Anda di halaman 1dari 5

ROKOK BERFILTER DAN TDK BERFILTER.

Rokok berfilter terkesan relatif kurang berbahaya terhadap kesehatan manusia


jika dibandingkan dengan rokok tidak berfilter. Menurut penelitian Dr.G.H.Miller di
Edinboro State College, Pennsylvania, kesan itu keliru.
Hal yang benar justru sebaliknya. Orang yang mengisap rokok berfilter justru
terancam meninggal dunia dua sampai empat tahun lebih awal dibandingkan
dengan orang yang mengisap rokok tidak berfilter.
Ternyata filter mencegah dilusi asap rokok oleh oksigen, sehingga arus darah
membentuk tahapan tinggi karbon monoksida dalam bentuk carboxyhemoglobin.
Salah satu dampaknya adalah kerusakan yang lebih parah pada sistem
kardiovaskular, yang meningkatkan risiko serangan pada jantung.
Sekitar 50 % kasus kematian para perokok rokok berfilter adalah akibat serangan
jantung dan sekitar 20 % adalah kanker. Padahal secara awam, filter pada rokok
menimbulkan kesan perlindungan lebih, karena istilah filter itu sendiri sudah
langsung menimbulkan kesan aman. Ternyata, kesan itu menyesatkan.
Seberapa Efektifkah Filter Mengurangi Bahaya Asap Rokok?
Posted on March 5, 2011 by Aliyah

Rokok filter merupakan produk hasil pengembangan bentuk


rokok model lama yang diharapkan busa filter tadi dapat mengurangi masuknya racun
melalui asap rokok setidaknya tar dan nikotin. Pada umumnya filter rokok terbuat dari bahan
serat sintetis yang berasal dari selulosa asetat (plastik) yang terdiri dari minyak mineral,
titanium dioksida, monolaurete sorbitan, monolaurete sorbitan teretoksilasi, dan triacetin.
Benarkah filter rokok efektif untuk menyaring racun atau mengurangi bahaya asap rokok?
Beberapa literatur menjawab hal tersebut.
1. Filter rokok menyebabkan penyakit langka. Produk ini mulai dikembangkan
sejak tahun 1950-an. Pada awalnya filter rokok terbuat dari senyawa kimia
yang mengandung crocidolite (bentuk lain dari asbes). Ironisnya filter
rokok tadi justru menimbulkan bahaya asap rokok yang lain karena asap
rokok yang panas dan melewati filter tadi akan membawa partikel asbes
masuk dan mengendap di paru-paru yang kemudian menyebabkan
asbetosis. Asbetosis adalah penyakit saluran pernafasan yang ditandai
dengan terbentuknya jaringan parut luas di organ paru-paru. Asbetosis

akan berkembang menjadi kanker paru-paru ketika ia terus terpapar racun


dari asap rokok.
2. Filter rokok tidak mengurangi jumlah konsumsi nikotin pada perokok.
Meskipun sejumlah kecil nikotin dapat disaring oleh filter rokok, tapi
sebuah literatur menyebutkan bahwa filter rokok tidak akan pernah efektif
mengurangi bahaya asap rokok bagi perokok berat. Karena biasanya
perokok berat telah kecanduan terhadap nikotin, sehingga secara otomatis
tubuh mereka akan terus mencari nikotin sesuai dengan jumlah yang ia
butuhkan. Akibatnya jumlah batang rokok yang dihisap akan semakin
banyak untuk memenuhi kebutuhannya, dan kadar nikotin yang masuk ke
dalam tubuh pun tetap banyak.
3. Filter rokok mengandung zat berbahaya. Tahukah Anda bahwa pada 27
Mei 1995 media masa Tribune Star memuat berita bahwa perusahaan
Philip Morris Amerika yang memproduksi rokok merek Marlboro, Benson &
Hedges, dan Virginia Slims, menarik kembali peredaran 8 milyar rokok
yang menggunakan busa filter? Hal itu karena pada saat rokok dibakar,
busa filter tadi mengalami proses pembentukan isothiocynate metil. Zat
kimia ini bersifat peptisida dan dapat menyebabkan kerusakan kornea
mata, ginjal dan hati pada hewan.
4. Filter rokok menghasilkan karbon monoksida. Filter yang terbuat dari busa
plastik tadi ketika terkena panas asap rokok akan menghasilkan karbon
monoksida yang ikut masuk ke saluran pernafasan bersama asap rokok.
Zat ini bila mauk ke dalam saluran darah akan menyebabkan darah tidak
mampu mengikat oksigen yang akan dihantarkan ke seluruh tubuh,
akibatnya terjadi beberapa gangguan pada organ tubuh terutama otak
dan jantung.

Rokok, Laboratorium Reaksi Kimia


Berbahaya
Ditulis oleh Sinly Evan Putra pada 14-05-2005
Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan
keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar
oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak
orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi
pembakaran rokok ke paru-paru mereka.
Kebiasaan merokok telah menjadi budaya diberbagai bangsa di
belahan dunia. Mayoritas perokok diseluruh dunia ini, 47
persen adalah populasi pria sedangkan 12 persen adalah
populasi wanita dengan berbagai kategori umur. Latar belakang
merokok beraneka ragam, di kalangan remaja dan dewasa pria adalah faktor gengsi dan agar
disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah menarik yang digunakan sebagai pembenar
atas kebiasaan merokok yaitu `ada ayam jago diatas genteng, ngga merokok ngga ganteng`.

Sedangkan kalangan orang tua, stres dan karena ketagihan adalah faktor penyebab keinginan
untuk merokok.
Berbagai alasan dan faktor penyebab untuk merokok diatas biasanya kalah seandainya beradu
argumen dengan pakar yang ahli tentang potensi berbahaya atas apa ditimbulkan dari
kebiasaan merokok baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Harus diakui banyak
perokok yang mengatakan bahwa merokok itu tidak enak tetapi dari sekian banyak pamflet,
selebaran, kampanye anti rokok, sampai ke bungkus rokoknya diberi peringatan akan bahaya
kesehatan dari rokok, tetap tak bisa mengubris secara massal berkurangnya kebiasaan
merokok dan jumlah perokok
Tulisan ini mungkin sama nasibnya dengan kumpulan aksi anti rokok yang didengungkan
seperti diatas, tetapi saya mencoba membahasnya dari sudut kimia sesuai dengan literatur
yang dipunyai, dengan harapan pembaca situs ini yang mayoritas dari jurusan kimia akan
lebih mudah memahami ketimbang saya membahas dari sudut kesehatan, lingkungan atau
industri. Sehingga mudah-mudahan setelah membaca artikel ini.setidaknya ada beberapa
orang dapat berhenti merokok.
Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)
Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat
lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa, dapat dibentuk
dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S) serta unsurunsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara
kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).
Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok
Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2,
H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada temperatur
tinggi yaitu diatas 800oC. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan rokok yang
kontak dengan udara.
CvHwOtNySzSi + O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))
reaksi pembakaran rokok
Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia
lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih dikenal
dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800oC.
Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area temperatur
400-800oC. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang strukturnya
komplek.
CvHwOtNySzSi -> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800oC))
reaksi pirolisa
Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa yang
dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang mempunyai kemampuan
berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat perbedaan

konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada pirolisa rokok.
Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati temperatur yang tinggi dan
cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses merokok karena proses hirup dan gas
produk pada area temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah mulut yang bertemperatur
sekitar 37oC.
Rokok dan proses penguapan uap air dan nikotin
Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang berlangsung pada
temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap pada daerah temperatur di atas tidak
dapat kesempatan untuk melalui temperatur tinggi dan tidak melalui proses pembakaran.
Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin
dalam gas dan geometri saluran yang dilewati gas.
Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum gas
memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak semua
nikotin dalam gas terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk
dalam paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan mengalami
keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan proses
pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor, proses
pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di industri pemanas
baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen. Sangat ironis
memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses
pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orangorang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.
Jumlah kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO),
setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau dihitung satu
tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau rokok. Kematian
tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar merupakan racun dan
karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga asap dari rokok memiliki benzopyrene yaitu
partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat pembakaran tidak sempurna arang,
minyak, kayu atau bahan bakar lainnya yang merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal
ini berbanding terbalik dengan sifat output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat
abstrak serta berbeda dengan makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan
dapat diukur secara kuantitatif.
Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim
bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan lainlain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak yang terlibat dalam
output merokok. Para ahli malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan
klaim-klaim di atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya produktiviats seseorang karena
merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok. Selain itu berdasarkan penelitian
terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan IQ. (dari pelbagai sumber)
Nikotin adalah merupakan candu yang sangat kuat ! Nikotin rokok mengandung lebih
banyak zat addictive (zat yang menyebabkan kecanduan) daripada heroin ataupun kokain.
Perusahaan-perusahaan rokok seringkali memanipulasi kadar nikotin pada rokok yang

mereka produksi agar memberikan rasa yang tetap sama. Mereka juga tidak bisa memastikan
kadar nikotin yang sama pada setiap batang rokok yang anda hisap.
Nikotin rokok, hanya dalam hitungan detik setelah hisapan pertama, mulai mempengaruhi
sistem pusat syaraf dan seluruh tubuh anda. Pada bagian otak tertentu, setelah terkena
stimulasi nikotin, anda akan bisa berpikir lebih ringan. Bagian otak lain, yang merupakan
pusat kesenangan, jika terstimulasi nikotin bisa membuat anda merasa lebih rileks dan
nyaman, lepas dari ketegangan.
Nikotin rokok juga mempengaruhi hormon-hormon yang diproduksi tubuh. Hal ini
dilakukan oleh hormon untuk membuat keseimbangan kimiawi terhadap nikotin dan
kecanduan yang menyertai. Perokok berat akan menjadi tergantung pada kadar hormon yang
sangat tinggi, yang diakibatkan oleh nikotin, yang bisa menjadi zat addictive yang sangat
kuat. Mereka memerlukan untuk mengisap rokok dengan interval waktu tertentu. Setelah
proses stimulasi terhadap hormon menurun, mereka akan membutuhkan rokok lagi untuk
diisap agar merasa enak / lebih nyaman.
Nikotin rokok menciptakan reaksi biokimia dalam tubuh anda, yang dengan cepat memberi
efek pada mood anda, metabolisme tubuh dan kemampuan bertindak. Semakin banyak asap
yang anda hirup, semakin banyak pula ketergantungan kimiawi tubuh anda. Para perokok
juga bisa menjadi pecandu yang selalu tergantung pada rokok disebabkan oleh pengaruh
psikologis yang ditimbulkan nikotin. Jika hal ini terjadi, rokok akan bisa mempengaruhi sikap
dan perasaan seseorang pada situasi tertentu.
Nikotin rokok dapat merespon otak untuk memerintahkan tubuh membuat zat endorphin
lebih banyak. Endorphin merupakan senyawa protein atau tepatnya sebagai bodys natural
pain killer. Struktur kimia Endorphin hampir sama dengan morphine yang merupakan
painkiller kelas atas. Endorphin dapat membuat seseorang merasa relaks dan euphoria.
Nikotin rokok dalam jangka panjang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang
mengakibatkan si perokok (walaupun sudah lama berhenti merokok) sangat rentan terhadap
stroke dan serangan jantung. Hal ini disebabkan rusaknya pembuluh arteri dalam darah, yang
salah satu fungsinya mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Pengaruh NIKOTIN Rokok pada manusia


Dan jika mereka tidak bisa mendapatkan sebatang rokok lagi untuk dihisap, maka proses
kecanduan dimulai

Anda mungkin juga menyukai