Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-6

Modifikasi Perencanaan Silo Semen PT.Semen Gresik Dengan Menggunakan Beton Pratekan
Helmi AL Rasyid, Prof.Dr.Ir. I Gusti Putu Rake, Ir. Djoko Irawan, MS
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: helm.al.rasyid@gmail.com

Perkembangan konstruksi bangunan selalu


mengalami kemajuan seiring dengan berkembangnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bahan
bangunan yang dipakai kian beraneka ragam, mulai dari
beton mutu rendah, mutu tinggi, bangunan baja hingga
beton dengan sistem prategang. Dimana bahan-bahan
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Pembangunan Silo Semen di Kabupaten
Sorong, Provinsi Papua Bara dengan ketinggian + 37
meter dan diameter silo 15 meter, merupakan suatu
konstruksi yang dibangun dengan menggunakan material
dasar dari baja, dimana pengguanaan material baja
sangat rentan terhadap terjadinya tekuk karena
penampangnya yang relatif tipis dan mudah mengalami
leleh ataupun korosi yang sangat merugikan karena dapat
menurunkan kekuatan dari baja itu sendiri. Oleh karena
itu dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan suatu
modifikasi pada bagian dinding struktur silo dengan
menggunakan beton pratekan. Dengan harapan dapat
menutupi kekurangan dari material baja yang digunakan
sebelumnya.
Penggunaan beton pratekan pada dinding silo
ini dilakukan dengan menggunakan tendon jacking hidup
dua arah. Hal ini dilakukan karena diameter silo relatif
kecil (15 meter), sehingga kehilangan gaya prategang
akibat gesekan atau wobble effect sangat besar. Dimana
tendon dipasang secara overlaping dengan jumlah titik
angkur sebanyak empat titik. Jumlah kebutuhan strand
tendon yang dipasang pada dinding silo berbeda-beda
sesuai dengan ketinggian atau kedalaman dan momen
yang terjadi pada dinding silo tersebut, mulai dari 5 strand
sampai 9 strand sesuai dengan kebutuhan.
Perubahan
material
struktur
akan
mempengaruhi berat sendiri struktur tersebut, sehingga
akan berpengaruh pada kebutuhan pondasi yang
digunakan. Dalam modifikasi struktur silo PT. Semen
Gresik yang terletak di Kabupaten Sorong Papua Barat
ini, akan ditopang dengan menggunakan pondasi tiang
pancang dengan kebutuhan tiang pancang sebanyak 40
buah yang ditanam hingga kedalaman 30 meter dari
tanah dasar.
Kata kunci
: Silo, Beton Pratekan, Prategang
Melingkar, wobble effect
I. PENDAHULUAN
Menurut SNI 03-2847-2002 beton prategang
adalah beton bertulang yang diberikan tegangan tekan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton
akibat beban kerja. Struktur beton prategang mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain :
1. Terhindar retak terbuka didaerah tarik, jadi lebih
tahan terhadap keadaan korosif.

2. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban


rencana bekerja, maka lendutan akhirnya akan
lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
3. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab
seluruh luas penampang dipakai secara efektif.
4. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil
dibandingkan jumlah berat besi beton biasa.
5. Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya
bertambah. Maka struktur dengan bentang besar
dapat langsing
Dalam pemberian gaya prategangn pada beton ada dua cara
yaitu dengan menggunakan metode pretension dan metode
postension. Metode pretension atau pratarik adalah
pemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum
beton dicor, (SNI 03-2847-2002). Sedangkan metode
postension atau pasca tarik adalah metode pemberian gaya
prategang dimana tendon ditarik sesudah beton mengeras,
(SNI 03-2847-2002).
A. Kehilangan Gaya Prategnag
Secara dasar tidak ada perbedaan teori dari kedua
jenis prategang tersebut (melingkar atau linier), sehingga
semua prinsip-prinsip dasar dari beton prategang dapat
digunakan pada struktur yang berbentuk lingkaran, yang
berbeda adalah penerapan gaya prategang dan cara
pengangkurannya. (T.Y.Lin, 1981). Dalam pengerjaan tugas
akhir ini, kehilangan prategang pada dinding silo
menggunakan prinsip-prinsip kehilangan prategang seperti
pada struktur linier (balok) pada umumnya yang meliputi.
Kehilangan Prategang Akibat Perpendekan Elastis
Kehilangan Prategang Akibat Rangkak Beton
Kehilangan Prategang Akibat Susut Beton
Kehilangan Akibat Relaksasi Baja
Kehilangan Prategang Akibta Pengangkuran
Kehilangan Prategang Akibat Gesekan/Wobble
Effect
B. Penentuan Titik Jacking
Pemasangan tendon secara melingkar akan mengakibatkan
kehilangan gaya pratekan akibat gesekan yang sangat besar,
sehingga titik-titik untuk jacking perlu diletakkan setidaknya
1/3 dari lingkar dinding tangki. Agar tidak melemahkan
dinding tangki, penempatan letak titik-titik jacking
disesuaikan dengan besar kecilnya diameter dari tangki
tersebut, (Antonie E. Naaman, 1982). Lihat gambat di bawah
ini.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


C. Prategang Vertikal
Pada struktur cangkang sperti silo, akan timbul tekanan
horizontal yang dapat menimbulkan momen vertikal baik
akibat beban dari material tersimpan ataupun yang
disebabkan oleh prategang melingkar. Sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut biasanya dipakai prategang
vertikal yang dipasang secara konsentris terhadap beton.
Prategang vertikal diberikan berdasarkan momen maksimum
yang terjadi pada dinding silo, (Antonie E. Naaman, 1982).
Lihat Gambar di bawah ini.

II. METODOLOGI
Metodologi dari pengerjaan tugas akhir ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini.

2
III. ANALISA STRUKTUR
A. Data Perencanaan

Tipe bangunan`
Material tersimpan
Kapasitas
Diameter
Tinggi bangunan
Elevasi bottom
Elevasi top
Letak Bangunan
Zona gempa
Material

Gambar eksisting silo


: Tower silo
: Semen
: 6000 ton
: 15 meter
: 28.5 meter
: 8.5 meter
: 37 meter
: dekat dengan pantai
:4
: Baja

B. Preliminary Disain
Perencanaan Pela Atap
Berat beton bertulang : 2400 kg/m3
Berat bondeks
: 10.1 kg/m2
Berat peralatan
: 250 kg/m2
Mutu Beton : 35 Mpa
Mutu Baja : 400 Mpa
Tebal rencana : 14 cm
Diameter Tul : 10 mm
CC
: 20 mm

Gambar Denah Atap


Dari hasil perhitungan didapat jumlah kebutuhan tulangan
lentur (2 arah) pada pelat atap adalah 10-300. Lihat gambar
berikut.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

Perencanaa Tebal Dinding Silo


Perencanaan dinding silo dihitung dengan menggunakan
rumus dari Porland Cement Association dari buku Design
and Constraction of Silo and Bunkers karangan Sargis S.
Safarian. Sedangkan untuk dimensi balok ditentukan melalui
percobaan-percobaan hingga mendapatkan dimensi yang
sesaui. Berikut disajikan tabel dari hasil preliminary disain.
Jenis
Dimensi (cm)
Balok induk silang
50/70
30/40
Balok induk 6 meter
Pelat
14
Dinding
45

C. Pembebanan
Material yang tersimpan di dalam silo akan menimbulkan
gaya horizontal pada dinding silo dan juga beban vertikal
pada
dasar silo, selain itu material tersimpan akan
menimbulkan gesekan antara material dengan dinding silo.
Perhitungan Pembebanan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan dari rumus Jannsen.
Beban Horizontal (LLateral)

Gradik beban pada cone


Grafk beban pada
Hopper
Beban Angin
Sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPUIG) tahun 1983 dalam pasa 4.2.4 dimana

Dimana V adalah kecepatan angin yang dirumuskan


H = ketinggian silo
Dari hasil perhitungan didapa beban angin seperti pada
grafik berikut ini.

Beban Verikal

Dari kedua rumus tersebut didapat beban seperti pada grafik


berikut ini.

Grafik Beban Vertikal dan Horizontal Akibat Material


Tersimpan.
Beban Pada Cone dan Pelat Hopper
Pembebanan pada dinding cone dan pelat hopper merupakan
gaya tegak lurus pada dinding cone yang diakibatkan oleh
material tersimpan di dalam silo. Lihat gambar berikut.

Grafik Beban Angin


Beban Gempa
Perhitungan beban gempa dihitung denga mengguanak
program bantu SAP 2000 dengan menggunakan metode
UBC 97.
D. Analisa Gempa
Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS)

Gambar Peta Ss Papua

Pembebanan pada dinding cone dah pelat hopper dihitung


dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Untuk pelat hopper yang berada di dalam cone, pembebanan
dihitung sebagai 2/3 material tersimpan setinggi cone.

Gambar Peta S1 Papua

Dari analisa peta Ss dan peta S1 di daerah pembangunan silo


(Sorong, Papua), didapat kelas kategori desain untuk daerah
tersebut adalah kategori resiko D, dimana faktor keutamaan
gedung (I) = 1.
Penentuan Periode Waktu Getar Alami
Fundamental
Nilai Ct dan x dapat dilihat pada tabel berikut.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

Ct

Tipe Struktur

Sistem rangka pemikul momen dimana rangka


memikul 100 persen gaya gempa yang
disyaratkan dan tidak dilingkupi atau tidak
dihungkan dengan komponen yang lebih kaku
dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya dempa

Selimut beton

: 40 mm

Penulangan Balok Induk 1A

Rangka baja pemikul momen


Rangka beton pemikul momen
Rangka baja dengan bresing eksentris

0.0724a
0.0466a
0.0731a

0.8
0.9
0.75

Rangka baja dengan bresing terkekang


terhadap tekuk

0.0731a

0.75

Semua sistem struktur lainnya

0.0488a

0.75

Parameter percepatan respons spektra desain


pada 1 detik, SD1

Koefisien Cu

> 0.4
0.3
0.2
0.15
< 0.1

1.4
1.4
1.5
1.6
1.7

Didapat nilai Ta = 1.2 detik.


Perhitungan Gaya Geser Dasar
V = Cs x W

Gambar tul. Utama dan tul. Geser Balok Induk 1A


Penulagan Balok Induk 1B

Gambar tul. Utama dan tul. Geser Balok Induk 1B


Penulangan Pada Balok Induk 2

Gambar tul. Utama dan tul. Geser Balok Induk 2

F. Perencanaan Dinding Pratekan


Mutu baja pratekan
: Uncoted Stress-relieved seven
Dan tidak lebih kecil dari
wire strands Grade-270 ASTM
A416
Mutu beton
: 35 Mpa
Diameter strand
: 12.7mm
Didapat nilai V = 805,419 kg
Modulus elastisitas (Es)
: 197000 Mpa
Dari hasil SAP 2000 didapat
Luas strand
: 98.71 mm2/strand
OutputCase
CaseType StepType GlobalFX GlobalFY Breaking load
:187.33 kN
Text
Text
Text
Kgf
Kgf
Ultimate stress
: 1897.78 Mpa
1.2D+L+EX
Combination Max
701123.37 215279.78 Gaya jacking
: 60% Fpu
1.2D+L+EY
Combination Max
208169.38 708219.75 Tegangan ijin saat jacking
Tegangan ijin saat beban layan
fci = 60%fc
Teg. tarik (fct) = -2.96 Mpa
fci
=
60%
x
35
Mpa
Teg.
tekan (fcc) = 15.75 Mpa
Sesuai dengan persyaratan RSNI 03-1726-20 Pasal 7.9.4.1.
fci
=
21
Mpa
Teg.
putus (fr) = -4.14
besar Vt harus lebih besar dari 0.85V = 0.85 x 805,419 =
Teg.
tarik
(fct
i)
=
-1.15
Mpa
684,606 kg
Teg. tekan (fcc i) = 12.6 Mpa
Vtx = 701,123.37 > 684,606 ...OK
Vty = 708219.75 > 684,606 .... OK
Momen dan Tegangan Pada Dinding Silo
E. Analisis Balok Induk
Perencanaan balok induk atap silo, merupakan balok dengan
perletakan sederhana (sendi-roll). Denah Pembalokan atap
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Mutu beton (fc)
Mutu baja (fy)
Mpa
Mutu Sengkang
Mpa
Tulangan sengkang
Dimensi balok 1
cm
Dimensi Balok 2

: 35 Mpa
: 400
: 240
: 10 mm
: 50/70
: 30/40

Grafik Momen Akibat


Beban Mati

Grafik Momen Akibat


Beban Hidup

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6


Tegangan yang terjadi pada dinding silo dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tegangan Pada Saat Kondisi Kosong
Tegangan (Mpa)
Ketinggian
(m)
S11 top
S11 bot
max
min
max
min
28.5-24
0.46
-0.036
0.116
-0.26
24-20
0.017
-0.028
0.045 -0.019
20-16
0.009
-0.010
0.009
-0.01
16-12
0.005
-0.005
0.005 -0.005
12-8
0.007
-0.004
0.005 -0.004
8-4
0.017
-0.068
0.080 -0.052
4-0
0.783
-0.414
0.708 -0.656
Tabel Tegangan Pada Saat Kondisi Layan
Tegangan (Mpa)
Ketinggian
(m)
S11 top
S11 bot
max
min
max
min
28.5-24
2.48 -0.13
2.09 -0.65
24-20
2.80 -0.16
2.90 -0.13
20-16
3.51 -0.17
3.64 -0.15
16-12
4.28 -0.17
4.43 -0.15
12-8
4.95 -0.16
5.15 -0.15
8-4
5.64 -0.16
6.11 -0.15
4-0
5.97 -6.05
6.33 -3.82
Penentuan Titik Jacking
Jumalh titik jacking disesuiakan denga bentuk dan ukuran
silo, dalam pengertjaan tugas akhir ini direncanakan jumlah
titik jacking sebanyak 4 buah seperti pada gambar di bawah
ini

Kehilanga Gaya Prategang


Kehilangan gaya prategang pada dinding silo dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel Kehilangan Gaya Prategang

5
Selain tendon prategang, pada dinding silo juga terdap
tulangan non-prategang pada arah radial (melingkar) dan
arah vertikal. Dari hasil perhitungan, kebutuhan tulangan
melingkar an vertikal pada dinding silo dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Gambar tulangan non-prategang


Penulangan Cone dan Pelat Hopper
Seperti halnya dinding silo, tulangan pada cone dan hopper
juga tedapat 2 macam tulangan, yaitu tulangan lentur arah
melingkar dah arah memanjang. Kebutuhan tulangan
memanjang dan melingkar pada cone dan pelat hopper dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar Tulangan Pada


Hopper

Gambar Tulangan Pada


Cone

G. Perencanaan Balok Melingkar


Mutu Beton
Mutu Baja

: 35 Mpa
: 400 Mpa
: 240 Mpa
D.Tul utama
: 32 mm
D. sengkang
: 10 mm
Dimensi Balok : 85/85
:100/100
CC
: 40 mm
Bentang
:6m
:2m
Kebutuhan tulangan untuk balok melingkar luar (bentang 6
meter) dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Tulangan Lentur Lapangan dan Tumpuan

Kebutuhan Jumlah Tendon


Kebutuhan tendon untuk dinding prategang tiap elevasi
ketinggian dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Kebutuhan Tulangan Non-prategang Pada Dinding

Tulangan Geser
Sedangkan untuk balok melingkar dalam (bentang 2 meter)
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

Gambar tul.Utama dan tul Geser Balok Melingkar dalam


H. Perencanaan Kolom

Mutu beton (fc) : 35 Mpa


Mutu baja (fy)
:400 Mpa
Tulangan utama
: 32 mm
Tulangan sengkang : 12 mm
Dimensi kolom
: 1m
Panjang bentang : 8.5 meter
Selimut beton
:50 mm
Gambar Denah Kolom
Kenutuhan tulangan kolom dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar Tulangan utama pada kolom


Sedangkan untuk tulangan sengkag digunakan dp12-100
untuk daerah sendi plastis dan dp12-150 untuk daerah di
luar sendi plastis.
I. Perencanaan Pondasi.
Pondasi yang digunakan untuk menopang beban struktur silo
sebanyak 40 buah yang ditanam hingga kedalaman 30 meter
dari permukaan tanah, dengan konfigurasi pemasangan tiang
pancang sebagai berikut.

Gambar Konfigurasi Pemasangan Tiang Pancang


Adapun spesifikasi bahan dan dimensi poer sebagai berikut.
Diameter tiang pancang
: 80 cm
Tebal
: 12 cm
Luas Penampang
: 2564 cm2
Panjang bentang
: 6-24 meter
Momen Crack
: 55 tm
Momen Ultimate
: 108 tm
Beban aksial ijin
: 390 ton
Tebal Poer
: 1.5 meter.
Berikut adalah gambar potongan melintang dari perencanaan
tiang pancang

Gambar potongan melintang perencanaan tiang pancang

VI. KESIMPULAN/RINGKASAN
1. Pada dasarnya perencanaan beton prategang pada struktur
melingkar (silo) sama dengan sistem prategang pada
struktur balok pada umumnya.
2. Kehilangan gaya prategang pada struktur melingkar
relatif lebih besar dibangdingkan kehilangan pada
struktur lurus.
3. Kebutuhan tendon prategang pada dinding silo untuk tiap
kedalaman adalah sebagai berikut
Elevasi
37-32.5
32.5-28.5
28.5-24.5
24.5-20.5
20.5-16.5
16.5-12.5
12.5-8.5

Tendon yang digunakan


5K/meter
5K/meter
5K/0.75 meter
5K/0.5 meter
7K/ 0.5 meter
9K/0.5 meter
9K/0.5 meter

4. Jumlah jacking yang digunakan dalam perencanaa silo


semen PT. Semen Gresik di Kabupaten Sorong Papua
Barat adalah 4 titik jacking dengan menggunakan sistem
jacking hidup 2 arah.
5. Dari data tanah dan pembebanan silo, jumlah tiang
pancang yang dibutuhkan untuk menopang beban
keseluruhan struktur sebanyak 40 buah dengan diameter
tiang pancang 0.8 meter dan dipancang hingga
kedalaman 30 meter
DAFTAR PUSTAKA
1. ACI 318-05 Building Code Requirements For Struktural
Concrete and Commentary & PCA Notes on 318-05
2. Edward, G. Nawy. 2001. Prestressed Concrete A
Fundamnetal Approach. New Jersey. Depeartement id Cicil
3. 3. Environmental Engineering Rutgers. The State
University of New Jersey.
4. Gray & Manning. 1973. Concrete Water Tower, Bunkers,
Silo & Others Elevated Structures. Cement & Concrete
Assosiation, London
5. Pemodelan Perencanaan Pembebanan Indonesia Untuk
Rumah dan Gedung (PPIUG) 1987
6.
RSNI
03-1727-2002
Pemodelan
Perencanaan
Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung
7. Safarian Sargis S & Harris Ernest C. 1985. Design &
Construction of Silo & Bunker. Van Nortstrand Reinhold Co
8. SNI 03-1726-2002 Struktur Gedung Tahan Gempa
9. SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
10.T.Y.Lin & Need.H.Burns. 2000. Desain Struktur Beton
Prategang. Binarupa Aksara. Jakarta.
11. Wahyudi, Herman.1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.
Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS.
12. Wahyudi, Herman.1999. Daya Dukung Pondasi
Dangkal. Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS.
13. Wahyudi, Herman.1999. Daya Dukung Pondasi Lanjut.
Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS.

Anda mungkin juga menyukai