Materi Discharge Planing
Materi Discharge Planing
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan
embriologis, kelenjar
pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang
membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar,
tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat
total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masingmasing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 ,
sedangkan yang terbesar 300 , terbanyak adalah yang besarnya 100 225
. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 2
juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 40 % ; memproduksi
glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai anti insulin like activity .
(2). Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 80 % , membuat insulin.
(3). Sel sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 15 %, membuat somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada
penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang
normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin
sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang
terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30
asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3.
Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang
besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran
berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi
efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar
glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa
melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak.
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain
yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300
1200 mg/dl.
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
faktor
angiopati
dan
infeksi
berpengaruh
terhdap
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
perubahan
fungsi
dan
struktur
tubuh
akan
fisik, pemerikasaan
hipertensi/hipotensi,
aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan
didapatkan
adanya
glukosa
dalam
urine.
berhubungan
penyakitnya.
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
kolestrol
arterosklerosis,
tinggi
merokok
dapat
dapat
mempercepat
menyebabkan
terjadinya
terjadinya
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa
balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui
perkembangan penyakit.
c. Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
kekuatan otot-otot
kaki
pasien.
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk
menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot otot kaki sehingg berfungsi dengan
baik.
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian
analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
e. Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
C)
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran
infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi kuman.
3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional
infeksi.
4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan
yang ditetapkan.
daya
tahan
tubuh,
pengobatan
yang
tepat,
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan
pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional
: Informasi
yang
akurat
tentang
penyakitnya
dan
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga
yang menunggu.
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
h. Diagnosa no. 8
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan
dan
pengobatannya
dan
dapat
Lingkungan
yang
nyaman
dapat
membantu
meningkatkan tidur/istirahat.
2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti
cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang
lain dialami dan dirasakan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik
relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh
dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri.
5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi
keperawatan
dengan
tujuan
yang
diharapkan
dalam
perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
Daftar Pustaka
PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 11-11 -2002
Jam masuk
23.20
WIB
Ruang
: Interna Laki I
No. Reg
10217673
Pengkajian
: 18-11-2002
A. Identitas
Nama Pasien
: Tn. R
Umur
: 53 tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1.
2.
3.
Pria
Wanita
Klien
4.
Breath (pernafasan)
S ubyektif : Obyektif :
Pernafasan 36 X/menit, Kusmaull, Hidung bersih sebelah kanan terpasang
NGT, discart (-), pernafasan cuping hidung (-). Suara nafas tidak ada stridor,
vesikuler pada lapang paru.
b.
Blood (Kardiovaskuler)
Subyektif : Obyektif :
Nadi 118 X/mnt, reguler kuat;TD : 140/90 mmHg, Suara Jantung S 1S2 tanpa
suara tambahan, mur-mur/split (-), Kulit Pucat, CRT 2 menit.
c.
Brain (Persyarafan)
Subyektif : -
Obyektif :
GCS 3 (M 1 V 1 E 1), Refleks pupil (+) isokhor, gelisah, koordinasi gerak tidak
terkaji.
d.
Bowel (Pencernaan)
Subyektif : Obyektif :
Mulut kotor,bibir kering, lidah tidak tremor, pharing tidak hiperemis, nafas
bau aseton, pembesaran kel leher (-). Abdomen supel simetris, masa (-)
skibala tidak teraba, pembesaran hati (-) limpha (-) ascites (-). Bising usus (+)
tidak meningkat. b.a.b belum sejak dua hari yang lalu.
e.
Bladder (Perkemihan)
Subyektif : Obyektif :
Distensi kandung kemih (-), Produksi urine 1400 cc/24 jam, warna kuning
jernih. Terpasang kateter
f.
Bone (Muskuloskeletal)
Subyektif : Obyektif :
Kekuatan otot tidak terkaji, atropi otot tidak ditemukan, deformitas
ekstremitas tidak ditemukan, Kemampuan bergerak tidak beraturan kuat.
g.
Skin (Integumen)
Subyektif : Obyektif :
BB saat masuk 53 kg, TB 149 Cm. Warna kulit pucat, cyanosis (-) Icterus (-),
spider nevi/perdarahan kulit (-) lesi (-) oedema (-)
Data Laboratorium
Tanggal 10 Juli 2001
Hb
: 15, 6 mg%
PCV
: 0,48
( 0,38 0,42)
Leukosit
: 4.5000
(< 100.000)
Trombosit
: 387
Glukosa
: 651 mmol
SGOT
: 31
Kreatinin
: 1,56
Analisa Darah
pH
: 7,429
(7,35 7,54)
pCO2
: 18,9 mmol
(25 45 mmol)
pO2
: 10,8 mmol
( 80 104 mmol)
HCO3
: 12,2 mmol
(21 25 mmol)
O2 sat
: 98,3 %
Elektrolit :
K
: 6,45 mEq
Na
: 115 mEq
Cl
: 105 mEq
Urinalisis
Eritrosit 3 4, Leukosit 5 6, Epitel 9 11, Kristal - , Kuman (+)
Analisa Data
Data
DS : -
Etiologi
Penurunan insulin/reseptor insulin
Masalah
DO :
Pernafasan kusmaull,
RR 36 X/mnt
(glukolisis, glukoneolisis)
Pernafasan
DO :
GDA : 651
Keseimbangan
Hiperosmolaritas organ
cairan
PCV 4,8
Na 115 mEq
Bibir kering
DS : -
Hiperosmolaritas
DO :
keton
elektrolit
Peningkatan
Gelisah
GCS 3 (M1 V1 E1)
Keracunan
otak
Keamanan/
keselamatan
Penurunan kesadaran
DS : -
Gelisah
Penurunan Insulin/ggn reseptor
DO :
Kesadaran menurun
Terpasang NGT
Pemakaian simpanan energi >>
Energi >>
Nutrisi
dan
Diagnosa Keperawatan :
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan cairan dan elektolit berhubungan dengan peningkatan
osmolaritas sekundr terhadap hiperglikemia
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan katabolisme, intake
yang kurang
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
Rencana Perawatan
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
Tujuan : Pola nafas teratur, normopnea
Intervensi
Kaji pola nafas tiap hari
Rasional
Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh
status
asam
basa,
status
hidrasi,
status
yang
timbul
parasimpatik
dan atau
penurunan kemampuan
menelan
Kaji pernafasan kusmaul Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui
atau pernafasan keton
terhadap
keadaan
ketoasidosis.
CO2
Kaji Kadar AGD setiap Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2 dan O2
hari
merupakan
bentuk
evaluasi
objektif
terhadap
Intervensi
Rasional
Kaji riwayat pengeluaran Memperkirakan volume cairan yang hilang. Adanya
berlebih : poliuri, muntah, proses
diare
Pantau tanda vital
infeksi
mengakibatkan
demam
yang
dengan
nadi
dan
membrana
mukosa
Ukur BB tiap hari
Pantau
Urine
Berikan
yang
sedang
berlangsung
dan
masukan
pengeluaran,
cairan
catat
diberikan
paling Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi
cairan
atau
dekstrose
Berikan Plasma, albumin
Plasma
ekspander
kadang
dibutuhkan
jika
Pantau
laboraorium
BUN/Creatinin, Na, K
Berikan
Kalium
tubuh kurang
atau Kalium untuk
mencegah
hipokalemia
harus
elektrolit IV/Oral
Berikan Bikarbonat
asidosis
Pasang selang NG dan Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan
lakukan penghisapan
muntah
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
dan
makanan
yang
dapat
dihabiskan pasien
Auskultasi bising
usus,
adanya
kembung,
mual,
pertahankan
keadaan intervensi
mengandung zat makanan dan pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
elektrolit
dengan
segera
jika
rasa
keterliatan
keluarga;
kesadaran,
mulai
hipoglikemia
mungkin
terjadi
tanpa
melalui
protokol
yang
direncanakan
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan gula darah Analisa di tempat tidur terhadap gula darah
denggan
menggunakan
stick
urine
Pantau pemeriksaan laboratorium Gula darah akan menurun perlahan dengan
seperti glikosa darah, aseton, pH pengantian
cairan
dan HCO3
Dengan
terkontrol.
dan
terapi
insulin
pemberian
insulin
awitan
cepat
menentu/lambat.
Lakukan konsultasi dengan ahli Bermanfaat
dalam
diet
perhitungan
dan
Rasional
Perubahan/dinamika
derajad
kesadaran
keseimbangan
akumulasi
asam-basa
gejala
sebagai
penyakit
diabetik(hiperosmolar)
Kaji faktor-faktor resiko yang Resiko jatuh, resiko terluka dan resiko
mungkin timbul
Pasang restrain
perlu diperhatikan
Kegelisahan dan adanya gerak yang tidak
terkontrol perlu dibatasi dengan baik dengan
pemasangan restrain
Tanda vital merupakan
patokan
umum
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
08.00
Mengkaji pernafasan
S:-
O:
RR
Pernafasan Kusmaull,
08.04
08.10
08.12
Memonitor
kepatenan
X/mnt,
Wheezing (-)
oksigen
oksigen bocor
A : Masalah belum
Menutup/memperbaiki
10.00
sistem
34
sistem
teratasi
oksigen
diteruskan
Intervensi
2 L/mnt
Mengkaji pernafasan
12.00
12.30
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
09.00
S:-
O:
38,2OC
TD : 150/90 mmHg,
09.10
09.30
Intake
dan
Output
I : 2300 cc O : 1800 cc
A : Masalah belum
kelancaran
dan
diteruskan
13.50
teratasi
kepatenan infus
tts/mnt
12.20
OC
Cairan harian
Memonitor
11.10
Memberikan
Actrapid
Personde,
Intervensi
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
07.30
07.34
07.35
08.20
S:-
O:
Makanan personde 6 X
mutah
terkaji
A : Masalah belum
Memperbaiki
kloting
Syringe
teratasi
Intervensi
diteruskan
09.20
10.50
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
07.30
S :-
O:
tangan
Terpasang restrain
Restrain terpasang
Posisi terlentang
10.45
10.50
Memperbaiki
posisi
Klien,
tidak
tertekan/rusak
kulit
rapi
A : Masalah teratasi
13.45
Mengkaji
lokasi
pemasangan
sebagian
restrain
Tidak
P
terdapat
kerusakan
Pengkajian
resiko/dampak
kulit/distensi cairan
pemasangan restrain
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
07.30
Mengkaji pernafasan
S:-
O:
RR
Pernafasan Kusmaull,
07.35
07.35
07.45
10.00
Memonitor
kepatenan
sistem
34
X/mnt,
oksigen
Wheezing (-)
oksigen bocor
Mengkaji pernafasan
A : Masalah belum
teratasi
Mengkaji pernafasan
diteruskan
Intervensi
12.00
Mengkaji pernafasan
RR : 34 X/mnt, Kussmaull, PCH (-)
14.00
Jam
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
08.00
S:-
38,2OC
O:
TD : 150/90 mmHg,
08.10
Menentukan
08.30
Intake
13.20
Output
Cairan harian
OC,
I : 3000 cc O : 2800 cc
I: 3000 O : 2800 cc
Memonitor
10.10
dan
kelancaran
dan
Infus lancar
kepatenan infus
A : Masalah belum
tts/mnt
teratasi
diteruskan
Intervensi
S : 38,0 OC
12.50
12.00
14.00
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
07.20
S:-
O:
08.00
08.35
08.20
terkaji
Makanan personde 6 X
: 38,0 OC
mutah
A : Masalah belum
teratasi
diteruskan
Intervensi
cc
09.50
12.30
12.00
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
07.30
S :-
09.45
10.50
Memperbaiki
posisi
Klien,
gelisah
rapi
Terpasang restrain
Mengkaji
lokasi
pemasangan
restrain
Tidak
12.00
14.00
Posisi terlentang
Kondisi daerah restrain
terdapat
kerusakan
kulit/distensi cairan
Mengkaji
12.00
O:
lokasi
tidak
tertekan/rusak
kulit
pemasangan
A : Masalah teratasi
restrain
sebagian
pemasangan
resiko/dampak
pemasangan restrain
Pengkajian
: 38,2 OC
Mengkaji
lokasi
restrain,
mengatur
pemasangan
posisi,
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
07.30
07.35
07.35
07.45
10.00
Mengkaji pernafasan
S:-
O:
RR
Pernafasan Tachipnea,
Memonitor
kepatenan
sistem
A : Masalah belum
oksigen bocor
teratasi
Mengkaji pernafasan
diteruskan
14.00
12.00
X/mnt,
oksigen
Mengkaji pernafasan
12.00
28
Intervensi
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
08.00
S:-
38,0OC
O:
TD : 150/90 mmHg,
08.20
Menentukan
08.20
Intake
13.20
Output
Cairan harian
OC,
I : 3000 cc O : 3000 cc
I: 2400 O : 2200 cc
Memonitor
10.00
dan
kelancaran
dan
Infus lancar
kepatenan infus
A : Masalah belum
tts/mnt
teratasi
diteruskan
Intervensi
S : 38,0 OC
Memberikan makanan cair Personde
12.50
12.00
14.00
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
08.00
S:-
: 38,0 OC
O:
08.35
08.20
09.50
12.30
Makanan personde 6 X
cc
muntah
A : Masalah belum
teratasi
GDA : 342
diteruskan
Intervensi
IMPLEMENTASI
Mengkaji derajad kesadaran
T.Tangan
10.30
Memperbaiki
posisi
S :Klien,
gelisah
tidur rapi
Terpasang restrain
Mengkaji
Tidak
lokasi
pemasangan
terdapat
kerusakan
Mengkaji
lokasi
tidak
tertekan/rusak
kulit
pemasangan
A : Masalah teratasi
restrain
sebagian
pemasangan
resiko/dampak
pemasangan restrain
Posisi terlentang
Kondisi daerah restrain
kulit/distensi cairan
12.00
O:
restrain
12.00
EVALUASI
11/07/01; 14.00 WIB
Mengkaji
lokasi
pemasangan
restrain,
mengatur
posisi,
Pengkajian
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
07.30
07.35
07.35
07.45
10.00
Mengkaji pernafasan
S:-
O:
RR
Pernafasan Tachipnea,
Memonitor
kepatenan
sistem
30
X/mnt,
oksigen
Wheezing (-)
A : Masalah belum
oksigen bocor
teratasi
Mengkaji pernafasan
diteruskan
Intervensi
12.00
12.00
Mengkaji pernafasan
RR : 30 X/mnt, Tachipnea, PCH (-)
14.00
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
08.00
08.20
S:-
38,0OC
O:
TD : 150/90 mmHg,
Menentukan
08.20
Intake
13.20
Output
Cairan harian
OC,
I : 2900 cc O : 2800 cc
I: 2400 O : 2200 cc
Memonitor
10.00
dan
kelancaran
dan
Infus lancar
kepatenan infus
A : Masalah belum
tts/mnt
teratasi
diteruskan
Intervensi
S : 38,0 OC
Memberikan makanan cair Personde
12.50
12.00
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
08.00
08.30
09.00
12.30
12.00
S:-
: 38,0 OC
O:
Makanan personde 6 X
cc
muntah
A : Masalah belum
teratasi
diteruskan
Intervensi
IMPLEMENTASI
T.Tanga
EVALUASI
n
09.30
09.45
10.30
S :-
Memperbaiki
posisi
Klien,
gelisah
rapi
Terpasang restrain
Mengkaji
lokasi
pemasangan
restrain
Tidak
12.00
14.00
Posisi terlentang
Kondisi daerah restrain
terdapat
kerusakan
kulit/distensi cairan
Mengkaji
12.00
O:
lokasi
tidak
tertekan/rusak
kulit
pemasangan
A : Masalah teratasi
restrain
sebagian
pemasangan
resiko/dampak
pemasangan restrain
lokasi
restrain,
mengatur
pemasangan
posisi,
Pengkajian