Anda di halaman 1dari 7

1.

Efek samping:
Hematologi: granulositopenia, agranulositosis sering terjadi
pada 18 minggu pertama pengobatan, penghentian obat
harus segera dilakukan pada agranulositosis yang dapat
mengancam jiwa, karena itu perhitungan WBC (white blood
cell) merupakan hal yang harus dilakukan. Pengobatan tidak
boleh lebih dari 6 minggu kecuali terlihat adanya perbaikan.
Penggunaan klozapin dibatasi hanya pada pasien yang
resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis lain.
Terhadap CNS: lelah, mengantuk, sedasi, pusing, dan sakit
kepala, mulut kering, pandangan menjadi buram, gangguan
pengaturan

temperature,

berkeringat

merupakan

efek

samping yang dapat terjadi.


System kardiovaskuler: takikardi, hipotensi postural dengan
atau

tanpa

sinkop

dapat

terjadi

pada

awal

minggu

pengobatan.
System saluran pencernaan: mual, muntah, konstipasi, ileus.
2. Over dosis:
Tanda-tanda dan gejala: drowsiness, letargi, arefleksia,
koma,

konfusi,

hipersalivasi,

halusinasi,

midriasis,

agitasi,

termolabiliti,

delirium,

kejang,

hipotensi,

kolaps,

pneumonia aspirasi, dyspnea, depresi pernafasan.


Pengobatan: bilas lambung, dengan atau pemberian karbon

aktif pada 6 (enam) jam pertama setelah pemberian obat.


3. Dosis maksimal: 900mg (dewasa), non-FDA approved (anakanak)
4. Farmakodinamik:
Suatu senyawa antipsikosis

atipikal

yang

aktivitasnya

terhadap reseptor dopamine yaitu reseptor D1, D2, D3, dan


D5 tidak terlalu kuat, akan tetapi menunjukkan aktivitas yang
tinggi pada reseptor D4. Clozapine bekerja lebih aktif pada
reseptor

dopamine

di

daerah

limbic

daripada

reseptor

dopamine di daerah striatal, itulah sebabnya clozapine bebas


dari efek samping ekstrapiramidal. Clozapine mempunya
aktivitas antagonis pada reseptor adrenergic, kolinergik,
histaminergik, dan serotonergik.

5. Waktu paruh: 5-16 jam.


OLANZAPIN
a.
b.
c.
d.

Nama dagang: Olandoz


Dosis anjuran: 10 mg/hari
Bentuk sediaan: tablet salut selaput (5mg, 10mg)
Indikasi: mengatasi gejala negatif maupun positif dari
skizofrenia dan sebagai antimania. Obat ini juga menunjukan

efektivitas pada pasien depresi dengan gejala psikotik.


e. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap olanazapine
f. Efek samping: peningkatan berat badan, gangguan
metabolic

yaitu

intoleransi

glukosa,

hiperglikemia,

dan

hyperlipidemia, efek samping ekstrapidamidal minimal, tidak


menyebabkan agranulositosis.
g. Dosis maksimal: adult (20mg), children (20mg)
h. Farmakodinamik: merupakan derivate tienobenzodiazepin,
struktur kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapine memiliki
afinitas terhadap reseptor dopamine, serotonin, muskarinik,
histamin dan reseptor alfa 1. Olanzapin diabsorbsi baik
setelah pemberian oral, dengan kadar plasma tercapai setelah
4-6 jam pemberian. Dimetabolisme di hepar dan diekskresi
lewat urin.
i. Waktu paruh: 21-54 jam
RISPERIDON
a. Nama dagang: Nesipros, Nodiril
b. Dosis anjuran: adult (2-4 mg/hari), elderly (0,5 mg 2x/hari)
c. Bentuk sediaan: tablet (25mg, 50mg), larutan oral, tablet
salut selaput
d. Indikasi: terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada
kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan
(seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola piker, kecurigaan
dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif
yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari
lingkungan

social

dan

emosional,

sulit

berbicara).

Juga

mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah


dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.

e. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap risperidone


f. Efek samping:
Yang umum terjadi: insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit

kepala.
Efek samping
konsentrasi

lain:

somnolen,

terganggu,

kelelahan,

konstipasi,

pusing,

dyspepsia,

mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan,


priapismus, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi
orgasme, inkontinensia urin, rhinitis, ruam, dan reaksi

alergi lainnya.
Beberaoa kasus gejala ekstrapiramidal mungkin terjadi
(namun insiden dan keparahannya jauh lebih ringan bila
dibandingkan

dengan

haloperidol),

seperti:

tremor,

rigiditas, hipersalivasi, bradikinesia, akathisia, dystonia


akut. Jika bersifat akut, gejala ini biasanya ringan dan akan
hilang

dengan

pengurangan

dosis

dan/atau

dengan

pemberian obat antiparkinson bila diperlukan.


Seperti neuroleptic lainnya, dapat terjadi neuroleptic
malignant

sindrom

hipertermia,

(namun

rigiditas

otot,

jarang),

ditandai

ketidakstabilan

dengan
otonom,

kesadaran berubah dan kenaikan kadar CPK, dilaporkan


pernah terjadi. Bila hal ini terjadi, penggunaan obat

antipsikotik termasuk risperidone harus dihentikan.


Kadang-kadang terjadi orthostatic dizziness, hipotensi
termasuk ortostatik, takikardia termasuk takikardia reflek

dan hipertensi.
Risperidone dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi
prolactin plasma yang bersifat dose-dependent, dapat
berupa galactorrhoea, gynaecomastia, gangguan siklus

menstruasi dan amenorrhoea.


Kenaikan berat badan, edema, dan peningkatan kadar

enzim hati kadang-kadang terjadi.


Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien
skizofrenik:

intoksikasi

air

dengan

hiponatremia,

disebabkan oleh polydipsia atau sindrom gangguan sekresi

hormone antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak


teraturnya suhu tubuh dan terjadinya serangan.
g. Interaksi obat:
Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat

yang bekerja pada SSP dan alkohol.


Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa

atau agonis dopamin lainnya.


Karbamazepin
dapat
menurunkan

risperidone.
Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone.
Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari

kadar

plasma

fraksi antipsikotik (risperidone dan 9-hydroxy-risperidone)


dengan meningkatkan konsentrasi risperidone.
h. Dosis maksimal: adult (16mg), children (6mg)
i. Farmakodinamik:
a. Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole.
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif
dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergic 5HT2 dan dopaminergic D2. Risperidone berikatan dengan
reseptor 1-adrenergik. Risperidone tidak memiliki afinitas
terhadap

reseptor

kolinergik.

Meskipun

risperidone

merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki


gejala

positif

berkurangnya
katalepsi

skizofrenia,
depresi

hal

tersebut

aktivitas

disbanding

menyebabkan

motoric

neuroleptic

dan

klasik.

induksi

Antagonism

serotonin dan dopamine sentral yang seimbang dapat


mengurangi

kecenderungan

ekstrapiramidal,

dia

terhadap

negatif

gejaa

timbulnya

memperluas
dan

efek

aktivitas

afektif

dari

samping
terapeutik

skizofrenia.

Bioavailibilitas oral sekitar 70%. Ikatan dengan protein


plasma

sekitar

90%.

Risperidone

secara

ekstensif

dimetabolisme di hati dan dieliminasi lewat urin dan


sebagian kecil melalui feses.
j. Waktu paruh: 20-24 jam
QUETIAPIN

a.
b.
c.
d.

Nama dagang: seroquel


Dosis anjuran: 300-450 mg/hari
Bentuk sediaan: tablet (25mg, 100mg, 200mg, 300mg)
Indikasi: terapi skizofrenia, terapi depresi yang menyertai
gangguan bipolar, terapi manik yang menyertai gangguan

bipolar, pasien dengan gangguan ginjal atau hati.


e. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap quetiapine.
f. Efek samping: pusing, konstipasi, mulut kering, asthenia
ringan, rhinitis, dyspepsia, peningkatan berat badan, hipotensi
postural atau hipotensi ortostatik, takikardi, sinkop, edema,
perifer, peningkatan serum transaminase, penurunan jumlah
htung neutrophil, hiperglikemia
g. Dosis maksimal: adult (800mg), children (600mg)
h. Farmakodinamik: obat ini memiliki afinitas

terhadap

reseptor dopamine, serotonin, dan bersifat agonis parsial


terhadap

reseptor

mendasari

serotonin

efektivitas

maupunnegatif

obat

skizofrenia.

5HT1A
ini

yang

untuk

Absorbsinya

diperkirakan

gejala
cepat

positif
setelah

pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai setelah 12jam pemberian. Metabolism melalui hati dan diekskresikan
sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.
i. Waktu paruh: 20-24 jam
ZIPRASIDON
a.
b.
c.
d.

Nama dagang: geodon


Dosis anjuran: 20 mg/hari
Bentuk sediaan: tablet (20mg), ampul (10mg)
Indikasi: mengatasi keadaan akut (agitasi) dari skizofrenia
dan

gangguan

skizoafektif,

terapi

pemeliharaan

pada

skizofrenia, skizoafektif kronik, serta gangguan bipolar.


e. Kontraindikasi: hipersensitifitas ziprasidone
f. Efek samping: mengantuk, mual, muntah, konstipasi, kaku
otot, gemetar, rash, kelemahan otot, masalah seks, kejang,
pingsan,

peningkatan

kadar

kolesterol

dan

gula

darah,

irregular menstruasi, peningkatan berat badan, agitasi, ritme


jantung abnormal.
g. Dosis maksimal:
approved)

adult

(200mg),

children

(non

FDA

h. Farmakodinamik: obat ini memiliki spectrum yang luas


terhadap skizofrenia, baik gejala positif, negative, maupun
gejala afektif dengan efek samping yang minimal terhadap
prolaktin,

metabolic,

gangguan

seksual,

dan

efek

antikolinergik. Obat ini mempunyai afinitas terhadap reseptor


serotonin

dan

dopamine.

Absorbsinya

cepat

setelah

pemberian oral. Metabolismenya berlangsung di hati dan


diekskresi sebagian kecil melalui urin dan sebagian besar
lewat feses.
i. Waktu paruh: 6,5 jam
ARIPIPRAZOL
a. Nama dagang: abilivy
b. Dosis anjuran: 10-15 mg/hari, peningkatan dosis tidak boleh
c.
d.
e.
f.
g.

dilakukan sebelum 2 minggu


Dosis maksimal: 30 mg/hari
Bentuk sediaan: tablet 10mg, 15mg, 20mg
Indikasi: skizofrenia
Kontraindikasi: menyusui
Efek samping: mual, muntah, dyspepsia,

kosntipasi,

insomnia, akatisia, somnolen, tremor, sakit kepala, asthenia,


pandangan kabur, takikardia, kejang, salivasi meningkat,
pankreatitis, nyeri dada, agitasi, gangguan bicara, kekakuan,
rhabdomyolisis
h. Interaksi obat: hati-hati jika diberikan dalam kombinasi
dengan

obat

yang

bekerja

sentral

meningkatkan

efek

hipertensi

dan

tertentu

alcohol.
karena

Dapat
sifatnya

sebagai antagonis reseptor adrenergic alfa1.


i. Peringatan: riwayat kejang, geriatrik (dikurangi dosis awal),
gangguan fungsi hati, kehamilan
ZOTEPIN
a. Nama dagang: lodopin
b. Dosis anjuran: awalnya 25 mg 3x/hari dapat ditingkatkan
berdasarkan respon dengan interval waktu 4 hari hingga
maksimal 100mg 3x/hari; lansia, dosis awal 25 mg 2x/hari

ditingkatkan berdasarkan respon, hingga maksimal 75 mg


2x/hari;

anak

dan

remaja

di

bawah

18

tahun

tidak

direkomendasikan.
c. Bentuk sediaan: tablet 25 mg, 50 mg
d. Indikasi: skizofrenia
e. Kontraindikasi: intoksikasi akut dengan depressan SSP,
penggunaan bersamaan dengan anti psikosis dosis tinggi;
gout akut (hindari selama 3 minggu setelah serangan
membaik); riwayat nephrolithiasis; menyusui
f. Efek samping: konstipasi, dyspepsia,

mulut

kering,

takikardia, QT interval prolongation, rhinitis, agitasi, anxietias,


depresi, asthenia, sakit kepala, abnormalitas EEG, insomnia,
mengantuk,
diskrasia

hipertermia/hipotermia,
darah

(termasuk

sliasi

meningkat,

leukositosis/leukopenia),

peningkatan LED, penglihatan kabur, berkeringat, anoreksia,


diare, mual, muntah, nyeri abdomen, hipertensi, sindrom mirip
influenza, batuk, dyspnea, rasa bingung, kejang, penurunan
libido,
anemia,

gangguan

berbicara,

trombositopenia,

vertigo,

edema,

rasa

hiperprolaktinemia,
haus,

impotensi,

inkontinensia urin, arthralgia, myalgia, konjungtivitis, acne,


kulit kering, ruam kulit, bradikardia, epiktasis, pembesaran
abdomen, amnesia, ataxia, delirium, hipaestesia, myoclonic,
trombositopenia, ejakulasi abnormal, retensi urin, menstruasi
yang tidak teratur, myasthenia, alopecia, fotosensitivitas,
glaucoma sudut sempit.
g. Peringatan: riwayat epilepsi pada pasien: penghentian obat
depressan SSP yang dihentikan secara bersamaan QT interval
prolongation diperlukan pemeriksaan EKG (pada awal terapi
dan setiap peningkatan dosis) pada pasien memiliki risiko
aritmia; monitor kadar elektrolit terutama pada awal terapi
dan setiap peningkatan dosis terjadi gangguan fungsi hati,
hipertrofi prostat, retensi urin, cenderung untuk mengalami
glaucoma sudut sempit, ileus paralisis & kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai