Anda di halaman 1dari 17

1

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Ruang Lingkup..............................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Rumusan Masalah.........................................................................................4
E. Manfaat:........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
ISI.............................................................................................................................5
A. Landasan Teori................................................................................................5
A.1. Alkohol......................................................................................................5
A.2 Enzim Gamma GT.....................................................................................9
A.3 Kopi..........................................................................................................11
B. Pemeriksaan Gamma GT...............................................................................13
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan:................................................................................................18
B. Saran:..........................................................................................................18
Daftar Pustaka........................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Didunia zaman ini ketika merasakan kantuk yang luar biasa, banyak
orang yang kemudian lari ke kopi. Selain bisa mengusir kantuk, kopi juga
memiliki fungsi istimewa lainnya yaitu dapat melindungi kerusakan hati,
khususnya pada mereka yang sering mengonsumsi minuman beralkohol.
Kesimpulan itu didapat dari studi baru yang belum lama dilakukan. Dalam
penelitian, peneliti bertanya tentang konsumsi kopi kepada hampir 19.000
pria Finlandia dan perempuan yang berusia 25 hingga 74 tahun yang
mengonsumsi alkohol.
"Temuan kami menunjukkan kemungkinan efek perlindungan dari asupan
kopi pada konsumen minuman beralkohol," ujar seorang peneliti, Dr Onni
Niemela, dari Seinajoki Central Hospital dan University of Tampere di
Finlandia, seperti dikutip dari ibnlive, Minggu (24/3/2013).
Dalam penelitian, Dr Onni mengukur darah peserta spesifik pada
kadar enzim hati gamma-glutamil transferase (GGT). Sebab minum
minuman beralkohol dapat meningkatkan kadar GGT dalam darah. Bahkan
minuman keras dapat menyebabkan penyakit hati pada para alkoholik.
Salah satu pria yang menjalani tes ini mengaku mengkonsumsi lebih dari
24 minuman beralkohol per minggu, atau sekitar 3,5 minuman dalam
sehari. Hasil tes menunjukkan bahwa ia memiliki tingkat tertinggi dari
enzim hati, yakni sekitar tiga kali lebih tinggi dibanding pria yang tidak
minum alkohol. Di antara mereka yang alkoholik, ternyata ada yang
merupakan penikmat kopi. Mereka mengonsumsi kopi sebanyak lima
cangkir atau lebih setiap harinya. Ternyata dari tes menunjukkan
penurunan 50 persen dalam GGT dibandingkan dengan pria yang tidak
minum kopi. (detik.com)

B. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup permasalahan yanga akan dibahas dalam penulisan
makalah ini, yaitu:
1. Peneliti hanya membahas tentang efek minum kopi terhadap
penurunan kadar GGT pada peminum alkohol.

2. Peneliti hanya mengakses informasi seputar pemeriksaan GGT dan


berbagai faktor yang memperngaruhi kadar GGT.
3. Informasi yang di dapat melalui jurnal, buku perkuliahan dan internet.
4. Penelitihan hanya memberikan efek dari meminum kopi dengan kadar
GGT pada peminum alkohol.

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui tentang enzim GGT dan alkohol


Untuk mengetahui kandungan dalam kopi
Untuk mengetahaui cara pemeriksaan kadar GGT
Untuk mengetahui pengaruh kadar GGT pada peminum alkohol
Untuk mengetahui Efek minum kopi dengan kadar GGT pada
peminum alkohol.

D. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu enzim GGT dan alkohol?


Apa saja kandungan dalam Kopi?
Bagaimana cara memeriksaan kadar GGT?
Apa pengaruh kadar GGT pada peminum alkohol?
Apa efek dari minum kopi terhadap kadar GGT pada peminum
alkohol?

E. Manfaat:
1.
2.
3.
4.
5.

Dapat mengetahui tentang enzim GGT dan alkohol.


Dapat mengetahui apa saja kandungan didalam kopi
Dapat mengetahui prosedure pemeriksaan kadar GGT
Dapat menegtahui pengaruh kadar GGT pada peminum alkohol
Dapat mengetahui efek minum kopi terhadap kadar GGT pada
peminum alkohol.

BAB II
ISI

A. Landasan Teori
A.1. Alkohol
A.1.1 Pengertian Alkohol.
Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang
dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih
gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama;

istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan
mengandung satu atau lebih gugus alkohol (Dorland, 2002).
A.1.2 Farmakologi Ethanol
Jenis alkohol yang paling banyak digunakan dalam industri
minuman adalah etanol (C2H5OH) (Brothers, 2011). Etanol (C2H5OH)
ialah suatu molekul kecil, larut dalam air, dan diserap dengan sempurna
dari saluran pencernaan. Uap etanol dapat juga diserap melalui paru-paru.
Setelah menelan alkohol dalam keadaan puasa, maka kadar puncak dalam
darah dapat dicapai dalam 30 menit. Adanya makanan dalam usus
memperlambat serapan. Distribusinya cepat, konsentrasi dalam jaringan
lebih kurang sama dengan konsentrasi plasma. Volume distribusi 0,7 l/kg
(Lee, 1998). Menurut Geokas (1984) dalam Lee (1998), lebih dari 90%
alkohol yang dikonsumsi, dioksidasi dalam hati, sisanya diekskresikan
dalam paru-paru dan urin. Pada dosis klinik yang biasa, kecepatan oksidasi
mengikuti zero order kinetic yaitu tidak tergantung pada waktu, sesuai
dengan berat badan atau hati, dan jumlah hilangnya alkohol dalam tubuh
sangat berkurang atau tertahan seluruhnya pada individu yang mengalami
hepatektomi atau kerusakan hati. Namun , seorang dewasa dapat
memetabolisme 7-10 gram (0,15-0,22 mol) alkohol setiap jam.
Dua jalur alkohol menjadi aldehid telah diajukan. Aldehid
kemudian dioksidasi oleh proses metabolisme ketiga.
a.Jalur Alkohol Dehidrogenase
Menurut Frezza et al (1990) dalam Lee (1998), jalur utama metabolisme
melibatkan alkohol dehidrogenase, suatu enzim sitolitik yang mengandung
seng dan mengkatalisis perubahan alkohol menjadi aldehid, menurut reaksi
berikut : C2H5OH + NAD+

CH3CHO + NADH + H+ Enzim ini

terutama berada dalam hati, namun dapat juga dijumpai dalam organ lain
seperti otak dan lambung. Alkohol dalam jumlah yang bermakna
dimetabolisir oleh alkohol dihidrogenase lambung dalam perut pada orang
laki-laki tapi pada wanita lebih sedikit, akibatnya wanita memiliki kadar
alkohol dalam darah lebih tinggi daripada laki-laki setelah pemberian dosis
etanol per oral, tetapi setelah pemberian intravena tidak ada perbedaan

antara kedua jenis kelamin Baud et al (1986) dalam Lee (1998)


menyatakan bahwa dalam reaksi di atas, ion hidrogen dipindahkan dari
alkohol ke faktor nikotinamida adenin dinukleotid (NAD) untuk
membentuk NADH. Sebagai hasil akhir, oksidasi alkohol menyebabkan
berlebihan zat yang bersifat mereduksi di dalam hati terutama NADH.
Terdapat sejumlah kontroversi tentang apakah konsumsi alkohol kronis
mempengaruhi aktivitas alkohol dihidrogenase hati. Sebenarnya, alkohol
dihidrogenase sendiri bukan pembatas kecepatan, tetapi kecepatan oksidasi
mungkin tergantung pada tersedianya kofaktor NAD; karena itu
meningkatnya kecepatan bersihan alkohol pada pecandu alkohol mungkin
bukan disebabkan oleh peningkatan aktivitas alkohol dihidrogenase. 4Metilpirazol (fomepizol), suatu persenyawaan dengan statu orphan drug
digunakan sebagai antidotum dalam keracunan metanol dan etilen glikol,
merupakan inhibitor yang kuat untuk alkohol dehidrogenase.

b.Sistem Oksidasi Etanol Mikrosom (SOEM) Sistem enzim ini juga


dikenal sebagai sistem oksidase dengan fungsi campuran, menggunakan
NADPH pengganti NAD sebagai kofaktor dalam reaksi sebagai berikut :
C2H5OH + NADPH + H+ + O2
CH3CHO + NADP+ + 2H2O Karena
Km bervariasi dari 0,26 sampai 2 mmol/L untuk alkohol dihidrogenase
dan dari 8-10 mmol/L untuk SOEM, maka diperkirakan untuk alkohol
dengan konsentrasi di bawah 100 mg% (22 mmol/L), alkohol
dihidrogenase merupakan sistem oksidasi utama, sedangkan untuk
konsentrasi alkohol yang lebih tinggi SOEM memegang peranan yang
lebih berarti. Selama konsusmsi alkohol yang kronis maka aktivitas SOEM
meningkat dengan bermakna. Induksi oleh aktivitas ini disertai dengan
peningkatan bermakna dalam bersihan obat yang dimetabolisir oleh sistem
enzim mikrosom hati. Demikian juga obat yang bersifat penginduksi
seperti barbiturat dapat juga meningkatkan sedikit kecepatan bersihan
alkohol darah. Namun efek dari obat-obat lain dalam bersihan etanol
kurang penting, karena SOEM bukanlah jalur utama untuk etanol (Lee,
1998).

c. Metabolisme Asetaldehid Sekarang pada umumnya telah diterima


bahwa lebih dari 90 % asetaldehid yang terbentuk dari alkohol juga
dioksidasi di dalam hati, sementara beberapa enzim mungkin bertanggung
jawab untuk reaksi ini, observasi menunjukkan bahwa kadar asetaldehid di
dalam hati setelah pemberian alkohol hanya 100-350 mol/L, memberikan
kesimpulan bahwa aldehid dehidrogenase yang bergantung pada NAD
mitokondria (Km untuk aldehid kira-kira 10 mmol/L) merupakan jalur
utama untuk metabolisme asetaldehid. Hasil dari reaksi ini adalah asetat,
yang dapat dimetabolisir lebih lanjut menjadi CO2 dan air. Konsumsi
alkohol yang kronis menyebabkan penurunan jumlah oksidasi asetaldehid
di dalam mitokondria yang sehat, meskipun aktivitas enzim tidak
terpengaruh (Lee, 1998).
A.1.3 Efek Konsumsi Alkohol
Efek pada Hati dan Saluran Gastrointestinal
Insidensi pankreatitis akut tiga kali lebih tinggi pada para peminum
alkohol dibandingkan populasi umum. Alkohol mengganggu proses
glukoneogenesis pada hati, yang mengakibatkan penurunan produksi
glukosa dari glikogen, yang mengakibatkan peningkatan produksi laktat
dan penurunan oksidasi asam lemak. Hal ini berpengaruh pada
peningkatan timbunan lemak pada sel hati. Pada orang normal, hal ini
bersifat reversibel, namun dengan pajanan berulang terhadap etanol,
beberapa perubahan berat di hati muncul, termasuk hepatitis yang
diinduksi oleh alkohol, perivenular sclerosis, dan cirrhosis, yang ditemui
pada 15 % pasien alkoholik (Schuckit , 2005).
Toriola et al (2009) mengemukakan bahwa konsumsi alkohol
kronis meningkatkan resiko kanker paru. Selain itu Schatzkin et al (1987)
dalam Lee (1998) menyatakan bahwa penggunaan alkohol kronis
meningkatkan risiko kanker pada mulut, farings, larings, esofagus, dan
hati. Beberapa bukti menyatakan ada suatu peningkatan insidens kanker
payudara pada pecandu alkohol.

Walaupun persoalan metodologi penelitian yang menghubungkan


kanker dengan penggunaan alkohol termasuk sulit, tetapi hasilnya yang
konsisten, cukup mengesankan. Lebih banyak lagi informasi diperlukan
sebelum suatu batas ambang konsumsi alkohol yang dihubungkan dengan
kanker dapat ditentukan. Pada kenyataannya, alkohol sendiri tidak bersifat
karsinogen dalam berbagai sistem percobaan. Namun, minuman alkohol
dapat mengandung zat-zat bersifat karsinogen yang terbentuk pada waktu
fermentasi atau proses pembuatannya serrta dapat mengubah fungsi hati
dan selanjutnya aktivitas zat karsinogen yang potensial meningkat (Lee,
1998).

A.2 Enzim Gamma GT.


Hepar merupakan salah satu organ utama pengatur metabolisme di
dalam tubuh manusia. Hepar antara lain berfungsi dalam proses vaskuler,
metabolisme, pertahanan tubuh, sekresi dan ekskresi yang membentuk
empedu dan mengalirkannya ke dalam saluran pencernaan. Hepar
menghasilkan berbagai macam enzim yang dapat mengindikasikan adanya
kerusakan di dalamnya. Salah satu enzim yang dihasilkan adalah enzim
Gamma Glutamyl Transferase (Gamma GT) yang dapat diketahui
kadarnya dengan melakukan pemeriksaan kimia darah.
Enzim Gamma GT merupakan enzim ekskretorik sebagai
biomarker untuk menilai kerusakan hepar. Peningkatan enzim ini di dalam
darah lebih disebabkan oleh adanya proses di dalam hati. Aktivitas
tertinggi dijumpai pada penyakit hati yang disertai pembendungan saluran
empedu dan kelainan akibat hepatotoksis sehingga sintesis enzim pada
membran sel terpacu. Selain itu, Gamma GT muncul lebih dulu dan
bertahan lebih lama dibandingkan dengan enzim penanda hepar lainnya.

Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT)


adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam
jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot
jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi
beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit
hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya
dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama
kerusakan sel tetap berlangsung (Riswanto, 2009).

Ketika tes fungsi hati abnormal dan kadar Gamma Glutamyl


Transferase serum lebih dari 45 UI/L, menunjukkan adanya gangguan
pada hati. Pada keadaan hepatitis akut, gamma GT akan mengalami sedikit
peningkatan. Peningkatan Gamma GT akan terjadi pada kasus hepatitis
viral akut tipe kolestatik dan kerusakan hati toksik yang disebabkan oleh
obat yang dapat mengakibatkan penyumbatan saluran empedu, sirosis hati
dan juga tumor hati (Akbar, 2009).
Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT)
adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam
jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot
jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi
beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit
hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya
dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama
kerusakan sel tetap berlangsung.
GGT juga merupakan salah satu enzim mikrosomal yang
bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa
obat

lain

tertentu. Alkohol

bukan saja merangsang

mikrosoma

memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan


hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi
terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah
yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu
setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma- GT dipandang lebih
sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP).

A.3 Kopi
A.3.1. Pengertian Kopi
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses
pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili
Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki
dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta (Saputra E., 2008).
Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang akan
menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan
memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi (Bhara L.A.M.,
2005).
A.3.2. Jenis-Jenis Kopi
Jenis-jenis kopi berdasarkan pengolahannya terdiri dari:
a. Kopi Bubuk Pengolahan kopi bubuk hanya ada tiga tahapan
yaitu:

penyangraian

(roasting),

penggilingan

(grinding)

dan

pengemasan. Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa


produk kopi yang akan dikonsumsi sedangkan penggilingan yaitu
menghaluskan partikel kopi sehingga dihasilkan kopi coarse (bubuk
kasar), medium (bubuk sedang), fine (bubuk halus), very fine (bubuk
amat halus). Pilihan kasar halusnya bubuk kopi berkaitan dengan cara
menyeduh kopi yang digemari oleh masyarakat (Ridwansyah, 2002).
Kopi bubuk yang langsung diseduh dengan air panas akan
meninggalkan ampas di dasar cangkir. Kopi bubukmempunyai

10

kandungan kafein sebesar 115 mg per 10 gram kopi ( 1-2 sendok


makan) dalam 150 ml air (Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001).
b. Kopi Instan Kopi instan dibuat dari ekstrak kopi dari proses
penyangraian. Kopi sangrai yang masih melalui tahapan: ekstraksi,
drying (pengeringan) dan pengemasan. Kopi yang telah digiling,
diekstrak dengan menggunakan tekanan tertentu dan alat pengekstrak.
Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan kopi dari ampasnya. Proses
drying bertujuan untuk menambah daya larut kopi terhadap air,
sehingga kopi instan tidak meninggalkan endapan saat diseduh dengan
air (Ridwansyah, 2002). Kopi instan mempunyai kandungan kafein
sebesar 69-98 mg per sachet kopi dalam 150 ml air (Dollemore D. dan
Mark Giuliucci, 2001).
3. Senyawa Kafein pada Kopi
a. Sifat dan Struktur Kimia Kafein Kafein adalah suatu senyawa
kimia yang banyak terdapat dalam minuman seperti kopi, teh, soft
drink dan makanan seperti chocolate. Kafein merupakan alkaloid
dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7trimethylxanthine (Saputra E., 2008). Kafein berbentuk kristal
panjang, berwarna putih seperti sutra dan memiliki rasa pahit
(Ridwansyah, 2002). Menurut Bhara L.A.M.(2005) kafein berfungsi
sebagai unsur rasa dan aroma. Kadar kafein pada kopi dipengaruhi
oleh tempat tumbuh dan cara penyajian kopi. b. Mekanisme Kafein di
dalam Tubuh Kopi yang masuk kedalam tubuh akan didistribusikan ke
seluruh tubuh oleh aliran darah dari traktus gastro intestinal dalam
waktu sekitar 5-15 menit. Absorpsi kafein dalam saluran pencernaan
mencapai kadar 99% kemudian akan mencapai puncak di aliran darah
dalam waktu 45 60 menit. Kafein sangat efektif bekerja dalam tubuh
sehingga memberikan efek yang bermacam-macam bagi tubuh
(Lelyana R., 2008).
Salah satunya efek diuretik, peminum kopi awal akan mengalami
efek diuretik. Efek diuretik akan berkurang pada peminum kopi
habitual yang mengkonsumsi beberapa cangkir kopi sehari. Kafein
dapat mengurangi penyerapan kembali kalsium di dalam ginjal,

11

sehingga kalsium keluar bersama urin. Satu cangkir kopi menyebabkan


pelepasan 6 mg kalsium di dalam urin. (Kosnayani A.S., 2007).
Penurunan absorpsi kalsium di ginjal dalam jangka panjang
menyebabkan hipokalsemia (Setiyohadi B. dkk, 2000). Batas aman
konsumsi kafein tidak lebih dari 300 mg atau setara dengan tiga
cangkir kopi sehari (Bhara L.A.M, 2005). Konsumsi kafein secara
berlebihan mengakibatkan gejala pusing, gangguan tidur, dan
meningkatkan sekresi gaster karena senyawa asam di dalam kafein
(Lelyana R., 2008).

B. Pemeriksaan Gamma GT
B.1. PRA ANALITIK
1. ALAT
Tabung Serologi
Rak Tabung
Mikropipet 1000l
Mikropipiet 100 l
Spektrofotometer

>. Beaker glass


>. Tissue
>. Label
>. Yellow tip
>. Blue tip

2. REAGEN
MonoReagent GGT
B.2. ANALITIK
1. PROSEDUR KERJA
Gamma GT.
Tujuan

: Untuk mengetahui Kadar Enzim Gamma GT

dalam sampel serum


Metode

: Kolorimetric Kinetic.

Prinsip
:
L glutamil 3- carboxy ---- L- - glycylglycine + 5 amino- 24- Nitroanilide + Glycylglycine Nitrobenzoat
> Persiapan Pasien
- Pasien dianjurkan puasa minimal 3 jam.
- Hindari obat atau zat yang dapat mempengaruhi kadar GGT
misalnya Aminophenazone, dll

12

Prosedure Kerja.
1. Disiapkan alat, bahan dan reagent.
Pipet ke dlm Tabung
Monoreagent
Standarat
Sampel serum
2. Campur,

baca

absorben

Blanko
1000 l
setelah

Standart
1000 l
100 l
-

menit

bersamaan

Test
1000 l
100 l
dengan

dihidupkannya stopwatch. Baca absorben lagi tepat setelah 1 menit , 2


menit, dan 3 menit pada panjang gelombang 405 nm terhadap blanko
udara.
B.3. POST ANALITIK
1. HARGA NORMAL
DEWASA : Pria : 15 - 90 U/L, Wanita : 10 - 80 U/L, Lansia : sedikit lebih
tinggi
ANAK-ANAK : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa,
Prematur : 10 x
lebih tinggi dari dewasa, Anak : sama dengan dewasa.
(Nilai normal bisa berbeda untuk tiap lab, tergantung metode yang digunakan)

Hasil Pemeriksaan.
Jenis Kelamin : Laki-Laki.
NO

HASIL SEBELUM

HASIL SESUDAHMINUM

1
2
3
4

MINUM KOPI
160.0
170
178
129

O
1
2
3
4

KOPI
169
179
180
85

13

5
6
7
8
9
10

150
170
156
140
167
149

5
6
7
8
9
10

165
179
100
120
140
100

Pembahasan.
Dalam penelitian tentang efek minum kopi dengan kadar GGT
pada peminum alkohol dapat dibahas secara statistik dengan bantuan
aplikasi SPSS. Pertama-tama kita menentukan Hipotesis dan nilai alfa,
yaitu
Ho : Tidak Ada Efek minum kopi dengan kadar Gamma-GT pada
peminum alkohol.
Hi : Ada Efek minum kopi dengan kadar Gamma-GT pada peminum
alkohol.
Alfa () : Batas toleransi kesalahan 0,05 atau (5%)
Penelitian ini menggunakan 2 sampel yang saling berhubungan dan
menggunakan

uji

T-Paired

dengan

jumlah

sampel

10

sampel

( kolmogorov-smirnov = sampel < 30 buah). Setelah itu tentukan


distribusi norlmal atau tidak. Dengan menggunakan aplikasi SPSS dapat
kita ketahui. Sebagai berikut:

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic

df

Shapiro-Wilk
Sig.

Statistic

df

Sig.

ggt_sebelum

.147

10

.200*

.964

10

.833

ggt_sesudah

.232

10

.134

.859

10

.074

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Syarat distribusi Normal:


Jika nilai sig > alfa (0.05) = Distribusinya Normal
Jika nilai Sig < alfa (0.05) = Distribusinya Tidak Normal

14

Jadi Hasil yang diperpleh adalah Nilai sig baik sebelum (0.200) dan sesudah
(0.162) > alfa (0.05) yang berarti distribusinya Normal. Setelah mengetahui
distribusinya normal, kita memtukan Hipotesis yang benar apakah itu Ho
benar atau Hi yang bernar. Dengan menguti syarat berikut :
Syarat:
Jika nilai sig < alfa (0.05) = Ho Benar
Jika nilai sig > alfa (0.05) = Hi Benar

Paired Samples Test

Sig. (2Paired Differences

df

tailed)

95% Confidence Interval

Mean
Pair 1 ggt_sebelum ggt_sesudah

1.17000
E1

Std.

Std. Error

Deviation

Mean

25.49532

8.06233

of the Difference
Lower

Upper

-6.53825

29.93825

1.451

Dari Hasil dari SPSS dengan Uji T-Paired didpatkan nilai sig (0.181)
> alfa (0.05) = Hi benar. Yang berarti Ada Efek minum kopi dengan kadar
Gamma-GT pada peminum alkohol. Untuk melihat adanya efek dari minum
alkohol dengan kadar GGT pada peminum alkohol adalah dengan
membandingan mean atau rata-rata sebelum dan sesudah. Deari tabel

.181

15

dibawah ini, terlihat bahwa kadar rata-rata sebelum lebih besar daripada kadar
rata-rata sesudah mengkonsumsi kopi. Yang berarti mungkin dengan
mengkonsumsi kopi dapat mempengaruhi penurunan kadar GGT hati yang
tinggi akibat mengkonsumsi alkohol bagi peminum alkohol. Tapi, dari
penelitian ini belum dapat mementukan seberapa banyak kopi yang aman
dikosumsi oleh peminum alkohol. Karna jika berlebihan juga dapat
berdampak buruk bagi hati dan tubuh peminum alkohol tersebut.

Paired Samples Statistics


Mean
Pa ggt_sebelum
ir

ggt_sesudah

Std. Deviation

Std. Error Mean

1.5690E2

10

15.18369

4.80150

1.4520E2

10

33.06156

10.45498

BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan:
Dari peneltian yang telah dilakukan adanya efek minum kopi dengan
menurunkan kadar GGT pada peminum alkohol.

B. Saran:
1. Peminum alkohol
Dalam mengkonsumsi alkohol sebaiknya mengurangi jumlah dan
kadar alkohol sehingga mengurangi resiko terserang berbagai
penyakit hati akibat kerusakan sel-sel hati dan jangan berlebihan
dalam meminum kopi. Hindari mengkonsumsi kopi yang
berlebihan karena kandungan kafein dalam kopi dapat memberikan
dampak buruk juga dalam tubuh.

16

2. Masyarat
Sebaiknya tidak mencoba-coba dan mengkonsumsi alkohol.
Karena sebenarnya alkohol tidal dibutuhkan didalam tubuh, daln
apabila masuk kedalam tubuh akan dikenali sebagai bahan asing
bagi tubuh tersebut yang

akhirnya berdampak pada berbagai

penyakit hati dan kerusakan hati.


3. Analis
Saat menganalisa kadar GGT diperhatikan dianosa yang dapat
mempengartuhi kadar GGT tersebut sehingga hasil yang
dikeluarkan tepat.

Daftar Pustaka
Alkohol.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39311/4/Chapt
er%20ll.pdf
Sinulingga, Erninta Afryani. 2013. Manfaat Ajaib kopi untuk
melindungi Hati. http://health.detik.com/read/2013/03/ 25/ /2203
388/763/manfaat-ajaib-kopi-untuk-melindungi-hati. Diakses 23
maret 2013.
Riswanto. 2009. korelasi antara gambaran USG hepar dengan kadar
Gamma Glutamyl Transferase pada pasien klinis hepatitis.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t28520.pdf.
Akbar. 2009. korelasi antara gambaran USG hepar dengan kadar
Gamma Glutamyl Transferase pada pasien klinis hepatitis.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t28520.pdf.
Guyton AC, Hall JE. Hati sebagai suatu organ. Dalam : Setiawan I,
Tengadi LMAKA, Santoso A, editor. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi ke- 9. Jakarta: EGC; 1997. h. 1103-10.

17

Bhara L.A.M.2005.KOPI. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/j


tptunimus-gdl-fattihrima-6918-3-babii.pdf.
(Dollemore

D.

dan

Mark

Giuliucci.

2001.

.KOPI.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-fattihri
ma

-6918-3-babii.pdf.

Lelyana R. 2008. KOPI. http://digilib .uni m us.ac.id/files/disk1 /


139/jtptunimus-gdl-fattihri ma -6918-3-babii.pdf.

Anda mungkin juga menyukai