Anda di halaman 1dari 21

Oral Biologi 3

Kompleks Dentin Pulpa, Istilah-Istilah Dentin (Dentin Reparatif, Reaksioner,


Peritubuler, Intertubuler, Interglobular)

Disusun oleh:
Sheilladelia Shavira

(04121004067)

Khairanisa Trisna A

(04121004068)

Catharine Swasti Ambarini

(04121004069)

Siti Firdha Bimariska

(04121004070)

Intan Ardita

(04121004071)

Karlina Dwi Putri

(04121004072)

Dosen Pembimbing:
drg. Shanty Chairani, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

A. Kompleks Dentin Pulpa


Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi
perpanjangan sitoplasma odontoblas. Prosesus odontoblas yang terdapat
dalam tubulus dentin membuat dentin merupakan suatu jaringan hidup.
Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan hidupnya
bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan pulpa.
Jaringan

pulpa

adalah

jaringan

gigi

yang

berdiferensiasi

dari

ektomesenkim yang menghasilkan komponen dentin. Istilah kompleks


dentin-pulpa memperlihatkan betapa intimnya hubungan antara dentin dan
pulpa ini secara anatomik dan fisiologik. Seperti halnya jaringan vital lain
di dalam tubuh, kompleks dentin-pulpa ini mampu mempertahankan
dirinya. Keadaan jaringan ini setiap saat bergantung pada keadaan
keseimbangan antara kekuatan yang mengganggu dengan reaksi
pertahanan yang mampu dibuatnya.
Di bagian bawahnya, dentin menjadi atap bagi rongga pulpa. Pulpa
merupakan suatu rongga yang berisi pembuluh darah dan persyarafan bagi
gigi. Oleh karena itu, secara anatomis dentin sangat berhubungan erat
dengan jaringan pulpa, karena dentin dan pulpa memiliki jaringan
penyusun yang sama, maka disebutlah kompleks dentin pulpa.

(Gambar 1. Kompleks dentin pulpa)

(gambar 2. Dentin dan pulpa jaringan penyusunnya berasal dari papilla


dentis)

B. Macam-macam Istilah Dentin


1.

Dentin primer
1. Dentin Primer: semua dentin dibentuk sebelum penyelesaian pembentukan
akar.
2. Dentin yang dibentuk sewaktu masih dalam kandungan.
3. Dibentuk secara cepat selama proses pertumbuhan dan perkembangan gigi,
dibentuk sebelum foramen apical sempurna.
4. Mineralnya lebih banyak dibandingkan dentin sekunder.
5. Terletak pada tepi/mengelilingi ruang pulpa.
6. Dua Jenis: dengan semua kolagen di dentin diproduksi oleh odontoblasts.
7. Lapisan terluar dari dentin primer yang disintesis pada awal pembentukan
dentin (dentinogenesis) disebut mantle dentin.
8. Mantle dentin hanya sedikit sekali menganung mineral dibandingkan
lapisan lain dari dentin primer (circumpulpal dentin), dibentuk setelah
mantle dentin.
9. Mantle Dentin (M) adalah daerah pembentukan matriks dentin awal dan
dentin yang terbentuk pertama kali. Ten Cate dan Gartner menemukannya
di dua tempat, yaitu di mahkota tepat di bawah DEJ dan akar gigi. Mantle
Dentin memiliki ketebalan ~20 mikrometer dan sedikit

kurang

termineralisasi dibandingkan circumpulpal dentin. Seratnya tegak lurus


terhadap DEJ di mahkota. Terbuat terutama dari bundel kasar besar tipe I
kolagen. Namun tanda pertama pembentukan dentin mengandung serat
von Korff, yang berdiameter besar Tipe I fibril kolagen.
10. Circumpulpal dentin membentuk massa yang tersisa dari dentin primer
dengan penyumbang terbesar terhadap dentin primer. Serat kolagen jauh
lebih sempit (tebalnya 0,05 mikrometer) dibandingkan mantel dentin. CD
lebih termineralisasi daripada mantel dentin. Hal ini lebih kompak diatur
serat kolagen dibandingkan mantel dentin.

2.

Dentin sekunder
1. Dentin yang terbentuk karena pacuan-pacuan yang dialami oleh
odontoblast.
2. Memiliki struktur yang tidak beraturan (irregular dentin)
3. Hanya sedikit mengandung mineral daripada dentin primer
4. Lebih keras dan lebih opaque sehingga kuman/bakteri tidak dapat
masuk/dapat diminimalis.
5. Semua

dentin

yang

diproduksi setelah pembentukan akar

atau

penyelesaian, tidak terbentuk sebagai respon terhadap trauma.


6. Band sempit dentin sekitar ruang pulpa dan dibentuk setelah akar selesai
terbentuk.
7. Dibentuk pada tingkat lebih lambat dari dentin primer.
8. Berisi tubulus dentin kurang dari primer.
9. Biasanya ada sebuah tikungan ke arah dari mana tubulus primer dan
sekunder bertemu.

3.

Dentin Sclerosis
1. Deposisi alami dari mineral dalam tubulus yang menghasilkan oklusi
tubulus dentin dan tebal lapisan dentin peritubular.
2. Sangat termineralisasi
3. Tubulus menjadi lebih kecil dengan diameter dan kurang permeabel dan
sehingga mengirimkan rangsangan ke tingkat yang lebih rendah

Setelah erupsi, sebagai reaksi untuk pembusukan karies atau abrasi, di


bawah garis calciotraumatic yang diartikan sebagai gangguan dentinogenesis
normal, dentin reaksioner atau tersier terbentuk. Dentin tersier adalah dentin yang
terbentuk pada proses patologis yang diklasifikasikan menjadi dentin reaksioner
dan dentin reparatif.

4.

Dentin Reparatif
Dentin reparative dikenal sebagai dentin ireguler atau dentin tersier,

disusun oleh pulpa sebagai suatu respon prtotektif terhadap rangsangan yang
membahayakan

rangsangan ini dapat diakibatkan karena keries, prosedur

operatif, bahan restorative, abrasi, erosi, atau trauma. Pembentukan dentin tersier
adalah suatu mekanisme pertahanan utama. Proses ini terjadi secara alamiah untuk
menutup luka atau penyakit tubulus dentin di permukaan pulpa, sehingga dapat
menghilangkan efek atrisi, karies, dan bentuk lain dari trauma. Dentin reparatif
terbentuk bukan karena hasil dari aktivitas odontoblas atau sel yang terkait, tapi
secara khusus berasal dari pulp progenitor, yang terlibat dalam pembentukan
bone-like atau dalam struktur yang kurang mineralisasi (pulp diffuse
mineralization atau batu pulpa). Struktur tersebut lebih mirip dengan tulang
daripada dentin. Pembentukan dentin reparatif jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan pembentukan dentin reaksioner karena adanya keterlibatan progenitor sel
yang bermigrasi dan mengalami diferensiasi untuk membentuk sel odontoblastlike yang mensintesis dentin reparatif.
Sebagian besar dentin tersier yang ada dapat melindungi pulpa, hal ini
disebabkan karena biasanya tidak ada kontinuitas antara tubulus di dalam dentin
primer dan tubulus di dalam dentin tersier. Selain itu dinding tubulus sepanjang
pertautan dentin primer dan tersier mengecil dan sering tertutup. Dengan
demikian zona pertautan ini akan membatasi difusi iritan kedalam pulpa. Namun

dentin tersier yang kualitasnya rendah tidak bisa memberikan proteksi seperti ini.
Ketika pulpa terinflamasi akibat adanya iritasi, dentin tersier yang terbentuk
sering mengandung tempat-tempat kosong (void) tempat terperangkapnya
jaringann lunak sehingga tampilan dentin terlihat seperti keju swiss (gambar
21.3). Jika dentin dipotong dengan kecepatan tinggi tetapi disertai semprotan air
sebagai pendingin maka pembentukan dentin tersier akan menurun karena
diminimalkannya trauma terhadap pulpa.

Dentin Reaksioner
Pembentukan dentin reaksioner adalah suatu mekanisme pertahanan
utama. Proses ini terjadi secara alamiah untuk menutup luka atau penyakit tubulus
dentin di permukaan pulpa, sehingga dapat menghilangkan efek atrisi, karies, dan
bentuk lain dari trauma. Dentin reaksioner muncul baik sebagai lapisan tipe
osteodentin, atau sebagai orthodentin tubular atau atubular, tergantung kecepatan
dan tingkat keparahan serangan karies, perkembangan reaksi dan usia pasien.
Dentin tersebut dapat juga menjadi respon fisio-patologis untuk pelepasan
beberapa komponen tambalan material gigi, monomer bebas resin, atau merkuri
amalgam perak. Dentin reaksioner disintesis oleh odontoblas, atau jika sel-sel ini
diubah, lapisan ini diproduksi oleh sel-sel yang terletak di bawah lapisan Hoehl's,
dikeluarkan untuk divisi terakhir preodontoblas, yang mana merupakan progenitor
laten dewasa.

Sekresi dari dentin tersier


reaksioner dibawah potongan
tubulus dentin dari sebuah
preparasi yang belum mengenai
pulpa. (a) Formasi dentin
reaksioner, (b) odontobals sel
yang berhubungan dengan sekresi
dentin reaksioner, (c) sekresi
normal odontoblas, (d) matriks
predentin dan (e) matriks
fisiologis dentin sekunder.

Dentin Peritubuler
Dentin peritubuler

merupakan silinder

tipis

termineralisasi

yang

mengelilingi lumen (rongga) tubulus. Penampang melintang dari tubulus dentin


dapat secara langsung menggambarkan keadaan dentin peritubuler. Dentin
peritubuler memiliki lebih banyak mineral yang telah dibuktikan

dengan

mikroskop elektron, analisis mikroba elektron dan "soft-x ray" radiograps namun
kandungan fibers collagennya lebih sedikit dibandingkan dentin intertubuler dan
biasanya pada gigi hewan pengerat diperkaya oleh protein matriks noncollagens
seperti DSP. Gambaran radiografis menunjukkan terjadinya peningkatan densitas
mineral pada dentin peritubuler.
Dentin peritubuler membentuk dinding-dinding dari tubulus-tubulus pada
semua dentin. Deposisi dentin peritubuler yang terus-menerus menyebabkan
penurunan ukuran tubular lumen. Beberapa peneliti mempercayai bahwa dinding
tubulus yang terkalsifikasi memiliki lamina limitans (an inner organic lining).
Lamina limitans merupakan membran tipis organik yang memiliki kandungan
glycosaminoglycan (GAG) yang tinggi. Dentin peritubuler dibentuk setelah
terjadinya pembentukan dentin intertubuler. Pembentukan terjadi di dalam tubulus
dentin. Karena dentin peritubuler mempunyai matriks organik dengan serabut
kolagen yang lebih sedikit dari intertubuler, maka dentin peritubuler ini bersifat
lebih bermineral dan lebih keras. Bila pulpa bertambah tua, deposisi dentin
peritubuler yang terus menerus dapat melenyapkan tubuli dentin di sebelah

perifer. Pelenyapan tubuli ini menghasilkan pembentukan dentin sklerotik yang


kelihatan seperti kaca di bawah penyinaran. Skelrosis mengurangi permeabilitas
dentin dan dapat digunakan sebagai mekanisme peindung-pulpa. Rangsangan
ringan yang berlangsung sebentar dapat mempercepat produksi dentin peritubuler
dapat menghasilkan sklerotik di bagian perifer jadi dapat mengurangi
permeabilitas dentin dan menaikan perlindungan pulpa.

Pict. 2: pemotongan longitudinal (membujur) pada dentin menggambarkan


tubulus dentin yang terbuka. Panah menunjukkan ketebalan mantle
peritubuler dentin. (d) menunjukkan Intertubuler dentin. (Elektron
micrograph x7000)
(Sumber: Textbook of dental and oral histology with embryology with
MCQ.Satish Chandra.new delhi.2004. ISBN: 81-8061-238-4)

Pict. 3: Penampang melintang dari tubulus dentin menunjukkan ketebalan


mantle peritubuler dentin (ditunjukkan panah), dan Intertubuler dentin (d).
(Electron micrograph x23.000)
(Sumber: Textbook of dental and oral histology with embryology with
MCQ.satish Chandra.new delhi.2004. ISBN: 81-8061-238-4)

Dentin Intertubuler

Dentin yang terletak diantara Dentin Tubulus

Dentin termineralisasi. Kalsifikasi: tinggi, dibentuk oleh odontoblast melalui


proses mineralisasi predentin, dimana dentin peritubuler dibentuk pada
bagian perifer di dalam dinding dentin tubulus.

Dentin ini merupakan produk sekresi primer dari odontoblast

Terdiri dari jalinan ketat dari serat kolagen tipe I dimana Kristal apatit
dideposit

Matriks organik dan mengikat air

Gambar 1. A. dentinal tubulus; B. intertubular dentin; C. peritubular dentin

Gambar 2. A, Intertubulardentin; B, Peritubulardentin; C, Dentinal tubule

Dentin Interglobuler
Pada gambar dentin di bawah terlihat beberapa daerah yang tampak tidak
padat atau kosong/tampak sebagai bercak-bercak hipokalsifikasi. Pada gambar
nampak sebagai bercak hitam yang berderet pada daerah di sekitar dento enamel
junction. Daerah ini dinamakan dentin interglobuler.

Dentin interglobuler adalah daerah pada dentin yang tidak termineralisasi


atau hipomineralisasi. Dimana area globular tidak menyatu sehingga tampak
seperti ruang kosong. Dentin interglobuler terletak di antara mantle dan
circumpulpal dentin.

Interglobular sering diperdebatkan kemiripannya dengan Tomes granular


layer (TGL), dan beberapa studi menyatakan bahwa keduanya identik hanya
berbeda ukurannya saja, sedangkan penelitian yang lain menyebutkan bahwa
dentin interglobuler adalah daerah hipomineralisasi mirip predentin bukan TGL.

Hanya sedikit yang diketahui dari karakteristik komponen mineral yang


terkandung dalam interglobular, diduga area ini mengandung sedikit kalsium (Ca)
dan fosfor (P), tapi kaya akan PGs sulfat dibandingkan dentin yang termineralisasi
normal.

Dentin intreglobuler adalah daerah dimana zona globular gagal berfusi


sesamanya di dalam dentin dewasa. Daerah ini sering terdapat pada gigi pasien
yang mengalami defisiensi vitamin D atau terkontaminasi fluoride dalam jumlah
tinggi selama pembentukan dentin.
Zona interglobular bisa menahan atau mengurangi beban elastic, atau
didefinisikan sebagai pengatur tegangan. Hal ini bisa memungkinkan bahwa
dengan jaringan dengan kepadatan rendah ini berfungsi untuk meningkatkan
kekuatan dentin (pada dasarnya melindungi sebagian besar dentin dari beban yang
didapat email) sebagai bagian dari dentin lunak. Dentin yang terletak di bawah
email lebih lunak, dan mempunyai modulus lebih rendah (dalam menerima
tekanan).

Faktanya zona interglobular mengandung sedikit dentin peritubuler


memiliki kandungan mineral yang rendah sehingga menjamin sifat kekakuan
menjadi lebih rendah. Jika demikian, maka ketika gigi menerima tekanan, cairan
akan menekan ke dalam tubulus menyebabkan sensasi pada pulpa. Seperti fungsi
dentin interglobuler (sebagai sumber cairan yang akan menembus ke dalam
tubulus) membuat pemahaman konsep bahwa dentin menjadi salah satu bagian
dari sistem perasa/sensasi bahkan sangat penting.

Perbedaan dentin pada akar dan dentin pada mahkota


Dentin akar

Dentin mahkota

Bagian terluar dilapisi oleh sementum

Bagian terluar dilapisi enamel

Permeabilitas lebih rendah dari dentin Permeabilitas lebih tinggi dari dentin
mahkota

akar

Dentin di bawah sementum selalu Seluruh dentin terklasifikasi


terdapat

bintik-bintik

yang

tidak

teremineralisasi yang disebut lapisan


granular tomes

Perbedaan Dentin secara Histologis

Dentin Primer

Mantel dentin

Mantle Dentin

(semua dentin dibentuk

memiliki ketebalan ~20

sebelum penyelesaian

mikrometer sedikit

pembentukan akar,

kurang termineralisasi

terbentuk sewaktu masih

dibandingkan

dalam kandungan)

circumpulpal dentin.

Seratnya tegak lurus


terhadap DEJ di
mahkota.

Terbuat terutama dari


bundel kasar besar tipe
I kolagen, tanda
pertama pembentukan
dentin mengandung
serat von Korff, yang
berdiameter besar Tipe
I fibril kolagen.

Dentin

sirkumpulpal

Serat kolagen jauh


lebih sempit (tebalnya
0,05 mikrometer)
dibandingkan mantel
dentin.

CD lebih
termineralisasi
daripada mantel dentin.

serat kolagen lebih


kompak dan teratur
dibandingkan mantel

dentin.
Dentin Peritubular

terbentuk dari dinding


tubulus dentin

melingkupi tubulus
dentin

Dentin Intertubular

Terletak diantara
tubulus dentin

Produk awal dari


odontoblas

Mengandung serat
kolagen tipe 1, tempat
cadangan Kristal apatit

Dentin Sekunder

Dentin yang terbentuk

(Dentin yang terbentuk karena pacuan-pacuan

karena pacuan-pacuan

yang dialami oleh odontoblast)

yang dialami oleh


odontoblast.

Memiliki struktur yang


tidak beraturan
(irregular dentin)

Hanya sedikit
mengandung mineral
daripada dentin primer

Lebih keras dan lebih


opaque sehingga
kuman/bakteri tidak
dapat masuk/dapat
diminimalis.

Biasanya ada sebuah


tikungan ke arah dari

mana tubulus primer


dan sekunder bertemu

Dentin Tersier

Dentin Reparatif

disusun oleh pulpa


sebagai suatu respon
prtotektif terhadap
rangsangan yang
membahayakan
(keries, prosedur
operatif, bahan
restorative, abrasi,
erosi, atau trauma)

Dentin Reaksioner

Disintesis oleh
odontoblas, atau jika
sel-sel ini diubah,
lapisan ini diproduksi
oleh sel-sel yang
terletak di bawah
lapisan Hoehl's

Dentin reaksioner
muncul baik sebagai
lapisan tipe
osteodentin, atau
sebagai orthodentin
tubular atau atubular

Dentin Sklerotik

Deposisi

alami

dari

mineral dalam tubulus


yang

menghasilkan

oklusi tubulus dentin


dan tebal lapisan dentin
peritubular.

Sangat termineralisasi

Tubulus menjadi lebih


kecil dengan diameter
dan kurang permeabel
dan

sehingga

mengirimkan
rangsangan ke tingkat
yang lebih rendah

Dentin interglobuler

dentin

yang

tidak

termineralisasi

atau

hipomineralisasi.

Dentin

interglobuler

terletak

di

mantle

antara
dan

circumpulpal dentin.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka Penulis membuat tabel


simpulan untuk membedakan masing-masing jenis dentin:
Fungsi

Asal

Dentin

Dentin

tersier

Reparatif

odontoblas rusak total

Dentin

Dentin

Reaksioner

odontoblas masih ada

Dentin

Bila pulpa bertambah dibentuk

Peritubuler

tua,

tersier

deposisi

bila Pulp progenitor

bila Odontoblas

setelah

dentin pembentukan

dentin

terjadinya
intertubuler.

peritubuler yang terus Pembentukan terjadi di dalam tubulus


menerus

dapat dentin.

melenyapkan

tubuli mempunyai matriks organik dengan

dentin

di

perifer.

Karena

dentin

peritubuler

sebelah serabut kolagen yang lebih sedikit dari


intertubuler, maka dentin peritubuler ini
bersifat lebih bermineral dan lebih
keras.

Dentin
Intertubuler

Mengikat air

produk sekresi primer dari odontoblast.

Daftar Pustaka
Edwina,

Sally

Joyston.

1991.

Dasar-dasar

Karies

Penyakit

dan

Penanggulangannya. Jakarta : EGC


Richard E. Walton, Mahmoud Torabinejad. 2003. Prinsip & Praktik Ilmu
Endodonsia. Jakarta : EGC
Chandra , Satish . 2004. Textbook of dental and oral histology with embryology
with MCQ. New Delhi.
Goldberg, Michel, Askok B. Kulkarni, Marian Young, dkk. 2012. Dentin:
Structure, Composition and Mineralization: The role of dentin ECM in dentin
formation and mineralization. NIH Public Access Front Biosci (Elite ed.). ; 3
:711-735.
Muray, P.E, A.A. Hafez, L.J. Windsor, dkk. 2002. Comparison of pulp responses
following restoration of exposed and non-exposed cavities. Journal of
Dentistry. vol. 30 : 213-222.

Anda mungkin juga menyukai