Anda di halaman 1dari 10

PAKET TERAPI BERMAIN

MENYUSUN PUZZEL

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


IRNA IV RSUD Dr.SAIFUL ANWAR
MALANG
2015

SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)


MENYUSUN PUZZEL

Disusun Oleh:
Eka Fitri Cahyani
Khonaah Toyyibah
Shinta Ardiana P

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

SATUAN ACARA BERMAIN


Menyusun Puzzel

Pokok bahasan
Sub pokok bahasan

: Terapi bermain menyusun puzzle


: Terapi bermain pada anak sakit yang dirawat di rumah sakit
dengan cara stimulasi motorik, kognitif dan sosial spiritual

Waktu

: 20 menit

Hari/tanggal

: Jumat, 25 Desember 2015

Tempat

: Ruang Bermain IRNA IV

Sasaran

: Anak usia preschool

Pelaksana

: PSIK UB Kelompok 2

A.

Alasan dilakukan terapi bermain


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat

tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan
terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2008).
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkarpasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan
(Kalpan, 2009).
Anak usia preschool yang dirawat di Ruang 7b sebanyak 45%. Anak tersebut terlihat
jenuh dan bosan. An. Z rewel apabila bertemu dengan orang baru dan petugas kesehatan.
Selama dirumah sakit anak belum pernah dilakukan terapi bermain. Dapat disimpulkan bahwa
anak mengalami kecemasan akibat hospitalisasi.
B.

Tujuan

1.

Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam
kondisi sakit.

2.

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 20 menit anak mampu:

a.
b.
c.
C.

Bersosialisasi dengan teman baru


Bersosialisasi dengan perawat baru
Menunjukkan ekspresi non verbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.

Metode dan Media

1.

Metode

a.

Bermain bersama

b.

Mendengarkan tanggapan anak/Tanya jawab

2.

Media

a.

Puzzel

b.

Buku dongeng

c.

Hadiah

D.

Kegiatan

1.

Pengorganisasian

Pemimpin bermain

: Khonaah Toyyibah

Pemimpin bermain bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi bermain dari
awal hingga berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga harus membuat suasana
bermain agar lebih tenang dan kondusif.

Fasilitator

: Ni Made Ardaningsih

Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat


kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.

Observer

: Shinta Ardiana P dan Eka Fitri Cahyani

Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing anak


selama dilakukan terapi bermain.

2.

Setting tempat (gambar / denah ruangan)

O
bs
er
ve
r

TIM A

Pemimpin
Fas
ilit
ato
r

TIM B

O
bs
er
ve
r

3.

Kegiatan bermain
No
1

Uraian
Pembukaan
(5 menit)

Kegiatan
bermain (15
menit)

Evaluasi (15
menit)

Kegiatan perawat
a. Salam pembukaan
b. Perkenalan
c.
Mengkomunikasikan
tujuan
d. Menjelaskan aturan
permainan
a. Bermain perkenalan
b. Meminta respon dan
tanggapan anak.
c. Memberikan
reinfocement positif jika
anak bisa mengikuti
permainan
a. Mengakhiri permainan
b. Melakukan evaluasi

E.

Evaluasi

1.

Yang dilakukan oleh Pemimpin Bermain:

Kegiatan klien
a.
Memperhatikan dan
merespon
b.
memperhatikan
c.
Memperhatikan
d.
Memperhatikan
a.
Menanggapi
b.
Menanggapi dan merespon
c.
Mendengarkan dan
merespon

a.
b.

Memperhatika
Menanggapi

Eksplorasi perasaan anak setelah mengikuti terapi bermain


2.

Yang dilakukan oleh Observer:


a. Masalah yang muncul selama bermain
b. Partisipasi anak
c. Kemampuan anak dalam melaksanakan permainan

3.

Yang dilakukan Fasilitator


a.
b.

Hambatan saat pelaksanaan saat proses terapi bermain


Kesulitan dalam mengatur anak saat proses terapi bermain
Malang, 25 Desember 2015
Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Pembimbing Lapangan

Lampiran materi:
TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZEL DENGAN
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK
A.

Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anakanak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu.
a.
b.
c.
d.
e.

Aspek fisik
Aspek motorik
Aspek bahasa
Aspek kognitif
Aspek sosialisasi
Bermain dengan cara menyusun puzzel pada dasarnya tidak hanya membantu

mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam proses
pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun puzzel secara lancar maka dia sudah
siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti bersosialisasi
dengan orang lain seperti mengenalkan diri
B.

Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah :


a. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan permainan
yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
b. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar.
c. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue.
d. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga
(Suherman, 2008)
C.

Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes
IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang

baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 2008).
Frankenburg dkk (2009) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang
dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/
tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk
menggambar,

memegang

sesuatu

benda;

Bahasa

adalah

kemampuan

untuk

memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan;


Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.
D.

Factor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Puzzel


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu,
seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun kecakapan motorik tertentu seperti
menyusun,

merangkai

berkembangnya

ataupun

keterampilan

memposisikan

berikutnya.

benda,

Diwaspadai

dapat

kemungkinan

menghambat
mengalami

keterlambatan.
Factor penyebabnya yaitu:
1.

Karena kurang dirangsang atau kurang latihan


Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan kasarnya
dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak usia ini berminat pada
hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba

2.

memadukan satu benda dengan benda lain.


Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan
yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter

3.

sebelum hal ini berlangsung lama.


Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda mendapati si
kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu waspada.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

E.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)


]Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
Anemia atau penyakit darah lainnya
Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau
hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik).
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku
bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh
faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di
akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal.

F.

DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


a.
b.
c.
d.

Separation ansiety
Tergantung pada orang tua
Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik

e.

diri, sedih, kesepian dan apatis


Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

G.

Manfaat Terapi Bermain

1.

Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir dan

2.

motorik anak.
Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

3.

Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas

4.

bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak


Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,

5.

sedih tegang dan nyeri


Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.

DAFTAR PUSTAKA
Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart Anak. Terdapat
pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd.dir/doc.pdf.
Diakses pada 25 Desember 2013.
Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2009. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku,
Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Veltman M,W Browne K.D. 2008. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from
Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.
Whaley L.F, Wong D.L. 2008. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis : Mosby year
book

Anda mungkin juga menyukai