mc. Clelland
Mc. Clelland (1990 : 112) juga mengemukakan teori tentang motivasi. Ia
mengemukakan ada tiga macam kebutuhan tersebut adalah :
a. Needs for Achievent, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan
refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.
Seseorang karyawan yang mempunyai kebutuhan akan berpartisipasi tinggi
cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi
adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang melebihi dari
sebelumnya dan selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi
lagi.
31
diinginkan
kelompok.
32
33
Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan mengajak orangorang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan
keputusan.
2. Laissez-faire
Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama memikirkan
bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.
3. Adaptive
Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai dengan
keadaan lingkungan dan individu yang
berpartisipasi.
c. Teori kepemimpinan
Teori sifat, teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri didalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah: pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat,
rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa
depan; sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif; kemampuan untusue]jk bertumbuh
dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen
dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
34
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul
dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno,
namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsipketeladanan.
Teori Perilaku, dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku: Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki
ciri
ramah
tamah,mau
berkonsultasi,
mendukung,
membela,
35
kepemimpinan
seseorang
ditentukan
oleh
kemampuan
36
tersebut,
gaya
kepemimpinan
yang
dapat
digunakanadalah
serta, melakukan,
pendelegasian.
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang
mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme
untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan
bawahan dan perhatian
pemimpin
kepada kepentingan
dan kebutuhan
37
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian
ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran
serta bawahan tersebut didiktekan oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang
ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
E. Budaya Organisasi
Seperti halnya pengertian motivasi dan kepemimpinan, pengertian budaya
organisasi banyak diungkapkan oleh para ilmuan yang merupakan ahli dalam ilmu
budaya organisasi, namun masih sedikit kesepahaman tentang arti konsep budaya
organisasi atau bagaimana budaya organisasi harus diobservasi dan diukur
(Brahmasari. 2004). Lebih lanjut Brahmasari (2004) menjelaskan lebih jauh hal
tersebut dikarenakan oleh kekurangan kesepahaman tentang formulasi teori
tentang budaya organisasi, gambaran, dan kemahiran hubungan dengan dampak
kinerja.
Ndraha (2005) dalam Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa budaya
perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi
(organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua istilah ini
sering dipergunakan untuk maksud yang sama secara bergantian. Marcaulides dan
Heck (1993), dalam Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa budaya organisasi
sebagai suatu konsep dapat menjadi suatu sarana untuk mengukur kesesuaian dari
tujuan organisasi, strategi dan organisasi tugas, satu yang dihasilkan. Tanpa
ukuran yang valid dan relialeble dari aspek kritis budaya organisasi, materi
penguatan tentang dampak budaya. Pada kinerja akan di terus berdasarkan pada
spekulasi, observasi personal dan studi kasus.
38
39
40
Tika
(2006)
menjelaskan
mengenai
(tiga)
kekuatan
untuk
Tika
(2006)
memberikan
kesimpulan
tentang
proses
41
42
43
Menyiapkan
sesuai
kebutuhan.
3. Membantu klien selama pemeriksaan medis antara lain : memberikan
penjelasan tentang tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
44
45
46
23. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan dengan cara : mengatur posisi klien,
menciptakan rasa aman dan nyaman selama tindakan pemeriksaan
berlangsung dengan tetap menjaga privacy klien.
24. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan.
25. Menyusun rencana keperawatan
26. Melaksanakan
tindakan
47
G. Kerangka Pemikiran
Motivasi
Kepemimpinan
Kinerja
Karyawan
Budaya
Organisasi
Uraian Tugas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
48
Oktober 2015.
Penelitian akan
tertentu dan
diinterpretasikan
dalam rangka
49
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakteristik atau variabel subyek pada saat pemeriksaan.
c.
Zein Painan, yang terdiri dari karyawan keperawatan: unit rawat jalan umum,
penyakit dalam, anak, mata, bedah, kebidanan, THT, paru, kulit kelamin,
orthopedi, syaraf, jiwa, gigi yang berjumlah 19 orang Kemudian karyawan
keperawatan ruang rawat inap, kamar operasi, anestesi, recovery room yang
berjumlah 143 orang serta karyawan unit gawat darurat yang berjumlah 20 orang.
Dengan demikian populasi sebanyak 182 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menentukan
sampel dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperkecil objek yang
diteliti. Untuk keperluan penelitian ini hanya akan diambil sampel sebanyak 30%
dari populasi
sampling.
Agar sampel dapat mewakili seluruh jenjang karyawan keperawatan,
selanjutnya ditentukan penentuan responden secara proporsional dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1992).
Ni
ni = ----- x n
N
Dimana:
Ni = Jumlah pegawai keperawatan pada instalasi ruangan ke-i
N = Jumlah pegawai keperawatan keseluruhan
n = Jumlah sampel
ni = Jumlah responden terpilih pada instalasi ruangan ke-i
50
d. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau
objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok
itu. Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas (variable independent)
Menurut Sugiyono (2012: 59) variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable
dependent (terikat). Pada penelitian ini ada 4 (empat) variabel bebas yaitu:
a. Motivasi karyawan keperawatan (X1)
b. Kepemimpinan karyawan keperawatan (X2).
c. Budaya organisasi karyawan keperawatan (X3)
d. Uraian tugas karyawan keperawatan (X4)
2. Variabel terikat (variable dependent)
51
persamaan
simultan
(simultaneous
equation
modelling)
yang
52
53
(20
Jawaban Responden
Skor Positif
Skor Negatif
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-Ragu
Tidak Setuju
Sugiyono
08:133)
Untuk
54
Keterangan :
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan.
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Selanjutnya hasil tersebut dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal
No.
% Jumlah Skor
Kriteria
1.
20.00 36.00
Tidak Baik
2.
36.01 52.00
Kurang Baik
3.
52.01 68.00
Cukup
4.
68.01 84.00
Baik
5.
84.01 100
Sangat Baik
adalah sebagai
55
X2 = Kepemimpinan
X3 = Budaya organisasi
X4 = Uraian tugas
a = Konstanta
b1, b2, b3 dan b4 = Koefesien regresi
U = Disturbance (keasalahan pengganggu)
Prngujian statistik disebut juga pengujian signifikan, bertujuan untuk
melihat ada tidaknya hubungan dari variabel-variabel bebas, baik secara terpisah
maupun bersama-sama terhadap variabel tidak bebas tidak bebas, dengan cara
melakukan analisis regresi berganda. Dari hasil analisis regresi berganda ini akan
diperoleh masing-masing variabel. Selanjutnya dari besarnya koefesien masingmasing variabel inilah dapat dilihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel
bebas dengan variable tidak bebasnya.
Pengujian statistik ini dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2006). Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi
antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Sedangkan
untuk mengetahui skor masing masing item pertanyaan valid atau tidak, maka
ditetapkan kriteria statistic sebagai berikut :
56
1. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid.
2. Jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.
3. Jika r hitung > r tabel tetapi bertanda negatif, maka H0 akan tetap ditolak dan
H1 diterima.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang mempunyai
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1. Repeted measure atau pengukuran yaitu seseorang akan disodori pertanyaan
yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap
konsisten dengan jawabannya
2. One shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan yang lain atau mengukur korelasi antara jawaban dengan
pertanyaan.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program
SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha ( ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbanch Alpha > 0,60 ( Ghozali,2005 ).
2. Uji Model
a. Uji F
57
Kesimpulan :
Apabila f hitung < f tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada
pengaruh secara simultan.
Apabila f hitung > f tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh
secara simultan.
b. Uji t
58
59
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A.S Munandar Bertina Sjabadhyni dan Rufus Patty Wumn. 2004. Peran Budaya
Organisasi dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan. Penerbit PIO
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok.
Arikunto,S. 2003. Manajemen Penelitian.Rineka Cipta. Jakarta.
As ad, M. 1999. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Liberty.
Yokyakarta.
60
Ndraha. Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Cetak Pertama. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
61
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia,
Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan Praktek Perawat.
Rivai,V. Basri, A.F.M. 2005. Performance Appraisal. Cetakan 1. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Robbin, S. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.
Robbin, S. 2006. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi-Aplikasi. Jilid 2 Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta : Prenhallindo.
Rujiatmojo. 1984. Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia.
Jakarta.
Schneider. B. 1996. Organizational Climate and Culture. Jossey Bass. San Fransisco.
62
Lampiran I
Kepada Yth :
Bapak/ Ibu Karyawan Keperawatan
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Di
Tempat
Dengan hormat,
63
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Magister
Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Terbuka Unit Pembelajaran Jarak
Jauh (UPBJJ) Jakarta yang bermaksud mengadakan penelitian :
Nama
NIM
: 017986122
Alamat
RSUD Dr.
Petunjuk Pengisian :
Ada 5 alternatif jawaban :
64
: setuju (S)
: ragu-ragu (R)
MOTIVASI
No
Alternati
f
Jawaban
Pertanyaan
SS
1.
2.
3.
Saya diakui
sebagai karyawan
yang layak dihormati dan dihargai
4.
Saya
merasa
aman
melaksanakan pekerjaan
5.
6.
7.
Saya
dalam
bekerja
dapat
diberlakukan wajar oleh atasan
kerja
dalam
saya
TS
ST
S
65
8.
10.
11.
9.
12.
13.
14.
15.
16.
KEPEMIMPINAN
No
Alternat
if
Jawaba
n
Pertanyaan
SS
TS
STS
66
2.
3.
Atasan
mampu
mewujudkan
kemampuankemampuan
dari
bawahannya
1.
4.
5.
BUDAYA ORGANISASI
No
Alternatif
Jawaban
Pertanyaan
SS
TS
STS
67
1.
Dalam
Organisasi
mencurahkan seluruh
untuk bekerja
karyawan
kemampuan
2.
3.
Anggota
organisasi
inisiatif atau prakarsa
4.
5.
6.
Karyawan merasa
pekerjaannya
mempunyai
aman
dengan
URAIAN TUGAS
No
Pertanyaan
Alternatif
Jawaban
68
SS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perawat
membantu
klien
selama
pemeriksaan
medis
antara
lain
:
memberikan penjelasan tentang tindakan
pemeriksaan yang akan dilakukan
Perawat mampu memberikan penyuluhan
keperawatan yang berhubungan dengan
penyakit pasien
9.
10.
TS
ST
S
69
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Mengikuti
pertemuan
berkala
diadakan oleh kepala ruangan
19.
Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan di bidang keperawatan, antara
lain melalui pertemuan ilmiah, dan
penataran atas izin atau persetujuan atasan
Mendampingi klien selama menerima
penjelasan dari tim medis tentang program
pengobatan yang akan dilakukan padanya
dan menjelaskan bila klien butuh
20.
yang
70
PERNYATAAN
TAPM yang berjudul PENGARUH MOTIVASI, KEPEMIMPINAN,
BUDAYA ORGANISASI, URAIAN TUGAS
TERHADAP KINERJA
71