Anda di halaman 1dari 8

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

OLEH BPK

LINGKUNGAN BISNIS DAN


HUKUM KOMERSIAL

Kelompok :
ANDI AMIRULLAH ARIF TIRO

- 15MPAXXXIC08

MEYLIA CANDRAWATI
- 15MPAXXXIA12
RIZQY AIDDHA YUNIAWATI - 15MPAXXXIA14

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

PENDAHULUAN

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

Kasus Pembelian Lahan RS Sumber Waras


Di penghujung tahun tahun 2015 Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
menjadi sorortan publik terkait dengan kasus pembelihan lahan RS Sumber Waras. Kasus ini
bermula tahun lalu tepatnya 6 Juni 2014, laki-laki yang akrab disapa Ahok ini berminat
membeli sebagian lahan seluas 3,6 hektar milik RS Sumber Waras untuk dijadikan rumah
sakit jantung dan kankermengingat pasien penyakit-penyakit tersebut semakin membutuhkan
pelayanan khusus.
Dinas Kesehatan DKI mengatakan lahan RS Sumber Waras layak dibeli karena
memenuhi sejumlah persyaratan seperti tanah siap pakai, bebas banjir, akses jalan besar,
jangkauan luas, dan luas lahan yang lebih dari 2.500 meter persegi. Namun, menurut
penilaian BPK, lahan RS Sumber Waras tak memenuhi persyaratan-persayaratan di atas. BPK
menilai lahan tersebut tidak siap bangun karena banyak bangunan di sekelilingnya yang
merupakan daerah banjir, serta tidak adanya jalan besar.
Selain tidak memenuhi persyaratan terhadap pembangunan rumah sakit, kasus ini juga
diduga BPK adanya wanprestasi. Dengan pembayaran lahan sebesar Rp755 miliar oleh
Pemprov DKI, BPK menemukan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp191 miliar. Hal
tersebut pertama kali diungkap dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK terhadap APBD
DKI tahun 2014.
Menurut BPK, lahan yang dibeli Pemprov DKI NJOP-nya sekitar Rp 7 juta. Namun,
kenyataannya DKI malah membayar NJOP sebesar Rp 20 juta. Hal ini dinilai BPK
merupakan NJOP tanah di bagian depan, yang masih menjadi milik pihak Rumah Sakit
Sumber Waras. Hal ini dibantak Ahok dengan bukti formal sertifikat hak guna bangunan
(HGB) atas lahan tersebut menyatakan alamat Jalan Kyai Tapa sesuai dengan hasil appraisal,
nilai pasar lahan tersebut per 15 November 2014 Rp 904 miliar. Ahok merasa nilai pembelian
Pemprov DKI Jakarta jauh di bawah harga pasar.
Dari penemuan inilah Ahok diperiksa BPK. Dalam pemeriksaan itu, Ahok
menyerahkan bukti-bukti pembelian lahan Sumber Waras. Tak hanya itu, Ahok juga
membawa bukti video rekaman saat rapat penentuan keputusan membeli lahan seluas 3,6
hektare di Jakarta Barat itu senilai Rp 755 miliar.
Dalam hal pemeriksaan BPK RI terhadap dirinya, Ahok meminta BPK untuk
mempublikasi video pemeriksaan ke publik. Ahok berharap rakyat dapat mengetahui detail
pemeriksaan, seperti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Ia juga berharap rakyat
mengetahui jawaban Ahok kepada para auditor BPK sehingga transparansi pemeriksaan

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

tercapai. BPK menolak dengan beberapa alasannya yang disampaikan oleh Yudi (juru bicara
BPK).
Identifikasi Masalah
1. Ahok Tantang BPK Buka Rekaman Pemeriksaan
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang
akrab disapa Ahok mengungkapkan kekesalannya lantaran tidak diperbolehkan
membawa staf untuk merekam pemeriksaan terhadap dirinya. Menurutnya BPK telah
bersikap tendensius dengan enggan membuka pemeriksaan.
Kejadian itu pun membuat Ahok kemudian menantang BPK bersedia membuka hasil
pemeriksaan dirinya. Menurutnya, pemeriksaan dapat diungkap karena hanya bersifat
mengumpulkan data.
"Sekarang saya tantang BPK untuk buka ke publik jika memang
menganggap ini suatu pengumpulan data dan mencari kebenaran," kata
Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (24/11).
Ahok menyebut akan membiarkan masyarakat untuk menentukan apakah tuduhan
tendensius yang dilontarkan kepada dirinya benar atau tidak. Menurutnya masyarakat
berhak mengetahui apa saja yang menjadi pertanyaan BPK dan bagaimana jawaban
dari sang Gubernur. (Sumber: http://www.cnnindonesia.com)
2. BPK Berkeras Tolak Publikasi Rekaman Pemeriksaan Ahok
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pemeriksa Keuangan dengan tegas mengatakan, tak
bisa mempublikasikan hasil pemeriksaan terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama. Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK Raden Yudi
Ramdan mengungkapkan, rekaman tersebut tidak bisa dipublikasikan lantaran
termasuk dalam berkas pemeriksaan.
"Yang dilakukan tim adalah proses pemeriksaan dan rekaman itu masuk
bagian pemeriksaan jadi tak bisa dipublikasikan," kata Yudi saat
dihubungi, Selasa (24/11).
Yudi menyatakan, hasil pemeriksaan akan segera diserahkan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yang mengusut dugaan korupsi
Rumah Sakit Sumber Waras. Namun hasil tersebut belum akan dikirimkan dalam
waktu dekat.
Menurut Yudi, saat ini tim auditor BPK masih melakukan pengumpulan data. Setelah
semua data terkumpul, barulah berkas akan dilimpahkan ke BPK.
"Kami harap secepatnya, penegakan hukum kan ada dalam ranah KPK,"
katanya. (Sumber: http://www.cnnindonesia.com)

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

Rumusan Masalah
Setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK tanggal Senin (23/11/2015) kemarin,
Ahok menantang BPK untuk membuka rekaman pemeriksaannya terkait kasus pembelian
lahan RS Sumber Waras. Namun Badan Pemeriksa Keuangan dengan tegas mengatakan, tak
bisa mempublikasikan hasil pemeriksaan tersebut lantaran termasuk dalam berkas
pemeriksaan. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka timbul pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah rekaman hasil pemeriksaan oleh BPK dapat dipublikasikan?
2. Bentuk publikasi seperti apakah yang ideal dikeluarkan oleh BPK untuk konsumsi
publik?

PEMBAHASAN
Untuk mengkritisi permintaan Ahok terhadap BPK untuk membuka rekaman
pemeriksaannya terkait kasus pembelian lahan RS Sumber Waras dan apakah rekaman
pemeriksaan dapat dipublikasikan, kami mengacu kepada 2 (dua) Undang-Undang, yaitu

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

1. Undang-undang nomor 15 tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


2. Undang-undang 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (PPTJKN).
Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang nomor 15 tahun 2006 tentang BPK dijelaskan
bahwa BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Kemudian dalam ayat
(3), DPR, DPD dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing lembaga perwakilan. Dan Ayat (5)
menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD dinayatakan terbuka untuk umum.
Kemudian dalam pasal 8 ayat (1) dijelaskan bahwa untuk keperluan tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), BPK menyerahkan pula hasil
pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur. Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya. Dalam ayat (2) Tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis oleh Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota
kepada BPK.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Dalam Pasal 10 pada bagian (d) dan (e) terkait pelaksanaan tugas pemeriksaan,
dijelaskan bahwa pemeriksa dapat meminta keterangan kepada seseorang; dan memotret,
merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.
Pada pasal 17 ayat (6) UU ini dijelaskan mengenai laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dan ayat (5) disampaikan pula kepada

Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Kemudian dalam ayat (7)


diatur mengenai tatacara penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (5) dan ayat (6) diatur bersama oleh BPK dan
lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.
Kemudian di pasal 19 ayat (1), dijelaskan bahwa laporan hasil pemeriksaan yang
telah disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum, dan ayat
(2) menjelaskan bahwa laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

termasuk laporan yang memuat rahasia negara yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
Dari pemahaman beberapa pasal pada kedua undang-undang tersebut akan digarisbawahi
poin-poin penting sebagai berikut:
Apakah rekaman hasil pemeriksaan oleh BPK dapat dipublikasikan?
Dalam UU nomor 15 tahun 2006 tentang BPK pasal 7 disebutkan hasil pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR,
DPD dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum. Kemudian UU nomor 15 tahun 2004
tentang PTJKN pasal 19 disebutkan bahwa laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan
kepada lembaga perwakilan, dinyatakan terbuka untuk umum. Berdasarkan dua hal
pertimbangan tersebut maka seluruh hasil pemeriksaan dapat dipublikasikan kepada publik
dalam hal ini masyarakat.
Kemudian untuk kasus permintaan Ahok terhadap BPK untuk membuka rekaman
pemeriksaannya terkait kasus pembelian lahan RS Sumber Waras yang kemudian ditolak oleh
BPK. Dalam peraturan atau undang-undang tidak ada yang secara jelas mengatur terkait
rekaman pemeriksaan, apakah dapat dipublikasikan ke publik atau tidak. Namun dalam Pasal
10 UU nomor 15 tahun 2004 tentang PTJKN pada bagian (d) dan (e) terkait pelaksanaan
tugas pemeriksaan, dijelaskan bahwa pemeriksa dapat meminta keterangan kepada
seseorang; dan memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu
pemeriksaan. Mengacu pada peraturan tersebut maka jelas pihak yang dapat mengakses
rekaman tersebut hanyalah pemeriksa (dalam hal ini BPK). Dan berdasarkan penjelasan
tersebut maka yang dilakukan oleh Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK
Raden Yudi Ramdan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu rekaman tersebut
tidak bisa dipublikasikan karena masih dalam berkas pemeriksaan.

Bentuk publikasi seperti apakah yang ideal dikeluarkan oleh BPK untuk konsumsi
publik?
Adanya kewajiban BPK untuk mempublikasikan seluruh hasil pemeriksaan BPK
kepada publik sesuai dengan amanat Undang-undang 15 tahun 2004 tentang Pengelolaan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (PTJKN) membawa dampak positif dimana pihak

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

eksekutif akan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pengelolaan keuangan negara dan
rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dapat mengetahui apabila terjadi penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan negara. Tetapi disisi lain publikasi tersebut juga membawa
dampak negatif seperti potensi terjadinya pemerasan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab dengan memanfaatkan hasil pemeriksaan BPK yang dipublikasikan.
Sekarang yang menjadi pertanyaan bentuk publikasi seperti apakah yang ideal bagi
BPK untuk menghindari risiko penyalahgunaan publikasi, berikut ini rekomendasi atas UU
tersebut mengenai bentuk publikasi yang tepat:
1. Laporan hasil pemeriksaan tidak harus seluruhnya disampaikan secara terbuka kepada
masyarakat, dalam hal ini perlu dilakukan penyaringan informasi sebelum hasil
pemeriksaan tersebut dipublikasikan.
2. Hasil pemeriksaan yang dipublikasikan kepada masyarakat seharusnya hasil
pemeriksaan yang sudah mendapatkan tindak lanjut dari pemerintah.
3. Perlu dibuat undang-undang atau peraturan apabila terjadi penyalahgunaan informasi
dan perlunya sosialisasi agar pemahaman masyarakat mengenai hasil pemeriksaan
BPK adalah bukan sebagai vonis bersalah, tetapi keputusan hukum hanya ada di
pengadilan.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan,
dinyatakan terbuka untuk umum dapat dipublikasikan kepada publik yang sesuai
dalam UU nomor 15 tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan UU
no 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (PPTJKN). Kemudian terkait pemeriksaan, pihak yang dapat mengakses
rekaman kejadian pada saat pemeriksaan hanyalah pemeriksa (BPK) dan tidak ada

PERMINTAAN GUBERNUR DKI UNTUK PUBLIKASI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


OLEH BPK

yang secara jelas mengatur, apakah rekaman pemeriksaan dapat dipublikasikan ke


publik atau tidak.
2. Dan dalam publikasi laporan hasil pemeriksaan BPK secara terbuka kepada
masyarakat harus ada pembatasan-pembatasan informasi dan peraturan yang tegas
terjadi penyalahgunaan informasi agar tidak dapat disalahgunakan oleh pihak yang
tidak bertanggungjawab.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang nomor 15 tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Undang-undang nomor 15 tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (PPTJKN)
Metro News Viva. 2015. BPK: Hasil Pemeriksaan Ahok Tak Bisa Diungkap ke Publik,
(http://metro.news.viva.co.id diakses 1 dec 2015
CNN Indonesia. 2015. Ahok Tantang BPK Buka Rekaman Pemeriksaan, (Online),
(http://www.cnnindonesia.com, diakses 1 dec 2015)
CNN Indonesia. 2015. BPK Berkeras Tolak Publikasi Rekaman Pemeriksaan Ahok, (Online),
(http://www.cnnindonesia.com, diakses 1 dec 2015)

Anda mungkin juga menyukai