sendiri.
b. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari
atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat
vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
3. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju
arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung.
Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan
kecuali paru-paru.
Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang
menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga
ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
Katup Jantung:
Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar
ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003:
229-230)
kanan
jantung
menerima
darah
terdeoksigenasi
dari
tubuh
dan
8. Sirkulasi Koroner
1. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup
semilunar aorta
a. cabang utama dari arteri koroner kiri ;
kiri.
Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel
kiri.
2.
Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi
jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung
c.
d.
e.
Diastole ventricular
(1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan
Bunyi jantung
a. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat
didengar melalui stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V
menutup dan dup mengacu pada saat katup semilunar menutup.
b.
Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding
jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat
didengar jika bunyi jantung diperkuat melalui mikrofon.
c.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar
yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena
defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat
aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang
memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
4.
Frekuensi jantung
a.
b.
c.
5.
(2)
6.
Curah Jantung
a.
Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua
ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung
per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki
berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.
b.
c.
(1)
jantung
adalah
kemampuan
jantung
untuk
memperbesar curahnya.
(2)
(b)
(c)
(3)
(b)
(c)
(d)
(4)
Faktor-faktor
yang
mengurangi
aliran
balik
vena
dan
(b)
(c)
(5)
(b)
Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta
cairan interstisial mempengaruhi frekuensi dan curah
jantungnya.
(c)
(d)
Penyakit kardiovaskular.
darah
koroner,
pada
akhirnya
akan
2.
Dua
bunyi
jantung
sebanding
dengan
satu
denyut
arteri.
terdengar
suara
ketukan
yang
singkat
dan
keras.
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang denyut
yang disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak apabila
gelombang gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan
tangan. Juga terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri pulmonalis
yang ditimbulkan oleh penutupan katup pulmonaris (Ganong, 2002:542545).
Decompensasi
cordis
adalah
kegagalan
jantung
dalam
upaya
Decompensasi
kordis
adalah
suatu
keadaan
dimana
terjadi
Gagal
jantung
fungsi jantung
adalah
berakibat
suatu
keadaan
jantung
patofisiologis
gagal
adanya
memompakan
darah
kelainan
untuk
Adapun klasifikasi
Decompensasi Cordis adalah, gagal jantung kanan dangagal jantung kiri (Tambayong,
2000).
1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri
Dengan
berkurangnya
curah
jantung
pada
gagal
jantung
mengakibatkanpada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari
keadaankeadaan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah
lagimengakibatkan
tekanan
distol
semakin
tinggi,
makin
lama
terjadi
biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi danmenjadi lebih panjang yang lebih
dikenal asma kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler
makin meninggi cairan transudasimakin bertambah akan keluar dari saluran
limfatik karena ketidakamampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg)
sehingga akantertahan dijaringan intertissiel paru-paru yang makain lama akan
menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran udara mengakibatkan udema paru
disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih dikenal dengan syok
cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi lemah dan rendahserta
perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang
berakibat kematian.
2. Decompensasi cordis kanan / gagal jantung kanan
Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memeompa
melawantekanan
yang
naik
pada
sirkulasi
pada
paru-paru,
berakibat
venakapa
adalahudemaperifer,
superior dan
inferiordan
tampak
hepatomegali,
splenomegali,
dan
gejal yang
tampak
ada
nyata
penurunantekanan darah yang cepat. Hal ini akibat vetrikel kanan pada saat sisitol
tidakmampu memompa darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan
akhirdiastolik
ventrikel
kanan
makin
meningkat
demikian
pula
II.
Pasien
dengan
aktivitashanya
penyakit
sedikit,
jantung
akan
tetapi
yang
jika
menimbulkan
hambtan
ada
berlebih
kegaiatn
IV.
C. Etiologi
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
aterial, dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.
2. Arterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerasi
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (mis., stenosis katup
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis., temponade
pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan
jantung abnormal (mis., insufiensi katup AV). Peningkatan mendadak afterload
akibat meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi Maligna ) dapat
menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi miokardial.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (mis., demam, tirotoksikosis),
hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolic) dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia
jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal
jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
D. Patofisiologi
Penyebab Decompensasi Cordis yaitu mekanisme yang mendasari gagal jantung
meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal, bila curah jantung berkurang system
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi
jaringan yang memadai maka volume sekuncuplah yang harus menyesuaikan diri
untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung masalah utamanya
adalah kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu
dipengaruhi tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload , jika salah satu dari
ketiga factor tersebut terganggu maka curah jantungnya akan berkurang. Curah
F. Komplikasi
1. Syok Kardiogenik
2. Episode Tromboembolik
G. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia
sankerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi
atrial.Kenaikan
segmen
ST/T
persisten
minggu
atau
lebih
setelah
jantung
Tekanan
bnormal
merupakan
indikasi
dan
membantumembedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup
atauinsufisiensi,
Juga
disuntikkankedalam
mengkaji
ventrikel
potensi
arteri
menunjukkan
kororner.
ukuran
Zat
bnormal
kontras
dan
Urea
Nitrogen,
Kreatinin
peningkatan
blood
nitrogen
H. Penatalaksanaan
Bertujuan :
1. Menurunkan kerja jantung
2. Meningkatkan gurah jantung dan kontraktilitas miocard
3. Menurunkan retensi garam dan air
Pelaksanaannya meliputi :
1. Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti
tahap akut dan sulit disembuhkan.
2. Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung
3. Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan
aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe
berat.
4. Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien
dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera
memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik
vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah
hemodinamik segera.
5. Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
6. Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat
frekwensi ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.
I.
Pencegahan
Banyak cara pencegahan gagal jantung. Pencegahan gagal jantung bisa dilakukan
dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder maupun pencegahan tersier.
Pencegahan gagal jantung harus dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan.
1. Pencegahan primordial
Pencegahan primordial ditujukan pada masyarakat yang belum tampak
adanya resiko gagal jantung. Upaya ini bertujuan memelihara kesehatan
setiap orang yang sehat agar tetap sehat dan terhindar dari segala jenis
penyakit termasuk penyakit jantung. Cara hidup sehat merupakan dasar
pencegahan primordial penyakit gagal jantung seperti mengkomsumsi
makanan sehat, tidak merokok, berolah raga secara teratur, meghindari stress,
seta memelihara lingkungan hidup yang sehat.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan
primer
ditujukan
pada
masyarakat
yang
sudah
menunjukkan adanya faktor risiko gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan
dengan membatasi komsumsi makanan yang mengandung kadar garam
tinggi, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, mengontrol
berat badan dengan membatasi kalori dalam makanan sehari-hari serta
menghindari rokok dan alkohol.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal
jantung bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke stadium yang
lebih berat. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan diagnosa gagal
jantung,tindakan pengobatan denagn tetap mempertahankan gaya hidup dan
mengindari faktor resiko gagal jantung.
4. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih
berat atau kematian akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat
berupa latihan fisik yang teratur untuk memperbaiki fungsional pasien gagal
jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Bruneer and Suddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.2.
Jakarta: EGC