Anda di halaman 1dari 3

Jember, Memo

Penyakit Kusta atau Lepra diakibatkan bakteri Mycrobacterium Leprae, sebagai penyakit yang
menular dan kronis. Ironisnya, di Kabupaten Jember penyebaran penyakit ini belum mampu
ditekan.
Terbukti, Kabupaten Jember tercatat sebagai daerah dengan jumlah penderita Lepra terbanyak
nomor 8 di wilayah Propinsi Jawa Timur.
Humas Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Jember, Yumarlis, mengaku kesulitan. Namun sudah
menunjukkan adanya tren penurunan kasus, jika dibanding dengan tahun sebelumnya, sergah
Yumarlis.
Kusta paling banyak ditemukan kasusnya di daerah pinggiran, seperti di Kecamatan Jenggawah,
Gumukmas, Ambulu, dan Puger. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penderita Kusta,
95 persen adalah mereka yang ekonominya lemah dan kurang mendapat asupan gizi.
Selain itu, lingkungan di sekitarnya juga dipastikan kumuh. Alasannya, jelas Yumarlis,
Mycrobakteri Lepra berkembang biak di lingkungan sanitasi buruk dan kotor. Namun, jika
dikatakan Jember sebagai penyandang penyakit Kusta tertinggi itu salah. Tetapi, jika Jember
dikatakan sebagai kantong Kusta, kesimpulannya demikian, katanya.
Untuk menanggulangi penyebaran penyakit Kusta, Dinas Kesehatan Jember telah menempatkan
Wakil Supervisor (Wasor) khusus yang bertugas di masing-masing Puskesmas yang tersebar di
wilayah kecamatan.
Disamping itu, Yumarlis menghimbau, yang tidak kalah penting adalah langkah antisipasi untuk
memutus mata rantai penyebaran bakteri Mycrobacterium Leprae. Caranya, masyarakat
hendaknya mau merubah pola hidup yang lebih bersih dan sehat.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Dinas Kesehatan, pada Tahun 2013 tercatat sebanyak
303 penderita Lepra, dengan 5 orang diantaranya mengalami cacat permanen. Pada Tahun 2014,
sejak Bulan Januari hingga Agustus terdapat sebanyak 144 orang penderita, dan tidak ada yang
mengalami cacat permanen. (trs)

Sumber Berita: www.memotimuronline.com


http://memotimuronline.com/berita-jember-rangking-8-jumlah-penderita-kusta-se-jatim.html#ixzz3tq5MEb1E

Penyebab kusta

adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak
membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1 8 micro, lebar 0,2 0,5 micro biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA)
atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi
oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil tahan asam. Selain
banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya
Mycrobacterium tuberculosis, Mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun
dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat
dikultur pada laboratorium.
Kuman Mycobacterium Leprae menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan
penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari dengan
masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun. Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang
menderita penyakit kusta mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa
kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Cara Penularan Kusta


Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah
tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam
penularan kusta.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui
hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada
yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering,
diluar masih dapat hidup 27 x 24 jam.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya
harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan
berulang-ulang.

Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari
beberapa faktor antara lain :

1. Faktor Kuman kusta


Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih
besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi.
Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan
lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel

terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1
sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja
dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).

2. Faktor Imunitas
Sebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa
obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan
(Depkes RI, 2002.

3. Keadaan Lingkungan
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor
penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan
imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.

4. Faktor Umur
Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur
dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga
meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara
perlahan-lahan menurun.

5. Faktor Jenis Kelamin


Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika
dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause,
Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.

http://panduanmembuatobattradisional.blogspot.co.id/2014/02/mengenali-gejala-penyakitkusta.html

Anda mungkin juga menyukai