Anda di halaman 1dari 21

PPN ( Pajak Pertambahan Nilai ) dan

PPnBM ( Pajak Penjualan Atas Barang Mewah )

1. Latar Belakang Masalah

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM ) diatur
dalam UU No. 8 tahun 1983, di ubah dengan UU No.11 tahun 1994 dan berakhir dengan UU No.
18 tahun 2000. dalam pasal 4 bab III, menjelaska tentang objek pajak PPN, yaitu dikenakan
atas :
Penyerahan Barang Kena Pajak ( BKP ) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
Import Barang Kena Pajak ( BKP )
Penyerahan Jasa Kena Pajak ( JKP ) yang dilakukan di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha
Pemanfaatan Barang Kena Pajak ( BKP ) tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah
pabean
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak ( JKP ) dari luar daerah pabean didalam daerah pabean, atau
Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak ( PKP )
Pengusah Kena Pajak ( PKP ) adalah orang pribadi atau badan usaha yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasikan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memafaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
malukukan usaha jasa atau memanfaatan jasa dari luar pabean, yang melakukan penyerahan JKP
atau BKP yang dikenal pajak, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasan nya ditetapkan
dengan ketentuan menkeu, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak ( PKP ).

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak ( BKP ) dalam pasal 1A
adalah:
Penyerahak atas BKP karena suatu perjanjian.
Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.
Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma cuma atas BKP
Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak diperjual belikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan.
Penyerahaan BKP dari pusat kecabang atau sebalik nya dan penyerahaan BKP antar cabang.
Sedangkan yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP diantara nya adalah
penyerahaan BKP pada makelar.
Dalam PP No.50 tahun 1994 pasal 33 ayat 1 ssampai 7 diatur kepastian hukum mengenai saat
PPN terutang. Dalam peraturan tersebut dibedakan antara sifat barang yaitu :
1. Untuk Barang Bergerak

Saat terutang untuk barang bergerak adalah pada saat barang tersebut diserahkan kepada pihak
kedua atau pembeli, baik secara langsung maupun lewat juru kirim.
2. Utuk Barang tidak Bergerak
Saat terutang untuk barang tidak bergerak terjadi pada waktu penyerahan hak untuk
menggunakan atau menguasai barang tersebut, baik secara hukum maupun secara nyata, kepada
pihak pembeli, yang dimaksud dengan secara hukum dan secara nyata diatas, adalah suatu
penyerahan dianggap sah jika telah terjadi penandatangan surat atau akte perjanjian yang
mengakibatkan perpindahan hak atas barang tersebut oleh pihak yang terlihat secara langsung,
atau jika barang tersebut secara fisik telah ada.
3. Barang Tidak Berwujud

a.
b.
c.
d.

Saat terutang untuk barang barang tidak berwujud di isyaratkan pada saat yang terjadi terlebih
dahulu dari peristiwa peristiwa di bawah ini:
Saat harga penyerahaan BKP tidak berwujud dinyatan sebagai oiutang oleh PKP
Saat harga penyerahaan BKP tidak berwujud ditagih oleh PKP.
Saat penyerahaan BKP tidak berwujud diterima pembayaran nya, baik sebagian atau seluruhan
nya oleh PKP
Saat ditandatangani nya kontrak atau perjanjian oleh PKP, dalam hal saat saat sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai huruf c tidak diketaui.
4. Jasa Kena Pajak
Terutang nya pajak atas penyerahan jasa terjadi pada saat mulai tersedia nya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata, bauk sebagaian atau seluruh nya.
5. Impor Barang Kena Pajak
Saat terutang nya terjadi pada saat pemasukan barang tersebut kewilayah pabean indonesia yang
dipungut bersamaan dengan pemungutan bea masuk.
6. Ekspor Barang Kena Pajak
Saat terutang nya terjadi pada saat barang tersebut keluar dari wilayah pabean indonesia. Akan
tetapi dalam UU No. 11 tahun 1994 pasal 7 ( 2) disebutkan bahwa tarif PPN atas ekspor barang
kena pajak adalah 0% ( Nol Persen )
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
ruang udara diatas nya serta tempat tempat tertentu di Zona Ekonomi Eklusif ( ZEE ) dan
landas kontinen yang didalam nya berlaku UU No. 10 tahun 1985 tenteng kepabean.
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, Penggantian, Nilai, Impor, Nilai Ekspor,
atau nilai lain yeng ditetapkan dengan keputusan Menkeu yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.

Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharus nya diminta
oleh penjual karena menyerahkan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini den
potongan harga yang dicantumkan dalan Faktur Pajak.
Contoh :
PKP A menjual tunai BKP dengan harga jual Rp.25.000.000
PPN yang terutang = 10% x Rp. 25.000.000 = Rp.2.500.000
PPN sebesar Rp.2.500.000 adalah pajak keluaran yang dipungut oleh PKP A
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharus nya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut
UU ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Contoh :
PKP A melakukan penyerahan JKP dengan memperoleh penggantian Rp.20.000.000.
PPN yang terutang = 10% x Rp.20.000.000 =Rp 2.000.000
PPN sebesar Rp 2.000.000 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh PKP A
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah
pungutan lain nya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang
undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini.
Contoh :
Seseorang mengimpor BKPdari luar pabean dengan nilai impor Rp 15.000.000 PPN yang di
pungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp 15.000.000 = Rp1.500.000
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya
diminta oleh eksportir.
Dalam keputusan Menkeu No.567/KMK.04/2000 tanggal 26 desember 2000,yang dimaksud
dengan nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Untuk pemakaian sendiri BKP dan JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi
laba kotor.
Untuk pemberian cuma cuma BKP dan JKP adalah harga jual atau penggantian setelah
dikurangi laba kotor.
Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata rata
Untuk menyerahkan film cerita adalah perkiraan hasil rata rata per judul film.
Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan sepanjang Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan
adalah harga pasar awajar.
Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar.
Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual
Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%dari jumlah tagihan
atau jumlah yang seharus nya ditagih.

i.

Untuk jasa pengiriman paket adalah 10%dari jumlah tagihan atay dari jumlah yang seharus nya
ditagih.
j. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service
charge, provisi dan discon.
Dalam hal harga jual atau penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka harga jual
atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan BKP atau JKP itu
dilakukan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
1. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% atau lebih pada
pengusaha lain.
2. Pengusaha menguasai pengusaha lain nya atau dua atau lebih pengusaha berada dibawah
pengusaha pengusaha yang sama.
3. Terdapat hubungan keluarga baik atau sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
satu derajat atau kesamping satu derajat.

a.
b.
c.
d.

Penetapan jenis barang yang tidak dikenakan PPN didasarkan atas kelompok kelompok
barang sebagai berikut:
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumber nya.
Barang barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenis nya.
Uang, emas batangan dan surat surat berharga.
Sedangkan penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan PPN adalah:
a. Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik
b. Jasa dibidang pelayanan sosial
c. Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko.
d. Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
e. Jasa dibidang keagamaan
f. Jasa dibidang pendidikan.
g. Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.
h. Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan
i. Jasa dibidang angkutan umum didarat dan air.
j. Jasa dibidang tenaga kerja.
k. Jasa dibidang perhotelan
l. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemetihan secara umum.
Disamping pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, dikenakan juga Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut

didalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dan impor BKP yang tergolong
mewah. Pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual, artinya terutang pajak nya
terjadi pada saat penyerahan BKP atau pada saat penyerahan JKP, meskipun pembayaran atas
penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuh nya diterima, atau pada saat impor BKP.
Sedangkan dalam pasal 7 UU No. 18 tahun 2000, mengatur tentang tarif pajak PPN, yaitu:
1. Tarif pajak PPN adalah 10%
2. Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%.
3. Dengan peraturan pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam nomer satu dapat
diubah menjadi serendah rendah nya 5% dan setinggi tinggi nya 15%
Pada pasal 8 mengatur tentang tarif PPnBM, yaitu:
1. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% dan paling tinggi
adalah 75%
2. Atas ekspor BKP yang tergolong barang mewah dikenakan pajak dengan pajak 0%
Pajak masukan adalah PPN yang seharus nya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP
dan atau penerimaan JKP dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean dan
atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan atau impor BKP.
Pajak keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP, penyerahan JKP, atau ekspor BKP.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pajak Masukan adalah dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran untuk
masa pajak yang sama. Terhadap pajak masukan yang belum dikreditkan dalam masa pajak yang
sama dengan pajak keluaran yang masih dapat dikreditkan pada masa pajak yang tidak sama
paling lama 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Dalam hal belum ada
pajak keluar dalam suatu masa pajak, maka pajak masukan tetap dapat dikreditkan. Apabila
dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pada pajak masukan. Maka selisih nya
merupakan Pajak Permbahan Nilai yang harus dibayar oleh PKP. Apabila dalam, suatu masa
pajak, pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar dari pada pajak keluaran maka pajak
selisih nya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompresikan
kemasa pajak berikut nya, beberapa alasan yang menyebabkan PPN tidak dapat dikreditkan:
Pembelian barang atau jasa sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
Pembelian barang dan pengeluaran biaya lain yang tidak berhubungan dengan langsung dengan
proses menghasilkan BKP atau JKP.
Pembelian dan pemeliharaan kendaraan bermotor, sedan, jeep, station wagon, van dan kombi,
kecuali sebagai barang dagangan atau digunakan secara langsung sesuai bidang usaha nya.
Pembelian yang sifat nya untuk kepentingan pribadi pemilik atau pemegang saham, direktur,
komisaris dan karyawan.
Penyerahan yang pajak pengeluaran nya ditanggung pemerintah, kecuali ditetapkan lain oleh
menkeu.
Perolehan BKP atau JKP yang PPN nya di tanggung pemerintah.
Faktur pajak yang terbukti fiktif ( hasil rekaan, tidak dapat dibuktikan realitas transaksi nya ).

8.

Pajak masukan dengan faktur pajak yang sederhana, ( yang tidak boleh menjadi dasar
mekanisme pengkreditan pajak, kecuali ditentukan lain dengan peraturan ).

Didalam pasal 13 menyatakan bahwa PKP wajib membuat faktur pajak untuk setiap
penyerahan BKP. Didalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP
atau JKP yang paling sedikit memuat :
Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP
Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penrima JKP.
Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian dan potongan harga.
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
Pajak atas Penjualan Barang Mewah yang dipungut.
Kode, nomer seri dan tanggal pembuatan faktur pajak.
Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangi faktur pajak.
Pada prinsip nya, fungsi faktur pajak adalah sebagai bukti pungut ( bagi penjual ), bukti
pembayaran ( bagi pembeli ), saran pengawasan dan acuan atau bahan, misal sebagai dasar
pembuatan nota return.
Faktur pajak sendiri dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
1. Faktur Pajak Standar
Dengan syarat ukuran kuarto, warna putih, sekurang kurang nya memuat 7 hal, kode dan
nomer seri, indentitas PKP, identitas pembeli, identitas BKP/JKP, harga jual/DPP ( Dasar
Pengenaan Pajak )dan nilai PPN, kolom PPnBM, dan tanggal, nama jabatan serta tanda tangan.
2. Faktur Pajak Sederhana
Faktur pajak sederhana dipakai sebagai dokumen sumber dalam bentuk nota, kuintansi, cast
register, karcis, bon.
Dengan syarat mencantumkan: nomer urut, identitas penjual, nama barang dan harga jual,
tanggal.
3. Faktur Pajak Gabungan
Yaitu faktur pajak yang digabung dalam satu bulan ( untuk satu pembeli yang sama ). Hal itu bisa
dilakukan jika transaksi terjadi berulang ulang dan sering terjadi pada 1 pembeli yang sama.
Misal nya PT Kimia Farma mengirimkan faktur pajak kepada apotik apotik dan hal ini
bartujuan untuk menghemat biaya.
4. Dokumen lain yang dianggap sebagai faktur faktur pajak
Misal nya tiket pesawat, rekening telpon, rekening listrik.
Faktur dibuat sebanyak 2 lembar, lembar pertama untuk diserahkan kepada pembeli sebagai
bukti bayar dan lembar kedua disimpan sebagai bukti pungut, yang nantinya untuk
diserahkan/dibayarkan kekantor pajak.
Saat pembuatan faktur pajak adalah:
Jika saat terutang PPN adalah pada saat penyerahan BKP/JKP pada saat akhir bulan berikutnya,
terhitung dari bulan penyerahan. Misalnya penyerahan BKP/JKP pada tanggal 15/03/04 maka
faktur pajak dibuat paling lambat tanggal 30/04/04.

Saat pembayaran, yaitu saat ada yang bayar uang muka.


Saat pembayaran termin. Misalnya pada jasa pemborong.
Saat penagihan kepada pemungut pajak( pemungut PPN ). Pemungut PPN sendiri adalah
bendaharawan pemerintah, badan atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh mentri keuangan
untuk memungut, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang oleh PKP atas penyerahan
BKP/JKP.

Akuntansi PPN
Akuntansi PPN ditujukan untuk perhitungan PPN dan pelaporan nya dalam SPT, sehingga
cakupan nya meliputi:
a. Pencatatan harga perolehan dan penyerahan BKP
b. Kewajiban melakukan pencatatan
c. Kewajiban Wajib Pajak ( WP ) yang memilih norma perhitungan penghasilan bersih.
d. Teknik pembukuan
e. Perlakuan atas pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Terdapat 2 cara pembukuan dalam akuntansi, yaitu metode faktur dan metode kas. Metode faktur
mencatat PPn terutang saat faktur dikeluarkan, dipakai oleh PKP yang telah dikukuhkan. Metode
kas mencatat PPN terutang pada saat penerimaan pembayaran, tanpa tergantung pada pembuatan
faktur, di gunakan oleh perusahaan yang tidak atau belum dikukuhkan sebagai PKP. Dalam
catatan pembukuan, perlu dilakukan pemisahan atas :
Jumlah harga perolehan atau nilai pengganti
Jumlah harga jual atau nilai penganti
Nama barang dan satuan nya.
Jumlah harga jual selain BKP ( seperti hasil bumi, perikanan, dan kehutanan )
Jumlah nilai ekspor.
Jumlah harga jual BKP yang dikenai PPnBM
Contoh jurnal transaksi pembelian barang yang mengandung kewajiban PPN :
PT X membeli barang degangan secara kredit dari PT A pada tanggal 25 desember 2004,
seharga Rp 30.000.000
Persediaan Barang Dagang
Pajak Masukan 10%
Utang Dagang

Rp 30.000.000
Rp 3.000.000
Rp 33.000.000

PT Xmembeli tunai perlengkapan tulis seharga Rp 1.000.000 pada toko merah pada 26
desember 2004, dan sudah termasuk beban PPN nya.

Perlengkapan administratif
Beban PPN
Kas

Rp1.000.000
Rp 100.000
Rp 1.100.000

Dalam hal ini beban PPN tidak dapat dikreditkan karena pembelian tidak berhubungan
langsung dengan proses produksi perusahaan atau sebagai kegiatan utama perusahaan tersebut.
2

Permasalahan
Kasus 1.
Berikut ini adalah ringkasan kontrak kerja antara :
I. Nama : BENDAHARAWAN PROYEK PENGADAAN SERAGAM OLAH RAGA
KARYAWAN DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG.
ALAMAT : JL, PRAMUKA 34 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
NPWP
: 00.159.874.5.542.000.
( SELANJUT NYA DISEBUT PIHAK PERTAMA )
II. NAMA
: CV. SEJAHTERA.
ALAMAT : JL, KAUMAN 33 SEMARANG
NPWP
: 01.963.527.5.541.000.
( SELANJUTNYA DISEBUT PIHAK KEDUA

Pasal 1
Macam dan Lingkup Pekerjaan
Pihak pertama memberikan pekerjaan PENGADAAN SERAGAM KARYAWAN DINAS
PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG kepada pihak kedua yang menerima
dan akan menepati pekerjaan tersebut dalam pasal pasal kontrak kerja ini.
Pasal 2
Harga Borongan
1. Harga borongan pada pasal 1 adalah sebesar Rp 379.500.000 termasuk PPn.
2. Harga borongan tersebut adalah harga tetap.
Pasal 3
Cara Pembayaran
1. Pembayaran uang muka sebesar 35% dibayarkan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua pada
tanggal Kontrak Kerja ini ditanda tangani.
2. Pembayaran Tahap Pertama sebesar 60% dilakukan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua
apabila pekerjaan sudah selesai pada tanggal 20 Desember 2004
3. Pelunasan sebesar 5% dilakukan pada tanggal 31 Desember 2004
Pasal 4

Jangka Waaktu Pelaksanaan


1. Jangka waktu Pelaksanaan pekerjaan adalah 31 hari kalender terhitung sejak ditandatangani
Kontrak Kerja ini pada tanggal 1 Desember 2004
Semarang, 01 Desember 2004
Dalam kasus diatas di asumsikan :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu
2. Pembayaran sesuai dengan schedule pasal 3
Kasus 2
PKP A menjual barang dagangan kepada :
1. PKP B dengan harga jual Rp 1.000.000
2. Bendaharawan A Rp 1.000.000
3. Bendaharawan B Rp 3.000.000
PKP A membeli kepada:
1. Membeli barang dagangan PKP C seharga Rp 4.000.000
Hitung berapa pajak masukan dan keluaran nya.

2. Kasus 2
PAJAK KELUARAN
PKP A
Harga Jual
: Rp 1.000.000
PPN
: 10% x Rp 1.000.000
: Rp100.000

Bendaharawan A
Harga Jual
: Rp 1.000.000
PPN
: 10% x Rp 1.000.000
: Rp 100.000
Bendaharawan
Harga Jual
: Rp 3.000.000
PPN
: 10% x Rp 3.000.000
: Rp 300.000
Jumlah pajak keluaran adalah Rp 100.000 + Rp 100.000 + Rp 300.000 = Rp 500.000
Pajak keluaran yang sudah dipungut = Rp 400.000
Pajak keluaran yang harus disetor = Rp 100.000
Pajak masukan
Harga Beli

: PKP C
: Rp 4.000.000

PPN

: 10% x Rp 4.000.000
: Rp 400.000

Jadi selisih antara pajak keluaran dan pajak masukan ada lebih bayar Rp 300.000
3. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan pajak Penjualan Barang Mewah ( PPnBM ) diatur
dalam UU No.8 tshun 1983, diubah menjadi UU No.11 tahun 1994 dan terakhir dengan UU
No.18 tahun 2000. untuk PPN dapat di pungut berkali kali dalam tingkatan produksi dengan
sistem tarif tunggal sedangkan PPnBM pemungutan nya dilakukan pada saat barang mewah
tersebut diserahkan dari pabrikan atau pada waktu import dengan tarif yang sesuai dengan
kelompok barang yang dikenakan nya.
Dasar pengenaan pajak adalah jumlahharga jual, penggantian. Nilai impor, nilai ekspor atau
nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan menkeu yang dipakai sebagai dasar perhitungan
pajak terutang.
Proses pengenaan PPN dapat dilihat dari ilustrasi sebagau berikut :
1. Seorang Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan usaha nya akan dikenakan PPN dari
barang dan jasa yang dibeli untuk keperluan usahanya. PPN dari barang dan jasa yang dibeli
untuk keprluan usaha disebut dengan Pajak Masukan
2. Jika barang dan jasa yang dibeli tadi dijual kepada pihak lain nya, maka Pengusah Kena Pajak
dapat memungut Pajak Pertambahan nilai dari orang yang membeli barang dan jasa. Barang atau
jasa yang diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak lain itu merupakan keluaran, dan
PPN yang dipungut merupakan Pajak Keluaran.
3. Untuk menghutung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. Pengusaha Kena Pajak harus
menghitung selisih antara Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan, yang secara sederhana dapat
dirumuskan PPN = Pajak Keluaran Pajak Masukan. Jika Pajak Keluaran ternyata lebih kecil
dari Pajak Masukan, maka selisih nya merupakan hak Pengusaha Kena Pajak.

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Dasar Hukum
Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan Barang atas Barang Mewah adalah undang
undang nomor 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang undang nomor tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Terhadap penyerahan atas Barang Kena Pajak ( BKP ) disamping dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 4 undang undang PPN dan
PPnBM dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ).
Beberapa karakteristik yang perlu dipahami dalam PPnBM yaitu :
1. Pengenaan terhadap PPnBM ini hanya satu kali yaitu pada saat penyerahan BKP yang tergolong
mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada saat import.
2. PPnBM tidak dapat dilakukan pengkreditan dengan PPN. ( namun demikian, apabila eksportir
mengekspor BKP yang tergolong mewah, maka PPnBM yang telah dibayar pada saat perolehan
dapat direstitusi )
Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Sebagai Objek Pajak atas Barang Mewah adalah :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut didalam Daerah Pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan nya.
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
Tarif Pajak Pertambahan Nilai
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% ( sepuluh persen )
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak adalah tarif tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaan nya dan
tidak memerlukan daftar penggolongan barang atau penggolongan jasa dengan taruf yang
berbeda sebagai mana berlaku pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. tarif PPN atas ekspor BKP sebesar 0%. PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP
didalam Daeran Pabean. Oleh karena itu, BKP yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah
Pabean dikenakan PPN dengan tarif 0%. Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari
pengenaan PPN. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor
tetap dapat dikreditkan.
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
1. Tarif PPnBM adalah serendah rendah nya 10% dan paling tinggi 75%.
Tarif PPnBM dapat ditetapkan dalam beberapa pengelompokan tarif, yaitu terendah sebesar 10%
dan paling tinggi 75%. Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP
yang tergolong mewah yang atas penyerahan nya di kenakan juga PPnBM. Pengelompokan BKP
ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah didalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah yang diekspor atau dikonsumsi diluar Derah Pabean, dikenakan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 0%. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah
di bayar atas perolehan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang di ekspor tersebut dapat
diminta kembali.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 145 tahun 2000 tanggal 22 desember 2000 telah diatur
kelompok Barang Kena Pajak tergolong mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah selain kendaraan Bermotor ditindaklanjuti dengan Kepmen nomor 569/KMK 04/2000
yaitu:
Berupa Selain Kendaraan Bermotor
1.
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang di
kenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 10% adalah:
Kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi, mengandung tambahan gula atau
pemanis lain nya atau tidak, di beri aroma atau tidak, diberi rasa atau tidak, mengandung
tambahan buah buahan, biji bijian, kokoa, atau tidak, yoghurt,kephir, whey, keju, mentega,
atau lemak atau minyak yang diperoleh dari susu, yang dibotolkan/dikemas.
Kelompok air buah dan air sayuran, yang belum meragi dan tidak mengandung alcohol,
mengandung tambahan gula atau pemanis lain nya maupun tidak, mengandung aroma maupun
tidak, yang dibotolkan/dikemas.
Kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol, mendung tambahan gula atau pemanis
lain nya maupun tidak, mengandung aroma maupun tidak, yang dibotolkan/dikemas, serta air
soda yang dibotolkan/dikemas.
Kelompok produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, tangan, kaki, dan rambut, serta preparat
tias lain nya, yang dikemas/dibotolkan.
Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima
siaran televisi
Kelompok peralatan dan perlengkapan oleh raga.
Kelompok mesin pengatur suhu udara.
Kelompok alat alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio dan
Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapan nya.
Kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20%, adalah:
Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin dan pesawat pemanas, selain yang disebut
dalam kelompok 1 ( 10% )
Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kodominium, town house, dan
sejenis nya.
Kelompok pesawat penerima siaran televisi, dan antena serta reflektor antena, selain yang
disebut dalam kelompok 1( 10% )
Keolompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat
elektomagnetik, dan instrumen musik.
Kelompok wangi wangian dan
Kelompok permadani tertentu selain yang terbuat dari sebuah kelapa ( coir ), sutera, wool atau
bulu hewan halus.
Kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 30% adalah:

a. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan kuno, kecuali untuk keperluan
negara atau keperluan umum, dan
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga, selain yang disebutkan dalam kelompok
1 ( 10% )
4.

Kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang di kenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tariff 40% adalah:
a. Kelompok minuman tertentu yang mengandung alkohol
b. Kelompok barang barang yang sebagian atau seluruh nya terbuat dari kulit atau kulit
tiruan.
c. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari sutera atau wool
d. Kelompok barang kaca dari kristal timah hitam dan jenis yang digunakan untuk meja,
dapur, rias kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu.
e. Kelompok barang barang yang sebagian atau seluruh nya terbuat dari logam mulia atau
dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran dari padanya,
f. Kelompok kapal atau kendaraan air lain nya, sampan dan kano, selain yang disebut dalam
kelompok 3 ( 30% ), kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.
g. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat di kemudikan, pesawat udara lain nya
tanpa tenaga penggerak.
h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lain nya, kecuali untuk keperluan negara.
i. Kelompok jenis alat kaki.
j. Kelompok alat makan, alat dapur, barang rumah tangga lain nya dan barang rias.
k. Kelompok barang barang yang sebagian atau seluruh nya terbuat dari batu, selain batu
jalan dan batu tepi jalan.

5.

Kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang di kenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tariff 50% adalah:
a. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari wool atau bulu hewan halus.
b. Kelompok pesawat udara selain yang disebut dalam kelompok 4 ( 40% ) kecuali yang
digunakan untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga.
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut dalam kelompok 1
( 10% ), dan kelompok 3 ( 30% ) dan
d. Kelompok senjata api dan senjata api lain nya, kecuali untuk keperluan negara.

6.

Kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor yang di kenakan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan tariff 75% adalah:
a. Kelompok minumam yang mengandung alkohol selain yang disebut dalam kelompok 4
( 40% )
b. Kelompok barang barang yang sebagian atau seluruh nya terbuat dari batu mulia dan
atau mutiara atau campuran dari pada nya, dan
c. Kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum

Berupa Kendaraan Bermotor


Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2003 tentang perubahan keempat atas Peraturan
Pemerintah nomor 145 tahun 2000 tentang kelompok BKP yang dikenakan PPnBM dengan
pemberlakuan mulai 14 hari sejak diundangkan tanggal 21 Juli 2003 dan keputusan Menteri
Keuangan No. 355/KMK.03/2003 tanggal 11 Agustus 2003:
1. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang di
kanakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10%:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 sampai 15 orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar nyala kompresi ( diesel atau semi diesel ), dengan semua kapasitas isi silinder.
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau motor bakar nyala kompresi ( diesel
atau semi diesel ), dengan sistem 1 gandar penggerak ( 4x2 ), dengan kapasitas isi silinder
sampai 1500CC.
2.

Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewahdengan tarif 20% adalah :
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau
station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi ( diesel / semi diesel ), dengan
sistem 1 gandar penggerak ( 4 x 2 ), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500CC sampai
dengan 2500CC
b. Kendaraan bermotor dengan kabin ganda ( double cabin ), dalam bentuk kendaraan bak terbuka
atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk pengemudi, dengan motor
bahan bakar cetus api atau nyala kompresi ( diesel / semi diesel ), dengan sistem 1 gandar
penggerak ( 4 x 2 ) atau dengan sistem 2 gandar penggerak ( 4 x 4 ), dengan semua kapasitas isi
silinder, dengan masa total tidak lebih dari 5 ton.
3.

Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewahdengan tarif 30% adalah :
a. Kendaraan bermotor jenis sedan atau station wagon. Dengan motor bakar cetus api
dengan sistem 1 motor bakar cetus api atau nyala kompresi ( diesel / semi diesel ),
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500CC

b. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bahan bakar cetus api
atau nyala api ( diesel / semi diesel ), dengan sistem 2 gandar penggerak ( 4 x 4 ), dengan
kapasitas isi silinder sampai dengan 1500CC.
4.

Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewahdengan tarif 40% adalah kendaraan bermotor
untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, berupa sedan atau station wagon
dan selain sedan atau station wagon dengan:
a. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan bahan bakar cetus api,
dengan sistem 1 gandar penggerak ( 4 x 2 ), dengan kapasitas isi silinder lebih dari
2500CC sampai dengan 3000CC.
b. Kendaraan bermotor dengan motor bahan bakar cetus api berupa sedan atau station
wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gandar penggerak ( 4 x 4 ),
dengan kapasitas isi silinder lebih dan 1500CC sampai dengan 3000CC
c. Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi ( diesel / semi diesel ), berupa
sedan atau station wagon, dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gandar
penggerak ( 4 x 4 ), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500CC sampai 2500CC.

5.

Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua jenis
kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.

6. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60% adalah:
a. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250CC sampai
dengan 500Ccberupa sepeda motor ( termasuk moped ) dan sepeda yang dilengkapi
dengan motor tambahan, dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta
pasngan sisi.
b. Kendaraan khusu yang dibuat untuk perjalanan diatas salju, dipantai, di gunung, dan
kendaraan semacam itu.
7. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
berupa sedan atau station wagon dengan sistem 1 gandar penggerak ( 4 x 2 ) atau 2 ganda
penggerak ( 4 x 4 ) dengan:
Motor bakar atau api dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000CC
Motor bakar menyala dengan kompresi ( diesel / semi diesel ) dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 250CC
b. Kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500CC, berupa
sepeda motor ( termasuk moped ) dan sepeda yang dilengkapi dengan motor tambahan,
dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta pasangan sisi, atau

c. Trailer, semi trailer, dan tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
Pengecualian Pengenaan PPnBM atas Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor yang di kecualikan dari pengenaan PPnBM
Impor atau penyerahan kendaraan bermotor berupa kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum.
2. Impor atau penyerahan kendaraan yang Protokoler Kenegaraan, kendaraan dinas, atau kendaraan
Petroli TNI/Polri
1.

Apabila kendaran bermotor yang dikecualikan dari pengenaan PPnBM diatas dalam jangka
waktu 5 tahun sejak impor atau perolehan nya ternyata dipindah tangankan sehingga tidak sesuai
dengan tujuan semula, maka Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dibebaskan,
wajib dibayar ke kas negara dalam jangka waktu 1 bulan sejak kendaraan bermotor
dipindahtangankan. Apabila kewajiban tersebut dilanggar, maka Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ) ditambah dengan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

CARA MENGHITUNG PAJAK


Cara Menghitung PPnBM
Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewahyang terutang adalah dengan
mengalikan Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM ) dengan Dasar Pengenaan
Pajak ( DPP ). Untuk itu perlu diperhatikan DPP nya apakah harga jual, nilai impor, nilai
pengganti, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.
Rumus yang digunakan:

PPnBM Terutang = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak


Contoh :
Harga mobil termasuk Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) 10% dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah ( PPnBM ) 30%, sebesar Rp 140.000.000,t
x harga atau pembayaran atas penyerahan BKP
110 + t
t = besaran tarif PPnBM
30
110 + 30

x Rp 140.000.000,- = Rp 30.000.000,-

Contoh lain nya apabila harga jual mobil ( DPP ) Rp 280.000.000,-

PPnBM terutang ( tarif 30% )

= 30% x Rp 280.000.000,= Rp 84.000.000.,-

PPnBM Bukan Kredit Pajak


Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah di bayar pada waktu perolehan atau impor
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah, tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan
Nilai Maupun Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang di pungut berdasarkan undang undang
PPN dan PPnBM.
Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada setiap tingkat penyerahan,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya dipungut pada tingkat penyerahan oleh Pengusaha
Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah atau barang impor
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah. Dengan demikian, Pajak penjualan atas Barang
Mewah bukan merupakan Pajak Masukan sehingga tidak dapat dikreditkan. Oleh karena itu,
Pajak Panjualan atas Barang Mewah dapat ditambahkan kedalam harga Barang Kena Pajak yang
bersangkutan atau dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang undangan Pajak
Penghasilan.

Contoh :
Kasus I ( PPN yang dipungut oleh Badan Swasta )
PT. Amrico Jaya Jakarta yang beralamat di Jl. Juanda No.1 Jakarta Selatan, NPWP :
02.133.222.1.041.000 pada bulan november 2009 membeli alat alat kantor untuk keperluan
operasional nya sebagai berikut :
1. Pada tanggal 5 November 2009 membeli 10 unit pesawat telex dari toko Elektronik yang
beralamat di Jl. Cik Ditiro No. 7 Jakarta NPWP : 04.873.111.3.041.000 dengan harga Rp
9.100.000 / unit ( harga ini termasuk PPN 10%, Discoun 20% )
2. Pada tanggal 15 November 2009 membeli 5 set AC untuk ruang kepala bagian dari took AC
yang beralamat di Jl. Ring Road No.98 Jakarta Selatan NPWP : 04.712.333.2.041.000 dengan
harga Rp 4.800.000 / unit ( harga tersebut termasuk PPN 10% dan PPnBM 10% )
3. Pada tanggal 29 November 2009 membeli 1000 box kabel dengan harga per box Rp 500.000 dari
PT. Kabelindo Persada, yang beralamat di Jl. Kemerdekaan No. 101 Jakarta Selatan, NPWP :
01.331.224.1.022.0000 ( harga tersebut tidak termasuk PPN ) tetapi ditambah ongkos angkut
10% yang ditanggung oleh pembeli.
Dari data tersebut diatas, saudara diminta :
a. Menghitung besar PPN dan PPnBM dan siapa pemotong nya
b. Berapa jumlah yang harus dibayar oleh pembeli barang

Jawab :
1. 10 unit pesawat telex @Rp 9.100.000
Disc 20% x Rp 91.000.000
DPP 100 x Rp 72.800.000
110
PPN 10% x Rp 66.181.818

Rp 91.000.000
Rp 18.200.000
Rp 72.800.000
Rp 66.181.818

Rp 6.618.181

2. 5 set AC @Rp 4.800.000


DPP 100 x Rp 24.000.000
120
PPN 10% x Rp20.000.000
PPnBM 10% x Rp 20.000.000

Rp 24.000.000
Rp 20.000.000

3. 1000 box kabel @Rp 500.000


PPN 10 % x Rp 500.000.000
Total harga barang
Ongkos 10% x Rp 500.000.000
Total yang harus dibayar

Rp 500.000.000
Rp 50.000.000
Rp 550.000.000
Rp 50.000.000
Rp 600.000.000

Rp 2.000.000
Rp 2.000.000
Rp 24.000.000

+
+

Kasus II ( PPN yang dipungut oleh Instanti Pemerintah )


Dinas P & K Jakarta Selatan beralamat di Jl. Bendi No.10 Jakarta Selatan NPWP :
02.133.224.1.022.0000 pada bulan Agustus 2009 membeli alat alat kantor untuk keperluan
operasional nya sebagau berikut :
1. Pada tanggal 10 Agustus 2009 membeli 10 unit alat laboratorium dari PT. Santosa yang
beralamat di Jl. Cik DitiroNo.9 Jakarta Selatan NPWP : 04.873.111.3.041.000 dengan harga Rp
5.000.000 / unit ( harga ini termasuk PPN 10% )
2. Pada tanggal 15 Agustus 2009 membeli 6 unit AC untuk ruang kantor dari PT. Santosa yang
beralamat di Jl. Cikokol Raya No.12 Serpong NPWP : 04.712.333.2.041.000 dengan harga Rp
6.000.000 / unit
3. Pada tanggal 25 Agustus 2009 membeli barang elektronik dari PT. Elektronik Nusantara yang
beralamat di Jl. Serpong Raya No.10 Tengerang NPWP : 04.897.224.2.071.000 senilai Rp
130.000.000 ( harga ini termasuk PPN 10% dan PPnBM 20% )
Dari kasus diatas, saudara diminta:
a. Menghitung besar nya PPN dan PPnBM dan siapa yang memotong dan menyetorkan nya

b. Berapa jumlah yang harus dibayar kepada rekanan penjual barang


Jawab :
1. 10 unit alat laboratorium @Rp 5.000.000
DPP 100 x Rp 50.000.000
110
PPN 10% x Rp 45.454.545

Rp 50.000.000
Rp 45.454.545
Rp 4.545.454

2. 6 unit AC @Rp 6.000.000


PPN 10% x Rp 36.000.000
Yang di bayar pemerintah kapada kontraktor

Rp 36.000.000
Rp 3.600.000
Rp 32.400.000

3. Harga barang Elektronik


DPP 100 x Rp 130.000.000
130
PPN 10% x Rp 100.000.000
PPnBM 20% x Rp 100.000.000

Rp 130.000.000
Rp 100.000.000 ( ysng harus di bayar
oleh pemerintah kepada kontraktor )
Rp 10.000.000
Rp 20.000.000

Kasus III
PT. Pratama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang real estate, dengan jual beli
rumah dan tanah mateng ( tanah siap bangun ) sebagai berikut :
1. Menjual 20 unit runah tipe 80/200 seharga Rp 250.000.000 / unit
2. 2 unit rumah tipe 70/180 seharga Rp 240.000.000 / unit diserahkan kepada manager keuangan
dan manager pemasaran sebagai rumah dinas perusahaan
3. 1 unit rumah tipe 70 / 180 seharga Rp 240.000.000 diberikan secara cuma cuma kepada juara
dunia bulu tangkis Mr. X
4. Selain itu dijual 10 bidang tanah @200myaitu kapling siap bangun dengan harga Rp
1.000.000 / m. atas penjualan rumah dan tanah tersebut perusahaan memberikan discount
( potongan harga ) sebesar 10 % dari harga jual
Dari harga jual PT. Pratama sudah dimasukan unsur laba kotor sebesar 20%
Dari data diatas saudara diminta :
a. Menhitung besarnya PPN yang harus dipotong dan disetorkan untuk masing masing transaksi
tersebut
b. Berapakah pambayaran yang diterima oleh PT. Pratama ?
Jawab :
1. 20 unit rumah tipe 80 / 200 @Rp 250.000.000
Disc 10% x Rp 5.000.000.000
DPP
PPN 10% x Rp 4.500.000.000
Harga jual

Rp 5.000.000.000
Rp 500.000.000
Rp 4.500.000.000
Rp 450.000.000
Rp 4.950.000.000

2. 2 unit rumah tipe 70/180 @Rp 240.000.000

Rp 480.000.000

Disc 10% x Rp 480.000.000


DPP
Keuntungan 20 x Rp 432.000.000
120
PPN 10% x Rp 360.000.000

Rp 48.000.000
Rp 432.000.000
Rp 72.000.000
Rp 360.000.000
Rp 36.000.000
Rp 396.000.000

3. 1 unit rumah tipe 70/180


Disc 10% x Rp 240.000.000
DPP
Keuntungan
20 x Rp 216.000.000
120
PPN 10% x Rp 180.000.000

Rp 240.000.000
Rp 24.000.000
Rp 216.000.000
Rp 36.000.000
Rp 180.000.000
Rp 18.000.000
Rp 298.000.000

4. 10 bidang tanah @ 200m


Luas tanah 2000m @Rp 1.000.000 / m
Disc 10% x Rp 2.000.000.000

= 2000m
Rp 2.000.000.000
Rp 200.000.000
Rp 1.800.000.000
Rp 180.000.000
Rp 1.980.000.000

PPN 10% x Rp 1.800.000.000


Harga jual

Kasus IV
Dealer B adalah jual beli kendaraan bermotor baik berbentuk sasis maupun yang telah di
karoseri, dengan data data sebagai berikut :
1. Dealer B membeli 2 buah sasis dari main dealer A seharga Rp 100.000.000 / sasis dengan
potongan harga Rp 1.000.000 / sasis ( harga temasuk PPN )
2. Dealer B menyuruh karoseri C mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor angkutan
orang dengan biayay sebesar Rp 22.000.000 ( termasuk PPN )
3. Dealer B kemudian menjual kendaraan hasil karoseri tersebut kepada pembeli D seharga Rp
175.000.000 / unit ( termasuk PPN dan PPnBM 15% )
Dari data tersebut diatas saudara diminta :
a. Menghitung jumlah PPN dan PPnBM yang dipungut dari masing masing transaksi tersebut
dan siapa pemungut nya?...
b. Berapa jumlah pembayaran yang diterima masing masing pihak atas transaksi tersebut.
Jawab:
1. 2 sasis @Rp 100.000.000
Rp 200.000.000
Potongan harga Rp 1.000.000 x 2 sasis
Rp 2.000.000
Harga setelah potongan
Rp 198.000.000
DPP 100 x Rp 198.000.000
Rp 180.000.000
110
PPN 10% x Rp 180.000.000
Rp 18.000.000
2. Biaya Mengubah sasis

Rp 22.000.000

DPP

100 x Rp 22.000.000
110
PPN 10% x Rp 20.000.000
3. 2 unit kendaraan @Rp 175.000.000
DPP 100 x Rp 350.000.000
125
PPN 10% x Rp 280.000.000
PPnBM 15% x Rp 280.000.000

Rp 20.000.000
Rp 2.000.000
Rp 350.000.000
Rp 280.000.000
Rp 28.000.000
RP 42.000.000

Anda mungkin juga menyukai