Broiler
Broiler sudah dikenal sejak Tahun 1980-an, meskipun galur murni dari
broiler sudah diketahui sejak Tahun 1960-an ketika petenak mulai memeliharanya.
Akan tetapi broiler komersial seperti yang sekarang ini baru dikenal banyak orang
pada periode Tahun 1980-an. Sebelumnya ayam potong adalah ayam petelur white
leghorn jengger tunggal atau ayam petelur yang sudah afkir (Rasyaf, 1993).
Broiler atau ayam pedaging adalah ayam yang seluruh periode kehidupannya
termasuk perkembangbiakannya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia
dengan tujuan khusus sebagai penghasil daging. Broiler sudah dapat dipasarkan
dengan bobot hidup antara1,3 - 1,6 kg/ekor dan dilakukan pada umur 5 - 6 minggu
(Sulaksono, 1979).
Broiler
merupakan ternak
potong
yang
umurnya
pendek,
namun
pertumbuhannya cepat dan kandungan gizi di dalam dagingnya cukup tinggi. Selain
itu, harga daging broiler jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan daging sapi,
kerbau, domba dan kambing. Selain harga yang ekonomis, pengolahan daging
broiler sangat mudah dan singkat.(Irawan, 1996).
Ciri ciri ayam umur 1 hari yang baik
Beberapa ciri ayam umur 1 hari (DOC) yang berkualitas yang baik
berdasarkan penampilannya secara umum dari luar (general appearance) sebagai
berikut :
omphalitis dan jamur 2. Berasal dari induk yang matang umur dan dari pembibit
yang berpengalaman 3. Ayam umur 1 hari (DOC) terlihat aktif, mata cerah dan
lincah 4. Ayam umur 1 hari DOC memiliki kekebalan dari induk yang tinggi 5. Kaki
besar dan basah seperti minyak 6. Bulu cerah, tidak kusam dan penuh 7. Anus bersih,
tidak ada kotoran atau pasta putih. 8. Keadaan tubuh ayam normal 9. Berat badan
sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g (Fadilah, 2000).
Ransum Broiler
Broiler membutuhkan dua macam ransum yaitu ransum starter untuk umur 0
3 minggu dan ransum finisher untuk umur diatas tiga minggu. Batas umur untuk
membedakan kedua macam ransum ini kadang kadang berbeda - beda untuk setiap
poultryshop atau pabrik ransum ternak. Ransum starter mengandung protein 21 - 23
% dan finisher 19 - 21 % (Yahya, 1992).
Energi dan protein adalah dua komponen utama yang dibutuhkan ayam
untuk hidup pokok dan produksi. Besarnya kandungan energi metabolisme yang
dibutuhkan broiler untuk pertumbuhan maksimum adalah 2.900 - 3.200 kkal/kg
ransum dan protein sebesar 18 22 % (Kamal, 1994).
Tingkat
serat kasar dalam ransum yang sesuai untuk ayam adalah 7%.
Persentase (%)
CP 5 - 11
CP S - 12G
Max 14 %
Max 14 %
21 23 %
0, 9 1,0 %
58%
58%
35%
45%
47%
Max 7,0 %
0,90 1,20 %
Min 0,9 %
0,70 1,00 %
Min 0,70 %
Sistem
pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ aksesori. Saluran pencernaan
merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan
yaitu proses metabolik dalam tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
esophagus, tembolok (crop), provetrikulus, empedal (gizzard), usus halus
(duodenum, yeyenum, ileum), usus buntu (ceca), usus besar (rectum), kloaka dan
vent. Sementara pankreas, hati (lever) dan kantong empedu (gallblader) merupakan
organ pencernaan tambahan (Suroprawiro et al., 1981).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu, duodenum, yeyenum dan ileum. Di
dalam usus halus pencernaan dilakukan dengan bantuan kelenjar pankeas, guna
menyerap sari makanan melalui urat darah, yaitu alat untuk menyerap sari makanan
yang terdapat di sekitar usus halus. Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus
yang akan menyalurkan ampas makanan menuju kloaka, sedangkan usus buntu
kegunaanya hingga kini belum diketahui lebih jelas (Sarwono, 1989). Berat usus rata
- rata adalah sekitar 10 % dari seluruh bobot hidup ternak (Siregar, 1980).
Makin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi maka akan semakin aktif
kegiatan usus untuk mencerna sehingga dapat meransang pertumbuhan organ
pencernaan (Sirl et al., 1992). Perbandingan pertumbuhan organ pencernaan broiler
jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel. 2.
Tabel 2. Persentase karkas dan non karkas broiler
Bagian Tubuh Broiler
Karkas
Kepala dan leher
Kaki
Hati
Rempela
Jantung
Usus
Darah
Bulu
Panjang usus adalah panjang yang dimulai dari duodenum, ileum, yeyenum,
caecum, rektum dan kloaka. Panjang usus ternak tergantung pada jenis ransum yang
dimakan dan panjang badan. Ternak pemakan rumput (herbivora) seperti sapi
mempunyai panjang usus yang lebih panjang dari panjang badan. Ternak pemakan
segalanya (omnivora) seperti babi mempunyai panjang usus empat kali dari panjang
badannya. Sedangkan ternak ayam panjang usus yang lebih pendek karena
dilengkapi tembolok, oleh karena itu panjangnya hanya dua kali panjang badannya
(Suparno, 1994).
Banyaknya ransum yang dimakan ternak akan mempengaruhi gerakan dan
lamanya untuk mencerna makanan akan semakin bertambah, sehingga dengan
demikian untuk mengimbangi laju makanan yang semakin tinggi maka dengan
sendirinya usus akan semakin panjang (Dewi, 1993).
Dinding usus dibentuk oleh jaringan otot dan pembuluh darah yang
dipengaruhi oleh ransum yang dikonsumsi. Kandungan protein yang tinggi akan
meningkatkan
bobot
usus,
juga
dipengaruhi
serat
kasar
yang
rendah
(Anggorodi, 1995).
Makin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi makin aktif kegiatan usus
untuk mencerna sehingga dapat merangsang pertumbuhan organ pencernaan. Jenis
ransum seperti misalnya perbedaan serat, juga dapat menentukan perkembangan
organ pencernaan (Sirl et al., 1992).
Kemampuan adaptasi saluran pencernaan berdasarkan atas fungsi fisiologis
tergantung pada pasokan nutrisi yang diberikan pada periode perkembangan awal
setelah menetas. Pemberian protein atau asam amino dalam jumlah banyak dapat
meningkatkan daya serap usus atau berakibat sebaliknya dengan pembatasan ransum.
Kemampuan usus dalam memanfaatkan nutrisi ditentukan oleh perkembangan
saluran percernaan secara fisiologis yang dilihat dari segi aktivitas enzim (Zhou et
al., 1990).
Awal Pemberian Ransum
Di peternakan komersil seringkali day old chick (DOC) tidak langsung diberi
makan, tetapi dipuasakan tiga hari, dengan tujuan mengoptimalkan sisa kuning telur
dan peradangan sisa kuning telur (omphalistis) menjadi berkurang. Faktanya adalah
ayam yang dipuasakan akan mengalami penyerapan sisa kuning telur menjadi lebih
lama, sehingga peluang untuk terinfeksi oleh kuman lingkungan menjadi jauh lebih
besar (Noy dan Sklan, 1996 dalam Unandar 1997).
Energi Kasar
Diet
Yolk
(Kcal) (%) (Kcal)
9.30
50
9.40
19.80
74
6.80
35.10
94
2.40
54.20
98
0.90
69.00
100
0.40
Protein
(%)
50
26
6
2
0
Diet
(Kcal)
0.46
0.97
1.72
2.66
3.39
(%)
57
56
90
94
99
Yolk
(Kcal)
0.35
0.77
0.20
0.17
0.04
(%)
43
44
10
6
1
Proses utama yang terjadi dalam pertumbuhan anak ayam, yaitu : Hiperplasia
(pertambahan jumlah sel - sel tubuh) dan hipertrofi (perbesaran ukuran sel tubuh).
Proses hiperplasia lebih besar daripada hipertropia pada minggu pertama dan kedua,
minggu ketiga seimbang dan berikutnya hipertropia lebih dominan. Tentu saja
apabila persedian sel - sel tidak ada jumlah yang cukup pada minggu pertama, akan
sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan maksimal pada minggu - minggu
selanjutnya.
Manfaat yang dapat dilihat dari pemberian ransum awal adalah :
a. Sistem pencernaan makanan
Pemberian ransum akan marangsang perkembangan usus. Vili dapat
berkembang sempurna. Motilitas/peristaltik juga dipacu seawal mungkin, sehingga
sistem transport dalam usus berlangsung baik. Enzim pankreas dan garam empedu
digertak seawal mungkin, seiring dengan makanan yang masuk.
b. Sistem imunitas
-
Antibodi maternal
bibit
penyakit
dari
lingkungan,
sehingga
kematian
akan
lebih tinggi dan penampilan ayam tidak bisa maksimal (Unandar 1997).
-
c. Penampilan ayam
Berat badan dan konversi ransum berbeda nyata sejalan dengan penyerapan
ransum yang maksimal dan sistem pertahanan tubuh yang dapat diandalkan. Pada
beberapa penelitian, ternyata jika proses penyerapan sisa kuning telur berjalan
secara normal, maka kondisi seperti ini akan mengaktivasi organ yang berkaitan
dengan proses pada ayam (Noy et al., 1996; Unandar 1997).
Kondisi cekaman pada anak ayam akan meningkatkan produksi
adenokortikotropil haormone (ACTH) oleh kelenjar pituitari pada otak. Salah
satu efek dari tingginya kadar hormon adalah menurunnya metabolisme tubuh
secara umum, termasuk penyerapan kuning telur pada DOC (lihat Gambar 1).
Gangguan penyerapan kuning telur akan berdampak pada gangguan nutrisi yang
terlihat pada pertumbuhan yang lebih lambat. Kuning telur yang tersisa akan
terkontaminasi oleh mikroorganisme, menyebabkan terjadinya radang pusar
DOC (omphalistis). Penyerapan zat kebal induk yang terdapat pada sisa kuning
telur juga akan terhambat sehingga pada akhirnya menurunkan daya tahan tubuh
dan kepekaan pada penyakit akan meningkat.
Kegunaan Kuning Telur (Yolk) pada Anak Ayam
Yolk Sac (kantong kuning telur) merupakan membran yang membungkus
kuning telur selama proses perkembangan embrio berlangsung. Yolk sac dan sisa
kuning telur akan diserap dan masuk ke dalam rongga tubuh embrio yang sedang
berkembang, sehari sebelum telur menetas atau pada hari ke-20 pengeramanan.
Bahan ini akan menjadi cadangan makanan bagi anak ayam yang baru menetas
(Austic dan Nesheim, 1990).
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa anak ayam sejak berumur satu
sampai dua hari masih mempunyai cadangan makanan yang tertimbun dalam tubuh
berupa sisa sisa kuning telur (yolk). Cadangan makanan tersebut masih cukup
untuk memenuhi kebutuhan anak ayam selama 48 jam sejak menetas. Sebagian ahli
lainnya berpendapat, sekalipun mempunyai sisa sisa kuning telur, bahwa anak
ayam masih membutuhkan makanan. Pendapat ini pun masuk akal, sebab
pertumbuhan pertama dari anak ayam berlangsung sangat cepat, sehingga banyak
membutuhkan zat putih telur (protein). Karena itu sisa sisa kuning telur tadi tidak
mencukupi kebutuhan anak ayam untuk mendukung pertumbuhan tubuhnya
(Muslim, 1993).
Anak ayam yang baru menetas dapat bertahan tidak makan selama dua hari
sejak ia ditetaskan, karena di dalam perutnya masih ada sisa kuning telur yang
digunakan sebagai sumber energi (Rasyaf, 1989).
Pada perkembangan embrio selanjutnya, kuning telur merupakan sumber
energi. Selama penetasan, kuning telur terdiri dari 20% adalah berat badan anak
ayam dan mengandung 20 40% lemak serta 20 25% protein. Menjelang
berakhirnya masa inkubasi sisa kuning telur terkumpul di dalam rongga abdominal.
Bagi anak ayam yang baru menetas, kuning telur tersedia sebagai energi sedangkan
protein untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Sisa kuning telur cukup untuk
kelangsungan hidup anak ayam hingga umur 3 4 hari tanpa diberikan ransum,
tetapi tidak dapat mendukung perkembangan saluran pencernaan dan sistem
kekebalan ataupun pertambahan berat badan. Selanjutnya kebanyakan protein berisi
berbagai biomolekuler berharga seperti maternal antibodi yang digunakan untuk
kekebalan pasif yang berguna daripada sebagai sumber asam amino. Pecahan lipid
dari kuning telur sebagian besar berisi trigliserida, phospolipid dan sejumlah kecil
ester kolesterol serta asam lemak tidak bebas. Pada saat penetasan anak ayam,
kuning telur dimanfaatkan baik oleh endositosis dari kandungan kuning telur ke
dalam sirkulasi atau oleh batang kuning telur ke dalam usus halus. Pergerakan anti
peristaltik mentransfer kuning telur ke usus halus dimana acyl lipid di cerna oleh
enzim lipase dari pankreas dan diserapnya (Charoen Pokphand Bulletin Service,
2006).
Pemberian Ransum yang Lebih Awal Dapat Mempercepat Penyerapan Kuning
Telur
Sisa kuning telur pada umumnya akan habis hingga 4 hari setelah menetas.
Studi terbaru mengindikasikan bahwa sisa kuning telur digunakan lebih cepat oleh
anak ayam yang sudah mendapatkan ransum lebih awal pada anak ayam broiler saat
menetas adalah 6,5 gram, yang berkurang menjadi 0,4 gram dalam waktu
96 jam
pada anak ayam yang diberi ransum segera setelah menetas (Gambar 2), tetapi berat
kuning telur yang tersisa pada anak ayam yang dipuasakan 24 dan
48 jam adalah
0,7 gram dan 1,5 gram setelah 96 jam. Hal ini disebabkan karena gerakan anti
peristaltik yang mentransfer kuning telur hingga ke duodenum karena dirangsang
dengan kehadiran makanan di dalam saluran usus. Tetapi pada proses penetasan anak
ayam di perunggasan komersial, anak ayam akan ditransfer dari inkubator ketika
sebagian besar telah terlepas dari kerabang telur. Diikuti dengan proses selanjutnya
seperti sexing, vaksinasi dan pengemasan yang dilakukan sebelum dimasukkan ke
dalam box untuk dikirim. Jadi dalam kenyataannya, anak ayam seringkali tidak
mendapatkan air minum dan ransum, yang menyebabkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan terlambat. Oleh karena segera setelah penetasan merupakan periode
kritis untuk perkembangan dan kelangsungan hidup bagi anak ayam (Charoen
Pokphand Bulletin Service, 2006).
Sedangkan pada anak ayam yang diberi ransum segera dan dipuasakan
24
jam tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap berat badan. Dilaporkan juga dari
studi lain bahwa ayam yang tidak diberi ransum dan air minum dalam kurun waktu
48 jam setelah menetas dapat menurunkan berat badan 7,8 % dibandingkan dengan
anak ayam yang diberi ransum segera setelah menetas. Pada percobaan lain
dilaporkan bahwa pullet dan anak ayam yang dipuasakan selama 48 jam atau lebih
akan memperlambat pertambahan berat badan dan perkembangan usus, menurunkan
areal penyerapan usus dan membatasi kapasitas pengambilan nutrien yang penting,
jadi merupakan kontribusi untuk pertumbuhan terlambat di kemudian hari akan
menurun. Pemberian ransum yang lebih cepat pada anak ayam akan meningkatkan
persentase daging dada yang dihasilkan hingga 7 9% jika dibandingkan dengan
anak ayam yang dipuasakan. Hal ini berkaitan dengan perbedaan perkembangan
kerangka dan otot atau efek jangka panjang dengan pemberian ransum yang lebih
awal (Charoen Pokphand Bulletin Service, 2006).
yang
mana
dapat
mengurangi
pendapatan
terlihat
mencapai
peternak
broiler
Proventriculus
Hati
dan
Pankreas Duodenum Jejenum Ileum
Gizzard
3.76
3.71
3.24
7.91
8.03
7.80
0.38
0.36
0.20
2.94
2.89
2.78
2.82
2.85
2.39
2.12
2.07
1.65
mengkonsumsi ransum dan enzim ini akan terus menerus disekresikan relatif konstan
jika anak ayam mengkonsumsi ransum. Anak ayam yang mencerna makanan maka
aktifitas enzim tripsin, amilase dan lipase akan meningkat yang berkorelasi dengan
peningkatan berat usus dan berat badan. Pengambilan nutrisi seperti glukosa dan
metionin adalah rendah (25 30%) segera setelah ayam menetas. Pemberian ransum
yang rendah natrium akan menurunkan pengambilan nutrisi di usus sehingga
disarankan nutrisi penting diberikan di awal periode penetasan. Pankreas, hati dan
usus halus berkembang cepat setelah anak ayam menetas, sehingga hal ini perlu
diperhatikan. Pemberian ransum lebih awal akan merangsang perkembangan organ
tersebut, meningkatkan kapasitas pencernaan dan penyerapan usus. Total aktifitas
enzim pencernaan cenderung meningkat selama periode setelah bereaksi dengan
adanya makanan dalam usus (Charoen Pokphand Bulletin Service, 2006).