Anda di halaman 1dari 41

KEHAMILAN EKTOPIK

TERGANGGU

Oleh :
Wendy Ardiansyah, S.Ked
Preseptor :
dr. Kurniawan, Sp.OG

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kehamilan ektopik
suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik terganggu
suatu kehamilan ektopik yang mengalami
ruptur pada dinding tuba

Usia 20 40 tahun (rata-rata 30 tahun)


Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 / 1.000

kehamilan.
Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100

kehamilan.
KE terbanyak di daerah tuba ovarii.

Tujuan
memberikan pengetahuan mengenai KET
serta mampu menyusun rencana dan
melaksanakan terapi sesuai dengan rencana
yang tepat.

Manfaat
memberi pengalaman belajar dan
pengetahuan mengenai KET serta menerapkan
ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapat
selama proses kepanitraan klinik di bagian
Obgyn

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Kehamilan ektopik suatu kehamilan yang

pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak


menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik terganggu suatu kehamilan
ektopik yang mengalami ruptur pada dinding tuba

Epidemiologi
Umur antara 20 40 tahun dengan umur rata-rata

30 tahun.
Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 / 1.000
kehamilan.
Di Amerika kejadian sekitar 2 / 100 kehamilan

Berdasarkan lokasi terjadinya :


Kehamilan tuba (> 95%)
Pars ampularis (55%)
Pars ismika (25%)
Pars fimbriae (17%)
Pars interstisialis (2%)
Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi
di serviks uterus, ovarium, atau abdominal.
Kehamilan intraligamenter (jarang)
Kehamilan heterotopik (jarang)
Kehamilan ektopik bilateral (sangat jarang)

Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena

hambatan pada perjalanan sel telur dari


ovarium ke uterus.
Faktor resikonya, yaitu:
Faktor tuba
Faktor abnormalitas dari zigot
Faktor ovarium
Faktor hormonal
Faktor lain.

Faktor Resiko
Resiko tinggi
Rekonstruksi tuba
Sterilisasi tuba
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Paparan dietilstilbesterol (DES) intrauterin
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Patologi tuba

Resiko sedang
Infertil
Riwayat infeksi genital
Sering berganti pasangan
Resiko ringan
Riwayat operasi pelvik atau abdominal sebelumnya
Merokok
Douching
Koitus sebelum 18 tahun

Patogenesis KET
Gangguan mekanik terhadap ovum yang telah

dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum


uteri.
Embrio di tuba tidak dapat suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini
yaitu :
Tubal Abortion, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke fimbria dan ke rongga abdomen.
Ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.

Manifestasi Klinis KET & TOA

TOA

KET

Nyeriperutbagianbawah

Mualmuntah
Demam
Anemia
Nyeritekandanlepas
abdomen
leukositosis
Teskehamilan

+
+
+

+
+
+

+
-

+
+

USG

Kuldosentesis

Tidak ada kantong


Tidak ada kantong
kehamilan dalam kavum
kehamilan dalam kavum
uteri dan ada cairan bebas di uteri dan ada cairan bebas di
rongga perut
rongga perut
Ditemukan cairan nanah
bercampur darah

Ditemukan darah berwarna


merah gelap

Penegakkan Diagnosa
Anamnesis dan gejala klinis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).

Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah


sel darah merah dapat meningkat.
USG
Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada
darah.
Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila
ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan

Penatalaksanaan
Hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya,
lokasi kehamilan ektopik,
kondisi anatomi organ pelvi
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya

adalah laparotomi.
Pembedahan konservatif dilakukan salpingostomi
atau reanastomosis tuba.
Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam
keadaan syok, lebih baik dilakukan
salphingektomi.

Kemoterapi untuk kasus kehamilan ektopik di pars

ampularis tuba yang belum pecah.


Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini yaitu:
Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
Diameter kantong gestasi < 4 cm
Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml
Tanda vital baik dan stabil.

Penanganan pada kehamilan ektopik


Intra vena fluids,
Oksigen,
Antibiotika
Antiinflamasi
Antipiretik
Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin
Dirawat inap di rumah sakit.

Komplikasi
Tergantung dari lokasi tumbuh

berkembangnya embrio.
Komplikasi KE pada tuba pars ampulla,
tuba pars ismus, pars interstisialis dan pars
infundibulum fimbriae yaitu ruptur dinding
tuba yang menyebabkan perdarahan
intraabdomen yang bisa menyebabkan
sepsis, syok hingga kematian.

BAB III
LAPORAN KASUS

Identifikasi
Nama : Ny.E
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan

: IRT
Alamat : Keramasan

Nama suami: Tn.M


Umur

: 39 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan
: Buruh
Alamat : Keramasan

Anamnesa
(3 Desember 2012, 11.30 WIB)
Keluhan Utama

OS mengeluh sakit perut bagian bawah yang semakin parah sejak 2


hari lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit

2 hari sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh sakit perut


bagian bawah yang bertambah sakit bila bergerak. OS juga
mengeluh lemah, mual dan nafsu makan berkurang. Kemudian OS
berobat ke tukang pijat. Seluruh bagian tubuh OS dipijat termasuk
perut.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh sakit perut
bagian bawah bertambah parah dan semakin sakit bila bergerak. OS
merasa sangat lemah, mual, nafsu makan berkurang dan demam.
Kemudian OS masuk IGD RSUD Palembang BARI pukul 11.30 WIB
dengan keluhan sakit perut yang semakin parah. OS mengaku hamil
+ 2 bulan anak ke-1. Riwayat keluar darah lendir (-) & air-air (-) dari
jalan lahir. Riwayat trauma (-), batuk pilek (-) & alergi obat (-).
Riwayat pernah operasi kista.

Riwayat Menstruasi

Menarche : lupa
Siklus haid : teratur
Riwayat Kehamilan Sekarang

HPHT: 22-09-2012
TP : 29-06-2013
Usia kehamilan : + 2 bulan
ANC : 1 kali ke Puskesmas
Imunisasi TT
: 1 kali

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit jantung, ginjal, asma, paru-paru,


hepatitis, DM, epilepsi disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Penyakit jantung, ginjal, asma, paru-paru,


hepatitis, DM, epilepsi disangkal

Pemeriksaan Fisik
Klik

Pemeriksaan Penunjang
Klik

Diagnosa Kerja
Suspect TOA DD/ KET

Penatalaksanaan
Observasi KU & TV ibu
IVFD D5 : RL 2:1 Gtt 20 x/m (makro)
Kateter menetap
Bed rest
Ceftriaxone 2x1 gr IV
Metronidazole 2x500 mg IV
Gentamicin 2x80 mg IV
Paracetamol 3x500 mg tab
Sulfus Ferosus 2x1 tab

Follow Up
Klik

BAB IV
ANALISIS KASUS

TOA

KET

Nyeri perut bagian bawah

Mual muntah/nafsu makan


turun

Demam
Anemia
Riwayat operasi

+
+

+
+

Trauma Abdomen

Nyeri tekan dan lepas


abdomen

Leukositosis
Tes kehamilan

+
-

+
+

USG

Kuldosentesis

Tidak ada kantong


Tidak ada kantong
kehamilan dalam kavum
kehamilan dalam kavum
uteri dan ada cairan bebas di uteri dan ada cairan bebas di
rongga perut
rongga perut
Ditemukan cairan nanah
bercampur darah

Ditemukan darah berwarna


merah gelap

Berdasarkan hasil anamnesa,


pemeriksaan fisik dan penunjang, Ny.E
didiagnosa Suspect TOA DD/ KET.

Penatalaksanaan yang diberikan sudah


sesuai dengan teori.
Pengobatan konservatif, yaitu:
cairan intravena (D5:RL 2:1 Gtt 20 x/m),
pemberian obat antibiotik triple drugs
(ceftriaxone 2x1gr IV, metronidazole 3x500
mg IV, gentamicin 2x80mg IV),
pemberian obat analgetik/antipiretik
(paracetamol 3x500mg tab), dan
obat penambah darah (Sulfas Ferosus
2x300mg tab).

Analisis Follow Up
Hari Rawat = 1
sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak
denyut nadi teraba lemah,
konjungtiva anemis,
mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan dan lepas perut bagian bawah,
defans muskular (+),
akral teraba dingin,
sianosis (+),
dan CRT >2.

Berarti tidak ada perbaikan setelah diberikan


pengobatan 1 hari. Terapi diteruskan.

Hari Rawat = 2
sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak
keluar sedikit darah dari vagina
denyut nadi teraba lemah,
tekanan darah semakin turun,
konjungtiva anemis,
mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan dan lepas perut bagian bawah,
defans muskular (+),
akral teraba dingin,
sianosis (+), dan CRT >2.

Berarti belum ada perbaikan setelah diberikan


pengobatan 2 hari dan malahan bertambah buruk.
Terapi yang diberikan sementara yaitu masih sama.

Hari Rawat = 3
sakit perut bagian bawah & semakin sakit bila bergerak
juga keluar sedikit darah dari vagina.
denyut nadi teraba lemah,
tekanan darah turun,
konjungtiva anemis,
mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan dan lepas perut bagian bawah,
defans muskular (+),
akral teraba dingin, sianosis (+), dan CRT >2.

Berarti tidak ada perbaikan setelah diberikan


pengobatan 3 hari dan malahan bertambah
buruk. Terapi sementara yang diberikan masih
sama dan ditambah cek Hb serial tiap 2 jam dan
persiapan tranfusi darah (4PRC) untuk rencana
laparotomi besok.

Hasil cek Hb serial, yaitu:


Hb jam 13.00 WIB yaitu 6,1g/dl
Hb jam 15.00 WIB 5,8g/dl.
Terjadi anemia berat yang diduga akibat
perdarahan intra abdomen.
Menurut
teori,
seharusnya
dilakukan
laparotomi segera setelah diketahui OS
mengalami anemia berat tetapi persiapan
darah belum ada maka laparotomi dilakukan
besok pagi.

Hari Rawat = 4
Operasi laparotomi (pukul 10.30WIB)
Setelah dibuka ternyata OS menderita KET

dengan ruptur tuba ovarii dextra sehingga


harus dilakukan salphingektomi
ditemukan juga kista ovari dextra sehingga
dilakukan kistektomi tetapi Ovarium OS tidak
diangkat karena OS belum menopouse.
Di dalam rongga abdomen ditemukan darah
sebanyak + 1000ml sehingga perlu dibersihkan.
Operasi selesai (pukul 11.45 WIB)

Diagnosa post operasi

Post Salphingektomi Dextra a/i KET (Ruptur


Tuba Dextra).
Terapi yang diberikan post operasi yaitu
pemberian cairan intra vena (D5%:RL 2:1 Gtt 20

x/m),
pemberian
antibiotik (cefotaxime 2x1gr
metronidazole 2x500mg IV),
obat anti fibrinolitik (Kalnex 3x500mg IV),
obat anti inflamasi (ketorolac 2x30mg IV),
pemberian tranfusi darah (4 PRC).

IV,

Hari Rawat = 5
Nyeri perut berkurang
nyeri luka bekas operasi
Tanda vital kembali normal
konjungtiva masih anemis,
mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan perut bagian bawah,
CRT >2.

Ini berarti OS masih mengalami anemia


dikarenakan baru tranfusi 2 kolf PRC.
Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf
lagi.

Hari Rawat = 6
Nyeri perut berkurang
nyeri luka bekas operasi
tanda vital kembali normal
konjungtiva masih anemis,
mukosa bibir pucat,
masih nyeri tekan perut bagian bawah.

Ini berarti OS masih mengalami anemia


dikarenakan baru tranfusi 2 kolf PRC.
Terapi diteruskan dan tranfusi PRC 2 kolf
lagi.

Hari Rawat = 7
nyeri perut berkurang
nyeri luka bekas operasi
Tanda vital kembali normal
konjungtiva masih anemis,
masih nyeri tekan perut bagian bawah.

Ini berarti OS masih mengalami anemia


setelah tranfusi 4 kolf PRC.
Terapi diganti obat oral dan tranfusi 1
kolf PRC lg dan setelah tranfusi boleh
pulang.

BAB V
KESIMPULAN

1. Untuk menegakkan diagnosa KET perlu dilakukan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang, seperti USG dan kuldosentesis.
2. Penatalaksanaan KET secara umum bisa dibagi
dua, yaitu konservatif dengan obat-obatan atau
aktif dengan operasi. KU pasien merupakan
pertimbangan untuk memilih tatalaksana yang
akan dilakukan.
3. Semakin cepat kita mendiaganosa KET dan
semakin cepat pula kita menatalaksana, maka
semakin kecil kemungkinan untuk terjadi
komplikasi sehingga prognosisnya baik bagi ibu.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai