TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Bronkhiolitis adalah penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut yang ditandai
dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan
oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi
yang didahului dengan gejala infeksi saluran pernafasan akut(5).
2.2
Etiologi
Sekitar 95% dari kasus2 tersebut secara serologis terbukti disebabkan oleh invasi RSV.
Orenstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain, seperti Adenovirus, virus Influenza, virus
Parainvirus,Rhinovirus, dan mikroplasma, tetapi belum terbukti kuat bahwa bronkolitis disebabkan
oleh bakteri.
2.3
Epidemiologi
Bronkhiolitis merupakan infeksi saluran pernafasan tersering yang terjadi pada bayi.
Kasus tersering yang terjadi adalah usia 2 bulan - 24 bulan, puncaknya pada usia 2-8
bulan. Sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada anak yang berusia di bawah 2
tahun, dan 75% terjadi pada anak usia di bawah satu tahun. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan bronkhiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki usia 3-6 bulan
yang tidak mendapatkan ASI dan hidup di lingkungan yang padat penduduk. Kasus
yang terjadi adalah 1,25 kali lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Frekuensi rawatan adalah 1,6 kali lebih banyak laki-laki daripada
perempuan(5).
2.4
Patofisiologi
messenkimal dan menimbulkan patologi dan gejala klinis yang berbeda. (10)
Bronkhiolitis banyak disebabkan oleh virus, infeksi virus terjadi melalui saluran
pernafasan atas dan menyebar ke bawah dalam beberapa hari. Hal ini
menimbulkan inflamasi pada epitel bronchiolar, dengan infiltrasi leukosit
(kebanyakan mononuclear sel) di peribronchial dan edema pada submukosa dan
adventia(9). Kerusakan bronchiolar menimbulkan hal-hal seperti:
-
dan perfusi
Bernafas yang tidak wajar
Faktor resiko
Prematur
BBLR
Umur < 6-12 minggu
Penyakit paru kronik
Penyakit jantung kongenital
Perokok pasif
Lingkungan rumah yang padat
Saturasi oksigen <95% ketika bernafas normal
Retraksi yang sedang atau berat
Frekuensi nafas 70x/menit
Gambaran ateletaksis pada radiologi (9)
Manifestasi kinis
Sebagian besar bayi yang terkena mempunyai riwayat terpajan pada anak
yang lebih tua atau orang dewasa yang menderita penakit pernafasan ringan pada
minggu sebel mulainya penyakit. Bayi mula-mula menderita infeksi ringan pada
saluran pernafasan atas, disertain ingus yang serous dan bersin. Gejala- gejala ini
biasanya berakhir dalam beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu
makan dan demam (38,5-390 C). Perkembangan kegawatan pernafasan secara
bertahap ditandai dengan batuk, mengi proksimal, dyspnea, dan iritabilitas.
Menyusu ibu atau botol dapat sangat sulit karena frekuensi pernafasan yang cepat
tersebut tidak memberikan kesempatan untuk menghisap dan menelan. Pada kasus
ringan gejala menghilang dalam 1-3 hari. Dan pada penderita yang lebih berat
gejala dapat berkembang dalam beberapa jam dan perjalanan penyakit larut-larut
(Nelson, 2000)
1.Umur
Bronchiolitis terutama mempengaruhi bayi di bawah usia dua tahun. 90%
kasus yang memerlukan rawat inap terjadi pada bayi di bawah dua belas bulan.
Puncak kejadian pada usia tiga sampai enam bulan.
2.Demam
Bayi dengan bronchiolitis mungkin mengalami demam atau riwayat
demam. Demam tinggi jarang pada bronchiolitis. Dalam sebuah penelitian
prospektif dari 90 bayi yang dirawat di rumah sakit dengan bronkiolitis akut (usia
rata-rata 4,4 bulan), hanya dua (2,2%) memiliki suhu 40 C. Dua puluh delapan
bayi (31%) mengalami demam seperti yang didefinisikan oleh rekaman suhu
aksila tunggal> 38 C atau dua rekaman berturut-turut> 37,8 C diambil empat
jam terpisah selama 24 jam pertama masuk. Sebagian besar dari bayi demam
(71%) memiliki perjalanan penyakit berat yang membutuhkan suplementasi
oksigen.
3.Rhinorea
Cairan hidung sering mendahului timbulnya gejala lain seperti batuk,
takipnea, gangguan pernapasan dan kesulitan makan.
4.Batuk
Pendapat ahli menunjukkan bahwa batuk kering, serak adalah karakteristik
dari bronchiolitis. Batuk, bersama dengan gejala rhinorea, adalah salah satu gejala
paling awal terjadi pada bronchiolitis.
5.Frekuensi pernafasan
Peningkatan frekuensi napas merupakan gejala penting dalam infeksi saluran
pernapasan bawah dan khususnya di bronchiolitis dan pneumonia
6.Kesulitan makan
Banyak bayi dengan bronkiolitis telah kesulitan makan karena sesak tapi
kesulitan makan tidak penting untuk diagnosis bronchiolitis. Masalah susah
makan merupakan alasan yang sering untuk masuk rumah sakit
7.Peningkatan kerja pernafasan
Sesak dan subkostal, interkostal dan resesi supraklavikula biasanya terlihat
pada bayi dengan bronkiolitis akut. Dada mungkin terlihat hyperinflated di
bronchiolitis.
dada
hyperinflated
dapat
membantu
untuk
membedakan
Terdapat ronki saat inspirasi di segala bidang paru-paru yang umum (tapi
tidak universal) pada bronchiolitis akut. Krepitasi pada auskultasi dada dianggap
sebagai ciri khas bronchiolitis. Bayi tanpa krepitasi dan mengi awal hanya
sementara biasanya diklasifikasikan sebagai memiliki mengi virus-diinduksi
daripada bronchiolitis
9.Wheezing
Definisi bronchiolitis menggambarkan mengi bernada tinggi saat ekspirasi
tetapi tidak universal temuan pada pemeriksaan.
10.Apnea
Apnea dapat menjadi fitur menyajikan bronchiolitis, terutama pada bayi
prematur atau bayi berat lahir rendah. (Scottish Intercollegiate Guidelines
Network, 2006)
Suatu pemeriksaan mengungkapkan bahwa bayi takipneu sering dalam
keadaan sangat distress. Pernafasan berkisar dari 60-80/ menit; haus, sesak dan
sinosis dapat terjadi. Cuping hidung melebar, dan penggunaan otot-otot acesoris
pernafasan menimbulkan retraksi intercostal dan subcostal yang dangkal karena,
paru yang terus menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap. Depresi hati
dan limfa akibat overinflasi paru dapat mengakibatkan teraba di bawah tepi kosta.
Krepitasi halus yang tersebar dapat di dengar pada akhir inspirasi dan pada awal
ekspirasi. Fase ekspirasi pernfasan dapat diperpanjang dan mengi biasanya dapat
di dengar. Pada sebagian besar kasus yang berat suara pernafasan hamper tidak
dapat didengar bila obstruksi bronkiolus hampir total. ( nelson 2000)
2.7
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisis pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis
adalah adanya takipnea, takikardia, dan peningkatan suhu diatas 38,5 0C dan bisa
mencapai suhu 41 0C. Selain itu dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan
faringitis, dan otitis media.
Ringan
Sedang
Berat
yang
mengancam
Saat dating
Pernafasan
Baik
Sedikit sesak
kehidupan
Tampak agak sakit
sakit
Agak lebih sesak, Ganggun pernafasan
Mungkin
episode
singkat.
terdapat
peningkatan frekuensi
atau
Kemampuan
kerja normal
pernafasan
episode
apnoe
yang panjang.
Dari ringan ke sedang, Dari sedag ke berat,
Gangguan
sedang
beberapa
dada
nafas
cuping hidung
hidung
dengkuran.
Kadang
yang
cuping
dan
sianosis
terdapat
Saturasi oksigen
sianosis
Diatas 95% saturasi Antara 90-95% saturasi <92% saturasi udara
Hate rate
udara
Normal
udara
< 90% saturasi O2
Takikardi antara 100- >180x per menit
180 x/ menit
Pemberian makanan
Normal
makan
2.8
respirologi)
Pemeriksaan darah rutin kurang bermakna karena jumlah leukosit biasanya
normal, demikian pula dengan elektrolit. Analisis gas darah (AGD) diperlukan
untuk anak dengan sakit berat,
mekanik.
Pada foto rongen toraks di dapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrate
(patchy infiltrates), tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada
asma, pneumonia virat atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula ditemukan gambaran
atelectasis, terutama pada saat konvalesens akibat secret pekat bercampur sel-sel
mati yang menyumbat, airtrapping, diafragma datar, dan penigkatan diameter
antero-posterior. Untuk menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen
detection
tests
(direct
immunofluorescence
assay
dan
enzyme-linked
2.
Heart Rate (HR) diambil dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali
Lowell dkk.
5.
menangis).
Sedangkan Suhu, yang diadaptasi oleh Dobson, menilai skor klinis sebagai berikut
:
1.
2.
(retraksi berat)
3.
dan ekspiratorik).
2.9
Penatalaksanaan Bronkiolitis
Bronkiolitis umunya disebabkan oleh virus RSV dan bersifat sembuh
atau
humanized
RSV monoclonal
antibody (palvizumad)(2,3).
Terapi supportif,
penatalaksanaan saat ini . Jenis terapi lainnya dari hasil kajian sistemik
menunjukkan sedikit bukti tentang
obat
Pemberian
oksigen
dapat
dihentikan
jika
saturasi
heamoglobin terus menerus di atas 90%, bayi sudah mau untuk menyusui
dengan baik dan gangguan pernafasan minimal(12).
pemberian
infeksi
sekunder
dan
diberikan
antibiotik
spektrum
Status pernafasan
o Laju pernafasan kurang dari 70 kali dalam 1 menit dan tidak didapatkan
tanda klinis usaha pernafasan lebih.
o Orang tua dapat membersihkan saluran pernafasan anak dengan
menggunakan alat sedot gelembung.
o Pasien dapat berada dalam ruang dengan udara bebas dengan oksigen
terapi yang stabil.
o Saturasi oksigen harus lebih dari 90% tanpa pemberian oksigen
tambahan kecuali anak dengan penyakit paru kronis, penyakit jantung atau
mempunyai faktor resiko lain harus dilakukan diskusi terlebih dahulu
dengan konsultan.
b.
Status nutrisi
Pasien dapat makan melalui mulut pada tingkatan dapat mencegah dehidrasi
c.
Sosial
ILUSTRASI KASUS
Identisas Pasien
DAFTAR PUSTAKA
diakses
dari
http://emedicine.medscape.com/article/961963-overview#aw2aab6b2b2aa
pada tanggal 15 februari 2014
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Klinis. Edisi 1, Badan
IDAI, , 2008. Hal. 31-32.
12. Eber Ernst. Treatment of Acute Viral Bronchiolitis. Open Mikrobiol J. 2011;
Hal : 159-164
13. NSW HEALTH, Acut Management of Infant and Children with Acute
Bronchiolitis. Revision December 2006 diakses www.health.nsw.gov.au pada
tanggal 16 februari 2014
14. Mary Ellen B, Wohl, MD. Bronchiolitis in Kendigs Disorder of The
Respiratory Tract in Children. Seventh Edition, Elsevier Inc, 2006 page : 423
431.