Sebagai tambahan dari bahan kimia didalam rokok, metabolit nikotin dapat mengontribusi
tehadap aktivitas farmakologi obat-obatan (Crooks dan Dwonskin 1997). Sirkulasi kadar kotinin
secara substansial lebih tinggi daripada nikotin (Murphy et al.2004). di p\irisan potongan otak
tikus kotinin dapat menstimulasi pengeluaran dopamine melalui ikatan reseptor nikotin, tetapi
dengan potensi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan nikotin (Dwonskin et al.1999).
beban sebelum dari kotinin pada perokok tidak memengaruhi pengambilan dari nikotin
(Hatsukami et al.1998) dan tidak menghasilkan efek fisik atau tingkah laku yang signifikan pada
abstinensi perokok (Hatsukami et al.1997), walaupun kotinin dapat mengantagonis kemamusan
dari terapi pengganti nikotin dalam menghentikan merokok (Hatsukami et al 1998).
1.2.5.b. Bahan kimia penyebab karsinogenesis
Berdasarkan bukti dari tumorigenisitas pulmonal pada minimal satu spesies hewan, terdapat
perkiraan dua puluh karsinogen pulmonal pada rokok termasuk 1.3-butadine, ethylene oxide, dan
metal seperti cadmium (Hecht 1999, Adams et al.2012). Amine aromatic, seperti 4aminobiphenyl (4-ABP), walaupun secara umum tidak dipandang sebagai karsinogen pulmonal,
dapat juga berkontribusi terhadap kanker paru pada perokok. Amine aromatic tejadi pada kadar
yang serupa dengan TSNA dan PAH (berdasarkan nanogram per rokok) (Thielen et al.2008) dan
juga membutuhkan aktivasi metabolic untuk menyingkirkan karsinogenesitas mereka
(Besaratinia dan Tommasi 2013). 4-ABP spesifik telah terdeteksi di paru-paru perokok (Lin et
al.1994), berdasarkan penelitian terhadap paparan kerja,amine aromatic dipandang sebagai
karsinogen kandumg kemih manusia (Cogliano et al.2011). disamping dari karsinogen
mutagenik, racun lain dan iritan pernapasan, seperti acrolein, dapat mengkontribusi terhadap
karsinogenesis paru-paru dengan menginduksi inflmasi kronik (Bein dan Leikauf 2011, Lee et
al.2012).
1.2.6. Model resiko kanker paru yang dihubungkan dengan merokok
Perokok secara signifikan dan substansial memilki resiko lebih tinggi dalam perkembangan
kanker paru dibandingkan dengan non-perokok (Bagian 1.1.3), belum terperediksi yang mana
yang baru merokok dan mantan perokok yang akan berkembang menjadi kanker pari-paru
(Bagian 1.1.4). Dari menghirup rokok hingga diagnosis kanker paru, terdapat banyak kejadian
dan proses jangka pendek (gambar 7), dan faktor genetic dan non genetic host. Faktor-faktor
yang memengaruhi kebiasaan merokok (contoh. Inisiasi, penghentian rokok per hari) tergantung
dari besar keseluruhan karsinogen rokok (dan bahan toxik) dan lama paparan (Hecht 2012).
Faktor-faktor yang memengaruh paparan terhadap karsinogen lingkungan, seperti pekerjaan,juga
berkontribusi terhadap banyaknya karsinogen. Kebanyakan karsninogen kimia membutuhkan
kadar pengolahan oleh tubuh (Bagian 1.2.3a dan 1.2.4), dan kemampuan untuk aktif secara
metabolism atau mendetoksifikasi karsinogen yang berbeda pada tiap indvidu (Hecht 2012).
Integritas dari perbaikan DNA dan jalur kematian sel dapat memengaruhi apakah DNA tetap
menjauh dan menghasilkan mutagenesis (Loeb dan Harris 2008).Mutasi dpat terjadi pada daerah
kritis, seperti tumor suppressor,untuk memulai proses karsinogenesis (Loeb dan Harris 2008).
Bahan kimia didalam rokok juga berikatan dengan reseptor di jalur sinyal endogen (schuller
2009), dan hasilkan aktivitas dari jalur sinyal ini dapat memengaruhi apakah bahan-bahan kimia
yang ada akan mempromosikan proses karsinogenesis (Bagian 1.2.3.b). kerusakan paru yang
darurat dan inflamasi (contoh.dari rokok, infeksi, penyakit paru kronik) dapat memfasilitasi
inisisiasi tumor, promosi dan/atau progresi (Grivennikov et al 2010). Kebanyakan kejadian dan
proses ini disingkirakan dari merokok dan secara umum tertantang utnuk mencirikan tanpa
pemahaman yang lebih baik dari faktor-faktor yang lebih mengarah ke merokok. Dua bagian
berikut ini menunjukkan faktor genetic yang memengaruhi kebiasaan merokok dan proses dari
karsinogen (Bagian 1.3 dan 1.4)
Gambar 7| faktor-faktor ynag memengaruhi resiko kanker paru pada perokok. Banyak faktor
genetic dan non genetic yang memngaruhi resiko kanker paru pada perokok dari kebiasaan
merokok dan paparan karsinogen terhadap proses karsinogen didalam tubuh dan terhadap
kerentanan tubuh terhadap karsinogen. Diadaptasi dari Loeb dan Harris 2008, Hecht 2012 dan
Grivennikov, Greten et al 2010.
Kebiasaan merokok
Infamasi kronis
Aktivasi
metabolisme
Aduksi DNA
Mutasi
Detoksifikasi
metabolisme
Perbaikan DNA
Hilangnya
control
pertumbuhan
Apoptosis
Transfromasi
Apotosis
Proliferasi
sel
Kanker paru
angiogenesis
investigasi pelengkap pada hewan coba, yang berdampak pada genetic dan/atau manipulasi
farmakologi dari jalur kandidat pada fenotip yang dihubungkan dengan merokok
( contoh.pemberian nikotin) dan penelitian terhadap genetic manusia (dan BAgian 1.4) berasal
dari penelirian gen kandidat yang meneliti pilihan gen untuk tujuan peran biologi dan secara
umum membangun peran untuk gen spesifik dan variasi gen, dan dari penelitian yang
dihungungkan luas dengan genom, yang berhubungan dengan bagian genomic dengan perilaku
merokok menggunakan polimorfisme nukleotida tunggal (PNT), PNT telah dipilih sebagai
variasi tanda dari genom (Pearson dan Manolio 2008). Penelitian kandidat gen, pada keadaan
tersebut, juga digunakan dalam penanda PNT, terutama ketika beberapa polimorfisme telah
diidentifikasi dan dicirikan dalam ketertarikan gen.
Walauppun merokok menjadi perhatian dunia, memengaruhi seluruh etnik individu (Erksen et
al.2012), sebagian besar bukti perhatian pada faktor genetic yang dating dari penelitian pada
populasi warga eropa. sedangkan faktor genetik diidentifikasi dalam populasi etnik umum dan
konteks lingkungan cenderung berfungsi secara lebih luas, prevalensi varisi genetic dan faktor
ligkungan lain (conh, kemampuan sosial menerima rokok) dapat membentuk kontibusi besr dan
relative terhadap faktor genetic (Heath et al.1993, Kendler et al.2000, LEssov et al.2004).