Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat berhasil dalam menyelesaikan paper yang berjudul
Toksoplasma.
Paper ini kami susun dalam rangka menyelesaikan tugas untuk memperlancar kegiatan
perkuliahan dalam mata kuliah Dasar Pemberantasan Penyakit Menular.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun paper ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu, dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam perbaikan paper ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala berlipat ganda atas kebaikan
dan bantuannya.
Akhirnya saya berharap semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua. Amiinn ya robbal
alamin

Pekalongan, 08 April 2012

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup serius.Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan
melalui tubuh kucing.
Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang
matang.Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan
banyaknya sumber penularan (Sasmita dkk, 1988).
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi
manusia (Konishi dkk, 1987).Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia,
pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara,
kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (WHO, 1979).
Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun
penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya
oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui
derajat distribusi dan prevalensinya.Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang
sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti
sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae)
(Adyatma, 1980 ; Levine, 1990).
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquiredtoxoplasmosis)
maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis).Protozoa ini hidup
dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama
tinjanya.Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging
mentah atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis
infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam
tes serologi (WHO, 1979 ; Zaman dan Keong, 1988). Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam
segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah.Tetapi pada umumnya parasit ini
ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts,
1983).
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas, dalam paper ini penulis mencobamenguraikan
dan menginformasikan mengenai Epidemiologi Toxoplasma gondii.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Toksoplasma
Toksoplasma adalah Penyakit yang diakibatkan oleh parasit toksoplasma gondii.
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa intraseluler, bentuk parasit toxoplasma gondii
seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel darah merah (3-6 um) dapat
menembus sel secara aktif dan masuk ke berbagai jaringan seperti otak,mata,dan usus.
Toksoplasma dapat ditularkan oleh kucing. Namun tak hanya kucing yang dapat menjadi
dalang penyebar penyakit toksoplasma. Toksoplasma dapat menyerang semua jenis
satwa, termasuk burung, ikan, kelinci, anjing, babi, kambing dan mamalia lain bahkan
manusia. (wikipedia.com)
Toxoplasmosis merupakan penyakit infeksi oleh parasit yang disebabkan oleh
Toksoplasma gondii yang dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening,
jantung, paru-paru, mata, otak, dan selaput otak. Toxoplasmosis sendiri merupakan
penyakit zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang tinggi pada
burung dan mamalia termasuk manusia. Kucing merupakan sumber infeksi bagi manusia.
Parasit ini termasuk subfilum sporozoa, kelas toksoplasma dan merupakan salah satu
genus dari ordo Toxoplasmida. Toxoplasma gondii terdapat di dalam sel-sel dari sytem
retikulo-endotel dan juga didalam sel-sel parenkim.
Toxoplasma Gondii dibedakan menjadi 3:
1. Oosit, merupakan hasil perkawinan mikrogamat dan mikrogamet yang terjadi dalam
usus kucing. Oosit diekresi bersama tinja dan berbeda dalam tanah, tumbuhan atau
sayuran.
2. Trofozoit (Takhizoit), timbul kalau Oosit termakan binatang atau manusia kemudian
pecah menjadi bentuk trofozoit yang sangat infektif. Trofozoit memperbanyak diri
dengan cara aseksual (pembelahan) mengakibatkan parasitemia dan menyerang
berbagai organ.
3. Kista, Berada dalam organ yang dapat bertahan hidup sepanjang kehidupan induk
semangnya.
Terdapat 2 macam bentuk dari toxoplasma yaitu bentuk intraseluler dan bentuk
ekstraseluler bulat atau lonjong, sedang bentuk ekstraseluler seperti bulan sabit yang
langsing dengan ujung yang satu runcing sedang lainnya tumpul. Ukuran parasit micron x
4-6 mikron dengan inti terletak di ujung yang tumpul. Jumlah parasit dalam darah akan
menurun dengan tebentuknya antibodi namun kista Toxoplasma yang ada dalam jaringan
tetap masih hidup.
Kista jaringan ini akan relatif jika terjadi penurunan kekebalan. Infeksi yang
terjadi pada orang dengan kekebalan rendah baik infeksi primer maupun infeksi
reaktivasi akan menyebabkan terjadinya Cerebritis, Chorioretinitis, Pneumonia,
terserangnya seluruh jaringan otot,myocarditis, ruam makulopapuler dan atau dengan
kematian. Toxoplasmosis yang menyerang otak sering terjadi pada penderita AIDS.
Infeksi primer yang terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
infeksi pada bayi yang dapat menyebabkan kematian bayi atau dapat menyebabkan

Chorioretinis, kerusakan otak disertai dengan klasifikasi intraserebral, hidrosefalus,


mikrosefalus, demam, ikterus, ruam, hepatosplenomegasli, Xanthochromic CSF, kejang
beberapa saat setelah lahir.
Berat ringannya gejala tergantung dari kapan ibu hamil terinfeksi. Jika terjadi
pada

trisemester

pertama

kemungkinannya

15-20%,

pada

trisemester

kedua

kemungkinannya 25-30% sedangkan pada trisemester ketiga kemungkinannya 60% bayi


akan ikut terinfeksi bersamaan dengan ibunya. Namun makin muda usia kehamilan makin
berat gejala yang akan dialami janin, karena pada awal kehamilan terjadi pembentukan
ogan yang dilanjutkan dengan pematangan organ sampai bayi itu lahir. 90% dari bayi
yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala apa-apa (Asimptomatik) pada saat bayi itu
dilahirkan. Dan gejala baru akan timbul beberapa bulan bahkan tahun setelah bayi
dilahirkan.

Taxoplasmosis

merupakan

sindroma

TORCH

(toxoplasma,

rubella,

chytamegalovirus/CMV dan herpes simplex) yang berat.


Parasit ini juga bisa terdapat pada daging setengah matang, telur setengah matang,
buah-buahan atau sayuran yang tercemar tinja hewan peliharaan yang mengandung oosit
toksoplasma, salah satu bentuk toksoplasma yang dapat menimbulkan infeksi.
Toksoplasma dalam bentuk tachizoit terdapat dalam cairan tubuh seperti darah, air
liur dan cairan sperma yang mampu ditularkan oleh serangga lewat gigitan. Tachizoit pun
bisa bersarang di calon telur atau kelenjar susu sehingga tidak menutup kemungkinan
telur dan air susu pun bisa tertular toksoplasma.
B. ETIOLOGI
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka
penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili
babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel
endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau
oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar
pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru,
otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan
seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan
schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval
agak panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari
coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran
4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada
preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang berhasil
memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel
alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4
dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar
melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.

Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan.
Cepat mati karean pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati
jasad inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau
jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini
lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.

C. Penularan Toksoplasma
Toxoplasma gondii, parasit penyebab toksoplasmosis biasanya menginfeksi hewan
berdarah panas, termasuk manusia. Biasanya parasit ini menginfeksi hewan famili felid
(kucing). Parasit ini mudah mati pada suhu yang panas, kekeringan, dan pembekuan.
Selain itu parasit toksoplasma juga mudah mati bila terjadi pembekuan darah dan
kematian pada induk semangnya.
Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam berbagai cara:
1. Pertama, Secara tidak sengaja menelan tinja kucing yg didalamnya terdapat telur
toxoplasma. Cara ini banyak tidak disadari, misalnya dengan menyentuh mulut
dengan tangan yang telah berkontaminasi seperti sehabis berkebun, membersihkan
tempat makan kucing atu barang-barang lain yang sudah terkontaminasi.
2. Kedua, Parasit ini juga dapat masuk jika mengkonsumsi daging hewan yang telah
terkontaminasi dan tidak dimasak secara matang.
3. Ketiga, Masuk lewat air yang telah terkontaminasi, dan yang jarang terjadi karena
menerima transparansi organ atau transfusi darah dari donor yg telah terkontaminasi.
4. Keempat, Toksoplasma juga dapat ditularkan dari ibu hamil yang menderita
toksoplasmosis ke bayi yang dikandungnya. Waktu terjadinya infeksi toksoplasma
pada ibu yang akan melahirkan sangat berperan dalam menentukan tingkat keparahan
dari infeksi toksoplasma pada bayi yang dikandungnya.

Jika infeksi toksoplsma terjadi lebih dari 6 bulan sebelum konsepsi, maka risiko
penularan infeksi dari ibu ke bayi sangat kecil. Jika infeksi terjadi kurang dari 6 bulan
sebelum konsepsi maka risiko penularan dari ibu ke bayi melalui plasenta makin tinggi.
Jika ibu terinfeksi toksoplasma pada saat trisemester pertama, biasanya insiden transmisi
melalui plasenta ke bayi yang dikandungnya rendah, namun penyakit yang timbul pada
bayi biasanya berat. Jika ibu terinfeksi pada trisemester ketiga, bisanya insiden transmisi
dari ibu ke bayi tinggi, namun penyakit yang ditimbulkan biasanya ringan. Cara
penularan lain, dengan angka kejadian yang lebih rendah, dapat terjadi dengan cara
tranfusi darah dari individu yang terinfeksi toksoplasmosis. Selain itu penularan juga
dapat terjadi setelah transplantasi organ atau produk organ yang telah terkontaminasi
dengan parasit toksoplasma.
Toxoplasma tidak menular terhadap pasangan, akan tetapi Toxoplasma menular
pada keturunan. Bisa jadi anak pertama dan kedua sehat, tetapi anak ketiga cacat atau
mengalami Epilepsi dan autisme. Tetapi yang sering terjadi sesungguhnya jika dilakukan
tes dilaboratorium, baik anak pertama maupun anak kedua sesungguhnya sudah terinfeksi
virus toxoplasma.

D. Dampak Toksoplasma
a. Mengganggu kesuburan tak hanya bagi wanita, namun juga bagi pria
b. Pada wanita Toxoplasma menginfeksi sel telur sehingga sel telur dan inti sel menjadi
rusak, mengecil dan tidak bisa dibuahi
c. Infeksi tersebut pada wanita juga bisa menyebabkan timbulnya miom
d. Penyumbatan atau pelengketan saluran telur sehingga sel telur tidak bisa dibuahi dan
mengakibatkan sulitnya terjadi kehamilan
e. Sementara pada pria, Toxoplasma menginfeksi sel sperma sehingga memperburuk
kualitas sperma, mengurangi kekentalan sperma dan menurunkan kemampuan gerak
sel sperma sehingga sulit mencapai sel telur.
E. Gejala Toxoplasma
Pada 80%-90% penderita toksoplasmosis tidak menunjukan gejala sama sekali
(asimptomatik). Pada beberapa penderita biasanya didapatkan adanya pembesaran
kelenjar getah bening di bagian leher (cervical lymphadenopathy). Pada orang dewasa
biasanya menimbulkan gejala berupa:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rasa lelah
Flu
Nyeri Kepala
Sakit Tenggorokan
Demam
Pembesaran Kelenjar getah bening termasuk hati dan limfa
Gangguan pada kulit
Gejalanya biasanya ringan dan sembuh sendiri dalam beberapa bulan.

Kebanyakan orang akan menganggap bahwa dia terkena flu ringan dan tidak perlu pergi
ke dokter, walaupun ke dokter, jarang dokter yang mendiagnosa kearah infeksi
toksoplasma.
Pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher yang dapat bertahan
selama beberapa bulan.Jika penyakit berlanjut maka dapat menimbulkan komplikasi
berupa radang paru (Pneumonia), radang pada jaringan otot jantung (miokarditis),
radang pada selaput luar jantung (perikarditis), dan lainnya. (http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=toksoplasma&source=web&cd=1&ved=0CDUQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.solopos.com%2F2010%2Fchannel%2Fnasional%2Fmengenal-lebih-jauhtentang-toksoplasma-11378&ei=AP
PT9bJEMPOrQeG56mPBQ&usg=AFQjCNEivAYxeG25fewlC_zCam6Q_GCwjg)
F. Epidemiologi
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, sekitar 40 persen wanita hamil mengidap
toksoplasma pada awal kehamilan, janin yang dilahirkan akan terinfeksi dan padan 15
persen mengalami abortus atau kelahiran dini. Sebanyak 17 persen janin terinfeksi pada
trimester pertama, 24 persen pada trimester kedua dan 62 persen pada trimester ketiga.
Hasil penelitian lain juga menyatakan bahwa 90 persen bayi yang terinfeksi bisa
lahir dengan normal, walaupun 80-90 persen bayi tersebut dapat menderita gangguan
penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah lahir, dan 10
persen dapat mengalami gangguan pendengaran. (ibudananak.com)
Riset tentang kejadian infeksi Toksoplasma yang ada dilakukan di Norwegia pada
35.940 wanita hamil menggambarkan: 10,9% wanita terinfeksi sebelum kehamilan dan
0,17% terjangkit infeksi selama kehamilan. Artinya, 1 dari 10 ibu hamil berisiko
mengidap infeksi Toxoplasma gondi.

Angka kejadian infeksi primer dalam kehamilan kira kira 1 : 1000. dalam
kehamilan , sehingga pemeriksaan skrining pada setiap ibu hamil secara rutin tidak
dianjurkan. Pemeriksaan pada ibu hamil yang berisiko seperti memelihara kucing,
burung, hewan pengerat. (http://drprima.com/kehamilan/kelainan-bawaan-janin-akibatinfeksi-toksoplasma.html)
Toksoplasma pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada syaraf, mata, serta
kelainan sistemik seperti pucat, kuning, pucat, pembesaran hati dan limfa atau
pendarahan. Gangguan fungsi saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan
psikomotor dalam bentuk retardasi mental (Gangguan kecerdasan maupun keterlambatan
perkembangan bicara), serta kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan
keterlambatan perkembangan motorik.
Infeksi pada bayi juga berpotensi mengakibatkan cacat bawaan, terutama bila
terjadi pada usia kehamilan awal sampai tiga bulan. Toksoplasma juga dapat
menyebabkan encephalus (tidak memiliki tulang tengkorak), Hydrocephalus
(pembengkakan kepala) dan bahkan kematian. (http://namanakbayi.com/ibu-hamilperlukah-pemeriksaan-toksoplasma-apa-akibatnya-bagi-janin)
G. Mendiagnosis toksoplasmosis
Diagnosis toksoplasma dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dari gejala klinis,
pemeriksaan darah atau jaringan tubuh penderita, dan pemeriksaan serologis. Diagnosis
dari gejala klinis kadang kala agak sulit, dikarenakan sebagian penderita tidak
menunjukkan gejala apapun (asimptomatik).
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditentukan parasit didalam jaringan atau cairan
tubuh penderita. Hal ini dilakukan dengan cara menemukan secara langsung parasit yang
diambil dari cairan serebrospinal atau hasil biopsi jaringan tubuh yang lainnya. Namun
diagnosis berdasarkan penemuan parasit secara langsung jarang dilakukan karena
kesulitan dalam hal pengambilan sesimen yang akan diteliti.
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan dasar bahwa antigen toksoplasma akan
membentuk antibodi yang spesifik pada serum darah penderita. Beberapa pemeriksaan
serologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis toksoplasmosis antara lain:
1. Complement Fixation test
2. Dye test Sabin Feldman, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks, aglutinasi
dimodifikasi dan fiksasi komplemen.
3. Reaksi Flouresensi antibody, deteksi IgG atau IgM. IgM spesifik tes yang dilakukan
bila diperlukan untuk menentukan waktu infeksi, misalnya dalam sebuah pregnansi.
Sebuah tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru, tetapi
tes IgM positif sulit untuk menginterpretasikan.IgM spesifik toksoplasma dapat
ditemukan hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.
4. Indirect Hemagglutination test, untuk IgM atau IgA
5. Enzyme Linked ImunnoSorbent Assay (ELISA), untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA
atau antibodi IgE
H. Terapi Toksoplasma
Kebanyakan penderita toksoplasmosis dapat sembuh tanpa diberikan pengobatan.
Pada beberapa penderita dengan gejala toksoplasmosis yang berat atau penderita
toksoplasmosis dengan penurunan sistem kekebalan tubuh, maka diperlukan pengobatan
dengan kombinasi antibiotik pirimetamin dan sulfadiazone. Pirimetamin oral 25 mg

