Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1997). Harga Diri
Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450
juta orang di muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150
juta mengalami depresi, 25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai
gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita gangguan jiwa
tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan
menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk
mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang

timbul.

Ketidakmampuan

menanggulangi stressor itulah yang akan

memunculkan gangguan kejiwaan.


Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep
harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan
mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu
berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga
diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat
sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri,
percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
Dari hasil proporsi yang didapat, diperlukan penangan khusus, pada
klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah dapat mengakibatkan
cemas dan takut, individu akan takut ditolak, takut gagal, dan dipermalukan
akharnya cenderung untuk menarik diri yang pada akhirnya individu akan
mengalami gangguan orientasi realita. Komplikasi yang berbahaya adalah
individu mempunyai keinginan untuk menciderai dirinya.
Melihat kejadian tersebut maka kami tertarik untuk megambil Asuhan
Keperawatan pada klien Ny.M dengan gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Akhmad
Bukittinggi.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan suhan keperawatan secara
konfrehensif pada klien dengan masalah utama harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus

Mahasiswa perawat mampu khususnya kelompok diharapkan :


a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan harga diri
rendah
b. Menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah
c. Membuat rencana asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan harga diri rendah
d. Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan
e. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan
f. Mengevaluasi hambatan-hambatan dari proses pelaksanaan asuhan
keperawatan antara teori yang didapatkan dan yang ditemukan
dilapangan dilapangan serta mampu mencari alternatif pemecahan
masalah khususnya yang terjadi pada klien dengan masalah harga
diri rendah

C. Metode Penulisan
Metode yang dilakukan kelompok dalam penyusunan makalah ini
dengan menggunakan metode melalui pendekatan proses keperawatan.
Sedangkan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu :
1. Wawancara
Mengadakan komunikasi langsung dengan klien, keluarga dan
tetangga dalam mengumpulkan data.
2. Observasi
Bertujuan untuk mengamati keadaan klien secara langsung guna
mendapatkan gambaran yang sesuai dengan keadaan klien.
3. Studi Literatur
Teknik ini digunakan dengan cara mempelajari buku keperawatan
khususnya keperawatan jiwa sebagai referensi untuk mendapatkan

keterangan dan dasar teori yang berhubungan dengan keadaan yang


timbul pada klien.
4. Partisipasi aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
Dengan terlibat langsung dalam keperawatan untuk memperoleh
data yang nyata dan mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan
setiap tahan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan karya tulis ini terdiri dari lima bab yang
secara sistematis disusun menurun urutan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.


Bab II : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar yang
terdiri dari defenisi HDR, etiologi HDR, tanda dan gejala HDR,
rentang respon, pohon masalah, masalah keperawatan,analisa

data, diagnosa keperawatan jiwa, intervensi.


Bab III : Tinjauan Kasus yang berisi tentang laporan asuhan
keperawatan pada Ny.M dengan masalah gangguan harga diri
rendah dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi


Bab IV : Pembahasan yang berisi analisa tentang hambatan dan
kesenjangan antara teori dengan praktek keperawatan sekaligus

atau alternatif pemecahan masalah.


Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI
1. Pengertian Harga Diri
Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari
sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat, dengan realitas dunia, kemudian melalui kontak
sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain (Departemen
Kesehatan, 1998).
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 1998).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) harga diri adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauah
perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri
menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai
orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Secara singkat, harga diri adalah Personal Judgment mengenai perasaan
berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu
terhadap dirinya.
2. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak
berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang
dilinkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan,

penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan
orang yang di ajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang
kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan
membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang
berarti, berharga dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga
individu mempunyai perasaan hara diri (Burn, 1998).
Harga diri mengandung pengertian siapa danapa diri saya. Segala
seuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapatkan
penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang
melekat dalam diri individu akan mendapat masukkan dari orang lain
dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari
masyarakat dan orang lain. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain.
3. Aspek-aspek Harga Diri
Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek,
yaitu:
a) Kekuasaan (Power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku
orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa
hormat yang diperoleh individu dari orang lain.
b) Keberartian (Significant)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima
individu dari orang lain.
c) Kemampuan (Competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
B. KONSEP HARGA DIRI RENDAH
1. Definisi harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan
terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/ dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan
mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung
merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan secara negatif dan menganggap sebagai
ancaman (Yoseph, 2009).
2. Proses terjadinya harga diri rendah
Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http: www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya
cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan
dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya, hal lain menyebabkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Dalam tujuan life span history klien, menyebabkan
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan

tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,


pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga
diri, yaitu:
a) Memberikan kesempatan berhasil
b) Menanamkan gagasan
c) Mendorong aspirasi
d) Membantu membentuk koping
C. ETIOLOGI
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakkan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal ketergantungan pada orang lain
ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas.
Sementara menurut Purba dkk (2008) gangguan harga diri rendah
dapat terjadi secara situsional maupun kronik. Gangguan harga diri
yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
muncul secara tiba-tiba misalnya harus

dioperasi, mengalami

kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana,


sehingga harus mendekam dipenjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit
juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,

harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat dan menjadi sangat meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau dan Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri
berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan
dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak
sering dipersalahkan, ditekan sehingga, perasaan amannya tidak
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.
Caplan (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman
individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,
ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress
dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

D. TANDA DAN GEJALA HARGA DIRI RENDAH


Menurut Keliat (2009) mengemukakan tanda dan gejala harga diri
rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9. Ketegangan peran yang dirasakan
10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan
11. Keluhan fisik dan khawatir
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14. Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15. Penyalahgunaan zat

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga


diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, dan bicara lambat, dan bicara lambat dengan nada suara
lemah.

E. RENTANG RESPON
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor,
dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &
Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis
dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan
sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik
yang meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam
waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa
bersalah,

kontak

mata

kurang/tidak

ada,

selalu

mengatakan

ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang


lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta
menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative
mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga
diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok

social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan


sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka
panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,
dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga
dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,
social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang
dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga
diri rendah adalah :

1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan
harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa
tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih
banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan
tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat
padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus
informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga
menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada
selalu mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

F. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

Sumber : Yosep (2009)


G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Isolasi sosial : menarik diri
DS:
o Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
o Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
o Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
DO:
o Ekspresi wajah kosong
o Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
o Suara pelan dan tidak jelas
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
DS:
o
o
o
o
o

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya


Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
Mengungkapkan dirinya tidak berguna
Mengkritik diri sendiri

DO:
o
o
o
o
o

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Menarik diri dari hubungan sosial
Tampak mudah tersinggung
Tidak mau makan dan tidak tidur

3. Gangguan citra tubuh


DS:
o Mengkritik diri sendiri
o Mengungkapkan perasaan main terhadap diri sendiri
o Mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu
o Perasaan tidak mampu
o Perasaan negatif mengenai dirinya sendiri
DO:
o Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat
dilakukan
o Wajah tarnpak murung
o Klien terlihat lebih suka sendiri

o Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan


H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh
I. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi
Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berinteraksi dengan orang lain

e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan


f.

perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain


Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan

orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
i.

orang lain
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain


4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui
tahap :
- Klien Perawat
- Klien Perawat Perawat lain
- Klien Perawat Perawat lain Klien lain
- K Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berinteraksi
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang
lain
Intervensi:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berinteraksi dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berinteraksi dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :


- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
-

klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.


Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian

menjenguk klien minimal satu kali seminggu


Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga
Diagnosa II : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien


2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

b.

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

c.

Utamakan memberi pujian yang realistik.


3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.


b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Diagnosa III: gangguan citra tubuh.
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi:
a.

Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

b.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

c.

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien


d.

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga


dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Intervensi:

a.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


b.

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan


memberi pujian yang realistis

c.

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien

dapat

menetapkan/merencanakan

kegiatan

sesuai

dengan

kemampuan yang dimiliki


Intervensi:
a.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan

b.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

c.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan


5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Intervensi:

a.

Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

b.

Beri pujian atas keberhasilan klien

c.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah


6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi:

a.

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

b.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

c.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

d.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan penulis akan menguraikan pokok bahasan
pada klien Harga Diri Rendah. Penulis mencoba membandingkan teoriteori yang didapatkan dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada
klien Ny.M dengan Harga Diri Rendah melalui proses keperawatan di

wilayah

kerja

Puskesmas

Rasimah Akhmad

Bukittinggi.

Dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis menentukan beberapa faktor


baik dari sifat mendukung maupun menghambat selama melakukan
perawatan yaitu dengan kerja sama anggota kelompok.
Oleh karena itu penulis akan membahas dan menguraikan
kesenjangan yang terjadi mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
a.

perencanaan, implementasi dan evaluasi.


Pengkajian
Saat pengkajian penulis mendapatkan data-data dari pasien,
keluarga dan tetangga, dengan cara observasi dan wawancara. Secara
teoritis faktor predisposisi dari GKD : HDR adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri
yang tidak realistis.
Pada kasus Ny.M faktor predisposisinya adalah Keluarga pasien
mengatakan pasien lahir dengan menderita keterbelakangan mental,
keluarga juga mengatakan pasien tidak mau melakukan aktifitas dan
menarik diri dari lingkungan sejak 20 th yang lalu. Kejadian ini
berawal semasa pasien disekolahkan di SLB sering mengalami perilaku
kekerasan dari teman-temannya, sehingga pasien tidak mau meneruskan
sekolahnya. Orang tua mengatakan tidak pernah memberikan
pengobatan terhadap pasien, karena orang tua pasien beranggapan
pasien tidak mengalami gangguan jiwa.
Secara teoritis faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk,
mengalami kegagalan serta menurunnya produktivitas.

Hambatan dalam memperoleh data-data pasien adalah kurang


terbukanya keluarga dalam memberikan informasi.
b.

Diagnosa Keperawatan
Dalam teori yang ditemukan bahwa pasien dengan GKD : HDR
ditemukan 3 diagnosa yaitu isolasi sosial : menarik diri, gangguan
konsep diri : harga diri rendah dan koping individu tidak efektif.

c.

Intervensi
Untuk perencanaan dibuat sesuai dengan rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan pedoman terdapat dalam teori dari buku
keperawatan jiwa.

d.

e.

Implementasi
Perencanaan perawat pada pasien merupakan kebutuhan yang harus
dilaksanakan disesuaikan dengan diagnosa yang muncul pada Ny.M.
Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai keberhasilan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
melalui evaluasi dapat diketahui perubahan dan kemajuan yang dicapai
oleh pasien.
Dalam teori, pasien diharapkan mampu membina hubungan saling
percaya untuk mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki, pasien dapat menetapkan dan memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan, pasien dapat
melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih, pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Dalam kasus, evaluasi yang didapatkan sesuai dengan teori dan
harapan yang dicapai dalam 1 minggu pasien sudah mau dan mampu
untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Untuk diagnosa pertama yaitu harga diri rendah, dalam kasus


evaluasi yang didapatkan sesuai dengan teori dan harapan yang dicapai
dalam 6 hari pasien mampu membina hubungan saling percaya untuk
mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki, pasien
dapat menetapkan dan memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan, pasien dapat melatih
kegiatan yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih, pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Untuk diagnosa kedua yaitu koping individu tidak efektif, dalam
kasus evaluasi yang didapatkan sesuai dengan teori dan harapan yang
dicapai dalam 6 hari klien mampu membina hubungan saling percaya,
mengenal koping individu yang tidak efektif, pasien mampu mengatasi
koping individu tidak efektif, pasien mampu memperagakan dan
menggunakan koping yang kostruktif untuk mengatasi masalahnya.
Untuk diagnosa isolasi sosial pada teori, tidak ditemukan pada
kasus karena pasien mampu berinteraksi secara kooperatif dengan
perawat, pasien merespon dengan baik saat berinteraksi.

Anda mungkin juga menyukai