PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi
tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang sering dikatakan. Kondisi organ
prahamil hilang selamanya, paling mencolok setelah pertama kali hamil dan
melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium
puerpera. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak terpisahkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah MATERNITAS
2.Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami
dan mengerti tentang MASTITIS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau
tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui
luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga
melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila
tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan
tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
pula
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan
sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya
penyumbatan pada saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara
ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC
memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas,
bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
B.
1.
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari
bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.
2.
Fisiologi payudara
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
C. Penyebab
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini
terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika
bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada
saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara
adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan.
Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid
Patofisiologi
Statis
ASI
infeksi
Hiperterm
Pembengkakan Mamae
Nyeri
Abses
Gaguan Nutrisi
D. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1.
Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2.
Paritas
Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik
menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4.
Melahirkan
Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
6.
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8.
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9.
Trauma
E. Gejala Mastitis
Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan
sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang
menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka
pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan
sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
G.
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae
yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya
abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh
Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum
pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan air susu, supaya penyebab
mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan nanah dikeluarkan sesudah
itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk
Komplikasi
1)
Galaktokele
2)
3)
4)
Penghentian laktasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
2. Tingkah laku
3. BB dan TB
4. Pengkajian head to toe
v Pemeriksaan laboratorium
2.
3.
Diagnosa keperawatan
C.
Intervensi Keperawatan
v Tujuan :
1. Intake nutrisi adekuat
2.Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa menyusui
v Intervensi :
1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
3.
v Tujuan
1.
2.
v Intervensi
1.
Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga terhadap peningkatan suhu
tubuh pasien
2.
Obserpasi TTV
3.
4.
v Rasional
1.
Agar pasien dan keluarga mengetahui sebab peningkatan suhu tubuh dan
dapat mengurangi kecemasan
2.
3.
4.
5.
Resiko infeksi pada bayi berhubungan dengan terjadi abses pada mamae
v Tujuan
1.
2.
v Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang
menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin
juga melalui peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara,
kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil dan penderita
merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah
melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kirakira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di
permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dan dari payudara yang sedang nyeri, jika tidak
segera diobati bisa terjadi abses.
Daftar Pustaka
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika :
Jakarta
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta