Disusun oleh :
1. Leukosit : Terlihat
berwarna ungu
2
2. Eritrosit : Terdapat
warna hitam dan
1 membengkak.
3. Rokok Kretek Paru - Paru Mencit 1. Paru-Paru : Terdapat
cukup berwarna hitam
dan bintik-bintik
1. Eritrosit : Terdapat
banyak eritrosit yang
1 rusak (pecah) dan
berwarna gelap.
1. Leukosit : Berwarna
ungu
2
2. Eritrosit : Berwarna
putih karena pecah
1
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini tanggal 27 November 2019 kelompok kami mempelajari
tentang “Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap Rokok ”. Tujuan dari praktikum kali ini
adalah untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap struktur histologi darah mencit. Dalam
hal ini, terdapat pembahasan mengenai histologi darah pada mencit diantaranya sebagai
berikut.
4.1 Deskripsikan Struktur Jaringan Darah
Pada praktikum kali ini dengan percobaan Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap
Rokok kami juga menemukan pada hasil pengamatan dengan beberapa jenis darah pada mencit
yang terpapar dengan asap rokok filter, rokok kretek, kretek dan normal atau control. Struktur
jaringan darah pada mencit menemukan Jaringan Darah Eritrosit dan Jaringan Darah Leukosit.
Pertama adalah Struktut Jaringan Darah Eritrosit. Sel darah merah merupakan sel yang
memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan sel lainnya. Sel ini tidak memiliki organel
seperti mitokondria, lisosom, aparatus golgi dan nukleus. Sel darah merah tidak bersifat inert,
adanya substansi Hb di dalam eritrosit memberikan warna merah pada darah. Struktur eritrosit
normal adalah tidak memiliki inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira - kira
7 - 8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian paling tebal serta 1 mikrometer
atau kurang pada bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah dapat berubah - ubah ketika sel
berjalan melewati kapiler, namun perubahan bentuk ini tidak akan menyebakan sel mengalami
ruptur. Hal tersebut disebabkan dalam keadaan normal, sel darah merah memiliki
kelebihan membran sel untuk menampung zat di dalamnya sehingga tidak akan
merenggangkan membran secara hebat. Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu
adalah 90-95 mikrometer kubik, sedangkan jumlah sel darah merah sangat bergantung pada
jenis kelamin dan dataran tempat tinggal seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel
darah merah per milimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal
4.700.000 (± 300.000). Melalui proses glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang
berperan penting dalam proses untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan juga
dalam pengaturan transport ion. Bentuk bikonkaf ini meningkatkan rasio permukaan terhadap
volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran gas. Sel darah merah mengandung
komponen sitoskeletal yang berperan penting dalam menentukan bentuknya. Sel darah merah
memiliki peran penting dalam tubuh.
Sedangkan yang kedua adalah Struktur Jaringan Leukosit. Leukosit merupakan suatu
komponen pembentuk darah selain dari sel darah merah dan keeping darah. Sel darah putih
memiliki inti, namun tidak mempunyai bentuk sel yang pasti atau tetap serta tidak mempunyai
warna. Jumlah sel darah putih pada setiap millimeter darah manusia adalah sekitar 6000 – 8000
sel. Sel darah putih berperan sebagai agen yang memerangi agen infeksi yang masuk ke tubuh.
Tempat pembentukan sel darah putih adalah di sumsung tulang, limpa, dan kelenjar getah
bening. Semua sel darah putih memiliki rentang masa waktu untuk yaitu 6 – 8 hari. Di dalam
tubuh, sel darah putih tidak berkumpul atau berasosiasi dengan organ atau sel lain, tetapi
bekerja secara independen organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas
untuk menangkat mikroorganisme serpihan selular, dan partikel asing yang menyusup ke
dalam tubuh untuk menyebabkan penyakit. Sel darah putih tidak dapat bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan sel ini adalah produk hasil dari sel panca hematopoetic
pluripotent (sel awal untuk pembentukan sel darah putih). Terdapat jenis – jenis Leukosit yang
terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit dan Monosit. a) Basofil adalah jenis sel darah
putih yang memiliki jumlah persentase 0,01-0,03 % dari total keseluruhan jumlah jenis sel
darah putih. Basofil memiliki granula di atas sitoplasma. Sel darah putih jenis ini memiliki dua
lobus. Basofil sendiri adalah salah satu kelompok granulosit yang mampu keluar kearah
jaringan tubuh. b) Eosinofil adalah jenis sel darah putih yang memiliki jumlah 7 % dari total
keseluruhan jenis sel darah putih yang lain. Sel ini memiliki ukuran dengan diameter 10-12
mikrometer. Sel ini akan meningkat apabila terjadi reaksi yang berhubungan dengan asma,
alergi, dan demam. Eosinofil memiliki tugas untuk memberantas reaksi-reaksi yang timbul
akibat masuknya alergen dari luar dalam rentang waktu 8-12 hari. Eosinofil mempunyai
beberapa zat kimiawi seperti ribonuklease, histamine lipase. c) Neutrofil adalah sel yang
memiliki jumlah persentase sekitar 50-60 % dalam darah. Neutrofil mempunyai 3 inti sel. Sel
ini berperan sebagai barrier (pertahanan) pertama dalam merespon reaksi alergi di dalam tubuh.
Sel neutrofil memiliki sifat fagosit sehingga mampu menyerang dengan respiratori yang
menggunakan berbagai zat kimia seperti hydrogen peroksida, radikal bebas, dan hipoklorit.
Neutrofil juga berperan dalam proses inflamasi, dan akan meningkat apabila agen inflamasi
semakin banyak. d) Limfosit adalah memiliki jumlah keseluruhan 20-25 % dari total semua
jenis sel darah putih di dalam darah. Tubuh memproduksi limfosit di sumsum tulang dan juga
limpa. Jenis sel ini juga terbagi menjadi limfosit besar dan limfosit kecil. Perbedaan antara
keduanya adalah jika limfosit kecil memiliki inti lebih gelap yang hampir memenuhi seluruh
sitoplasma, sedangkan pada limfosit besar, intinya lebih pucat dan memiliki ukuran yang lebih
kecil serta tidak memenuhi seluruh sitoplasma. Limfosit memproduksi sekitar 8000 sel di
dalam sel darah putih. Jika terjadi peningkatan kadar jumlah limfosit, itu menandakan
terjadinya suatu proses yang disebut dengan leukemia. Terdapat 5 jenis limfosit, yaitu limfosit
B, sel T Helper, sel T Sitotoksik, sel T Memori, dan juga sel T supresor. e) Monosit merupakan
salah satu leukosit agranular yang memiliki jumlah sekitar 1-3 % leukosit darah. Mekanisme
perlawanan terhadap benda asing yang dilakukan oleh monosit adalah dengan cara
memakannya, meskipun ukurannya lebih besar. Di dalam darah, beredar sekitar 300-500
mikroliter darah yang diproduksi di sumsum tulang. Monosit akan berubah menjadi makrofag
di dalam jaringan tertentu untuk mekanisme perlawanan.
4.2 Jelaskan Hubungan Perlakuan dan Bagaimana Dampak terhadap Jaringan Darah
Pada percobaan dengan pengamatan histologi jaringan darah mencit adalah memiliki
perlakuan hubungan tersebut dengan memicu rusaknya jaringan darah mencit yang terpapar
asap rokok pada rokok filter dengan histologi darah mencit adalah jaringan darah yang
ditemukan yaitu eritrosit terdapat bintik hitam dan membengkak serta terdapat leukosit terlihat
berwarna ungu, hal ini terjadi karena pada perlakuan mencit selama selama 7 hari juga terawat
tidak dengan baik, karena selama 7 hari mencit di papari dengan dengan asap rokok filter
sehingga merusak jaringan darah dan bentuk, ukuran, serta warna paru – paru. Rokok filter ini
memiliki kandungan berbahaya tetapi kadar yang dimiliki pada rokok filter lebih rendah dari
pada rokok kretek. Sehingga jaringan darah dan bentuk, ukuran serta warna paru – paru sedikit
begitu terlihat. Kemudian jaringan darah mencit yang terpapar asap rokok pada rokok kretek
dan kretek dengan histologi darah mencit yang ditemukan adalah terdapat banyak eritrosit yang
rusak atau pecah dan terdapat leukosit berwarna ungu. Hal ini terjadi karena perlakuan mencit
sebelum diamati, mencit di asapi rokok selama 7 hari dengan menggunakan rokok kretek dan
kretek, sehingga hal ini yang menyebabkan struktur jaringan dan bentuk, ukuran serta warna
paru – paru mengalami perubahan. Karena pada dasarnya rokok kretek mengandung senyawa
– senyawa berbahaya seperti nikotin dan tar dimana kadar kandungan tersebut sangat tinggi
sehingga dapat merusak organ – organ pada tubuh mencit khususnya organ darah jantung dan
organ paru – paru. Jaringan darah histologi mencit yang tidak terpapar oleh asap rokok yang
biasa disebut normal atau control terlihat dengan jelas struktur jaringan darah organ jantung
serta bentuk, warna dan ukuran paru – paru pada mencit, dapat ditemukan eritrosit berwarna
merah dan leukosit terdapat (basofil dan eusinofil) berwarna ungu. Karena perlakuan dirawat
dengan baik tanpa ada polusi atau kandungan – kandungan bahaya yang terapat pada rokok
yang merusak organ – organ yang terdapat pada tubuh mencit khsususnya pada jaringan darah
dan paru – paru.
Adapun dampak setiap perlakuan yang didapatkan pada hasil pengamatan, untuk dampak
perlakuan pada jaringan darah mencit tanpa asapan rokok selama 7 hari hasil yang didapatkan
jaringan darah yang ditemukan telihat sempurna terdapat beberapa jaringan darah eritrosit,
leukosit (basofil dan neutrofil). Sedangkan pada paru – paru mencit yang terlihat bentuk paru
– paru mencit normal atau control terlihat bersih tidak terkontaminasi dengan asap rokok dan
tidak mengalami kerusakan ataupun jaringan darah yang pecah. Untuk dampak perlakuan yang
kedua pada asapan rokok kretek dan kretek hasil yang diperoleh dari jaringan darah dan organ
paru – paru terlihat jelas mengalami kerusakan pada jaringan darah dimana jaringan darah yang
ditemukan pada perlakuan ini adalah eritrosit dan leukosit. Eritrosit yang ditemukan rusak atau
pecah. Leukosit ditandai dengan berwarna ungu. Dampak perlakuan tersebut tidak baik pada
tubuh mencit khususnya organ dalam mencit seperti jantung dan paru – paru karena merusak
organ – organ dalam mencit. Adapun dampak perlakuan ketiga yaitu mencit yang diasapi oleh
rokok filter yang diperoleh dampak yang kurang baik terlihat pada jaringan darah mencit
dimana jaringan yang ditemukan adalah eritrosit berwarna merah terdapat bintik hitam dan
membengkak serta terdapat leukosit berwarna ungu. Dampak perlakuan mencit terhadap
paparan asap rokok filter mempunyai dampak buruk bagi organ – organ tubuh dalam mencit
karena pada rokok mengandung senyawa – senyawa kimia yang berbahaya yang dapat merusak
tubuh hewan maupun manusia.
4.3 Komponen Rokok Filter dan Kretek
Pada percobaan Histologi Darah Mencit yang Terpapar Asap Rokok kami menggunakan
rokok jenis filter dan kretek. Rokok – rokok tersebut memiliki komponen yang berbeda yaitu
pertama pada Rokok Filter. Rokok filter juga dikenal dengan rokok putih adalah jenis rokok
yang diartikan sebagai rokok tanpa campuran cengkih seperti pada rokok kretek. Kandungan
utamanya rokok putih adalah berisi cacahan atau potongan daun tembakau. Selain itu juga,
tidak berbeda dengan kandungan rokok lainnya, rokok putih juga mengangung zat kimia
berupa tar dan nikotin. Tetapi dalam takaran atau dosis yang berbeda, yakni sebesar 0.5 - 3
nanogram untuk nikotin dan tar antara 0.5 – 35 mg/ batang. Asap tembakau saat itu diketahui
mengandung 250 bahan kimia berbahaya, termasuk logam berat, arsenik, dan polonium-210
yang sangat radioaktif. Kemudian 69 di antaranya berpotensi menyebabkan kanker. Filter itu
sendiri terbagi dari empat bagian, tow (rangkaian selulose asetat sebagai badan filter),
plasticizer (zat pelunak untuk mengikat filter), plug wrap (kertas pembungkus fiber filter) dan
pelekat (sebagai pelekat plug wrap). Filter rokok pada umumnya dibuat dari selulosa asetat,
yang biasa didapat dari olahan kayu, karena kemampuannya untuk menyaring tar dan nikotin
dari rokok. Satu filter rokok dapat memiliki 12.000 serabut yang terbuat dari selulosa asetat,
dan serabut ini dapat ikut terhisap ke dalam paru – paru bersamaan dengan asap rokok.
Diperkirakan bahwa 845.000 ton filter rokok dibuang setiap tahunnya. Filter rokok yang
tersebar di lautan juga memiliki dampak negative terhadap makhluk hidup yang mencernanya
secara tidak sengaja. Filter rokok dapat mengurangi tar dan nikotin secara signifikan dari rokok
yang dihisap. Sedangkan yang kedua adalah Rokok Kretek. Rokok kretek adalah rokok yang
menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkih dan saat
dihisap terdengar bunyi kretek – kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok yang
menggunakan tembakau buatan. Rokok kretek yang proses pembuatannya dengan cara digiling
atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Rokok kretek
dicirikan oleh oleh bau dan rasanya yang khas serta bunyi mengeretek yang timbul dari
pembakaran cengkeh yang terkandung dalam rokok kretek tersebut. Pada saat rokok dihisap
komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat
menguap akan menjadi asap bersama – sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan
demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan
bagian partikel (15%) . Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40
jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon
monoksida (CO). Asap rokok kretek terutama asap rokok sampingan dapat mempengaruhi
proses spermatogenesis, kualitas semen dan perubahan kadar hormon testosteron. Pengaruh
tersebut dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu pertama komponen dalam asap rokok
kretek berupa logam (cadmium dan nikel) dapat mengganggu aktifitas enzim adenilsiklase
pada membrane sel Leydig yang mengakibatkan terhambatnya sistesis hormon testosterone,
kedua nikotin dalam asap rokok dapat menstimulasi medulla adrenal untuk melepaskan
katekolamin yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu proses
spermatogenesis dan sintesis hormone testosterone melalui mekanisme umpan balik antara
hipotalamus – hipofisis anterior testis.
4.4 Hasil Pengamatan
Pada hasil pengamatan dengan percobaan Histologi Darah Mencit Yang Terpapar Asap
Rokok terdapat hasil pengamatan paru – paru dan darah pada mencit. Pertama pada
pengamatan paru – paru pada mencit yang terpapar asap rokok, kami melakukan 4 perlakuan
percobaan yaitu percobaan hewan uji mencit control atau normal (tanpa asapan rokok),
percobaan perlakuan asapan rokok filter, perlakuan percobaan asapan rokok kretek dan kretek.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada paru – paru mencit tanpa paparan asapan
rokok hasil yang diperoleh bahwa paru – paru mencit terlihat bersih dan tidak terkontaminasi
dengan asap rokok dan berukuran normal. Kemudian pada paru – paru yang terpapar oleh rokok
filter hasil yang diperoleh terlihat dan terdapat bintik – bintik hitam berwarna orange. Terakhir
pada paru – paru mencit yang terpapar oleh rokok kretek dan kretek hasil yang diperoleh bahwa
pada paru yang terpapar rokok kretek berwarna orange kemerahan dan terdapat bintik – bintik
hitam sedangkan pada kretek hasil yang diperoleh terdapat pada paru – paru yang cukup
berwarna hitam bintik – bintik.
Kedua pada pengamatan Jaringan Darah pada mencit. Berdasarkan hasil pengamatan
yang diperoleh, pada jaringan darah mencit tanpa paparan asapan rokok yang ditemukan adalah
jaringan darah eritrosit berwarna merah dan leukosit terdapat (basofil dan eusinofil) terlihat
berwarna ungu. Kemudian pada jaringan darah mencit yang terpapar oleh asapan rokok filter
yang ditemukan jaringan darah eritrosit berwarna merah terdapat bintik hitam dan
membengkak serta leukosit terlihat dan berwarna ungu. Terakhir pada jaringan darah mencit
yang terpapar oleh asapan rokok kretek dan kretek. Pada rokok kretek yang ditemukan adalah
jaringan darah eritrosit berwarna putih karena yang ditemukan terlihat pecah serta terdapat
leukosit berwarna ungu. Sedangkan pada kretek hasil yang ditemukan adalah hanya jaringan
darah eritrosit, karena terdapat banyak eritrosit yang rusak atau pecah dan terlihat berwarna
gelap.
Sedangkan literatur yang kami dapatkan pada organ paru – paru akibat paparan asap
rokok akan mengalami perubahan warna, yaitu pada paru – paru akan tampak lebih merah,
pucat, dan kehitaman. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh reaksi peradangan paru – paru.
Reaksi peradangan akut dapat terjadi pada organ paru – paru mencit yang terpapar asap rokok.
Bahwa reaksi peradangan akut ini dapat mengakibatkan pembuluh darah yang berada di daerah
septa alveoli mengalami peningkatan permeabilitas dan bervasodilatasi untuk mengaktivasi sel
– sel pertahanan tubuh lalu bermigrasi keluar vaskuler yang selanjutnya melakukan reaski
berupa fagositesis atau ke tingkat imunitas yang lebih spesifik. Vaso-dilatasi vaskuler inilah
menyebabkan volume darah yang ada di sekitar jaringan yang mengalami peradangan
bertambah, sehingga organ paru – paru tampak kemerahan atau mengalami hyperemia. Paru –
paru yang berwarna pucat terjadi karena sel – sel atau jaringan pada paru – paru telah
mengalami kematian sel atau menyebabkan perubahan warna jaringan menjadi lebih pucat,
selain itu diduga akibat kekurangan suplai darah. Paru – paru akan berwarna lebih gelap
kehitaman apabila nekrosis pada sel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, bahwa kelompok kami mengamati Histologi Darah Mencit
Yang Terpapar Asap Rokok untuk mengetahui pengaruh asap rokok terhadap struktur
histologi darah mencit dengan hasil pengamatan yang kami temukan dapat diketahui pada
darah mencit dengan perlakuan yang terpapar pada rokok filter memiliki struktur jaringan
darah eritrosit berwarna merah dan terdapat warna hitam membengkak serta terdapat
struktur leukosit yang terlihat dan berwarna ungu. Kemudian darah mencit dengan
perlakuan yang terpapar pada rokok kretek memiliki struktur jaringan darah eritrosit
berwarna putih karena eritrositnya pecah serta terdapat struktur leukosit berwarna ungu.
Setelah itu darah mencit dengan perlakuan yang terpapar pada kretek memiliki struktur
jaringan darah yang terdapat banyak eritrosit yang rusak atau pecah berwarna gelap. Serta
pada darah mencit dengan perlakuan normal atau control memiliki struktur jaringan darah
eritrosit berwarna merah dan leukosit terdapat (basofil dan Eusinofil) berwarna ungu.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwati, Titik. 2014. Struktur Jaringan Darah Eritrosi. Diambil dari internet online
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2013/11/STRUKTUR JARINGAN DARAH
ERITROSIT.pdf. Diakses pada tanggal 30 Novemver 2019 pukul 07.00 WIB.
Kuntartik, Sri. 2016. Struktur Jaringan Darah Leukosit. Diambil dari internet online
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/struktur_leukosit.pdf.
Diakses pada tanggal 30 November 2019 pukul 07.50 WIB.