Bismillaahirrahmaanirraahiim
SKRIPSI
Oleh :
NOVIA YULIARNI
NPM : 10060309035
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi Farmasi FMIPA Unisba
Oleh :
NOVIA YULIARNI
NPM : 10060309035
JUDUL
NAMA
NPM
:
:
ANALISIS
KUALITATIF
DAN
KUANTITATIF
ANTIOKSIDAN
SINTETIK
TERSIER
BUTIL
HIDROKUINON
(TBHQ)
DALAM
SAMPEL
MARGARIN CURAH YANG BEREDAR DI PASAR
BALUBUR BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
(KCKT)
NOVIA YULIARNI
10060309035
Menyetujui
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Dr. Rusnadi
NIP. 198202082008121002
Mengetahui
Dekan FMIPA Unisba
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh
balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan
mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga).
(Qs. Saba : 37)
RIWAYAT PENULIS
BIODATA
Nama
: NOVIA YULIARNI
Tempat/ Tgl.lahir
: BANDUNG, 19/11/1991
Jenis Kelamin
: PEREMPUAN
Agama
: ISLAM
Pekerjaan
: MAHASISWA
Alamat
RT/RW
: 001/008
Desa/Kel.
: BABAKANSARI
Kecamatan
: KIARACONDONG
Telepon
: 08562111282
: HJ. JAHIYAR
: H. MOCH. NAJIB
Alamat Orangtua
RT/RW
: 001/008
Desa/Kel.
: BABAKANSARI
Kecamatan
: KIARACONDONG
Telepon
: 08122003577
Pendidikan:
1.
TK Al-Fajar, Bandung
(1996-1997)
2.
(1997-2003)
3.
(2003-2006)
4.
(2006-2009)
5.
(2009-2013)
ABSTRAK
NOVIA YULIARNI
Email : yuliarni_n@yahoo.com
Telah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kadar antioksidan sintetik
tersier butil hidrokuinon (TBHQ) dalam sampel margarin curah yang beredar di
pasar Balubur Bandung. Analisis kualitatif TBHQ dalam margarin menggunakan
pereaksi dimetilamin, larutan sample yang mengandung TBHQ akan berubah
warna dari merah menjadi merah terang. Metode ekstraksi TBHQ dari margarin
yang digunakan ialah ekstraksi cair-cair yang menggunakan n-heksan dan
asetonitril. Analisis menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) dengan detektor sinar UV, pada kondisi pengukuran dengan kolom C18
dan fase gerak metanol: asetoniril: asam asetat 1% (70:10:20). Dari hasil
penelitian ini ketahui hanya satu sampel dari lima sampel pada yang terdeteksi
mengandung TBHQ. Konsentrasi sampel positif mengandung TBHQ tidak
terkuantifikasi karena kadarnya dibawah nilai LOQ.
ABSTRACT
NOVIA YULIARNI
Email : yuliarni_n@yahoo.com
Quantitative and qualitative analysis of tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) in
margarine which was marketed in Pasar Balubur Bandung has been done.
Analysis qualitative of TBHQ in margarine was using dimethilamine , sample
solution which contained TBHQ were turned red to red light. TBHQ was
extracted from margarine by liquid-liquid extraction method using n-hexane and
acetonitrile. Analysis quantitative of TBHQ was conducted by HPLC method
using C18 column and combination of methanol: acetonitrile: Acetic acid
(70:10:20) as mobile phase. Only one of five sample was detected contain TBHQ.
Concentrantion of those positive sample was not quantified because it was below
the LOQ.
(TBHQ),
High
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT, karena hanya
berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nyalah skripsi yang berjudul Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Antioksidan Sintetik Tersier butil Hidrokuinon (TBHQ)
dalam Sampel Margarin Curah yang Beredar di Pasar Balubur Bandung dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah
satu syarat dalam rangka menyelesaikan program pendidikan sarjana farmasi pada
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Bandung.
Dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan
masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1) Bapak M. Yusuf Fajar, Drs., M.Si., selaku Dekan FMIPA Unisba
2) Bapak H. Embit Kartadarma, DR., MappSc., Apt selaku Ketua Program Studi
Farmasi Universitas Islam Bandung
3) Ibu Bertha Rusdi.,M.Si.,Apt dan Bapak Dr. Rusnadi selaku pembimbing yang
senantiasa memberikan masukan, arahan dan dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4) Ibu Diar Herawati M.Si.,Apt selaku dosen wali yang selalu mencurahkan
perhatian, nasihat, serta dukungan moril selama penulis menempuh
pendidikan di Farmasi Unisba, juga kepada seluruf staf pengajar yang telah
memberikan banyak ilmu dan wawasan baru bagi penulis selama menjalani
pendidikan di FMIPA Unisba.
5) Ayahanda, H. Moch Najib dan Ibunda Hj. Jahiyar yang tercinta, atas segala
kasih sayang yang dilimpahkan, seluruh perhatian, nasihat, doa yang tak
pernah putus, serta dukungan moril dan materil yang tanpa henti mengiringi
hidup Penulis.
6) Kakak (H. Jhoniardi, Yuni Fitriyani) dan adikku (Sari Mulyani, Rahmat
Jainanda Putra) tersayang yang tak pernah lelah memberikan semangat dan
dukungan
7) Sahabat-sahabatku (Nita, Indi, Atin, Ica, Putri, Bebel, Linda, Elika, Lita, Cici),
seluruh sahabat seperjuangan Farmasi A (Diah, Sheyrra, Uzi, Tuti, Indri,
Anitha, Dedi, Neysa, Iga, Tika, Nuy, Lisnawati, Tammy, Adit, ival dll) yang
senantiasa memberikan bantuan, masukan dan dukungan kepada penulis.
8) Seluruh rekan-rekan farmasi Unisba dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dna bantuannya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar tugas akhir ini dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI
.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
i
iii
v
vi
vii
1
BAB
I
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
1.1. Margarin .........................................................................................
1.2. Bahan Tambahan Makanan .........................................................
1.3. Oksidasi ..........................................................................................
1.4. Antioksidan ....................................................................................
1.4.1. Mekanisme Antioksidan ...............................................................
1.4.2. Tersier Butil Hidroquinon ............................................................
1.5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ..............................................
1.5.1. Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ..........................
1.6. Analisis TBHQ ...............................................................................
1.7. Validasi Metode .............................................................................
1.7.1. Akurasi ..........................................................................................
1.7.2. Presisi............................................................................................
1.7.3. Linearitas ......................................................................................
4
4
5
6
8
9
9
10
12
13
14
14
14
16
II
18
III
21
21
21
IV
22
22
22
22
23
23
23
23
24
iii
24
24
24
25
VI
34
34
34
35
36
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
2
3
4
5
6
7
8
Halaman
36
37
38
39
40
41
43
52
DAFTAR GAMBAR
Gambar
I.1.
I.2.
II.2.
V.1.
Halaman
vi
10
11
20
28
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
V.1
V.2.1
V.2.2
V.3
V.4
L.2
L.3
L.4
L.5
vii
28
29
30
31
33
37
38
39
40
PENDAHULUAN
diijinkan oleh BPOM untuk penggunaan TBHQ adalah 200 mg/kg, dan nilai
Acceptable Daily Intake (ADI) dari TBHQ adalah 0-0,7 mg/kg berat badan
(WHO,1999).
Menurut Smith (2003:101) penggunaan TBHQ pada beberapa Negara
seperti Jepang, Eropa, Denmark, dan Kanada penggunaan TBHQ sudah dilarang.
Pada beberapa penelitian dalam konsentrasi yang tinggi TBHQ dapat
menyebabkan kanker. Penyebabnya adalah metabolit dari oksidasi TBHQ yaitu 2tertbutyl-1,4-benzoquinone(tBBq) dan ROS (Gharavi, Haggarty, dan ELkadi,2007:1). Chaerinisa pada tahun 2012 telah melakukan penelitian analisis
kuantitatif TBHQ dalam minyak goreng dan antioksidan TBHQ masih umum
digunakan oleh produsen minyak goreng, namun berdasarkan hasil analisis,
jumlah antioksidan yang ditambahkan masih berada pada batas wajar penggunaan,
berkisar antara 55,8-138,5 ppm.
Metode KCKT merupakan salah satu metode analisis TBHQ yang paling
banyak dilakukan. Metode ini berguna dalam penentuan kemurnian dan
perhitungan kandungan TBHQ dalam sampel secara kuantitatif. Metode ini dapat
memberikan hasil data yang akurat dalam penentuan kadar dan memiliki
kepekaan yang tinggi (Munson,1991:14).
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui ada atau tidaknya
TBHQ dalam margarin curah, jika terdapat TBHQ berapa kadarnya dan apakah
berada dalam batas aman atau tidak.
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Margarin
Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water
in oil emulsion W/O), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis, terbuat dari
lemak nabati dan mempunyai lemak nabati minimal 80% dan maksimum 90%.
Namun di Amerika, margarin dapat dibuat dari lemak makan dan/atau minyak
makan atau campuran minyak dan lemak dimana asal minyak dan lemak tersebut
adalah nabati, karkas hewan dan hewan laut (minyak ikan). Di Kanada margarin
dapat dibuat dari minyak dan lemak apa saja asalkan bukan dari lemak susu
(Ketaren,1986).
Margarin pertama kali ditemukan di Perancis oleh seorang ahli Kimia
bernama Hippolyte Mege-Mouries pada tahun 1869. Penemuan margarin
sebetulnya dipicu oleh keadaan di Perancis pada saat itu dimana harga mentega
sangat mahal sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membelinya
(Ketaren,1986).
Margarin dibuat melalui proses hidrogenasi. Proses pembuatan margarin
diawali dengan proses pengepresan yaitu memisahkan antara minyak dengan
bungkilnya. Kedua, proses netralisasi yaitu dengan penambahan NaOH 11,06%.
Ketiga, proses bleaching menggunakan karbon aktif sebagai adsorber sebanyak
1,5% dari jumlah minyak. Keempat, proses hidrogenasi untuk menjenuhkan
ikatan tidak jenuh pada minyak dengan menambahkan gas H2 dan menggunakan
katalis Ni. Proses selanjutnya yaitu proses deodorisasi pada tekanan vakum.
Kemudian proses emulsifikasi dengan penambahan EFM dan EFC. Proses
terakhir yaitu memasukkan minyak ke dalam tangki votator untuk menurunkan
suhu dan membentuk margarin yang bersifat plastis pada suhu kamar dan
dilakukan proses pengepakan.
1.2 .
digunakan
dalam
makanan
menurut
Permenkes
RI
No.
Menurut
peraturan
No.722/MENKES/PER/IX/88
tentang
Bahan
1.3.
Oksidasi
Oksidasi adalah masalah yang paling sering ditemukan dalam produksi,
rasa tengik. Reaksi oksidasi akan berakhir pada tahap terminasi, yaitu melalui
reaksi antara radikal bebas (reaksi4,5,6) (Smith,1991).
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya oksidasi antara lain (Smith,1991) :
1) Panas. Setiap kenaikan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi
oksidasi menjadi dua kalinya
2) Cahaya. Sinar UV merupakan katalis yang kuat untuk terjadinya oksidasi.
3) Logam-logam dalam bentuk ion atau terlarut merupakan katalis untuk
terjadinya oksidasi.
4) Suasana Basa. Kebasaan dan ion logam alkali memicu terbentuknya radikal
bebas.
5) Derajat ketidakjenuhan. Jumlah dan posisi ikatan rangkap dalam molekul
lemak mempengaruhi kerentanan terhadap oksidasi.
6) Pigmen. Residu pigmen seperti klorofil dalam minyak nabati dapat memicu
terjadinya oksidasi.
7) Oksigen. Oksigen diperlukan dalam oksidasi.
Terjadinya oksidasi dapat dikenali dari tanda-tanda; seperti ketengikan,
perubahan warna (warna bisa berubah menjadi gelap ataupun pudar
tergantung substrat yang teroksidasi, misalnya minyak dan lemak cenderung
menjadi lebih gelap sedangkan pigmen, terutama karotenoid, cenderung
memudar), dan hilangnya aroma (missal pada minyak atsiri yang teroksidasi
akan menghilangkan aromanya yang khas).
1.4.
Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di
dalam bahan. Penggunaan pada bahan, antara lain lemak hewani, minyak nabati,
produk pangan dengan kadar lemak tinggi, produk pangan
berkadar lemak
dalam mengurangi
adalah asam askorbat, asam ertorbat, askorbil palmitat, askorbil stearat, butil
hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen (BHT), tersier butil hidrokuinon
(TBHQ), dilauril tiodipropionat, propel gallat, timah (II) klorida, alpha tokoferol,
dan tokoferol campuran pekat.
1.4.1. Mekanisme antioksidan
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal lemak dan peroksida
segera setelah senyawa tersebut terbebntuk. Salah satu mekanisme kerja
antioksidan adalah dengan menyediakan hydrogen untuk bereaksi dengen radikaln
bebas dan memutuskan reaksi berantai oksidasi sebelum terbentuk produk akhir
yang menyebabkan ketengikan, contohnya antioksidan golongan fenolat (AH2dan
AH). Radikal bebas fenolat yang terbentuk stabil (berenergi rendah) karena
adanya hibridasi resonnansi (Smith,1991).
1.4.2. Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)
TBHQ merupakan bahan tambahan makanan berupa antioksidan sinteteik
yang digunakkan untuk menstabilkan berbagai minyak, lemak dan makanan
terhadap kerusakan oksidatif dengancara memperlambat proses terjadinya
ketengikan pada produk dan membuat produk tersebut menjadi tahan lama dalam
penyimpanan yang cukup lama. TBHQ memiliki efek yang efektif untuk
menstabilkan dalam lemak tak jenuh dan lemak hewani yang dapat dimakan.
TBHQ juga secara luas digunakan dlaam minyak esensial, kacang-kacangan,
lemak hewan, lemak susu, makanan yang digoreng, dan makanan-makanan
kemasan.
Sinonim TBHQ antara lain 2-(1,1-dimetiletil)-1,4-benzendiol; E319; 2tert-butil-1,4-dihidroksibenzen. TBHQ terbentuk serbuk Kristal berwarna putih
atau coklat muda dengan bobot molekul 166,22 dengan titik didih 2950C pada
10
tekanan 1 atmosfir dan titik lebur 126,5-128,50C. TBHQ praktis tidak larut dalam
air, larut dalam minyak, etanol, etil asetat, dan propilenglikol (Smith,2003:100).
1.5.
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase
atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan didalamnya zat-zat ini menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan
11
adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (FI edisi IV,1995:1002)
12
untuk pemisahan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol
atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase
gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut hidrokarbon dengan
pelarut yang terklorasi atau menggunakan pelarut jenis alkohol (Gandjar dan
Rohman,2007 hal: 381). Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Fase diam pada KCKT berupa silika yang
dimodifikasi secara kimiawi (dengan reagen-reagen seperti klorisan), silika yang
tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena. Permukaan
silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanon (Si-OH)
(Gandjar dan Rohman,2007: 385). Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan
fese diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa
dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar dan
Rohman,2007: 386).
Detektor pada KCKT terbagi 2 yaitu detektor universal (detektor indeks
bias dan detektor spektrofotometri massa) dan golongan detektor spesifik
(detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia) (Gandjar dan
Rohman,2007: 388). Detektor spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada adanya
penyerapan radiasi ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Vis) pada kisaran panjang
gelombang 190-800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur atau gugus
kromoforik (Gandjar dan Rohman,2007: 390).
1.5.1
13
1.6.
Analisis TBHQ
Beberapa metoda analisis antioksidan sintetik TBHQ dapat dilakukan uji
14
1.7
Validasi Metode
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan
pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi
untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu
untuk mengatasi problem analisis (Gandjar dan Rohman, 2007:463-464).
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita,2004: 117).
1.7.1. Akurasi
Akurasi Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyataka sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil
analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan
tahapan analisis (Harmita, 2004: 117).
Penentuan ketepatan dan kadar teoritis dari jumlah tertentu senyawa
standar yang sengaja ditambahkan ke dalam contoh. Harga perbandingan ini
disebut persen perolehan kembali (recovery). Nilai keberterimaan adalah RSD <
1% nilai recovery antara 80-120% (Gandjar dan Rohman, 2007:465).
1.7.2. Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
15
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil
dari campuran yang homogen (Harmita, 2004:121).
Presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang
diperoleh dari beberapa pengukuran dalam sampel homogen yang sama.
Dokumentasi presisi seharusnya mencakup simpangan baku relatif (RSD) atau
koefisien variansi (CV) dan kisaran kepercayaan sebagaimana dipersyaratkan oleh
ICH (international conference harmanizatio) (Harmita, 2004:121).
1) RSD =
= rat-rata
SD = standar deviasi serangkaian data
2) Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :
SD =
X = nilai dari masing-masing pengukuran
= rata-rata (mean) dari pengukuran
N = banyaknya data
N-1 = derajat kebebasan
Data untuk menguji presisi seringkali dikumpulkan sebagai bagian kajian
lain yang berkaitan dengan presisi seperti linearitas atau akurasi. Biasanya 6-15
kali penyuntikan dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi. Pada
pengujian KCKT, nilai RSD antar 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa
aktif dalam jumlah banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa aktif dengan
kadar dalam jumlah sedikit RSD berkisar antar 5-15% (Rohman,2007:17-18).
16
atau
ketertiruan
(reproducibility).
Keterulangan
adalah
keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada
kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004: 122).
1.7.3. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematematik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima (Harmita,2004:128).
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasilhasil uji yang secara lansung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran
yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).
Linearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi
yang berbeda-beda (Gandjar dan Rohman.2007:469). Sebagai parameter adanya
hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a +
bX (Harmita,2004:128)
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
18
19
20
Sampel margarin
PEMBUATAN
LARUTAN BAKU
PREPARASI
SAMPEL
VALIDASI METODE
ANALISIS
ALAT KCKT
OPTIMASI ALAT
PENETAPAN KADAR
TBHQ
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1
Bahan
Akuabidestilata (IPHA Laboratories), asetonitril (Merck, proKCKT),
metanol (Merck, pro KCKT), asam asetat glacial (Merck), baku pembanding
tersier butil hidrokuinon (Fluka), n-heksana (Merck, proKCKT),
sampel
margarin.
3.2
Alat
Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Agilent 1220 Infinity LC
21
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1.
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari pasar Balubur Bandung yang diambil dalam dua
4.2.
Ekstraksi Margarin
Sejumlah sampel dicairkan dalam gelas kimia 50 mL diatas penangas air
dan diaduk hingga homogen. Sampel yang telah dicairkan ditimbang sebanyak 1
gram dan dimasukan kedalam corong pisah. Tambahkan 5 mL heksan kedalam
corong pisah, kocok corong pisah agar sampel bercampur dengan heksan.
kemudian ditambahkan dengan 12 mL asetonitril yang telah dijenuhkan dalam
labu ukur 50 mL, lapisan asetonitril diambil (ekstraksi dengan asetonitril diulangi
sebanyak tiga kali pengulangan). Tambahkan asetonitril sampai tanda batas 50 ml.
4.3.
Fase gerak
Laju alir
: 1 mL/min
Detektor UV
22
23
Volume injeksi
: 10 L
4.4.
4.5.
4.5.1. Linearitas
Dari larutan TBHQ standar 1000 ppm diencerkan menjadi 200 ppm yaitu
dengan mengambil 10 mL larutan standar, kemudian dilarutkan dalam labu ukur
24
50 mL dengan metanol. Dari larutan stok 200 ppm dibuat deret penggunaan
larutan standar dengan memipet masing-masing 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 ml, kemudian
dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan fasa gerak (metanol:asetonitril:asam
asetat1%, 70:10:20) sehingga diperoleh deret larutan standar TBHQ dengan
konsentrasi 20 ; 40; 60; 80; 100 dan 120 ppm, selanjutnya diinjeksikan ke dalam
kolom KCKT. Dari hasil pengukuran dihitung koefisien korelasi, standar deviasi
dan koefisien variansi.
4.5.2. Presisi
Sampel margarin yang akan diekstraksi ditambahkan standar TBHQ
konsentrasi 40 ppm. Kemudian diekstraksi menggunakan prosedur yang sama
dengan ekstraksi sampel. Ekstraksi dan pengukuran diulang sebanyak 6 kali.
Selanjutnya dilakukan prosedur penetapan kadar seperti yang telah disebutkan
diatas. Dari hasil pengukuran dihitung standar deviasi.
4.5.3. Akurasi
Prosedur untuk menentukan akurasi adalah sama seperti prosedur
penentuan presisi. Dari hasil pengukuran dihitung % perolehan kembali
(recovery).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Preparasi Sampel
Prosedur preparasi sampel yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair
25
26
asetonitril, prosedur ini dilakukan sebanyak 3 kali agar TBHQ terekstraksi dengan
sempurna. Ekstrak yang didapat kemudian disaring secukupnya dengan nilon
membran filter 0,45m untuk menghilangkan partikel yang dapat mengganggu
pengukuran, kemudian filtrat disuntikkan kedalam KCKT.
5.2.
sistem yang digunakan adalah sistem kromatografi terbalik yaitu polaritas fase
gerak lebih polar dibandingkan dengan fase diam yaitu kolom C-18 (n-oktadesil
silan) dimana analit yang lebih non polar akan tertahan lebih lama pada fasa diam,
TBHQ bersifat semi polar sehingga akan keluar dari kolom lebih lama daripada
analit lain yang lebih polar. Kolom C-18 lebih umum digunakan karena mampu
memisahkan senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
Detektor yang digunakan adalah detektor UV dengan panjang gelombang
280 nm karena TBHQ memiliki cincin aromatik dan gugus ausokrom golongan
anion yaitu OH. Fase gerak yang digunakan adalah metanol : asetonitril : asam
asetat 1% (70:10:20) dengan laju alir 1ml/menit, waktu pemisahan 6 menit dan
waktu retensi 3,1 menit.
Elusi yang dilakukan adalah dengan cara isokratik yaitu komposisi fase
gerak tetap selama elusi. Metanol dan asetonitril digunakan sebagai fase gerak
karena dapat mengelusi TBHQ dan merupakan pelarut cenderung polar yang
umum digunakan dalam kromatografi fasa balik. Menurut Munson (1991:46),
metanol dan asetonitril mempunyai kepolaran yang serupa, namun asetonitril
27
merupakan pelarut aprotis yang menjadi penting karena peran ikatan hidrogen
bermakna dalam pemisahan. Asam asetat yang digunakan bertujuan untuk
memberikan suasana asam pada sistem sehingga dapat menahan ionisasi analit
dimana jika analit terionisasi maka akan menjadi lebih polar sehingga analit yang
bersifat polar akan terpisahkan terbawa oleh fasa gerak. Menurut Munson
(1991:53) asam asetat glacial ini digunakan sebagai pemodifikasi kolom silika
untuk mengurangi ekor puncak senyawa asam.
Sebelum melakukan analisis TBHQ pada sampel maka terlebih dahulu
melakukan kinerja analitik dimana kinerja analitik ini merupakan suatu proses
evaluasi untuk menjamin kesesuaian persyaratan metode analisis yang digunakan.
Kinerja analitik yang dilakukan pada penelitian ini antara lain linearitas, akurasi
dan presisi
5.3
Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Sebagai parameter adanya
hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a +
bX (Harmita,2004:128).
Tabel V.1 Data Kurva Kalibrasi dan Linearitas
No
Konsentrasi (ppm)
Luas Area
1
2
3
4
5
20
40
60
80
120
5430536
8018996
11029884
14259634
20434234
28
y = 151512,2x + 2137876
R = 0,9994
25000000
luas area
20000000
15000000
10000000
5000000
0
0
20
40
60
80
konsentrasi (ppm)
100
120
140
29
5.4
Akurasi
Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai yang
Konsentrasi
sebenarnya (ppm)
Luas area
Konsentrasi yang
terukur (ppm)
% Nilai
perolehan
kembali
1
2
3
4
5
6
40
40
40
40
40
40
8721048,5
8045587,5
7418187
6428126
7711533,5
7112408
43,45
38,99
34,85
28,32
36,79
32,83
108,63
97,48
87,125
70,8
91,98
82, 075
30
juga bisa disebabkan oleh pengukuran yang tidak dilakukan dalam satu waktu
dengan preparasi sampel sehingga kemungkinan terjadi perubahan kimiawi dari
analit yang telah dipreparasi dan komposisi fasa gerak yang tidak sesuai dengan
metode acuan yaitu kesalahan pengukuran volume pada pencampuran metanol
dan asetonitril.
Tabel V.2.2. Nilai akurasi penambahan sebelum ektraksi
Konsentrasi (ppm)
Rata-rata Luas
area
% nilai perolehan
kembali
40
80
120
1598162,3
2065425,7
305116
8,905
0,598
5,02
Rentang
5,02-8,905 %
5.5
Presisi
Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
31
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil
dari campuran yang homogen (Harmita, 2004:121).
Tabel V.3 Nilai presisi
Pengukuran
Luas Area
1
2
3
4
5
6
8721048,5
8045587,5
7418187
6428126
7711533,5
7112408
Rata-rata
7572815,08
SD
5,20
RSD (%)
14,5 %
Uji presisi ini dilakukan untuk melihat kedekatan antara hasil uji yang
dilakukan secara berulang pada sampel. Pengujian dilakukan dengan metode
pengulangan terhadap konsentrasi yang sudah diketahui, sehingga diperoleh
ketepatan sistem dalam memberikan respon terhadap analit yang dideteksi.
Konsentrasi yang digunakan dalam presisi atau keseksamaan ini adalah 40 ppm
yang dilakukan dalam 6 kali pengukuran. Tujuan penentuan keseksamaan ini
adalah untuk melihat kinerja alat dan metode analisis yang digunakan. Presisi
metode dinyatakan dengan simpangan baku relatif atau koefisien variansi. Kriteria
penerimaan presisi ini jika RSD
RSD 14,5% yang menunjukkan bahwa metode yang digunakan tidak memenuhi
persyaratan. Kesalahan hasil pengukuran presisi ini dapat disebabkan karena
kesalahan acak atau random error. Menurut Miller pada tahun 2000 menyebutkan
bahwa golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan
32
hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil
secara individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek
pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang (reprodusibilitas) dan
kesalahan ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari.
5.6
ini adalah 5 sampel margarin curah yang dijual di pasar Balubur Bandung dan
sampel ini diambil dalam 2 waktu yang berbeda yaitu dengan selang waktu 2
minggu.
Tabel V.4 Penetapan kadar TBHQ dalam sampel
Nama Sampel
Luas Area
Keterangan
Sampel 1.1
Sampel 2.1
3485836
969376
Tidak terkuantifikasi
Tidak terdeteksi
Sampel 3.1
1206305
Tidak terdeteksi
Sampel 4.1
203941
Tidak terdeteksi
Sampel 5.1
1237214
Tidak terdeteksi
Sampel 1.2
1222550
Tidak terdeteksi
Sampel 2.2
411905
Tidak terdeteksi
Sampel 3.2
1290109
Tidak terdeteksi
Sampel 4.2
1886108
Tidak terdeteksi
Sampel 5.2
538026
Tidak terdeteksi
Setelah dilakukan perhitungan nilai sampel 1.1 berada dibawah LOQ dan
diatas LOD sehingga disimpulkan sampel 1.1 hanya terdeteksi dan tidak
terkuantifikasi. Sampel 2.1 sampai 5.2 memberikan nilai dibawah LOQ dan LOD
sehingga disimpulkan sampel 2.1 sampai 5.2 tidak terdeteksi mengandung TBHQ.
33
Namun dilihat dari waktu retensi dan munculnya puncak sampel 2.1; 3.1; 5.1; 1,2;
3,2; 4,2 memberikan waktu retensi berkisar 3,097-3,100 menit yang sesuai dengan
waktu retensi baku TBHQ 3,100 menit. Kecilnya luas area yang dihasilkan bisa
disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan kurang sehingga luas area yang
dihasilkan pada saat pembacaan alat kecil. Dari hasil penetapan kadar TBHQ
dalam sampel dapat disimpulkan tidak ada sampel yang terkuantifikasi dan hanya
satu sampel yang terdeteksi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari hasil pengujian analisis lima jenis sampel margarin curah yang
diambil dalam dua waktu yang berbeda dari pasar Balubur Bandung, hanya satu
sampel yang terdeteksi tetapi tidak terkuantifikasi yaitu sampel 1 yang diambil
pada pengambilan pertama dan sampel lainnya tidak terdeteksi. Hasil pengujian
kinerja analitik menghasilkan nilai akurasi 82,075-108,63 % dan presisi 14,5%.
Maka tidak dapat disimpulkan bahwa antioksidan sintetik TBHQ dalam sampel
berada pada batas aman.
6.2
Saran
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai akurasi atau perolehan
kembali kurang dari 95% dan nilai presisi > 2% sehingga perlu dilakukan
pengembangan metode preparasi sampel untuk mendapatkan hasil analisis yang
lebih baik. Proses preparasi yang dilakukan hanya sebatas mendeteksi keberedaan
TBHQ, disarankan agar mengembangkan prosedur ektraksi yang sudah ada dan
disarankan agar dilakukan penelitian terhadap sampel lain yang kemungkinan
terkandung antioksidan TBHQ.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arisman (2009). Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi, penerbit EGC,
Jakarta
Badan Standar Nasional (1995). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Brisco, G. (2001). Revisied: Codex Standard For Buillons And Consommes,
Codex Stan 117-1981, International Food Standards: Australia
Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek kesehatan: Bahan Tambahan Pangan,
Bumi Aksara, Jakarta
Chaerianisa, Marina. (2012). Penetapan Kadar Antioksidan Sintetik Tersier Butil
hidrokuinon (TBHQ) dalam Sampel Minyak Goreng Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan Detektor Sinar UV. Universitas
Islam Bandung. [SKRIPSI]
Decker, et. al,. (2010). Oxidation In Foods and Beverages and Antioxidant
Applications Volume 1: Understanding Mechanisms Of Antioxidant
Activity. Woodhead publishing Seriesin Food Science, Technology and
Nutrion : Number 199. UK.
Effendy. (2004). Makalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang
Farmasi. Universitas Sumatera Utara: Sumatera utara
Ersan. (2009). Makalah Kimia Umum, Margarin. Fakultas Matematikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia: edisi
IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Gandjar,G.I dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Gharavi,N., Haggarty, S., El-Kadi, A.O., Chemoprotective and Carcinogenic
Effect of tert-Butylhydroquinone and Its Metabolite, Current Drug Metab.
2007, 8:1-7. Canada.
Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Harminta (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol 1, No.3. Departemen
Farmasi F-MIPA UI. Jakarta.
Ketaren (1986). Margarin. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Miller, J.N and Miller, J.C., (2000), Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice Hall, Harlow.
Munson, James W. (1991). Analisis Farmasi: Metode Modern, Ilmu Farmasi dan
obat volume 11. Parwa B : Airlangga University Press, Surabaya.
Smith, J. (1991). Food Additive Users Handbook, Blackie and son Ltd., London.
Watson, G. David (2009). Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa
Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.
35
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
World Health Organization (1999). WHO Food Additives Series.
36
LAMPIRAN
37
Lampiran 1
Certificate Of Analysis TERT-BUTYLHYDROQUINONE
Lampiran 2
38
Lampiran 2
PERHITUNGAN LINEARITAS
Tabel 1. Tabel derajat ke linearan
konsentrasi
AUC
y-
(y-)2
20
40
60
80
120
5430536
8018996
11029884
14259634
20434234
5168120
8198364
11228608
14258852
20319340
262416
-179368
-198724
782
114894
6,886 1010
3,217 1010
3,949 1010
611524
1,320 1010
Rata-rata
11834656,8
Rata-rata
3,074
Keterangan:
= bx + a
= 64
ppm
ppm
1010
39
Lampiran 3
PERHITUNGAN AKURASI
Tabel 1. Hasil pengukuran akurasi
Ekstraksi sampel
AUC
10481990
6960107
7942571
8148604
7506846
7329528
6471057
6385195
7764476
7658591
7084265
7140551
1
2
3
4
5
6
x =
Rata-rata AUC
% recovery
8721048,5
43,45
108,63
8045587,5
38,99
97,48
7418187
34,85
87,125
6428126
28,32
70,8
7711533,5
36,79
91,98
7112408
32,83
82,075
%rec =
dimana:
Sh = kadar analit baku (standar) yang ditambahkan kedalam sampel
y = rata-rata AUC
S = kadar analit teoritir (yang sebenarnya ditambahkan) (ppm)
40
Lampiran 4
PERHITUNGAN PRESISI
Tabel 1. Data perhitungan presisi
Ekstraksi sampel
1
2
3
4
5
6
AUC
Rata-rata AUC
x-
(x- )2
8721048,5
43,45
7,58
57,46
8045587,5
38,99
3,12
9,73
7418187
34,85
-1,02
1,04
6428126
28,32
-7,55
57
7711533,5
36,79
0,92
0,85
7112408
32,83
-3,04
9,24
Rata-rata
35,87
jumlah
135,32
10481990
6960107
7942571
8148604
7506846
7329528
6471057
6385195
7764476
7658591
7084265
7140551
100% =
14,5 %
41
Lampiran 5
PERHITUNGAN SAMPEL
Tabel 1. Data pengukuran sampel
Nama Sampel
Luas Area
Keterangan
Sampel 1.1
Sampel 2.1
3485836
969376
Tidak terkuantifikasi
Tidak terdeteksi
Sampel 3.1
1206305
Tidak terdeteksi
Sampel 4.1
203941
Tidak terdeteksi
Sampel 5.1
1237214
Tidak terdeteksi
Sampel 1.2
1222550
Tidak terdeteksi
Sampel 2.2
411905
Tidak terdeteksi
Sampel 3.2
1290109
Tidak terdeteksi
Sampel 4.2
1886108
Tidak terdeteksi
Sampel 5.2
538026
Tidak terdeteksi
42
Lampiran 6
DOKUMENTASI PUNCAK KROMATOGRAM LINEARITAS
43
Lampiran 6
(LANJUTAN)
44
Lampiran 7
DOKUMENTASI PUNCAK KROMATOGRAM AKURASI dan PRESISI
45
Lampiran 7
(LANJUTAN)
46
Lampiran 7
(LANJUTAN)
47
Lampiran 7
(LANJUTAN)
48
Lampiran 7
(LANJUTAN)
49
Lampiran 7
(LANJUTAN)
50
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 1. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 2. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 3. kromatogram akurasi 40ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
51
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 4. kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 5. . kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 6. . kromatogram akurasi 80ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
52
Lampiran 7
(LANJUTAN)
Gambar 7. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
pertama
Gambar 8. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
kedua
Gambar 9. . kromatogram akurasi 120ppm (penambahan baku sebelum preparasi sampel) injeksi
ketiga
53
Lampiran 8
DOKUMENTASI KROMATOGRAM SAMPEL
54
Lampiran 8
(LANJUTAN)
55
Lampiran 8
(LANJUTAN)
56
Lampiran 8
(LANJUTAN)