sehari bersama dengan sulfadiazine oral 1 gram sehari selama 28 hari. Bersama itu
diberikan asam folat 6mg intrmuscular atau oal 3 kali semingg. Selama pengobatan
dilakukan pemeriksaan darah tepi 2 kali seminggu. Pemberian pirimetamin tidak
dianjurkan pada kehamilan trimester pertama, sedangkan sulfadiazine tidak boleh
diberikan pada bayi cukup bulan, dapat juga diberikan spiramisin dengan dosis 3 gram
sehari selama 3 minggu, diulangi dengan interval 2 minggu sampai kehamilan cukup
bulan. Kadang diberikan kortikosteroid, Contohnya prednisone 1-2 mg/kg/berat
badan/hari oral, diberikan 2kali sehari selama proses peradangan, kemudian dosis
diturunkan. Wanita yang sudah pernah terinfeksi toxoplasma boleh hamil kembali bila
diyakini tidak sedang terinfeksi toxoplasma.
Pada ibu hamil dengan toksoplasmosis biasanya diberikan terapi dengan antibiotik
spiramisin. Pengobatan ini diharapkan dapat mengatasi infeksi toksoplasma pada ibu
serta mengurangi resiko terjadinya toksoplasmosis kongenital pada bayi.
I. Pencegahan Toksoplasama
1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum
dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma
gondii.
b. Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan
kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja
dan sebelum makan.
2. Lakukan Pemeriksaan terhadap binatang peliharaan anda di rumah, seperti kucing ,
burung, ikan, kelinci dan anjing untuk mengetahui apakah mereka memiliki infeksi
aktif atau tidak. Jika binatang peliharaan anda ternyata memiliki infeksi aktif, titipkan
mereka ke tempat pemeliharaan atau pada teman sekurangnya selama 6 minggu (yaitu
dimana masa infeksi dapat ditularkan). Jika mereka bebas dari infeksi, biarkan
mereka seperti biasanya dengan tidak membiarkan mereka memakan makan daging
mentah,

pergi keluar rumah, memburu tikus atau burung, atau betmain dengan

binatang lain. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus.


3. Mintalah seseorang untuk membersihkan kandang dan kotorannya. Bila anda harus
melakukannya sendiri, gunakan sarung tangan dan cuci tangan anda setelah selesai.
Kadang harus dibersihkan setiap hari karena oosit yang memindahkan penyakit akan
sangat menular dengan berjalannya waktu. Feses kucing dapat dibakar atau dikubur.
4. Gunakan sarung tangan jika anda berkebun. Jangan berkebun di tanah yang terkena
kotoran kucing, juga jangan biarkan anak bermain di pasir yang terkena kotoran
kucing.
5. Cuci buah dan sayur terutama yang ditanam sendiri dengan sabun pencuci piring,
bilas bersih bersih.
6. Jangan makan daging mentah atau daging yang kurang matang. Bila makan di
restaurant pesanlah daging yang matang penuh.
7. Termometer daging yang anda masak atau rebus. Minimal harus menunjukkan 70C.
(Kista ini dilingkungan dapat hidup sampai beberapa bulan . dan dia tahan terhadap
desinfektan, freezing dan drying, tapi dia akan mati pada suhu 70 derajat C dalam 10
menit).

8. Jika anda sedang hamil lakukan pemeriksaan rutin untuk menghindari dan
mengantisipasi jika terkena toksoplasma.
9. Penderita AIDS yang telah menderita toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus
menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine
dan asam folinic.
(ibudananak.com)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit toksoplasma merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali
luput dari pengamatan

dokter. Padahal akibat yanmg ditimbulkannya memberikan

beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati ataupun cacat kongenital.
Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas
IgG dan IgM terhadap toksoplasmagondii akan dapat diketahui ststus penyakit
penderita.

2. Toksoplasmosis disebabkan oleh agen infeksi Toxoplasma gondii suatu protozoa


intraseluler coccidian pada kucing, masuk dalam famili Sarcocystidae dan kelas
sporozoa.
3. Dianjurkan untuk memeriksaan dini secara berkala pada wanita hamil trimester
pertama akan kemungkinan akan terinfeksi dengan toksoplasmosis.
4. Tanda-tanda

yang

terkait

dengan

toksoplasmosis

tanpa

gejala.

pasien

mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan


demam, malaise, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. myositis,
miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah,
perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis.
5. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil, memperhatikan
makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing liar, dan
pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.
6. Pengobatan

dapat

dilakukan

dengan

memberi

Pyrimethamine

(Daraprim)

Sulfadiazine dan asam folinik.


7. Prognosis Toxoplasmosis adalah dapat menimbulkan cacat dan kematian, namun
dapat disembuhkan dengan pengobatan yang adekuat.
B. Saran
1. Diagnosis secara laboratoris dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap
toksoplasmagondii sebaiknya gratis dengan bantuan pemerintah karena bisa menekan
angka kejadian penyakit toksoplasma.
2. Perlu dikembangkan lagi penelitian tentang perilaku toksoplasma gondii, agar bisa
menciptakan teknologi yang modern guna membrantas terjadinya penyakit
toksoplasma yang fatal.
3. perlu peningkatan penyuluhan tentang toksoplasma supaya ibu-ibu sadar dan mau
memperhatikan kesehatan kehamilan mereka terhadap penyakit toksoplasma.
4. Apabila terjadi hal-hal yang menjurus ke gejala toksoplasma, maka lebih baik
langsung ke dokter guna pemeriksaan lebih lanjut.
5. Kebersihan lingkungan dan diri pribadi sebaiknya di tingkatkan agar tidak mudah
terkena penyakit.
6. Sebaiknya obat-obat untuk toksoplasma harga nya relatif murah supaya terjangkau
oleh semua kalangan masyarakat.
7. Apabila orang yang sudah terkena penyakit toksoplasma sebaiknya patuh terhadap
resep dokter yang telah diberikan agar tidak sampai ke tahap mortality atau kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Adyatma, 1980. Kebijaksanaan Pemberantasan Penyakit Parasit di Indonesia. CerminDunia
Kedokteran, 1-4.
Hiswani. Toxoplasmosis Penyakit Zoonis Yang Perlu Diwaspadai Oleh Ibu Hamil. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=toksoplasma&source=web&cd=1&ved=0CDUQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.solopos.com%2F2010%2Fchannel%2Fnasional%2Fmengenal-lebih-jauhtentang-toksoplasma-11378&ei=APPT9bJEMPOrQeG56mPBQ&usg=AFQjCNEivAYxeG25fewlC_zCam6Q_GCwjg

http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=toksoplasma&source=web&cd=9&ved=0CFsQFjAI&url=http%3A%2F
%2Fibudananak.com%2Findex.php%3FItemid%3D9%26id%3D263%26option
%3Dcom_content%26task%3Dview&ei=APPT9bJEMPOrQeG56mPBQ&usg=AFQjCNECLNzxIGYInSk3wq6hvwNK_sKbsQ
http://www.yulissamoa.com/toksoplasma
http://namanakbayi.com/ibu-hamil-perlukah-pemeriksaan-toksoplasma-apa-akibatnya-bagi-janin
http://jagakesehatan.wordpress.com/2008/09/05/mengenal-gejala-dan-pengobatan-toksoplasma/
http://www.google.co.id/#q=toksoplasma&hl=id&prmd=imvns&psj=1&ei=tQKQT_DCI9HNrQ
f5qYyKBQ&start=10&sa=N&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=3333fd826b58b9f6
http://drprima.com/kehamilan/kelainan-bawaan-janin-akibat-infeksi-toksoplasma.html
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c4.pdf
Konishi.E ; R. Sato ; T. Takao ; S. Ananda., 1987. Prevalense of antibodies to Toxoplasma
gondii among meat animals.laughtered at an abattoir in Hyogo Prefecture. Japan. Japanese
J.Parasitol.16: 277.
Levine. N.D. 1990.
Yogyakarta .

Buku Pelajaran Parasitologi veteriner. Universitas Gajah Mada Press,

Remington, J.S and Desmonts, G., 1983. : Toxoplasmosis. Remington, J.S; Klein, J.O. (eds):
Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant., W.B Saunders Co. Philadelphia.
London.Toranto.
Sasmita.R ; R. Ernawati ; S. Witjaksono. 1988. Perbandingan titer antibodi terhadap Toxoplasma
gondii pada Kucing di beberapa Rumah Sakit dan Pasar di Surabaya. Kumpulan Makalah
Pertemuan Ilmiah Regional Parasitologi Kedokteran II. FK Univ. Udayana, Denpasar.
Soedarto. 2008. Pengobatan Penyakit Parasit. Sagung Seto. Surabaya.
W.H.O. 1979.Parasitic Zoonosis. Report of A WHO Expert Committee With The Participation of
FAO. WHO Technical Report Series 637: 35.
Zaman.V and Keong. 1988. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Bina cipta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai