Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Lanjut usia (Lansia), pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada


jaringan tubuh, yang disebabkan proses degenerasi yang terjadi baik dari struktur
anatomis maupun fungsi fisiologis. Proses degenerasi menyebabkan perubahan
kemunduran fungsi organ, salah satu sistem tubuh yang terganggu akibat proses
penuaan adalah sistem genitourinari. Pada sistem genitourinari lansia pria, masalah
yang sering terjadi akibat penuaan, yakni pembesaran kelenjar prostat (Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH).1
Pembesaran kelenjar prostat, atau disebut dengan BPH merupakan salah satu
kondisi yang sering terjadi pada laki-laki usia tua karena proses pertambahan usia.
Oleh karena itu meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH.
Pembesaran prostat dapat menyebabkan gangguan berkemih sehingga terjadi
perubahan pada patologi kandung kemih dan ginjal. Di dunia sekitar 30 juta pria
mengalami penyakit ini, 40% diantaranya usia 40 tahun, 50% antara usia 60-70 tahun,
dan diatas 70 tahun mencapai 90%.2,3
Di Amerika Serikat, BPH terjadi pada 70% pria berusia 60-69 tahun dan 80%
pada pria berusia 70 tahun ke atas. Diperkirakan, pada tahun 2030 insiden BPH akan
meningkat mencapai 20% pada pria berusia 65 tahun ke atas, atau mencapai 20 juta
pria. Sedangkan di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran
kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan
angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun.3,4
Pada pria usia lansia, perubahan signifikan pada jaringan terutama pada zona
transisi yang mempengaruhi keseimbangan sinyal faktor pertumbuhan yang
meningkatkan volume prostat. Benigh prostatic hyperplasia sering menyebabkan
retensi urin akut dimana pasien tidak menyadari hingga terjadi gejala sulit berkemih.
Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktuwaktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini menyebabkan buang air kecil tidak

lancar, pancaran urin melemah dan banyak tersisa dalam kandung kemih. Retensi
pada kandung kemih dapat menyebabkan terjadinya endapan urin yang akan
membentuk batu di saluran kemih (urolitiasis), selain itu aliran urin yang terhambat
dapat menyebabkan peningkatan intravesikal ke seluruh bagian kandung kemih
sampai pada kedua muara ureter yang menimbulkan aliran balik urin dari kandung
kemih ke ureter sehingga terjadi refluks vesikoureter. Refluks vesikoureter
menyebabkan hidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya akan menyebabkan gagal
ginjal.1,5
Retensi urin pada BPH merupakan keadaan darurat yang insidennya terus
meningkat dan dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti infeksi saluran
kemih, Lower urinary tract symtoms (LUTS), pada urinalisis terdapat leukosituria
dan hematuria serta yang telah disebutkan diatas. Penanganan yang tepat dan segera
diperlukan untuk meminimalkan komplikasi yang ada.4

Anda mungkin juga menyukai