Anda di halaman 1dari 3

PERANAN MIKROBA TANAH PADA KEGIATAN REHABILITAS

LAHAN BEKAS TAMBANG DAN MEKANISME BIOREMEDIASI


Seperti yang sudah dijelaskan , banyak mikrobiologi yang bermanfaat bagi
manusia, dan disini kami membahas mikrobiologi yang bermanfaat di bidang
pertanian yang telah dilakukan di Lahan bekas tambang yang mempunyai
kandungan logam-logam tinggi dapat dikoloni oleh mikroba tanah. Dengan
pengelolaan yang tepat, bakteri-bakteri yang merugikan seperti bakteri
pengoksidasi sulfur (BOS) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan recovery
logam-logam terutama besi, nikel, tembaga, emas, dan perak. Kegiatan
rehabilitasi lahan bekas tambang dapat ditingkatkan dengan bantuan mikroba
tanah. Melalui proses bioremediasi, mikroba tanah dapat menggunakan logam
sebagai aktivator enzim atau aseptor elektron untuk pertumbuhannya sehingga
logam menjadi tidak berbahaya di alam. Mikroba yang berperan pada proses
bioremediasi tersebut membantu memberikan lingkungan tanah yang lebih baik
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah juga aktif berasosiasi
dengan tanaman pada lahan tersebut sehingga tanaman menjadi lebih tahan
tumbuh pada lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam
tinggi. Dalam hal ini mikroba menghalangi tanaman menyerap logam dengan cara
menahan logam di akar, mikroba menghasilkan enzim tertentu yang dapat
mengurangi toksisitas logam atau mikroba bahkan membantu tanaman
mengakumulasi logam dalam jumlah yang lebih besar tetapi tanaman tidak
keracunan. Karena itu proses rehabilitasi areal bekas tambang dapat dipercepat
dengan bantuan mikroba tanah.

Mekanisme Bioremediasi
Pada proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa
toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Saat bioremediasi
terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan
beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang
disebut biotransformasi.

Pada

banyak

kasus,

biotransformasi

berujung

pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi


tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak
beracun. Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi/
biodegradasi adalah dengan cara Seeding, mengoptimalkan populasi dan aktivitas
mikroba

indigenous

(bioremediasi

instrinsik)

dan/atau

penambahan

mikroorganisme exogenous (bioaugmentasi). Feeding, memodifikasi lingkungan


dengan penambahan nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan
biokatalis. Salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah
jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung
maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena
kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak
langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain
seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya. Sejak tahun 1900an, orang-orang
sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat
ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang
berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya
dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini

antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa


organik

terhalogenasi

seperti pestisida, herbisida,

dan

lain-lain.

Banyak

aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan


yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh
pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh
mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan
kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik.
Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang
mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang
bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikrobamikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium
dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang
diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri
ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada
minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteribakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang
telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan
karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan
jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi
komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di
lingkungan. Pada bioremediasi microbial terdapat faktor-faktor utama yang
menentukan: yaitu Populasi mikroba, Konsentrasi nutrien, Pasokan oksigen, Suhu
dan kelembaban.

Anda mungkin juga menyukai