PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya
memperbaiki
produktivitas
ekosistem
Ultisols
dengan
mikrorespirometer,
metode
Winkler,
maupun
respirometer
Hipotesis Percobaan
Ada pengaruh tingkat oksidasi beberapa jenis bahan organik pada kondisi
cahaya yang berbeda.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium
Ekologi dan Biologi Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan campuran bahan padat (organik dan anorganik) dan
udara. Kedua fase ini saling mempengaruhi satu sama lain. Tanah terlibat dalam
aktivitas penyerapan semua unsur hara esensial. Secara umum karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) diperoleh tanaman dari udara dan air, tetapi tanah
juga mempunyai ruang berpori-pori tempat pergerakan O2 dan CO2. Pengaruh
tanah terhadap reaksi-reaksi komposisi air sangat besar. Tanah dapat menahan
kelembaban
yang
diperlukan
tanaman
dan
mempengaruhi
suhu
tanah
(Kustiyaningsih, 2003).
Respirasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan CO2 dan H2O
dan pelepasan energi. Metabolisme ini merupakan proses dekomposisi bahan
organik yang secara umum mengindikasikan kegiatan mikroorganisme, dengan
tujuan menyediakan karbon yang merupakan sumber utama bagi pembentukan
material-material baru. Hasil proses dekomposisi sebagian digunakan organisme
untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai sumber energi
atau sumber karbon utama, dimana proses dekomposisi dapat berlangsung dengan
mediasi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme merupakan tenaga penggerak
dalam respirasi tanah (Azizah, dkk., 2007).
Aktivitasnya tercermin pada kondisi respirasi atau produk CO2 yang
dihasilkan. Oleh sebab itu pengukuran respirasi ini dilakukan pada permulaan
analisis sebelum menentukan pengukuran aktivitas mikrob lainnya, seperti dalam
pengukuran aktivitas urease dan fofomonoesterase. Pengukuran respirasi ini
dilakukan untuk keperluan estimasi aktivitas mikrob tanah oleh sebab itu
persiapannya dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi pengeringan tanah,
pembersihan dari unsur bukan tanah yang secara jelas dapat dibedakan seperti
batu, serpihan bahan organik dan sebagainya. Tanah kemudian disaring sehingga
partikelnya menjadi seragam (Mailani, 2006).
Respirasi tanah merupakan salah satu indikator aktivitas mikroba di dalam
tanah. Pada proses respirasi terjadi penggunaan O2 dan pembebasan CO2,
sehingga tingkat respirasi dapat ditentukan dengan mengukur O2 yang digunakan
oleh mikroba tanah. Pengukuran respirasi dapat dilakukan pada tanah tidak
terganggun (undisturbed soil sample) di lapangan maupun dari contoh tanah yang
diambil (disturbed soil sample) (Widati, 2007).
Pengukuran respirasi di lapangan dilakukan dengan memompa udara tanah
atau dengan menutup permukaan tanah dengan bejana yang volumenya diketahui.
Selain itu, bisa juga dengan membenamkan tabung untuk mengambil contoh
udara di dalam tanah. Pengukuran di laboratorium meliputi penetapan CO2 yang
dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang kemudian diinkubasi dalam jangka
waktu tertentu. Tingkat respirasi tanah ditetapkan dari tingkat evolusi CO2.
Evolusi CO2 tanah dihasilkan dari dekomposisi bahan organik. Dengan demikian,
tingkat respirasi adalah indikator tingkat dekomposisi bahan organik yang terjadi
pada selang waktu tertentu. Penetapan CO2 yang berlangsung dengan KOH
sebagai penangkap CO2, adalah sebagai berikut:
KOH + CO2
K2CO3 + H2O
K2CO3 + HCl
KCl + KHCO3
KHCO3 + HCl
(Widati, 2007).
merupakan tahap akhir mineralisasi karbon. Pada tanah alami yang tidak
terkontaminasi, terdapat kesetimbangan ekologi antara mikroorganisme dan
aktivitasnya, proses respirasinya dinamakan dengan respirasi basal. Pada saat
penambahan substansi organik terjadi peningkatan respirasi tanah yang
menandakan peningkatan proses mineralisasi oleh mikroorganisme akibat induksi
bahan organik tersebut (Fitri, 2002).
Respirasi mikroba tanah menunjukkan aktivitas biologi total mikroba
tanah. Pengambilan O2 menentykan mineralisasi C dan mineralisasi P oleh enzim
fosfatase. Adanya CO2 sebagai sumber C dan P yang digunakan sebagai indikasi
populasi mikroba tanah dan penentuan biomassa tanah. Penentuan respirasi dan
jumlah biomassa mikroba tanah dilakukan dengan titrasi (Da`dun, 2001).
Penentuan respirasi tanah dapat dilakukan di lapangan atau di
laboratorium. Penentuan dalam laboratorium antara lain dengan cara pengukuran
CO2 dalam sistem tertutup, pengukuran CO2 dengan proses aerasi secara
kontinyu, dan pengukuran secara kontinyu penggunaan oksigen dengan
menggunakan respirator sapromat. Penentuan CO2 dalam sistem tertutup dapat
dilakukan dengan mengabsorbsi CO2 yang dihasilkan selama respirasi tanah pada
sistem tertutup. Absorben alkali, seperti larutan NaOH umum digunakan pada
metode ini (Fitri, 2002).
C : Bahan Organik
C0 : Tanpa Bahan Organik
C1: Tandan Kosong Kelapa Sawit
C2: Sabut Kelapa
C3 : Sekam Padi
C4 : Kotoran Kambing
C5 : Jerami padi
C6 : Kotoran Ayam
Faktor 2 : L : Cahaya
L0 : Kondisi Gelap
L1 : Kondisi terang
Sehingga diperoleh 42 kombinasi yaitu sebagai berikut :
C0L0
C1L0
C2L0
C3L0
C4L0
C5L0
C0L1
C1L0
C2L1
C3L1
C5L0
C5L1
C6L0
C6L1
Data hasil percobaan, dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier dengan rumus sebagai berikut:
Yijk = + i + j + k + ijk
10
i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9
j = 1,2
k = 1,2
Dari hasil percobaan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
rataan berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
Prosedur Percobaan
- Ditimbang tanah 100 g.
- Ditempatkan masing masing dalam botol aqua yang terbuka.
- Dimasukkan 10 g bahan organik sesuai dengan perlakuan.
- Digantungkan kawat pada botol aqua yang berisi 15 mL NaOH 1 N
- Ditutup wadah dengan kertas putih atau manila.
- Diletakkan pada kawat untuk setiap erlenmeyer.
- Diletakkan percobaan sesuia dengan perlakuan cahaya.
- Diinkubasikan selama 1 minggu.
- Dibuka wadah aqua dan dipindahkan pada erlenmeyer. Ditambahkan 1 mL
larutan BaCl2 50% dan ditambahkan 2 atau 3 tetes phenolphthalein ke dalam
-
mangkok.
Dititrasi larutan yang ada di dalam mangkok dengan 0,1 M HCl, ditambahkan
asam ini sampai warna merah jambu berubah menjadi tidak berwarna (warna
11
12
C3
C4
C5
C6
Total L0
L1
Total L1
Total
C0
C1
C2
C3
C4
C5
C6
2,2
0
2,2
2,2
11
2,2
8,8
4,4
6,6
4,4
0
4,4
30,8
41,8
4,4
4,4
0
2,2
26,4
11,2
4,4
0
4,4
0
0
4,4
24,4
50,8
2,2
2,2
2,2
0
11
4,4
2,2
0
0
4,4
0
2,2
13,2
24,2
8,8
6,6
4,4
4,4
48,4
17,8
15,4
4,4
11
8,8
0
11
68,4
116,8
2,933333
2,2
1,466667
1,466667
5,933333
5,133333
1,466667
3,666667
2,933333
0
3,666667
2,780952
13
aktivitas mikroba tanah, sehingga respirasi mikroba pada tanah tersebut rendah.
Hal ini sesuai dengan literatur Ardi (2009) yang menyatakan bahwa jumlah CO 2
yang dihasilkan mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh kondisi lembab dan
temperatur yang sesuai.
Prinsip dari titrasi asam basa adalah melibatkan asam maupun basa
sebagai titer atau titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Pada
titik akhir titrasi dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya
ditandai dengan pengamatan visual dengan melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa
lemah.
Dari hasil percobaan, fungsi phenoptalin adalah sebagai indikator dalam
titrasi atau bisa juga dibilang sebagai indikator perubahan pH. Sifat kimianya
adalah membentuk larutan yang berwarna merah pada suasana basa, yaitu pH 8,2
12,0. Hal ini sesuai dengan literatur Ardi (2009) yang menyatakan bahwa
phenoptalin
organik,digunakan sebagai indikator asam dan basa, tak berwarna dalam larutan
asam danmerah muda pada larutan basa, trayek pH 8,2 - 10,00.
Peranan CO2 di dalam tanah adalah untuk respirasi tanah. Tanah
melepaskan karbon dalam bentuk CO2, yang kemudian akan digunakan untuk
proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literatur Yulipriyanto (2010) yang
menyatakan bahwa respirasi tanah mengacu pada produksi karbon dioksida ketika
organisme tanah bernafas. Ini termasuk respirasi akar tanaman, rizosfer , mikroba
dan fauna. Respirasi tanah adalah proses ekosistem kunci yang melepaskan
14
karbon dari tanah dalam bentuk CO2. CO2 diperoleh dari atmosfer dan diubah
menjadi senyawa organik dalam proses fotosintesis. Tanaman menggunakan
senyawa organik untuk membangun komponen struktural atau bernafas mereka
untuk melepaskan energi. CO2 yang dilepaskan oleh organisme bawah-tanah, itu
dianggap respirasi tanah.
15
Saran
Diharapkan bahwa agar lebih teliti dalam melakukan titrasi agar tidak
terjadi kesalahan yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, Sarjiya., And Dwi, A., 2011. Pengaruh Pupuk Organik Hayati Yang
Mengandung Mikroba Bermanfaat Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Panen Tanaman Semangka Serta Sifat Biokimia Tanahnya Pada Percobaan
Lapangan Di Malinau Kalimantan Timur. Berk. Penel. Hayati: 16
(203206), 2011.
Ardi, R. 2009. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Kelerengan
dan Kedalaman Hutan Alam. USU, Medan.
Azizah, R., T. N. Subagyo dan E. Rosanti. 2007. Pengaruh Kadar Air Terhadap
Laju Respirasi Tanah Tambak Pada Penggunaan Katul Padi Sebagai
Priming Agent. UNDIP, Semarang. 12(2):67-72.
Biofagri., 2006. Respirasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Da`dun, U. M. 2001. Analisis Enzim Fosfomonoesterase Tanah Dari Berbagai
Tingkat Kebaran Hutan Taman Nasional Bukit Bangkirai Kalimantan
Timur. IPB, Bogor.
16
Fitri,