Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Implementasi Pancasila sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan lahir sebagai hasil dari upaya dengan segala kemampuannya
mempergunakan indera dan pikirannya untuk mengenal sesuatu yang ada atau sesuatu
yang mungkin ada di lingkungan sekitarnya atau kesimpulan-kesimpulan yang
ditangkap oleh indra manusia dan pikirannya menjadi pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan adalah tidak lain dari penerapan yang selogis mungkin dari
nalar Manusia ( Joesoep, 1986 ; 21). Dengan demikian bahwa pengetahuan yang
diperoleh melalui proses atau alur pemikiran yang logis akan melahirkan ilmu.
Mengenai kelahiran atau asal muasal ilmu pengetahuan teradapat dua pendapat .
Pendapat pertama menyatakn bahwa ilmu itu lahir dari filsafat atau didahuluinya
adanaya filsafat. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu senantiasa dirintis oleh
filsafat. Oleh karena itu untuk dapat memahami ilmu terlebih dahulu perlu dipahami
filsafat. Bahkan dahulu ilmu pengetahuan identic dengan filsafat yang mempunyai
corak mitologik dengan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada diterangkan
( Kasmadi, 1990 ; 12)
Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ilmu pengetahuan lahir dari
kemampuan rasionalitas manusia sehingga yang menjadi dasar adalah relitas yang
ditangkap oleh indra dan rasionalitas manusia yang kemudian melahirkan berbagai
macam bidang ilmu pengetahuan.
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan ilmu pengetahuan telah
memberikan dampak yang positif maupun negative dalam kehidupan manusia. Di
satu sisi manusia dapat memperoleh banyak manfaat dan kemudahan. Namun, di sisi
lain juga banyak golongan masyarakat yang dirugikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang begitu pesatnya.Sebagai contoh, maraknya penyalahgunaan bahanbahan kimia yang sebenarnya dibuat sebagai pengawet bahan-bahan yang tidak
untuk dikonsumsi, justru saat ini oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
disalahgunakan untuk mengawetkan bahan makanan sehingga masyarakatlah yang
akan dirugikan dengan adanya hal ini.

Pengembangan ilmu pengetahuan tujuannya selalu bermuara pada kehidupan


manusia khususnya agar kehidupan manusia selalu lebih baik dari sebelumnya. Oleh
karena itu, dalam mencapai tujuannya perlu mempertimbangan strategi atau caracara, taktik yang tepat, baik dan benar agar pengembangan ilmu pengetahuan
memberi manfaat mensejahterakan dan memartabatkan manusia.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa
(ontology), bagaimana (epistemology) dan untuk apa (axiology) pengetahuan tersebut
disusun. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain. Ilmu atau pengetahuan
ilmiah mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengetahuan
manusia. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab
permasalahan kehidupan sehari-hari manusia, termasuk menawarkan berbagai
kemudahan. Pemecahan masalah tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan
dan mengendalikan gejala alam. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa dengan ilmu
manusia mencoba memanipulasi dan menguasai alam.
Pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan bernegara, landasan
epistemology, ontology dan axiology hakikatnya dirangkum dalam sebuah system
bernama Pancasila.

Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling berkerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh system lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1)
2)
3)
4)

Suatu kesatuan bagian-bagian


Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
Saling berhubungan, saling ketergantungan
Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama

(tujuan system)
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shorde dan Voich,
1974:22)
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila, setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri tujuan tertentu,
yaitu suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. (Kaelan,
2002:66)

Pancasila sebagai suatu kesatuan system filsafat tidak hanya kesatuan


yang menyangkut sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari
sila-sila Pancasila atau secara filosofis merupakan dasar ontologis sila-sila
Pancasila. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga
disebut sebagai dasar antropologis. Dalam dasar ini, ilmu pengetahuan sebagai
upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik henti, atau
an unfinished journey.
Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu
kesatuan dasar aksiologinya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakiktanya juga merupakan kesatuan (Kaelan, 2002:121).
Dimensi

aksiologis,

mengandung

nilai-nilai

imperatif

dalam

mengembangkan ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu keutuhan. Untuk itu
ilmuwan dituntut memahami Pancasila secara utuh, mendasar, dan kritis, maka
diperlukan suatu situasi kondusif baik struktural maupun kultural.
Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya juga erupakan system
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila merupakan pedoman atau dasar
bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Dasar
epitomologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologis. Pancasila sebagai suatu ideology bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu
filsafat Pancasila (Soeryanto, 1991:50). Ilmu tampil dalam fenomenanya
sebagai masyarakat, proses dan produk. Dimensi epistemologis, nilai-nilai
Pancasila dijadikan pisau analisis atau metode berfikir dan tolok ukur
kebenaran.
Dewasa ini, ketiga

dimensi

ilmu pengetahuan tersebut yang

terkandung dalam Pancasila masih belum sepenuhnya diimplementasikan


dalam

ilmu

pengetahuan

di

Indonesia,

terutama

dalam

dimensi

epistemologis. Masyarakat Indonesia masih kurang percaya diri dengan

segala potensi yang dimilikinya dan masih menganggap jika bangsa


Indonesia berada di level negara-negara adidaya sepeti Amerika Serikat,
Jepang, maupun Republik Rakyat Tiongkok. Pada beberapa bulan lalu,
bangsa ini dihebohkan dengan rencana penjualan prototype mobil listrik
nasional di Indonesia pada pihak Proton Malaysia yang belum dikelola
secara maksimal oleh Kementrian Riset dan Teknologi. Jika Pancasila
sudah dijadikan sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan,
hal-hal seperti ini tidak mungkin terjadi di bangsa ini dan akan turut andil
dalam lahirnya generasi intelek yang memiliki keseimbangan kepribadian
antara unsur kerohaniaan, ketuhanan, dan kemanusiaan.

Daftar pustaka
Sarbaini, Syahrial, 2014. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Esa Unggu
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogyakarta : Paradigma

Joesep, Daoed. 1986. Pancasila, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan.


Yogyakarta : Prosiding pada Seminan Nasional Pancasila sebagai Orientasi
Pengembangan Ilmu
Kasmadi, hartono.1990. Filsafat Ilmu. Semarang : Semarang Press
Shrode,William A. and Dond Voich Jr,.1974,Organization and Management :
Basic System Concept, Irwin Book Co
Soejadi, R.,dkk,Aliran-Aliran Filsafat dan Filsafat pancasila dalam Slamet
Sutrisno,1986,Pancasila sebagai Metode,Yogyakarta : Liberty

Anda mungkin juga menyukai