Anda di halaman 1dari 27

SL.III. RS.

3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adella, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Sikap penderita wanita yang datang pada dokter agak berbeda dengan sikap
penderita pria, lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik.
Seorang wanita yang mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat
kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
rasa takut dan rasa malu.
Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada
pemeriksaan pertama kali, dari sang dokter sangat diperlukan pengertian
(sympathy), kesabaran, dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Waktu
dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya didampingi oleh seorang
pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis muda belia dan anak kecil
perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.
Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik untuk bagian terbesar
berkisar antara 3 gejala pokok, yaitu perdarahan, rasa nyeri dan
pembengkakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemeriksaan
ginekologik yang dilakukan adalah dalam upaya menemukan dan
menegakkan diagnosis kelainan ginekologis dari penderita tertentu.
II. TUJUAN KEGIATAN
II. 1 TUJUAN UMUM:
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan ginekologi ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan ginekologis.
II. 2 TUJUAN KHUSUS:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi yaitu :
1. Pemeriksaan abdomen bagian bawah dan lipat paha (groin)
2. Pemeriksaan genitalia luar
3. Pemeriksaan genitalia dalam dengan spekulum
4. Pemeriksaan bimanual
5. Pemeriksaan rektovaginal
III. RUJUKAN

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw Hill;
2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed. St.
Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10.Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
11.Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
12.Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecologic oncology, 7th ed. New
York: Mosby Elsevier; 2007.
13.Hankins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap III LC. Operative
obstetrics. Norwalk: Appleton & Lange; 1995.
14.Baziad A. Endokrinologi ginekologi, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius; 2008.
15.DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current diagnosis
& treatment obstetrics & gynecology. New York: McGraw Hill; 2007

IV. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah + alat tulis
2. Kursi 3 buah
3. Manikin

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Sarung tangan
Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
Meja periksa / tempat tidur pasien
Lampu sorot
Doek kain pentup untuk ibu
Spekulum bivalve
Jelly

V. TEKNIK PELAKSANAAN
I. PERSIAPAN
1. Menyapa, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan pemeriksaan dan
meminta kesediaan pasien.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah abdomen dan
genitalnya
3. Meminta ibu untuk melepaskan pakaian dan membantu naik ke meja
pemeriksaan
4. Melakukan cuci tangan rutin.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN LIPAT
PAHA (GROIN)
1. Meminta ibu untuk berbaring di meja pemeriksaan dengan kedua
lengan di samping
2. Pemeriksa berada di sebelah kanan ibu.
3. Memperhatikan seluruh abdomen bagian bawah
4. Perhatikan apakah ada benjolan serta letak dan bentuk pusar
(umbilikus)
5. Perhatikan apakah terdapat warna yang tak biasa, parut (skar), guratan
(strecth mark) atau ruam dan lesi.
6. Palpasi semua area abdomen dengan menggunakan permukaan jari-jari
tangan secara lembut.
7. Mengidentifikasi adanya massa, daerah yang nyeri atau resistensi otot.
8. Bila ada massa palpasi lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, nyeri (tenderness), mobilitas massa.
9. Jika terdapat nyeri, tentukan apakah ada nyeri lepas (rebound
tenderness).
10.Jika ada borok (ulkus) pemeriksa menggunakan sarung tangan
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR

1. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan (stirrups).


Jika tidak ada dudukan, ibu dibantu menaruh kedua kakinya di tepi
luar ujung meja.
2. Tutupi bagian perut ibu dengan kain penutup (drape).
3. Pemeriksa berdiri menghadap ke arah genital penderita.
4. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkannya ke daerah genital.
5. Pemeriksa kembali mencuci tangan secara rutin dan menggunakan
sarung tangan.
6. Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu
untuk mencegah ibu terkejut.
7. Memperhatikan labia mayora, klitoris dan perineum.
8. Pisahkan labia mayora dengan dua jari, perhatikan labia minora,
klitoris, orifisium uretra dan introitus vagina.
9. Raba labia minora dengan menggunakan jempol dan telunjuk tangan
kanan tentukan apakah ada benjolan, discharge, nyeri (tenderness),
ulkus dan fistula. Rasakan apakah ada ketidakteraturan atau nodul.
10. Memeriksa kelenjar Skene (Skenes gland) untuk melihat adanya
keputihan dan nyeri. Caranya : dengan telapak tangan menghadap ke
atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut
mendorong ke atas mengenai uretra dan memerah kelenjar pada kedua
sisinya. Jika ada discharge, ambil hapusan (smear) untuk pewarnaan
Gram, tes gonorrhea dan chlamydia.
11. Memeriksa kelenjar Bartholin untuk melihat apakah ada discharge
dan nyeri. Caranya : dengan telapak tangan menghadap ke bawah
masukkan jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah introitus vagina
dan meraba dasar masing-masing labia mayora. Dengan menggunakan
jari telunjuk dan ibu jari, palpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada
benjolan atau nyeri. Jika ada discharge, ambil hapusan (smear) untuk
pewarnaan Gram dan tes gonorrhea dan chlamydia.
12. Periksa apakah terdapat benjolan pada dinding anterior dan posterior
vagina dengan cara meminta ibu mengedan dan pemeriksa menahan
labia dalam posisi terbuka.
13. Periksa perineum untuk melihat adanya parut (scarring), lesi,
inflamasi, atau retakan kulit.
IV. PEMERIKSAAN GENITALIA INTERNA DENGAN SPEKULUM

1. Mengambil spekulum bivalve (cocor bebek), menunjukkan dan


menjelaskan apa yang akan dilakukan kepada ibu.
2. Pisahkan labia mayora dengan dua jari tangan kiri
3. Dengan tangan kanan masukkan spekulum sepenuhnya secara miring

4.
5.

6.
7.

(gagang dilateral kanan pemeriksa ) lalu putar gagang ke arah bawah


dan buka.
Lihat dinding vagina dan perhatikan apakah ada inflamasi, ulkus atau
luka lecet dan discharge.
Melihat serviks dan mulut rahim lalu perhatikan warna, posisi,
kehalusan permukaan, atau discharge. Jika serviks mudah berdarah
atau terdapat mucopus, ambil spesimen untuk pewarnaan Gram, tes
gonorrhea dan chlamydia.
Melepas spekulum dengan terlebih dahulu menutupnya lalu memutar
gagang ke lateral kanan dan menarik keluar.
Menaruh spekulum dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi

V. PEMERIKSAAN BIMANUAL
1. Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang akan
dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand) dengan air bersih.
2. Pisahkan labia dengan dua jari (jempol dan telunjuk) tangan kiri
(abdominal hand)
3. Sentuh dan tekan pintu vagina ke arah bawah sampai otot perineum
menjadi relaks/lemas, lalu masukkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan (pelvic hand) ke dalam vagina dengan posisi jari
telunjuk di atas sampai menyentuh serviks.
4. Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks. Perhatikan posisi dan
konsistensinya
5. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu ke sisi lain
diantara kedua jari. Perhatikan apakah ibu merasa sakit.
6. Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan kedua jari di rongga
belakang serviks untuk meraba rahim.
7. Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di tengah antara pusar
dan tulang pubis.
8. Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen ke arah simfisis
pubis dengan menekan ke bawah dan ke depan dengan telapak jarijari tangan. Pada saat yang sama, tekan ke atas dengan kedua jari
tangan yang berada dalam vagina, berusaha memerangkap rahim
diantara kedua tangan. Jika rahim tidak teraba, periksa apakah rahim
dalam posisi retrofleksi.
9. Mempalpasi uterus dan memeriksa :
- ukuran
- bentuk
- letak
- konsistensi

- mobilitas
- nyeri
10.Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari tangan yang ada dalam
vagina dengan ujung jari pada forniks lateral.
11.Menggerakkan tangan yang berada pada abdomen ke sisi yang sama
dan lateral terhadap rahim. Tekan dengan tangan yang di abdomen
dan menekan keatas dengan jari tangan yang berada dalam. Dengan
lembut menggerakkan jari-jari kedua tangan dan menggerakkan jarijari ke arah simfisis pubis.
12.Menentukan ukuran, konsistensi, mobilitas ovarium.
13.Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya.
14.Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri dari
massa yang ada dalam adneksa.
VI. PEMERIKSAAN REKTOVAGINA
1. Menjelaskan kepada ibu tentang apa yang akan dilakukan.
2. Jika perlu mengganti sarung tangan, celupkan kedua tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lalu
lepaskan dengan membalik sisi dalam keluar. Jika akan dibuang,
masukkan ke dalam kantung plastik. Jika akan dipakai ulang,
dekontaminasi dengan merendam dalam larutan klorin 0,5%.
3. Perlahan-lahan masukkan jari tengah ke dalam rektum dan jari
telunjuk ke dalam vagina. Meminta ibu untuk menghembuskan nafas
agar lebih santai.
4. Tekan dengan kencang dan dalam dengan tangan yang berada di atas
tulang pubis sementara jari-jari yang berada dalam vagina dan rektum
menekan serviks secara anterior.
5. Meraba permukaan rahim untuk mengetahui apakah terasa halus
6. Memeriksa apakah terasa nyeri atau ada massa diantara rahim dan
rektum
7. Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari secara perlahan.
8. Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, melepas sarung tangan dengan membalik sisi
dalam keluar dan menaruh ke dalam kantung plastik
VII. SELESAI MELAKUKAN PEMERIKSAAN
1. Jika sarung tangan akan dibuang, letakkan dalam kantung plastik
2. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih, lalu dikeringkan
dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan
3. Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta ibu berpakaian

4. Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang tak normal dan halhal perlu dilakukan, jika ada. Jika hasil pemeriksaan normal, katakan
padanya bahwa semuanya dalam keadaan normal dan sehat.
V. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya
Tidak

I. PERSIAPAN
1. Menjelaskan mengapa pemeriksaan dilakukan.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah
abdomen dan genitalnya.
3. Meminta ibu melepas pakaian dan membantunya
naik ke meja periksa.
4. Mencuci tangan dengan air sabun sampai benarbenar bersih dan dikeringkan dengan kain bersih
dan kering atau dianginkan.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN GROIN
5. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa
dengan kedua lengan di samping
6. Memapar seluruh abdomen
7. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen.
Perhatikan letak dan bentuk pusar (umbilikal)
8. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah
terdapat warna yang tak biasa, parut (skar), guratan
(strecth mark) atau ruam dan lesi.
9. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan
jari-jari tangan, mempalpasi semua area abdomen.
Mengidentifikasi adanya massa, daerah yang nyeri
atau resistensi otot. Mencatat temuan.
10.Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran,
bentuk, konsistensi, kenyerian (tenderness),
mobilitas dan pergerakan massa. Mencatat massa
dan area nyeri yang ditemukan.
11.Mengidentifikasi area yang terasa nyeri (tender
area). Jika terdapat nyeri, periksa apakah terjadi
rebound tenderness.
12.Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah
(groin), memakai sepasang sarung tangan periksa

sebelum memeriksa groin. Mempalpasi kedua area


abdomen bawah apakah terdapat benjolan.
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR
13.Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada
dudukan (stirrups). Jika tidak ada dudukan,
membantu ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar
ujung meja. Tutupi ibu dengan duk/drape.
14.Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih
dan dikeringkan dengan kain bersih dan kering,
atau dianginkan.
15.Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke
daerah genital.
16.Memakai sepasang sarung tangan periksa
17.Menyentuh paha sebelah dalam sebelum
menyentuh daerah genital ibu untuk mencegah ibu
terkejut.
18.Memperhatikan labia, klitoris dan perineum
19.Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari,
memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan
mulut vagina
20.Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat
benjolan, discharge, nyeri (tenderness), ulcer dan
fistula. Rasakan apakah ada ketidakberaturan atau
nodules.
21. Memeriksa kelenjar skene (skenes gland) untuk
melihat adanya keputihan dan nyeri. Dengan
telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari
telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut
mendorong ke atas mengenai uretra dan memerah
kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke
uretra. (Jika ada discharge, ambil hapusan (smear)
untuk pewarnaan Gram dan tes apakah ada
gonorrhea
dan
chlamydia,
jika
fasilitas
laboratorium tersedia)
22. Memeriksa kelenjar Bartholini untuk melihat
apakah ada discharge dan nyeri. Masukkan jari
telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut
vagina dan meraba dasar masing-masing labia
majora. Dengan menggunakan jari dan ibu jari,

mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada


benjolan atau nyeri. (Jika ada discharge, ambil
hapusan (smear) untuk pewarnaan Gram dan tes
apakah ada gonorrhea dan chlamydia, jika fasilitas
laboratorium tersedia)
23.Meminta ibu untuk mengedan ketika menahan
labia dalam posisi terbuka. Periksa apakah terdapat
benjolan pada dinding anterior atau posterior
vagina.
24.Melihat perineum. Memeriksa apakah terdapat
parut (scarring), lesi, inflamasi, atau retakan kulit.
IV. PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM
25. Mengambil spekulum bivalve (spekulum cocor
bebek) dan menunjukkannya kepada ibu.
Menjelaskan apa yang akan dilakukan
26. Memasukkan spekulum sepenuhnya dan buka
cocor bebek. Melihat dinding vagina dan
perhatikan apakah terjadi inflamasi, ulcer atau
sores. Periksa apakah terdapat discharge
27.Melihat serviks dan os lalu perhatikan warna,
posisi, kehalusan permukaan, atau discharge. Jika
serviks mudah berdarah atau terdapat mucopus,
ambil spesimen untuk pewarnaan Gram dan tes
apakah terdapat gonorrhea dan chlamydia, jika
fasilitas laboratorium tersedia.
28.Melepas spekulum
29.Menaruh spekulum dalam larutan klorin 0,5 %
untuk dekontaminasi
V. PEMERIKSAAN BIMANUAL
30.Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
akan dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand)
dengan air bersih atau sekresi vagina.
31.Memisahkan labia dengan dua jari tangan
abdomen (abdominal hand) lalu masukkan ujung
jari telunjuk dan jari tengah tangan pelvis (pelvic
hand) ke dalam vagina
32. Ketika memberi tekanan ke bawah, tunggu sampai
otot perineum menjadi relaks/lemas. Secara
bertahap masukkan kedua jari sepenuhnya sampai

menyentuh serviks.
33.Memutar telapak tangan menghadap ke atas dan
ikuti mukosa vagina anterior sampai serviks
tersentuh
34.Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks.
Perhatikan posisi dan konsistensinya
35. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu
ke sisi lain diantara kedua jari. Perhatikan apakah
ibu merasa sakit.
36.Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan
kedua jari di rongga belakang serviks untuk
meraba rahim
37.Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di
tengah antara pusar dan tulang pubis.
38.Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen
ke arah simfisis pubis dengan menekan ke bawah
dan ke depan dengan telapak jari-jari tangan. Pada
saat yang sama, tekan ke atas dengan kedua jari
tangan yang berada dalam vagina, berusaha
memerangkap rahim diantara kedua tangan. Jika
rahim tidak teraba, periksa apakah rahim dalam
posisi retroverted.
39.Mempalpasi uterus dan memeriksa :
Ukuran
Bentuk
Letak
Konsistensi
Mobilitas
Nyeri
40.Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari
tangan yang ada dalam vagina dengan ujung jari
pada lateral forniks. Menggerakkan tangan yang
berada pada abdomen ke sisi yang sama dan lateral
terhadap rahim. Tekan dengan tangan yang di
abdomen dan menekan keatas dengan jari tangan
yang berada dalam. Dengan lembut menggerakkan
jari-jari kedua tangan dan menggerakkan jari-jari
ke arah simfisis pubis.
41. Menentukan
ukuran, konsistensi, mobilitas

ovarium
jika
teraba.(Normalnya:
kedua
ovarium/adneksa tidak teraba)
42.Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya
43.Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas
dan nyeri dari massa yang ada dalam adneksa.
VI. PEMERIKSAAN REKTOVAGINA
44.Menjelaskan kepada ibu tentang apa yang akan
dilakukan
45.Jika perlu mengganti sarung tangan, celupkan
kedua tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5 %, lalu lepaskan
dengan membalik sisi dalam keluar. Jika akan
dibuang, masukkan ke dalam kantung plastik. Jika
akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan
merendam dalam larutan klorin 0,5%.
46.Perlahan-lahan masukkan jari tengah ke dalam
rektum dan jari telunjuk ke dalam vagina. Meminta
ibu untuk menghembuskan nafas agar lebih santai.
47.Tekan dengan kencang dan dalam dengan tangan
yang berada di atas tulang pubis sementara jari-jari
yang berada dalam vagina dan rektum menekan
servisk secara anterior.
48.Meraba permukaan rahim untuk mengetahui
apakah terasa halus
49.Memeriksa apakah terasa nyeri atau ada massa
diantara rahim dan rektum
50.Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari
secara perlahan.
51.Masukkan kedua tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
melepas sarung tangan dengan membalik sisi
dalam keluar dan menaruh ke dalam kantung
plastik
VII. SELESAI MELAKUKAN PEMERIKSAAN
52.Jika sarung tangan akan dibuang, letakkan dalam
kantung plastik
53.Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih,
lalu dikeringkan dengan kain bersih dan kering,
atau dianginkan.

54.Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta


ibu berpakaian
55.Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang
tak normal dan hal-hal perlu dilakukan, jika ada.
Jika hasil pemeriksaan normal, katakan padanya
bahwa semuanya dalam keadaan normal dan sehat.
Note : Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan.
SL.III. RS. 6
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN PAPS SMEAR DAN PEMERIKSAAN APUSAN
VAGINA
M.Fidel Ganis Siregar, Cut Adeya Della, Riza Rivani
I. PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks uteri (kanalis
servikalis dan /atau porsio). Kanker serviks merupakan kanker ginekologi
yang tersering. Perubahan dari sel normal menjadi kanker memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga kita mempunyai waktu untuk melakukan
deteksi dini. Namun sayang, umumnya penderita datang dalam stadium
lanjut. Metode skrining yang masih dipercaya hingga saat ini adalah pap
smear. Pap smear merupakan metode skrining yang sudah dikenal luas.
Sensitivitas pap smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2
tahun 87%, setiap 3 tahun 78% dan bila setiap 5 tahun mencapai 68%.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Paps smear dan pemeriksaan apusan vagina.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Membuat sediaan Paps smear untuk pemeriksaan sitologi.
2. Melakukan pengambilan spesimen dari dinding vagina untuk
pemeriksaan mikrobiologi.

III. RUJUKAN
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III, LC,
Wenstrom KD. Williams obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw Hill;
2005.
2. Speroff L, Fritz MA. Clinical gynecologic endocrinology and
infertility, 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecologic oncology, 4th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2005.
4. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Wospodo D. Buku
acuan nasional: pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
JNPKKR-POGI; 2001.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Wospodo D. Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6. Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri RL. Kistners gynecology, 6th ed. St.
Louis; 1995.
7. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
dan ginekologi, edisi pertama. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.
8. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kebidanan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH. Ilmu kandungan. Edisi keempat.
Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
10. Rock JA, Jones III HW. Te Lindes operative gynecology, 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
1. Berek JS. Bereks and Novak gynecology. 14th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
a. Kursi 2 buah
b. Manikin
c. Sarung tangan
d. Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
e. Meja periksa / tempat tidur pasien
f. Lampu sorot
g. Kain penutup untuk ibu
h. Spekulum bivalve (cocor bebek)
i. Spatula Ayre
j. Alkohol 96 %

k.
l.
m.
n.
o.

Kaca objek (Object glass)


Kapas lidi steril
Tabung reaksi steril.
Formulir pemeriksaan sitologi
Formulir pemeriksaan mikrobilogi

V. TEKNIK PELAKSANAAN
A.PERKENALAN
1. Perkenalkan diri dan menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan secara
rinci
3. Pastikan ibu tidak sedang menstruasi, tidak senggama dan tidak
menggunakan obat vagina 3 hari sebelumnya (72 jam).
4. Pastikan ibu tidak melakukan pembilasan vagina dalam ........
5. Meminta persetujuan untuk dilakukan prosedur pemeriksaan.
B.PERSIAPAN
1. Periksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia
2. Pastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Tanyakan apakah ibu telah BAK, membersihkan dan membilas daerah
genital luarnya (vulva)
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian celana dalam
5. Bantu ibu naik ke meja periksa dan beri kain penutup
6. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai benar- benar bersih lalu
keringkan dengan kain bersih kering atau dianginkan. Mempalpasi
abdomen

7. Pakai sarung tangan periksa yang masih baru atau sarung tangan
bedah yang telah di-DTT.
8. Susun alat dan bahan pada wadah yang telah di- DTT.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAPS SMEAR


Periksa genitalia luar dan lubang uretra apakah terdapat keputihan
Palpasi Skenes glands dan Bartholins glands
Pasang spekulum cocor bebek , lalu dibuka untuk melihat serviks
Arahkan lampu/senter sehingga serviks terlihat jelas
Perhatikan serviks apakah normal atau tidak
Ambil spatule Ayre, masukkan tonjolannya ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 diputar searah jarum jam 3600
7. Oleskan sediaan lendir serviks ke atas kaca objek yang tersedia dengan

membentuk sudut 450 satu kali sapuan.


8. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 96% selama 10 menit.
D. PELAKSANANA PENGAMBILAN APUSAN VAGINA
1. Spekulum masih dalam posisi semula.
2. Lakukan usapan kapas lidi pada dinding vagina sebelah lateral kanan
atau kiri dari arah dalam keluar.
3. Masukkan kapas lidi ke dalam tabung steril dan langsung kirim ke
laboratorium Mikrobiologi.
E. DOKUMENTASI
Dokumentasikan tanggal pemeriksaan, tanggal pengiriman dan hasil
pengamatan yang dilakukan.
VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN PAPS SMEAR DAN
APUSAN VAGINA
LANGKAH/TUGAS
I. PERKENALAN
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami
mengapa dianjurkan menjalani tes Paps smear
dan menjelaskan prosedurnya
3. Memastikan ibu tidak sedang menstruasi, tidak
senggama, dan tidak menggunakan obat vagina
3 hari sebelumnya
(72 jam). Ibu tidak
melakukan pembilasan vagina.
4. Memastikan bahwa ibu sudah memahami temuan
seperti apa yang mungkin dihasilkan dan tindak
lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan
II. PERSIAPAN
1. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah
tersedia
2. Memastikan lampu tersedia dan siap digunakan
3. Menanyakan apakah ibu telah BAK dan
membersihkan serta membilas daerah genitalnya
(vulva)

PENGAMATAN
Ya
Tidak

4. Meminta ibu untuk melepas pakaian celana dalam


5. Membantu ibu naik ke meja periksa dan memberi
kain Penutup
6. Mencuci kedua tangan dengan air sabun sampai
benar- benar bersih lalu dikeringkan dengan kain
bersih dan kering atau dianginkan. Mempalpasi
abdomen
7. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang
masih baru atau sarung tangan bedah yang telah
di-DTT.
8. Menyusun alat dan bahan pada wadah yang telah
di- DTT, jika belum dilakukan
PEMERIKSAAN PAPS SMEAR
9. Memeriksa genitalia luar dan lubang uretra apakah
terdapat keputihan
10.Mempalpasi Skenes dan Bartholins glands
11. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi
terbuka sehingga spekulum tetap berada di
tempatnya agar serviks dapat terlihat.
12.Mengarahkan lampu/senter sehingga dapat
melihat serviks dengan jelas
13.Memeriksa serviks apakah normal atau tidak
14.Ambil spatule Ayre, tonjolan spatula Ayre
dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari
arah jam 12 diputar searah jarum jam 3600
15.Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca
objek yang tersedia dengan membentuk sudut 450
satu kali sapuan.
16. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam
larutan alkohol 96% selama 10 menit.
17.Sediaan dimasukkan ke dalam amplop dan
dikirim ke ahli patologi anatomi dengan
melampirkan formulir pemeriksaan sitologi yang
telah diisi dengan lengkap.
PENGAMBILAN APUSAN VAGINA UNTUK PEMERIKSAAN
MIKROBIOLOGI
LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
PEMERIKSAAN APUSAN VAGINA
Ya
Tidak

1. Memasang spekulum dan menyesuaikannya seperti


pada prosedur sebelumnya.
2. Dengan memakai kapas lidi dilakukan usapan pada
dinding vagina sebelah lateral kanan atau kiri dari
arah dalam keluar.
3. Kapas lidi dimasukkan ke dalam tabung steril dan
langsung dikirim ke Laboratorium mikrobiologi.
Note : Ya

= Mahasiswa melakukan.
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan.
SL.III. RS. 7
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING KELAINAN PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu

I. PENDAHULUAN
Kelainan pada payudara sebagian besar disebabkan oleh lesi jinak 90 %, hanya
sebagian kecil kelainan tersebut yang disebabkan oleh kanker dan sebagian besar
penderita datang dengan keluhan berupa benjolan dengan atau tanpa rasa nyeri. Kelainan
pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, infeksi, trauma dan neoplasma.
Untuk melakukan history taking yang benar pada kelainan payudara hal yang perlu
diperhatikan adalah keluhan utama dan usia penderita, di mana pada usia tertentu akan
ditemukan jenis kelainan tertentu pula misalnya pada wanita berusia < 30 tahun sangat
jarang ditemukan kanker payudara.
Dari keluhan utama dokter selanjutnya melakukan penjajakan menurut sistem
OLD CARDS/OPQRST. Kemudian menjajaki apakah ada keluhan tambahan pada
penderita, terutama di sekitar payudara yang dapat berupa nyeri, ulkus, kelainan pada
kulit seperti kulit tertarik, penebalan kulit, perubahan warna atau berupa eksema.
Selanjutnya ditanyakan apa ada perubahan pada puting susu misalnya tertarik ke
dalam, keluar cairan bening, bercampur darah, seperti susu atau kuning kehijauan dan
berbau.
Kemudian ditelusuri apakah ada timbul benjolan di daerah aksila dan leher di
mana bila ditemukan dapat sebagai pertanda telah terjadi metastase pada kelenjar limf
regional.
Penjajakan lanjutan ditujukan untuk mengetahui apakah telah terjadi metastase
jauh dengan menanyakan kepada penderita apa ada sesak nafas/batuk dan nyeri pada
tulang belakang yang merupakan lokasi metastase tersering yaitu paru dan tulang. Tidak
bisa diabaikan pada history taking adalah penyakit-penyakit yang pernah diderita, obatobatan yang digunakan dan pengobatan yang pernah didapat.
Pada penderita yang dicurigai mengidap kanker payudara di dalam history taking
perlu ditanyakan faktor-faktor risiko berupa pengaruh estrogen antara lain : usia
menarche, usia kehamilan pertama kali / melahirkan anak pertama, jumlah anak,

menyusui, usia menopause, penggunaan obat kontrasepsi dan penggunaan hormon


pengganti estrogen. Adanya riwayat keluarga menderita kanker payudara, pernah
menderita kanker payudara, pernah operasi tumor jinak pada payudara dan pernah
mendapat radiasi di daerah payudara juga merupakan faktor-faktor risiko.
II. TUJUAN KEGIATAN
II. 1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai melakukan latihan komunikasi dokter-pasien (history taking) ini
mahasiswa diharapkan mampu melakukan teknik komunikasi yang benar pada
penderita kelainan payudara.
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)

Aktivitas Belajar Mengajar

Keterangan

20 menit

Introduksi pada kelas besar (terdiri dari


45 mahasiswa)

Narasumber

10 menit

Demonstrasi pada kelas besar oleh nara


sumber dengan simulasi pasien.
Nara sumber memperlihatkan tata cara
history taking yang benar.
Tahap I.
Perkenalan pada pasien & history taking
Pribadi Pasien.
Tahap II.
Keluhan Utama, diuraikannya sesuai OLD
CARTS / OPQRST.
Keluhan tambahan saat ini yang
berhubungan dengan penyakit yang
diderita.
Menanyakan penyakit terdahulu .
Faktor risiko yang berhubungan dengan
penyakit yang diduga.

Narasumber

IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007

2. Dixon JM, ABC of Breast Diseases, International Student Edition, 3 rd ed. BMJ
Publishing group; 2006.
VI. SKENARIO KASUS
Seorang wanita umur 45 tahun, guru, menikah ,datang ke dokter dengan keluhan utama
ada benjolan pada payudara kiri sudah sejak 6 bulan yang lalu dan tidak nyeri. Akhirakhir ini sering batuk-batuk dan puting payudara kiri tertarik ke dalam. Haid teratur sejak
usia 15 tahun. Anak 1 orang, melahirkan pada usia 35 tahun, disusui selama 3 bulan.
Kakak penderita pernah operasi payudara pada usia 40 tahun dan sudah meninggal. Pada
usia 28 tahun penderita pernah operasi tumor jinak pada payudara kiri.
VII. TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat status perkawinan.
B. MENANYAKAN KELUHAN
1. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien, dan mengurai menurut
OPQRST / OLD CARDS
2. Menanyakan keluhan tambahan :
a. adanya rasa nyeri
b. kelainan pada kulit payudara, kemerahan, ulkus.
c. kelainan pada puting, tertarik, keluar cairan
3. Menanyakan apa telah terjadi penyebaran pada kelenjar limf regional, seperti :
a. timbul benjolan di aksila
b. benjolan di leher dan di tempat lain.
4. Menanyakan apa ada gejala metastase, seperti:
a. sesak nafas / batuk.
b. nyeri pada tulang belakang.
5. Menanyakan penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan jenis
pengobatan yang didapat.
6. Menanyakan faktor-faktor risiko kanker payudara:
Pengaruh estrogen :
1. usia menarhe
2. usia melahirkan anak pertama
3. jumlah anak
4. menyusui, lamanya
5. penggunaan obat kontrasepsi
6. usia menopause
7. penggunaan hormon estrogen pengganti
Lain-lain :
1. riwayat keluarga menderita kanker payudara.
2. pola hidup, merokok, alkohol, banyak makan berlemak.

3. pernah operasi tumor jinak di payudara.


4. pernah menderita kanker payudara.
5. pernah mendapat radiasi.
7. Dokumentasi
1. Hal yang ditemukan
2. Jelaskan pemeriksaan selanjutnya yang akan dilakukan.
VII. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KELAINAN PAYUDARA
LANGKAH/TUGAS
I.PERKENALAN
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat status
perkawinan.
II. MENANYAKAN KELUHAN
4.
5.

Menanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien, dan


mengurai menurut OPQRST / OLD CARDS
Menanyakan keluhan tambahan :
a. adanya rasa nyeri
b. kelainan pada kulit payudara, kemerahan, ulkus.
c. Kelainan pada puting, tertarik, keluar cairan.

6. Menanyakan apa telah terjadi penyebaran pada kelenjar


limpe regional, seperti :
a. timbul benjolan di aksila
b. benjolan dileher dan ditempat lain.
7. Menanyakan apa ada gejala metastase, seperti:
a. sesak nafas / batuk.
b. nyeri pada tulang belakang.
8. Menanyakan penyakit yang pernah diderita, obat-obat
yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat.
9.

Menanyakan faktor-faktor risiko kanker payudara:


Pengaruh estrogen :
1. usia menarhe
2. usia melahirkan anak pertama
3. jumlah anak
4. menyusui, lamanya
5. penggunaan obat kontrasepsi
6. usia menopause
7.penggunaan hormon estrogen pengganti
Lain-lain
1. riwayat keluarga menderita kanker payudara.

PENGAMATAN
Ya
Tidak

2. pola hidup, merokok, alkohol, banyak makan


berlemak.
3. pernah operasi tumor jinak di payudara.
4. pernah menderita kanker payudara.
5. pernah mendapat radiasi.
10. Mendokumentasi : hal yang ditemukan
2. Menjelaskan
dilakukan.

pemeriksaan

selanjutnya

yang

akan

SL.III. RS. 8
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik pada payudara merupakan rangkaian pemeriksaan yang harus
dilakukan oleh seorang dokter untuk menegakkan diagnosa, dilakukan setelah anamnesa,
yang terdiri inspeksi dan palpasi, sedangkan perkusi dan auskultasi jarang digunakan.
Pemeriksaan fisik payudara bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada daerah
payudara yang terdiri dari 5 regional yaitu lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral
bawah dan subareola dengan batas atas adalah klavikula, medial garis parasternal, bawah
setentang prosesus xypoid dan lateral linea aksilaris anterior. Pada saat yang bersamaan
pemeriksaan dilakukan di daerah aksila, infra dan supra klavikula.
Kelainan pada payudara dapat berupa kelainan bawaan, peradangan trauma dan
neoplasma.
Inspeksi, pengamatan dilakukan pada saat penderita duduk, setelah melepas seluruh
pakaian bagian atas yang dibantu oleh seorang paramedis pada 3 posisi, yaitu kedua
lengan disisi tubuh, mengangkat lengan keatas kepala dan kacak pinggang.

Hal-hal yang perlu diamati adalah,


- ukuran dan bentuk kedua payudara (size and shape).
- kelainan pada kulit antara lain benjolan, perubahan warna kulit (erythema), tarikan
pada kulit (dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul
satelit.
- adanya kelainan pada areola dan putting, putting susu tertarik (nipple retraction),
eksema dan keluar cairan dari putting.
- benjolan pada aksila/tanda-tanda radang.
- benjolan infra/supra klafikula.
Palpasi, perabaan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan bagian volar
distal jari 2,3 & 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal
bantal kecil dan lengan berada di atas kepala masih didampingi seorang paramedis.
Pemeriksa berdiri disisi kanan penderita dan menghadap penderita. Pertama perabaan
ditujukan pada payudara yang tanpa keluhan, payudara yang sakit, mulai pada payudara.
Areola dan puting payudara.
Palpasi pada kelenjar payudara harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral
atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara palpasi dapat dengan 3
cara, sirkular , radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba
seluruh bagian payudara bertahap.
Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah :
- lokasi 5 regio payudara, aksila, infra/supra klavikula.
- konsistensi, keras, kenyal, lunak/fluktuasi.
- permukaan: licin rata, berbenjol-benjol .
- mobilitas, dapat digerakkan, terfikser jaringan sekitarnya, kulit/dinding dada.
- batas: tegas/tidak tegas.
- nyeri: ada/tidak ada.
- ukuran dinyatakan diameter terbesar dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.
Pada saat palpasi daerah subareola diamati apakah ada keluar sekret dari puting payudara
dan diperhatikan warna, berbau, kekentalan. Cairan yang keluar dari puting dapat berupa,
air susu, cairan jernih, bercampur darah dan pus. Untuk palpasi puting menggunakan 2
jari, yaitu bagian volar distal ibu jari dan jari telunjuk.

Palpasi, kelenjar aksila, untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan
dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila
yang merupakan singgahan pertama bila tejadi penyebaran limfogen pada kanker
payudara. Posisi penderita sebaiknya duduk, pemeriksa berdiri didepan penderita, bila
hendak memeriksa aksila kanan lengan kanan penderita ditopang lengan kanan
pemeriksa, diabduksikan dan pemeriksa melakukan palpasi pada daerah aksila dengan
lembut dan cermat. Hal yang sama dilakukan untuk aksila sebelah kiri.

Palpasi infra dan supra klevikula, pasien dalam posisi duduk, pemerisa berdiri
dibelakang penderita dan melakukan palpasi dengan mengunakan kedua tangan secara
bersamaan.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kelainan payudara, antara lain:
kelainan bawaan payudara.
1. radang pada payudara.
2. tumor jinak payudara.
3. tumor ganas payudara.
IV. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
2. Dixon JM, ABC of breast diseases, international student edition, 3 rd edition BMJ
Publishing group, 2006.
V. PERALATAN DAN BAHAN
1. Meja 1 buah
2. Kursi 3 buah
3. Jangka sorong
4. Manekin payudara

VI.
TEKNIK
PELAKSANAAN
A.
TAHAP
PERKENALAN
1.
Menyapa
dan
memprkenalkan diri dengan pasien/keluarga pasien.
2. Menanyakan identitas penderita
3. Informed Consent (meminta persetujuan pasien)
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Mohon ijin untuk dilakukan pemeriksaan
2. Pasien dibawa kekamar periksa
3. Bersama seorang paramedis.
4. Membuka seluruh pakaian bagian atas.
5. Berada diatas tempat tidur pemeriksaan
C. INSPEKSI
1. Pasien dalam posisi duduk
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Pengamatan payudara dilakukan saat posisi kedua lengan disamping penderita,
diangkat diatas kepala dan saat kacak pinggang.
4. Hal hal yang diamati :
a. ukuran dan bentuk kedua payudara
b. warna kulit payudara / luka
c. adanya benjolan
d. pemekaran pembuluh darah

e. tarikan pada kulit


f. peau de orange
g. tarikan pada puting
h. ekzema pada puting / areola
i. benjolan / tanda-tanda radang di aksila
j. benjolan di infra / supra klavikula.
D. PALPASI
A. Payudara
1. Posisi pasien berbaring dan pundak diganjal bantal kecil dengan kedua lengan
berada diatas kepala.
2.
Pemeriksa berada disisi kanan pasien dan didampingi seorang paramedis.
3.
Palpasi menggunakan kedua tangan bagian volar, distal digiti 2,3 & 4.
4.
Palpasi harus mencakup 5 regio payudara, dapat sirkular, radial dan bertahap.
5. Yang diperhatikan, adanya massa / benjolan :
- lokasi, konsistensi, permukaan ,batas / margin, pergerakan / mobilitas, adanya
nyeri dan ukuran diameter terpanjang dalam mm dengan menggunakan jangka
sorong.
6. Pada daerah subareola perlu diamati apa ada keluar cairan dari puting , warna dan
bau.
B. Kelenjar aksila.
1. Posisi pasien duduk.
2. Pemeriksa berdiri didepan pasien
3. Lengan kanan pemeriksa menopang lengan kakan pasien dan tangan kiri
pemeriksa melakukan palpasi pada aksila kiri, demikian sebaliknya.
4. Hal yang diamati, adanya pembesaran kelenjar getah bening , satu atau lebih,
konglumerasi, nyeri.
C. Infra / supra klavikula.
1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Pemeriksa berdiri dibelakang
3. Mengunakan kedua tangan pada daerah yang berbeda.
4. Hal yang diamati apa ada teraba pembesaran kelenjar getah bening.
E. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan,
2. Menyimpulkan dan menjelaskan kemungkinan penyakit pasien dan anjuran
selanjutnya.
VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN PAYUDARA
LANGKAH/TUGAS
I. TAHAP PERKENALAN

PENGAMATAN
Ya
Tidak

1.Menyapa
dan
memprkenalkan
pasien/keluarga pasien.
2. Menanyakan identitas penderita
3. Informed Consent

diri

dengan

II. TAHAP PELAKSANAAN


1. Mohon ijin untuk dilakukan pemeriksaan
2. Pasien dibawa kekamar periksa
3. Bersama seorang paramedis.
4. Membuka seluruh pakaian bagian atas.
5. Berada diatas tempat tidur pemeriksaan
Inspeksi
1. pasien dalam posisi duduk
2. pemeriksa berdiri didepan pasien
3. pengamatan payudara dilakukan saat posisi kedua lengan
disamping penderita, diangkat diatas kepala dan saat
kacak pinggang.
4. hal hal yang diamati :
a. ukuran dan bentuk kedua payudara
b. warna kulit payudara / luka
c. adanya benjolan
d. pemekaran pembuluh darah
e. tarikan pada kulit
f. peau de orange
g. tarikan pada puting
h. ekzema pada puting / areola
i. benjolan / tanda-tanda radang di aksila
j. benjolan di infra / supra klavikula.
Palpasi
A. Payudara
1. Posisi pasien berbaring dan pundak diganjal bantal kecil
dengan kedua lengan berada diatas kepala.
2. Pemeriksa berada disisi kanan pasien dan didampingi
seorang paramedis.
3. Palpasi menggunakan kedua tangan bagian volar, distal
digiti 2,3 & 4.
4. Palpasi harus mencakup 5 regio payudara, dapat sirkular,
radial dan bertahap.
5. Yang diperhatikan, adanya massa / benjolan :
- lokasi, konsistensi, permukaan ,batas / margin,
pergerakan / mobilitas, adanya nyeri
dan ukuran
diameter terpanjang dalam mm dengan menggunakan
jangka sorong.
6. Pada daerah subareola perlu diamati apa ada keluar
cairan dari puting , warna dan bau.
B. Kelenjar aksila.

1.
2.
3.

Posisi pasien duduk.


Pemeriksa berdiri didepan pasien
Lengan kanan pemeriksa menopang lengan kakan
pasien dan tangan kiri pemeriksa melakukan palpasi
pada aksila kiri, demikian sebaliknya.
4. Hal yang diamati, adanya pembesaran kelenjar
getah bening , satu atau lebih, konglumerasi, nyeri.
C. Infra / supra klavikula.
a. Pasien dalam posisi duduk.
b. Pemeriksa berdiri dibelakang
c. Mengunakan kedua tangan pada daerah yang berbeda.
d. Hal yang diamati apa ada teraba pembesaran kelenjar
getah bening.
IV. DOKUMENTASI
1. Catat hal-hal yang ditemukan
2. Menyimpulkan dan menjelaskan kemungkinan
penyakit pasien
3. Tindakan dan anjuran selanjutnya.
Note :

Ya
Tidak

= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa Tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai