Anda di halaman 1dari 10

PAPER

KLASIFIKASI TANAH VERTISOLS

Oleh :
NAMA

: Amanda Kusuma Dewi

NIM

: H0710007

Tugas Mata Kuliah Klasifikasi Tanah

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

TANAH VERTISOLS DAN KLASIFIKASINYA


I. PENDAHULUAN
A. Keberadaan Vertisols di Indonesia
Vertisols merupakan tanah yang memiliki sifat khusus yakni
mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1
yang relatif banyak. Karena itu dapat mengkerut (shrinking) jika kering dan
mengembang (swelling) jika jenuh air. Proses pengembangan dan
pengkerutan itu disebabkan karena masing masing unit yang terdiri dari 2
Si tetrahedral ditambah dengan 1 Al oktahedral, masing masing unit
dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah dari oksigen ke
oksigen serta air maupun kation dapat masuk pada ruang antar lapisan
sehingga mudah mengembang dan mengkerut.
Vertisols di Indonesia terbentuk pada tempat tempat yang
berketinggian tidak lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature
tahunan rata rata 25 C dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun
dan topografi datar sampai daerah yang berlereng curam, teksturnya
halus/liat didominasi mineral tipe 2:1 atau terdiri dari bahan bahan yang
sudah mengalami pelapukan batu kapur, tuff, endapan alluvial dan abu
vulkan. Vertisols biasa dijumpai dengan epipedon umbrik atau mollik dan
juga kadang kadang horizon Argilik maupun Albik.
B. Intensitas Pengelolaan di Indonesia
Vertisols merupakan tanah yang memiliki potensi yang cukup baik,
akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya
yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila
dalam keadaan kering. Perlu diketahui keadaan kelengansan tanah pada
lapisan permukaan tanah. Tanah ini mempunyai permeabilitas yang relatif
sangat lambatmaka tanah ini sesuai sekali untuk areal persawahan. Pada
musim hujan tanah ini dapat ditanami jagung, tebu kacang tanah namun
dapat juga tanaman tahunan seperti jati.

C. Prospek Pemanfaatannya
Prospek pemanfaatan vertisol cukup baik dibandingkan ultisol,
spodosol, maupun oxisol karena tanah ini mempunyai KTK yang relatif
lebih besar dari 100 me/100 gram tanah, tentunya kejenuhan basanya
menjadi lebih tinggi.
II. KARAKTERISTIK VERISOLS
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang
tinggi. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan
dengan iklim tropis dan subtropics.
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan
pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah
dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan
subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai
potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH
dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar
nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam
dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut
akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan
tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar
pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air.
Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk
mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil
yang biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi
polygonal. Koloid tanah yang memiliki muatan negetif besar akan dapat
menjerap sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam
bentuk dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakan

jumlah muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation
yang muda diganti.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga
menentuka besarnya KTK tanah.
Pada umumnya

Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P

merupakan pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika


kandungan P kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang
cukup kecil jika produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi
nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika
produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian
pupuk N.
Kadar fosfor Vertisol ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan
mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor
ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk
fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor.
Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang
berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari
bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl
atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah.
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang
tinggi. Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai
pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP
yang tinggi dan Vertisol masam (pH 5,0 6,2).
KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan
tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat
yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi.
Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai
KTK yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan
Mg dan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah.

Kejenuhan basa yang tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relatif halus,
permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang
tidak seimbang merupaka karakteristik Vertisols.
III. KLASIFIKASI VERTISOLS
Meskipun atribut yang unik mereka, Vertisols tidak diakui sebagai kelas
terpisah dari tanah pendahulu dari Taksonomi Tanah. Karena Vertisols sering
menempati cekungan dan posisi lanskap yang lebih rendah, mereka disebut
sebagai tanah aluvial dan dibedakan dari tanah serupa lainnya oleh warna gelap
mereka. Petani yang tinggal di atau dekat tanah seperti memberi mereka nama
vernakular. Sebagai contoh, di India selatan, petani mengenali setidaknya empat
jenis Vertisols dan menggunakan setidaknya empat nama berkonotasi sifat
permukaan.
Mineral montmorillonite yang termasuk dalam famili mineral smektit,
berpengaruh untuk atribut umum dari tanah dan sifat vertik mereka. Identifikasi
mineral ini dalam tanah ini dimungkinkan ketika teknik difraksi dengan sinar-X
menjadi tersedia secara komersial di awal 1950-an.
Sejak montmorillonite memiliki sifat mengembang dan mengkerut, konsep
klasifikasi Vertisols didasarkan pada potensi mengembang mengkerut mereka.
Potensi ini merupakan fungsi dari kandungan liat tanah dan jumlah relatif dari
montmorillonite dalam fraksi liat. Sebuah lapisan tanah 10 cm tebal dengan
properti ini bukan Vertisol. Jumlah minimum liat, serta jenis tanah liat tertentu,
harus tampak di volume tanah minimal untuk memberikan ekspresi minimum.
Selain itu, tanah ini retak pada musim kemarau, kenampakan dari retak dan
durasi retak juga termasuk dalam definisi dari Vertisols.
Setiap

kelas

di

Taksonomi

Tanah

diidentifikasi

oleh

properti

mendefinisikan atau properti serta dengan posisinya dalam kunci. Definisi setiap
takson mengecualikan atau mencakup sifat-sifat lainnya yang selanjutnya
menentukan tanah. Meskipun atribut default tidak dijabarkan dalam definisi,
mereka sama-sama penting untuk klasifikasi. Sejak Vertisols diakui dalam kunci
perintah setelah Histosols, Spodosols dan Oxisols, mereka tidak dapat memiliki
karakteristik mendefinisikan tanah ini. Penempatan mereka di kunci sebelum

Aridisols, Ultisols, Mollisols, Alfisols, Inceptisols dan entisol menyiratkan


bahwa tanah ini mungkin memiliki subordinat tambahan sifat vertik.
A. Sistem Klasifikasi Menurut Klasifikasi Nasional dan FAO
Vertisols bila diklasifikasikan menurut sistem klasifikasi PPT
mempunyai nama Grumosol, yaitu tanah yang setelah 20 cm dari lapisan
atas dicampur, kadar liat 30% atau lebih sampai sekurang kurangnya 50
cm dari permukaan mempunyai peluang cukup untuk terjadinya rekahan
tanah (crack) sekurang kurangnya lebar 1 cm pada kedalaman 50 cm jika
tidak mendapat pengaruh pengairan dan mempunyai satu atau lebih cirri
berikut : bentukan gilgai atau struktur membaji yang jelas pada kedalaman
antara 25 sampai 100 cm dari permukaan.
Pada Sistem Klasifikasi Nasional Indonesia dan Sistem Klasifikasi
FAO, vertisols (Grumosol) dibagi dalam 2 macam tanah (Sub Group) yaitu :
1. Grumosol yang memiliki chroma kurang dari 1.5 (lembab) secara
dominan dalam matriks lapisan atas tanah (30 cm).
Grumosol Pelik (Vp)
2. Grumosol yang mempunyai chroma 1.5 atau lebih secara dominan dalam
lapisan atas tanah (30 cm).
Grumosol Kromik (Vc)
B. Sistem Soil Taxonomy
Definisi Vertisols di Taksonomi Tanah didasarkan pada empat sifat
wajib. Vertisols (kategori order) :
1. Tidak memiliki kontak litik atau paralithic, cakrawala petrocalcic, atau
duripan dalam 50 cm dari permukaan;
2. Memiliki 30% atau lebih liat dalam semua subhorizons dengan
kedalaman 50 cm atau lebih setelah tanah telah dicampur dengan
kedalaman 18 cm (misalnya, dengan membajak);
3. Memiliki pada beberapa waktu di kebanyakan tahun kecuali irigasi atau
dibudidayakan, retak terbuka pada kedalaman 50 cm yang lebar minimal
1 cm dan memperpanjang naik ke permukaan atau ke dasar lapisan bajak
atau kerak permukaan, dan

4. memiliki satu atau lebih dari berikut ini:


a. gilgai;
b. di beberapa kedalaman antara 25 cm dan 1 m, slickensides cukup dekat
intersek;
c. di beberapa kedalaman antara 25 cm dan 1 m, berbentuk baji agregat
struktur alam yang memiliki sumbu panjang mereka miring 10-60
dari horisontal.
Kebutuhan (1) menetapkan volume tanah minimum, dan definisi
mensyaratkan bahwa tidak ada lapisan kedap air dalam 50 cm. Kebutuhan
(2) mendefinisikan komposisi minimum material tanah. Persyaratan (3) dan
(4) mendefinisikan ekspresi morfologi minimum sifat VERTIC.
Definisi subordo didasarkan pada lamanya waktu retakan retakan
tetap terbuka atau tertutup sepanjang tahun, yang memerlukan pengamatan
lapangan selama beberapa tahun. Sub Ordo Vertisols menurut Sistem Soil
Taxonomy antara lain :
EA. Tanah ini memiliki suhu tahunan rata-rata kurang dari 22 C,
perbedaan suhu musim panas-musim dingin rata-rata kurang dari 5 C, dan
dibasahi selama musim dingin ketika evapotranspirasi rendah. Mempunyai
retakan yang membuka dan menutup sekali dalam setahun dan membuka
tetap 60 hari berturut turut atau lebih selama 90 hari mengikuti titik
dimana matahari paling jauh dari khatulistiwa. Sub Ordo ini adalah Vertisols
daerah Mediterania, yang menempati sekitar 0,01% dari permukaan tanah
dunia.
Xererts
EB. Vertisols lain dimana jika tidak diirigasi, dalam banyak tahun
mempunyai retakan retan terbuka sepanjang tahun. Tertutup selama 60
hari berturut turut, pada saat temperature tanah pada kedalaman 50 cm
selalu lebih tinggi dari 8 C. Tanah ini tidak luas di AS, dan terjadi terutama
di barat Texas, New Mexico, Arizona, dan South Dakota, tetapi adalah
subordo Vertisols paling luas di Australia. Informasi tentang tanah ini, yang
menempati sekitar 0,001% dari permukaan tanah dunia, terbatas.

Torrerts
EC. Celah-celah dalam Vertisols dari daerah yang lembab tetap
terbuka kurang dari 90 hari kumulatif dalam setahun. Diperkirakan bahwa
mereka menempati sekitar 0,03% dari permukaan tanah dunia. Uderts adalah
dari tingkat yang kecil secara global, yang paling berlimpah di Uruguay dan
Argentina timur, tetapi juga ditemukan dalam bagian Queensland dan "Black
Belt" dari Mississippi dan Alabama.
Uderts
ED. Vertisols lain. Vertisols ini dari daerah semi-kering atau iklim
musiman menempati wilayah terbesar dari semua subordo, 2,3 juta km atau
1,8% dari permukaan tanah dunia. Mereka telah membuat retakan yang
terbuka selama minimal 90 hari kumulatif per tahun. Secara global, subordo
ini adalah yang paling luas urutan Vertisols, meliputi Vertisols daerah tropis
dan iklim musiman di Australia, India, dan Afrika. Di AS yang Usterts yang
umum di Texas, Montana, Hawaii, dan California.
Usterts
Kelompok-kelompok besar di setiap subordo didefinisikan oleh warna atas
30 cm dari tanah, terutama lembab Munsell krom. Kelompok-kelompok besar
chrom memiliki krom dari> 1,5 dan kelompok besar pelf memiliki krom dari
<1,5. Ketika definisi ini diciptakan, diasumsikan bahwa kelompok besar pelf
yang secara umum lebih buruk dikeringkan daripada kelompok besar krom,
tetapi ada pendapat bertentangan tentang hubungan antara warna tanah dan
kelas drainase. Namun demikian, ada konsensus untuk mempertahankan
pemisahan ini pada beberapa tingkat kategorik, karena merupakan kriteria yang
dapat terpetakan di lapangan.
Sub Group Vertisols mengidentifikasi antar tingkatan ke tanah atau
properti lain dan diakui dalam nama takson dengan kata sifat ditambahkan ke

nama grup besar, misalnya : Aquic Chromudert, Entic Pellustert dan Chromic
Pelloxerert.
Bagian yang mengontrol untuk menentukan kategori famili adalah bagian
antara 25 cm dan kedalaman 1 m. Kriteria yang digunakan dalam kategori
keluarga:

Kelas ukuran partikel,


Kelas mineralogi,
Kelas suhu, dan
Kelas reaksi (jika ada).

Contoh nama famili:

Baik, montmorillonitic, isotermik, Typic Pellustert,

Sangat-halus, dicampur, termis, Aquic Chromoxerert.


Karena klasifikasi Vertisols di Taksonomi Tanah didasarkan pada sejumlah

tanah, Komite Internasional Vertisols (ICOMERT) sekarang bekerja untuk


meningkatkan klasifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Nama dan Jenis Tanah. geoyogi.files.wordpress.com. Diakses


tanggal 10 Juni 2013.
Anonim 2013. Vertisols Soil Classification. www.fao.org. Diakses tanggal 10 Juni
2013.
Hardjowigeno S 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : CV.
Akademika Pressindo.
Munir Muhammad 1996. Tanah Tanah Utama di Indonesia : Karakteristik,
Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. Jakarta : Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai