Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN


“ Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap Rokok ”

Disusun oleh :

Nama : Afiga Risma Winda Pranesti


NIM : 1810211006
Kelompok : 1 (Satu)
Tanggal Praktikum : 27 November 2019
Tanggal Penyerahan : 4 Desember 2019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap struktur histologi darah mencit.
1.2 Dasar Teori
Rokok mengandung lebih dari 4.000 zat berbahaya, di antaranya tar, arsen,
formaldehid, dan benzo(a)piren yang bersifat karsinogenik. Tar bersifat direk karsinogen
sehingga tidak memerlukan promotor untuk dapat menimbulkan kanker. Di dalam asap
rokok juga mengandung karbon monoksida (CO), hydrogen sianida, nitrogen oksida, dan
ammonia. Radikal bebas rokok berasal dari asap rokok yang menyebabkan iritasi dan efek
inflamasi.
Walaupun paru – paru memiliki sistem pertahanan yang strategis dengan cara
menghisap banyak oksigen pada saat inspirasi, meningkatmya asupan rokok dapat
menyebabkan kerusakan jaringan paru – paru. Terjadinya kerusakan pada jaringan paru –
paru dapat kita amati melalui suatu teknik mikroteknik yaitu teknik mengamati jaringan
yang mengalami suatu perubahan (abnormal/rusak) serta perubahan akibat suatu
penambahan zat tertentu.
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung atau dibungkus
dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm,
biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan
kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat
diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya
bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat
adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan)
bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Kandungan rokok yang bersifat
merusak, beberapa senyawa yang terkandung dalam rokok di bawah ini adalah contohnya:
a. Karbon monoksida
Salah satu kandungan rokok yang merupakan gas beracun adalah karbon
monoksida. Senyawa yang satu ini merupakan gas yang tidak memiliki rasa dan bau.
Jika terhirup terlalu banyak, sel-sel darah merah akan lebih banyak berikatan dengan
karbon monoksida dibanding dengan oksigen. Akibatnya fungsi otot dan jantung akan
menurun. Hal ini akan menyebabkan kelelahan, lemas,dan pusing. Dalam skala besar,
seseorang yang menghirupnya bisa mengalami koma atau bahkan kematian. Janin,
penderita gangguan jantung, dan penderita penyakit paru-paru merupakan kelompok
yang paling rentan terhadap racun ini.
b. Nikotin
Kandungan rokok yang paling sering disinggung-singgung adalah nikotin. Nikotin
memiliki efek candu seperti opium dan morfin. Nikotin berfungsi sebagai perantara
dalam sistem saraf otak yang menyebabkan berbagai reaksi biokimia, termasuk efek
menyenangkan dan menenangkan.Nikotin yang dihisap perokok akan terserap masuk ke
aliran darah, kemudian merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak hormon
adrenalin, sehinggamenyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan
pernapasan. Efek yang mungkin muncul akibat paparan nikotin adalah muntah, kejang,
dan penekanan pada sistem saraf pusat.
c. Tar
Kandungan rokok lainnya yang bersifat karsinogenik adalah tar. Tar yang terhirup
oleh perokok akan mengendap di paru-paru. Timbunan tar ini berisiko tinggi
menyebabkan penyakit pada paru-paru, seperti kanker paru-paru dan emfisema.Tidak
hanya itu, tar akanmasuk ke peredaran darah dan meningkatkan risiko terjadinya
diabetes, penyakit jantung, hingga gangguan kesuburan. Tar dapat terlihat melalui noda
kuning yang tertinggal di gigi dan jari. Karena tar masuk secara langsung ke mulut, zat
berbahaya ini juga dapat mengakibatkan masalah gusi dan kanker mulut.
d. Hidrogen sianida
Senyawa racun lainnya yang menjadi bahan penyusun rokok adalah hidrogen
sianida. Beberapa negara pernah memakai senyawa ini untuk menghukum mati
narapidana. Saat ini, hidrogen sianida juga digunakan dalam industri tekstil, plastik,
kertas, dan sering dipakai sebagai bahan pembuat asap pembasmi hama. Efek dari
senyawa ini dapat melemahkan paru-paru, menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan
mual.
e. Benzena
Benzena merupakan residu dari pembakaran rokok. Paparan benzena jangka
panjang (setahun atau lebih), dapat menurunkan jumlah sel darah merah dan merusak
sumsum tulang, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia dan perdarahan. Selain
itu, benzena juga merusak sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh, serta
meningkatkan risiko leukimia.
f. Formaldehida
Formaldehida merupakan residu dari pembakaran rokok. Dalam jangka pendek,
formaldehida mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan. Dalam jangka
panjang, formaldehida dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring.
g. Arsenik
Arsenik merupakan golongan pertama karsinogen. Paparan terhadap arsenik tingkat
tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, kanker paru-paru, kanker
saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati. Arsenik terdapat dalam rokok melalui
pestisida yang digunakan dalam pertanian tembakau.
h. Kadmium
Sekitar 40-60 persen dari kadmium yang terdapat dalam asap rokok, terserap masuk
ke paru-paru saat merokok. Kadar kadmium yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan
gangguan sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot, gagal ginjal, dan meningkatkan
risiko kanker.
i. Amonia
Amonia merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Pada industri
rokok, amonia digunakan untuk meningkatkan dampak candu nikotin.
Dalam jangka pendek, menghirup dan terpapar amonia dapat mengakibatkan napas
pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit tenggorokan. Sedangkan dampak jangka
panjangnya yaitu pneumonia dan kanker tenggorokan.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini, menggunakan beberapa alat dalam melaksanakan praktikum
yaitu Mikroskop, Optilab, Pensil Warna, Blood Lancet, Kandang Mencit, Cover gelas dan
Gelas Obyek. Alat yang pertama yaitu Mikroskop, fungsi mikroskop adalah untuk melihat
dan mengamati objek-objek yang memiliki ukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat
dengan kasat mata, menjadi kelihatan lebih besar dan ukuran aslinya, sehingga akan lebih
mudah untuk mengamatinya. Alat yang kedua yaitu Optilab. Optilab adalah kamera
mikroskop yang berfungsi sebagai alat bantu mendokumentasikan objek-objek
mikroskopis dengan cara mengubah mikroskop analog menjadi mikroskop digital. Lensa
okuler digantikan oleh kamera optilab yang terhubung dengan USB di komputer. Alat yang
ketiga yaitu Pensil Warna, fungsi pensil warna untuk memberikan pewarnaan dan
mempercantik serta memperindah sebuah gambaran. Alat yang keempat yaitu Blood
Lancet. Fungsi blood lancet adalah untuk mengambil sampel darah. Alat yang kelima yaitu
Kandang mencit, berfungsi untuk alas kandang tikus. Tikus yang kandangnya tidak diberi
alas menunjukkan pertumbuhan yang kurang sehat dan terlihat seperti basah atau lembab
bulunya. Alat yang keenam yaitu Cover glass. Cover glass adalah bagian datar tipis dari
bahan transparan, biasanya persegi atau persegi panjang. Fungsi utama dari cover glass
adalah untuk menjaga specimen padat ditekan datar, dan sampel cair dibentuk menjadi
lapisan datar bahkan ketebalan. Alat yang terakhir yaitu Gelas Obyek, berfungsi untuk
menempatkan objek yang akan dilihat atau dianalisa dengan menggunakan mikroskop.
Selanjutnya bahan, beberapa bahan yang digunakan dalam praktikum dengan judul
acara “Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap rokok”. Bahan-bahannya yang
digunakan yaitu Immersion oil, Mencit (Mus musculus), Pewarna Giemsa 3%, Methanol
100%, Paper lens, Pakan, Sekam, Rokok Kretek dan Komersil.
2.2 Prosedur Kerja
1. Aklimasi Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus musculus)
jantan yang berumur 10 – 12 minggu dengan kisaran berat badan 20 – 22 g. Mencit
dipelihara di dalam kandang beralaskan sekam dengan peiode penyinaran selama 12
jam terang dan 12 jam gelap di dalam ruangan tertentu bersuhu 24 – 28ºC dengan
kisaran kelembapan 60 – 75%. Mencip diadaptasikan selama tujuh hari. Pada hari ke-8
dilakukan pengamatan terhadap histologi darah mencit.
2. Perlakuan Paparan Asap Rokok
Paparan asap rokok adalah asap rokok kretek dan komersil yang diberikan kepada
mencit jantan sebanyak 1 batang rokok setiap hari selama 1 minggu. Rokok yang
digunakan adalah rokok merek (kondisional) dan rokok kretek dengan kandungan
nikotin atau batang. Dosis rokok yang digunakan dibakar dan asapnya dipaparkan
mencit melalui suatu pipa sedangkan sisi kandang lainnya ditutup dengan kain.
3. Pembuatan Preparat Histologi Darah Mencit
Prosedur sesuai acara praktikum ke-V dengan sampel yang berbeda yaitu darah
mencit.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Hasil Pengamatan
No Perlakuan Gambar Dokumentasi Keterangan
1. Normal /Control Paru - Paru Mencit 1. Paru-Paru : Bersih,
Tidak terkontaminasi
dengan asap rokok.

Jaringan Darah Keterangan

1. Leukosit (Basofil dan


Eusinofil)
2
2. Eritrosit

2. Rokok Filter Paru - Paru Mencit 1. Paru-Paru : Terdapat


bintik-bintik, berwarna
orange.

Jaringan Darah Keterangan

1. Leukosit : Terlihat
berwarna ungu
2
2. Eritrosit : Terdapat
warna hitam dan
1 membengkak.
3. Rokok Kretek Paru - Paru Mencit 1. Paru-Paru : Terdapat
cukup berwarna hitam
dan bintik-bintik

Jaringan Darah Keterangan

1. Eritrosit : Terdapat
banyak eritrosit yang
1 rusak (pecah) dan
berwarna gelap.

4. Rokok Kretek Paru - Paru Mencit 1. Paru-Paru : Berwarna


orange kemerahan
terdapat bintik bintik
hitam.

Jaringan Darah Keterangan

1. Leukosit : Berwarna
ungu
2
2. Eritrosit : Berwarna
putih karena pecah
1
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini tanggal 27 November 2019 kelompok kami mempelajari
tentang “Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap Rokok ”. Tujuan dari praktikum kali ini
adalah untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap struktur histologi darah mencit. Dalam
hal ini, terdapat pembahasan mengenai histologi darah pada mencit diantaranya sebagai
berikut.
4.1 Deskripsikan Struktur Jaringan Darah
Pada praktikum kali ini dengan percobaan Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap
Rokok kami juga menemukan pada hasil pengamatan dengan beberapa jenis darah pada mencit
yang terpapar dengan asap rokok filter, rokok kretek, kretek dan normal atau control. Struktur
jaringan darah pada mencit menemukan Jaringan Darah Eritrosit dan Jaringan Darah Leukosit.
Pertama adalah Struktut Jaringan Darah Eritrosit. Sel darah merah merupakan sel yang
memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan sel lainnya. Sel ini tidak memiliki organel
seperti mitokondria, lisosom, aparatus golgi dan nukleus. Sel darah merah tidak bersifat inert,
adanya substansi Hb di dalam eritrosit memberikan warna merah pada darah. Struktur eritrosit
normal adalah tidak memiliki inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira - kira
7 - 8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian paling tebal serta 1 mikrometer
atau kurang pada bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah dapat berubah - ubah ketika sel
berjalan melewati kapiler, namun perubahan bentuk ini tidak akan menyebakan sel mengalami
ruptur. Hal tersebut disebabkan dalam keadaan normal, sel darah merah memiliki
kelebihan membran sel untuk menampung zat di dalamnya sehingga tidak akan
merenggangkan membran secara hebat. Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu
adalah 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah sangat bergantung pada
jenis kelamin dan dataran tempat tinggal seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel
darah merah per milimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal
4.700.000 (± 300.000). Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang
berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga
dalam pengaturan transport ion. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap
volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung
komponen sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya. Sel darah merah
memiliki peran penting dalam tubuh.
Sedangkan yang kedua adalah Struktur Jaringan Leukosit. Leukosit merupakan suatu
komponen pembentuk darah selain dari sel darah merah dan keeping darah. Sel darah putih
memiliki inti, namun tidak mempunyai bentuk sel yang pasti atau tetap serta tidak mempunyai
warna. Jumlah sel darah putih pada setiap millimeter darah manusia adalah sekitar 6000 – 8000
sel. Sel darah putih berperan sebagai agen yang memerangi agen infeksi yang masuk ke tubuh.
Tempat pembentukan sel darah putih adalah di sumsung tulang, limpa, dan kelenjar getah
bening. Semua sel darah putih memiliki rentang masa waktu untuk yaitu 6 – 8 hari. Di dalam
tubuh, sel darah putih tidak berkumpul atau berasosiasi dengan organ atau sel lain, tetapi
bekerja secara independen organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas
untuk menangkat mikroorganisme serpihan selular, dan partikel asing yang menyusup ke
dalam tubuh untuk menyebabkan penyakit. Sel darah putih tidak dapat bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan sel ini adalah produk hasil dari sel panca hematopoetic
pluripotent (sel awal untuk pembentukan sel darah putih). Terdapat jenis – jenis Leukosit yang
terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit. a) Basofil adalah jenis sel darah
putih yang memiliki jumlah persentase 0,01-0,03 % dari total keseluruhan jumlah jenis sel
darah putih. Basofil memiliki granula di atas sitoplasma. Sel darah putih jenis ini memiliki dua
lobus. Basofil sendiri adalah salah satu kelompok granulosit yang mampu keluar kearah
jaringan tubuh. b) Eosinofil adalah jenis sel darah putih yang memiliki jumlah 7 % dari total
keseluruhan jenis sel darah putih yang lain. Sel ini memiliki ukuran dengan diameter 10-12
mikrometer. Sel ini akan meningkat apabila terjadi reaksi yang berhubungan dengan asma,
alergi, dan demam. Eosinofil memiliki tugas untuk memberantas reaksi-reaksi yang timbul
akibat masuknya alergen dari luar dalam rentang waktu 8-12 hari. Eosinofil mempunyai
beberapa zat kimiawi seperti ribonuklease, histamine lipase. c) Neutrofil adalah sel yang
memiliki jumlah persentase sekitar 50-60 % dalam darah. Neutrofil mempunyai 3 inti sel. Sel
ini berperan sebagai barrier (pertahanan) pertama dalam merespon reaksi alergi di dalam tubuh.
Sel neutrofil memiliki sifat fagosit sehingga mampu menyerang dengan respiratori yang
menggunakan berbagai zat kimia seperti hydrogen peroksida, radikal bebas, dan hipoklorit.
Neutrofil juga berperan dalam proses inflamasi, dan akan meningkat apabila agen inflamasi
semakin banyak. d) Limfosit adalah memiliki jumlah keseluruhan 20-25 % dari total semua
jenis sel darah putih di dalam darah. Tubuh memproduksi limfosit di sumsum tulang dan juga
limpa. Jenis sel ini juga terbagi menjadi limfosit besar dan limfosit kecil. Perbedaan antara
keduanya adalah jika limfosit kecil memiliki inti lebih gelap yang hampir memenuhi seluruh
sitoplasma, sedangkan pada limfosit besar, intinya lebih pucat dan memiliki ukuran yang lebih
kecil serta tidak memenuhi seluruh sitoplasma. Limfosit memproduksi sekitar 8000 sel di
dalam sel darah putih. Jika terjadi peningkatan kadar jumlah limfosit, itu menandakan
terjadinya suatu proses yang disebut dengan leukemia. Terdapat 5 jenis limfosit, yaitu limfosit
B, sel T Helper, sel T Sitotoksik, sel T Memori, dan juga sel T supresor. e) Monosit merupakan
salah satu leukosit agranular yang memiliki jumlah sekitar 1-3 % leukosit darah. Mekanisme
perlawanan terhadap benda asing yang dilakukan oleh monosit adalah dengan cara
memakannya, meskipun ukurannya lebih besar. Di dalam darah, beredar sekitar 300-500
mikroliter darah yang diproduksi di sumsum tulang. Monosit akan berubah menjadi makrofag
di dalam jaringan tertentu untuk mekanisme perlawanan.
4.2 Jelaskan Hubungan Perlakuan dan Bagaimana Dampak terhadap Jaringan Darah
Pada percobaan dengan pengamatan histologi jaringan darah mencit adalah memiliki
perlakuan hubungan tersebut dengan memicu rusaknya jaringan darah mencit yang terpapar
asap rokok pada rokok filter dengan histologi darah mencit adalah jaringan darah yang
ditemukan yaitu eritrosit terdapat bintik hitam dan membengkak serta terdapat leukosit terlihat
berwarna ungu, hal ini terjadi karena pada perlakuan mencit selama selama 7 hari juga terawat
tidak dengan baik, karena selama 7 hari mencit di papari dengan dengan asap rokok filter
sehingga merusak jaringan darah dan bentuk, ukuran, serta warna paru – paru. Rokok filter ini
memiliki kandungan berbahaya tetapi kadar yang dimiliki pada rokok filter lebih rendah dari
pada rokok kretek. Sehingga jaringan darah dan bentuk, ukuran serta warna paru – paru sedikit
begitu terlihat. Kemudian jaringan darah mencit yang terpapar asap rokok pada rokok kretek
dan kretek dengan histologi darah mencit yang ditemukan adalah terdapat banyak eritrosit yang
rusak atau pecah dan terdapat leukosit berwarna ungu. Hal ini terjadi karena perlakuan mencit
sebelum diamati, mencit di asapi rokok selama 7 hari dengan menggunakan rokok kretek dan
kretek, sehingga hal ini yang menyebabkan struktur jaringan dan bentuk, ukuran serta warna
paru – paru mengalami perubahan. Karena pada dasarnya rokok kretek mengandung senyawa
– senyawa berbahaya seperti nikotin dan tar dimana kadar kandungan tersebut sangat tinggi
sehingga dapat merusak organ – organ pada tubuh mencit khususnya organ darah jantung dan
organ paru – paru. Jaringan darah histologi mencit yang tidak terpapar oleh asap rokok yang
biasa disebut normal atau control terlihat dengan jelas struktur jaringan darah organ jantung
serta bentuk, warna dan ukuran paru – paru pada mencit, dapat ditemukan eritrosit berwarna
merah dan leukosit terdapat (basofil dan eusinofil) berwarna ungu. Karena perlakuan dirawat
dengan baik tanpa ada polusi atau kandungan – kandungan bahaya yang terapat pada rokok
yang merusak organ – organ yang terdapat pada tubuh mencit khsususnya pada jaringan darah
dan paru – paru.
Adapun dampak setiap perlakuan yang didapatkan pada hasil pengamatan, untuk dampak
perlakuan pada jaringan darah mencit tanpa asapan rokok selama 7 hari hasil yang didapatkan
jaringan darah yang ditemukan telihat sempurna terdapat beberapa jaringan darah eritrosit,
leukosit (basofil dan neutrofil). Sedangkan pada paru – paru mencit yang terlihat bentuk paru
– paru mencit normal atau control terlihat bersih tidak terkontaminasi dengan asap rokok dan
tidak mengalami kerusakan ataupun jaringan darah yang pecah. Untuk dampak perlakuan yang
kedua pada asapan rokok kretek dan kretek hasil yang diperoleh dari jaringan darah dan organ
paru – paru terlihat jelas mengalami kerusakan pada jaringan darah dimana jaringan darah yang
ditemukan pada perlakuan ini adalah eritrosit dan leukosit. Eritrosit yang ditemukan rusak atau
pecah. Leukosit ditandai dengan berwarna ungu. Dampak perlakuan tersebut tidak baik pada
tubuh mencit khususnya organ dalam mencit seperti jantung dan paru – paru karena merusak
organ – organ dalam mencit. Adapun dampak perlakuan ketiga yaitu mencit yang diasapi oleh
rokok filter yang diperoleh dampak yang kurang baik terlihat pada jaringan darah mencit
dimana jaringan yang ditemukan adalah eritrosit berwarna merah terdapat bintik hitam dan
membengkak serta terdapat leukosit berwarna ungu. Dampak perlakuan mencit terhadap
paparan asap rokok filter mempunyai dampak buruk bagi organ – organ tubuh dalam mencit
karena pada rokok mengandung senyawa – senyawa kimia yang berbahaya yang dapat merusak
tubuh hewan maupun manusia.
4.3 Komponen Rokok Filter dan Kretek
Pada percobaan Histologi Darah Mencit yang Terpapar Asap Rokok kami menggunakan
rokok jenis filter dan kretek. Rokok – rokok tersebut memiliki komponen yang berbeda yaitu
pertama pada Rokok Filter. Rokok filter juga dikenal dengan rokok putih adalah jenis rokok
yang diartikan sebagai rokok tanpa campuran cengkih seperti pada rokok kretek. Kandungan
utamanya rokok putih adalah berisi cacahan atau potongan daun tembakau. Selain itu juga,
tidak berbeda dengan kandungan rokok lainnya, rokok putih juga mengangung zat kimia
berupa tar dan nikotin. Tetapi dalam takaran atau dosis yang berbeda, yakni sebesar 0.5 - 3
nanogram untuk nikotin dan tar antara 0.5 – 35 mg/ batang. Asap tembakau saat itu diketahui
mengandung 250 bahan kimia berbahaya, termasuk logam berat, arsenik, dan polonium-210
yang sangat radioaktif. Kemudian 69 di antaranya berpotensi menyebabkan kanker. Filter itu
sendiri terbagi dari empat bagian, tow (rangkaian selulose asetat sebagai badan filter),
plasticizer (zat pelunak untuk mengikat filter), plug wrap (kertas pembungkus fiber filter) dan
pelekat (sebagai pelekat plug wrap). Filter rokok pada umumnya dibuat dari selulosa asetat,
yang biasa didapat dari olahan kayu, karena kemampuannya untuk menyaring tar dan nikotin
dari rokok. Satu filter rokok dapat memiliki 12.000 serabut yang terbuat dari selulosa asetat,
dan serabut ini dapat ikut terhisap ke dalam paru – paru bersamaan dengan asap rokok.
Diperkirakan bahwa 845.000 ton filter rokok dibuang setiap tahunnya. Filter rokok yang
tersebar di lautan juga memiliki dampak negative terhadap makhluk hidup yang mencernanya
secara tidak sengaja. Filter rokok dapat mengurangi tar dan nikotin secara signifikan dari rokok
yang dihisap. Sedangkan yang kedua adalah Rokok Kretek. Rokok kretek adalah rokok yang
menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkih dan saat
dihisap terdengar bunyi kretek – kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok yang
menggunakan tembakau buatan. Rokok kretek yang proses pembuatannya dengan cara digiling
atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Rokok kretek
dicirikan oleh oleh bau dan rasanya yang khas serta bunyi mengeretek yang timbul dari
pembakaran cengkeh yang terkandung dalam rokok kretek tersebut. Pada saat rokok dihisap
komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat
menguap akan menjadi asap bersama – sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan
demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan
bagian partikel (15%) . Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40
jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon
monoksida (CO). Asap rokok kretek terutama asap rokok sampingan dapat mempengaruhi
proses spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh
tersebut dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu pertama komponen dalam asap rokok
kretek berupa logam (cadmium dan nikel) dapat mengganggu aktifitas enzim adenilsiklase
pada membrane sel Leydig yang mengakibatkan terhambatnya sistesis hormon testosterone,
kedua nikotin dalam asap rokok dapat menstimulasi medulla adrenal untuk melepaskan
katekolamin yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses
spermatogenesis dan sintesis hormone testosterone melalui mekanisme umpan balik antara
hipotalamus – hipofisis anterior testis.
4.4 Hasil Pengamatan
Pada hasil pengamatan dengan percobaan Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap
Rokok terdapat hasil pengamatan paru – paru dan darah pada mencit. Pertama pada
pengamatan paru – paru pada mencit yang terpapar asap rokok, kami melakukan 4 perlakuan
percobaan yaitu percobaan hewan uji mencit control atau normal (tanpa asapan rokok),
percobaan perlakuan asapan rokok filter, perlakuan percobaan asapan rokok kretek dan kretek.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada paru – paru mencit tanpa paparan asapan
rokok hasil yang diperoleh bahwa paru – paru mencit terlihat bersih dan tidak terkontaminasi
dengan asap rokok dan berukuran normal. Kemudian pada paru – paru yang terpapar oleh rokok
filter hasil yang diperoleh terlihat dan terdapat bintik – bintik hitam berwarna orange. Terakhir
pada paru – paru mencit yang terpapar oleh rokok kretek dan kretek hasil yang diperoleh bahwa
pada paru yang terpapar rokok kretek berwarna orange kemerahan dan terdapat bintik – bintik
hitam sedangkan pada kretek hasil yang diperoleh terdapat pada paru – paru yang cukup
berwarna hitam bintik – bintik.
Kedua pada pengamatan Jaringan Darah pada mencit. Berdasarkan hasil pengamatan
yang diperoleh, pada jaringan darah mencit tanpa paparan asapan rokok yang ditemukan adalah
jaringan darah eritrosit berwarna merah dan leukosit terdapat (basofil dan eusinofil) terlihat
berwarna ungu. Kemudian pada jaringan darah mencit yang terpapar oleh asapan rokok filter
yang ditemukan jaringan darah eritrosit berwarna merah terdapat bintik hitam dan
membengkak serta leukosit terlihat dan berwarna ungu. Terakhir pada jaringan darah mencit
yang terpapar oleh asapan rokok kretek dan kretek. Pada rokok kretek yang ditemukan adalah
jaringan darah eritrosit berwarna putih karena yang ditemukan terlihat pecah serta terdapat
leukosit berwarna ungu. Sedangkan pada kretek hasil yang ditemukan adalah hanya jaringan
darah eritrosit, karena terdapat banyak eritrosit yang rusak atau pecah dan terlihat berwarna
gelap.
Sedangkan literatur yang kami dapatkan pada organ paru – paru akibat paparan asap
rokok akan mengalami perubahan warna, yaitu pada paru – paru akan tampak lebih merah,
pucat, dan kehitaman. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh reaksi peradangan paru – paru.
Reaksi peradangan akut dapat terjadi pada organ paru – paru mencit yang terpapar asap rokok.
Bahwa reaksi peradangan akut ini dapat mengakibatkan pembuluh darah yang berada di daerah
septa alveoli mengalami peningkatan permeabilitas dan bervasodilatasi untuk mengaktivasi sel
– sel pertahanan tubuh lalu bermigrasi keluar vaskuler yang selanjutnya melakukan reaski
berupa fagositesis atau ke tingkat imunitas yang lebih spesifik. Vaso-dilatasi vaskuler inilah
menyebabkan volume darah yang ada di sekitar jaringan yang mengalami peradangan
bertambah, sehingga organ paru – paru tampak kemerahan atau mengalami hyperemia. Paru –
paru yang berwarna pucat terjadi karena sel – sel atau jaringan pada paru – paru telah
mengalami kematian sel atau menyebabkan perubahan warna jaringan menjadi lebih pucat,
selain itu diduga akibat kekurangan suplai darah. Paru – paru akan berwarna lebih gelap
kehitaman apabila nekrosis pada sel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, bahwa kelompok kami mengamati Histologi Darah Mencit
Yang Terpapar Asap Rokok untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap struktur
histologi darah mencit dengan hasil pengamatan yang kami temukan dapat diketahui pada
darah mencit dengan perlakuan yang terpapar pada rokok filter memiliki struktur jaringan
darah eritrosit berwarna merah dan terdapat warna hitam membengkak serta terdapat
struktur leukosit yang terlihat dan berwarna ungu. Kemudian darah mencit dengan
perlakuan yang terpapar pada rokok kretek memiliki struktur jaringan darah eritrosit
berwarna putih karena eritrositnya pecah serta terdapat struktur leukosit berwarna ungu.
Setelah itu darah mencit dengan perlakuan yang terpapar pada kretek memiliki struktur
jaringan darah yang terdapat banyak eritrosit yang rusak atau pecah berwarna gelap. Serta
pada darah mencit dengan perlakuan normal atau control memiliki struktur jaringan darah
eritrosit berwarna merah dan leukosit terdapat (basofil dan Eusinofil) berwarna ungu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Tim Struktur Perkembangan Hewan. Universitas Muhammadiyah Jember.


Jember

Suswanto, Ari. 2016. Definisi Rokok. Diambil dari internet online


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/pendidikan/rokok.pdf. Diakses pada
tanggal 30 November 2019 pukul 06.00 WIB.

Krianti, Dwi. 2015. Rokok Filter. Diambil dari internet online


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/pendidikan/rokok_filter.pdf. Diakses
pada tanggal 30 November 2019 pukul 06.15 WIB.

Bahrudin, Salim. 2017. Rokok Kretek. Diambil dari internet online


http://eprints.umm.ac.id/43147/3/jiptummpp-gdl-amaliachoi-50855-3-babii.pdf.
Diakses pada tanggal 30 November 2019 pukul 06.45 WIB.

Sudarwati, Titik. 2014. Struktur Jaringan Darah Eritrosi. Diambil dari internet online
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/STRUKTUR JARINGAN DARAH
ERITROSIT.pdf. Diakses pada tanggal 30 Novemver 2019 pukul 07.00 WIB.

Kuntartik, Sri. 2016. Struktur Jaringan Darah Leukosit. Diambil dari internet online
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/struktur_leukosit.pdf.
Diakses pada tanggal 30 November 2019 pukul 07.50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai