Agustus 2015
AKRODERMATITIS
OLEH:
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNTAD
RSUD UNDATA PALU
2015
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pekerjaan
5. Alamat
6. Agama
7. Status
8. Tanggal pemeriksaan
9. Ruangan
: Ny. Y
: 39 tahun
: Perempuan
: IRT
: BTN. Petobo D5 No.34
: Islam
: Sudah menikah
: 10 Agustus 2015
: Poliklinik Kesehatan Kulit & Kelamin Undata
Riwayat Sosial:
Pasien seorang IRT. Pasien mengatakan kadang dihinggapi rasa stress
karena jika ada masalah keluarga. Jika mencuci pakaian, pasien
menggunakan mesin cuci otomatis, sehingga kontak dengan sabun/deterjen
sangat jarang. Ketika mencuci piring, pasien juga menggunakan sarung
tangan karet. Pasien mengaku jarang melakukan aktivitas berkebun. Pasien
juga tidak memiliki kebiasaan merokok atau penggunaan alkohol dan saat
ini tidak menggunakan kontrasepsi jenis apapun. Pasien mengaku tidak
pernah mengolesi kulitnya (kontak) dengan minyak tawon atau telon bayi.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
: Baik
2. Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu aksila
: 110/80 mmHg
: 88 kali/menit
: 22 kali/menit
: 36,50C
3. Status Dermatologis/Venereologis
1) Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2) Leher
: tidak terdapat ujud kelainan kulit
3) Thoraks : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4)
5)
6)
7)
8)
9)
IV.
GAMBAR
V. RESUME
Seorang wanita 39 tahun MRS dengan keluhan muncul benjolan kecil berisi
cairan yang gatal dan perih yang telah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.
Awalnya muncul satu gelembung cair yang gatal namun terus menerus bertambah
dan diantaranya ada yang pecah dan mengelupas dan ada yang menjadi
penonjolan teraba keras berwarna merah dan padat yang sakit jika ditekan. Lesi
ini muncul secara tiba-tiba, tanpa pasien ketahui pemicunya. Munculnya gatal
tidak spesifik pada malam hari, dan tidak ada anggota keluarga yang sakit kulit
serupa Pasien sudah ke dokter keluarga, diberikan obat minum cetirizine 10 mg
1x1 dan krim dexamethasone 0,1 % pada pagi dan malam, namun tidak ada
perbaikan.
Pasien kadang mengalami stress jika ada masalah dalam keluarga. Pasien
jarang
kontak
langsung
dengan
detergen/sabun
jika
mencuci
pakaian
(menggunakan mesin cuci otomatis) dan menggunakan sarung tangan karet ketika
cuci piring. Pasien juga belum pernah mengolesi/kontak dengan minyak apapun.
Pasien memiliki mengaku tangannya selalu basah sejak usia kanak-kanak. Tidak
ada riwayat alergi / atopi pada pasien dan keluarga pasien.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan keadaan umum: baik;
kesadaran: compos mentis; status gizi: baik. Tanda vital: TD 110/80 mmHg, Nadi
88 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu aksiler 36,5 oC.
Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan terdapat effloresensi pada
ekstremitas superior di regio palmar manus sinistra yaitu: terdapat papul eritem,
plak eritem, fissura dan skuama di phalangs distal digiti III. Juga terdapat vesikel
milier diskret, plak eritem dan skuama di phalangs intermediet digiti IV .
VI.
DIAGNOSIS BANDING
1. Akrodermatitis
2. Dermatitis dishidrosis (Phompholyx)
5
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Akrodermatitis dan infeksi sekunder
X. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
o Menjaga hiegini dan sanitasi
o Hindari stress
o Jangan menggaruk pada daerah lesi karena akan menyebabkan
perburukan dan timbul infeksi sekunder. Untuk mengurangi gatal,
-
XI.
PROGNOSA
- Qua ad vitam
- Qua ad functionam
- Qua ad sanationam
- Qua ad kosmetikam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
PEMBAHASAN
ditekan. Lesi ini muncul secara tiba-tiba, tanpa pasien ketahui pemicunya.
Munculnya gatal tidak spesifik pada malam hari, dan tidak ada anggota keluarga
yang sakit kulit serupa Pasien sudah ke dokter keluarga, diberikan obat minum
cetirizine 10 mg 1x1 dan krim dexamethasone 0,1 % pada pagi dan malam,
namun tidak ada perbaikan. Pasien jarang kontak langsung dengan detergen/sabun
jika mencuci pakaian (menggunakan mesin cuci otomatis) dan menggunakan
sarung tangan plastic ketika cuci piring. Pasien memiliki mengaku tangannya
selalu basah sejak usia kanak-kanak. Tidak ada riwayat alergi pada pasien.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan keadaan umum: baik;
kesadaran: compos mentis; status gizi: baik. Tanda vital: TD 110/80 mmHg, Nadi
88 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu aksiler 36,5 oC.
Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan terdapat effloresensi pada
ekstremitas superior di regio palmar manus sinistra yaitu: terdapat papul eritem,
plak eritem, fissura dan skuama di phalangs distal digiti III; serta terdapat vesikel
milier diskret, plak eritem dan skuama di phalangs intermediet digiti IV.
Akrodermatitis merupakan dermatitis tipe vesikuler pada jari, telapak tangak
dan kaki. Penyakit ini merupakan dermatosis yang dapat dalam keadaan akut,
rekuren dan kronik, yang dikarakteristikkan dengan adanya vesikel yang gatal
dengan onset tiba-tiba, dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan fisura dan
likenifikasi.1,2
Distribusi dari ruam adalah 80% pada tangan dan kaki, dimana tempat
predileksi dimulai dari bagian lateral jari-jari , telapak tangan, telapak kaki dan
pada keadaan lanjut pada bagian dorsal jari-jari.1
Ditinjau dari segi bahasa, berasal dari kata acro yang berarti ekstremitas dan
dermatitis yang mempunyai arti peradangan pada kulit. Akrodermatitis adalah
suatu kelainan kulit yang tidak berbahaya yang disertai gejala demam dan
malaise, yang terkait dengan suatu infeksi virus atau bakteri.3
Penyebab akrodermatitis belum diketahui secara pasti. Akrodermatitis sering
timbul bersaman dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis atopic, dermatitis
kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita, infeksi bakteri,
lingkungan dan stress.3 Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam
menyebabkan akrodermatitis, yaitu:
1. Atopi: sebanyak 50% pasien dengan akrodermatitis dilaporkan baik secara
personal maupun keluarga mempunyai atopi diatesis (eksema, asma, hay
fever, rhinitis alergika)
2. Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak mempunyai
riwayat atopi
3. Sensitif terhadap nikel: ini merupakan faktor signifikan dalam akrodermatitis
namun mempunyai jumlah yang rendah, sedangkan dalam beberapa studi lain
dilaporkan adanya peningkatan terhadap nikel
4. Infeksi jamur
5. Stress emosi: merupakan faktor yang paling memungkinkan menyebabkan
akrodermatitis. Banyak pasien yang melaporkan adanya akrodermatitis
berulang selama periode stress. Perbaikan akrodermatitis menggunakan
biofeedback untuk mengurangi stress.
6. Faktor lain: faktor yang dilaporkan yang bisa menyebabkan akrodermatitis
yaitu rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implant metal.
Mekanisme terjadinya akrodermatitis sendiri masih belum jelas. Hipotesis
paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada
akrodermatitis
disebabkan
oleh
eksreksi
keringan
yang
berlebihan
(hyperhidrosis). Namun seringkali hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi karena
lesi-lesi vesicular yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak berkaitan dengan
saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hyperhidrosis merupakan salah
satu tanda yang terlihat secara khas pada 40% penderita dermatitis dishidrosis.4
Stress emosional dan faktor lingkungan meliputi perubahan iklim,suhu yang
panas atau dingin dan kelembaban dapat memudahkan terjadinya penyebaran
akrodermatitis. Pasien mengeluh gatal pada tangan yang basah serta adanya bula
yang tiba-tiba muncul. Keadaan tersebut bisa berubah dari sekali sebulan menjadi
sekali setahun.2
Gelembung (vesikel) kecil dengan karakteristik sebagai berikut:
Vesikel yang sangat kecil (diametes 3 mm atau kurang) yang muncul pada
ujung dan/atau sisi jari tangan dan kaki serta telapak tangan
Vesikel yang opak dan dalam, yang rata dengan kulit atau sedikit ebih
tinggi dan tidak mudah pecah. Akhirnya, gelembung kecil bersatu menjadi
bula
Vesikel mungkin gatal dan nyeri atau tidak ada gejala sama sekali dan
REFERENSI
1. Lowell AG,Stevent IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, Klaus W,
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Eighth Edition. New
York: Mc Graw-Hill. 2012
2. Jenniger, Camila K. Pediatric Dyshidrotic Eczema. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/910946-overview, diakses tanggal
10 Agustus 2015
3. Harahap, H. Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta: Hipokrates. 2000.
4. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Jakarta: EGC. 1996.
10