Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
berkat dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan
makalah dengan judul Pengembangan Ternak Perah di Indonesia. Tak
lupa Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam.
pengembangan
ternak
perah
yang
telah
membimbing,
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................
ii
iii
PENDAHULUAN ....................................................................
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1
3
4
4
PEMBAHASAN.......................................................................
5
5
12
16
19
III. KESIMPULAN.........................................................................
21
3.1. Kesimpulan.......................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
25
I.
II.
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki
produk
pangan
masyarakat.
Selain
itu,
perkembangan
masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi
pendapatan
maupun
tingkat
pengetahuan
masyarakat
mengenai
pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung lebih
meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu
produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap
tahunnya
adalah
susu.
Peningkatan
tersebut
ditandai
dengan
meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari
5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita
pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia,
berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik
permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun dari industri
pengolahan susu. Sejak dilakukan impor sapi perah secara besar-besaran
dari Australia dan New Zealand pada awal tahun 1980-an, ternyata
produktivitas usaha ternak rakyat masih tetap rendah seolah jalan
ditempat, karena manajemen usaha ternak dan kualitas pakan yang
diberikan sangat tidak memadai. Memperbaiki manajemen peternakan
rakyat merupakan problema yang cukup komplek, tidak hanya merubah
sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik
dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan.
Dalam perdagangan bebas, restriksi perdagangan terutama tarif
bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai 0 %.
Dengan adanya perdagangan bebas ini, produk susu segar impor dapat
memasuki pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini dapat
memberikan peluang dan kesempatan pada konsumen untuk memilih
produk susu yang mereka inginkan sesuai dengan kualitas dan harga
yang dapat mereka jangkau. Tapi di sisi lain, hal ini dapat menyebabkan
keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena ketidakmampuan
bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu dibandingkan
dengan susu segar impor. Kondisi inilah yang menyebabkan para
peternak sapi perah kembali tidak bergairah untuk meneruskan usaha
peternakan sapi perahnya.
Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi
kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga
pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya
susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa
yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal
yang mutlak. Namun, disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar susu
yang tersedia dan beredar di pasaran merupakan produk impor, kontribusi
produksi nasional sangat kecil, itupun harus melalui perjuangan dari
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk meningkatkan quota
dan harga beli susu segar produksi dalam negeri dari indusri pengolah
1.2
Identifikasi Masalah
Adapun rumusan masalah yang disusun dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana Perkembangan Peternakan sapi perah di Indonesia.
2) Apa kendala dan permasalahan pengembangan ternak perah di
Indonesia.
1.3
sebagai berikut :
1) Mengetahui Perkembangan Peternakan sapi perah di Indonesia
2) Mengetahui kendala dan permasalahan pengembangan ternak
perah di Indonesia.
1.4
Kegunaan
Adapun kegunaan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
II
PEMBAHASAN
2.1
2.2.
Indonesia
IV
KESIMPULAN
teknologi
yang
masih
bisa
diandalkan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Hew C.L. Fletcher G.L. & Davies P.L 1995. Transgenic salmon: tailoring
the genome for food production. J. of Fish Biology 47 (Supllement
A): 1 19.
Houdebine L.M. 1998. La transgense animale et ses applications. INRA.
Prod. Anim 11: 81-94.
Johnson, L.A., Cran, D.G. Welch, G.R. & Polge, C. 1996. Gender preselection in mammals. Proc XX Beltsville Symposium:
Biotechnologys role in Genetik Improvement of Farm Animlas. 16
189. ( Eds. Miller, RH, et al) USDA.
Kappes, S.M. 1999. Utilization of gene mapping information in livestock
animals. Theriogenology 51: 135 147.
Kato, Y., Tani, T., Sotomaru, Y., Kurokawa, K., Kato, J., Doguchi, H.,
Yasue, H. & Tsunoda, Y. 1998. Eight calves cloned from somatic
cells of a single adult. Science 282 : 2095-2098.
Kruip, Th.A.M. & den Dass, J.H.G. 196. In vitro produced and cloned
embryos : effects on pregnancy, parturition and offspring.
Theriogenology 47 : 43-52
Powel B.C., Walker, S.K., Bawden C.S., Sivaprasad A.V. & Rogers G.E.
1994. Transgenic sheep and wool growth: possibilities and currents
status. Reprod. Fertl Dev. 6: 615 623.
Pursel V.G., & Rexroad C.E. , 1993. Status of research with transgenic
farm animals. J. Anim. Sci. (Suppl3) : 10 9.
Reis, A., M.E. Staines, R.G. Watt, D.F. Dolman & T.G. McEvoy. Embryo
production defined oocyte maturation and zygote culture media
following repeated ovum pick-up(OPU) from FSH-Stimulated
Simmental heifers. Anim Reprod. Sci. 72: 137-151.
Rege J.E.O , 2000 . Biotechnology options for improving livestock
production in developing countries, with special reference to sub
Saharan Afric. International Livestock Centre for Africa (ILCA) .
Addis Ababa. Ethiopia.
Ruane, J., Gunnar, K. & Sehested, E. 1997. Views on the potensial impact
of kloning on animal breeding and production. Acta Agric. Scand.,
Sect. A, Animal Sci. 47 : 209-212
Smith C. & Simpson S.P. 1986. The use of genetik polymorphisms in
livestock improvement. Journal of Anim. Breed and Genet. 103:205217.
Thibier, M & Nibart, M. 1995. The sexing of Bovine Embryos in the field.
Theriogenology 43: 71 80.
Tervit, HR, 1997. In vitro production of cattle embryos. In : Milk
Composition, Production and Biotechnology 341-355 ( Eds. Welch,
Thibier, M. & Nibart, M. 1995. The sexing of bovine embryos in the field.
Theriogenology 43: 71-80.
Wakayama, T., Perry, A.C. F., Zuccoti, M., Johnson, K. R. & Yanagimachi,
R. 1998. Full-term development of mice from enucleated oocytes
injected with cumulus cell nuclei. Nature.394 : 369.
Wall, RJ. 1996. Modification of milk composition in transgenic animals.
Proc XX Beltsville Symposium: Biotechnologys role in Genetik
Improvement of Farm Animlas. 16 189. ( Eds. Miller, RH, et al)
USDA.
Wheeler, M..B., E.M. Walters, S.G. Clark., 2003. Anim Reprod. Sci. 72:
265 289.
Wiladsen,S.M 1986. Nuclear transplantation in sheep. Nature 320:63-65
Wilmut,I., /schnieke,A.E., McWhir, J.,Kind, A.J. dan Campbell, K.H.S.
1997. Viable offspring derived from fetal and adult mammalian
cells.Nature 385 : 810-813
Womack, J.E. & Kata, S.R. 1995. Bovine genome mapping : evolutionary
inference and the power of comparative genomics. Current
Opinions in genetiks & Dev. 5 :725-733, J., dan Bade, D. H. 1998.
Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah: Srigandono, B.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 351-352.