Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Pengertian Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat
lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan
atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates
& Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih
dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986)
adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 90 %. Sehingga
tidak semua batuan karbonat adalah batugamping.
Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder
dan butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang
dihasilkan oleh organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan
oleh presipitasi alami non organik yang

terjadi saat proses diagenesis

berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme yang terjadi pada
batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
Lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran
yang sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or
lempung versi karbonatlah) dibagi dua jenis yaitu micrite yaitu butiran
karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite berukuran atnara 0.004 dan
0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen
karbonat yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan
fragmen yang lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem
(memliki jenis yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang
berasal dari cangkang fosil atau skeletal grain dan fragmen yang bukan dari
tubuh fosil atau murni hasil presiptasi).
2.2 Tekstur Batuan Karbonat
Kalsit bisa hadir dalam tiga bentuk tekstural:

1. Butiran karbonat (carbonate grain) seperti ooid dan skeletal grain, yang
berukuran silt sampai yang kasar berupa agregat kristal kalsit,
2. Mikrokistalin kalsit atau carbonate mudy ang secara tekstural analog
3.

dengan mud di batuan sedimen silisiklastik namun lebih kecil lagi,


Sparry calcite, yang mengandung kristal kalsit yang lebih kasar hanya
terlihat dibawah mikroskop.

1. Carbonate grain
Geologis pada awalnya menganggap batugamping merupakan batuan
kristalin dengan kandungan fosil dan garam karbonat hasil presipitasi
dalam air laut. Sekarang kita tahu bahwa batuan karbonat itu tidak hanya
bertekstur kristalin tapi juga berupa agregat karbonat yang terikat semen
karbonat hasil presiptasi. Disamping butiran yang mengalami transport
mekanis seperti sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959) menggunakan
istilah allochem untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami
persipitasi kimia normal bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen
lainnya butiran karbonat juga bervariasi ada yang brukuran silt kasar
(0.02 mm), sand (lebih dari 2 mm). Karbonat grain dapat dibagi menjadi :
A. Carbonate Clast (Lithoclast)
Merupakan fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi
batugamping, di darat atau erosi secara pasial dan sempurna dari
sediemn karbonat yang terlitifikasi di dalam cekungan pengendapan
(Boggs, 2006). jika klas karbonat berasal dari batugamping lebih tua
yang hadir di darat dan sourcenya berasal dari luar cekungan
pengendapan (depositional basin), maka dikenal sebagai extraclast. Jika
berasal dari dalam basin karena erosi dari semiconsolidated arbonate
sediment di lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau carbonate
beach (beachrock) maka dikenal dengan intraclast. Perbedaan antara
ekstraklas dan intraklas memiliki implikasi yang penting terhadap
interpretasi dari sejarah transport dan pengendapan dari batugaming.
Ekstraklas biasanya mengandung iron-stained rim (pengotor besi) yang
dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat hadir dalam bentuk urat. tapi
tetap saja distingsi (perbedaan) ini cukup sulit untuk diamati.
3

litoklast memiliki range dari sangat halus sampai ukuran pasir dan
gravel, namun fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan
tekstur yang sama dengan butiran klas (litik) lainny tapi butiran
subangular bahkan angular mengidikasikan sejarah transport dan
kematangan dan sebagainya. beberapa klas menunjukan struktur dan
tekstur internal seperti laminasi, klas yang lebih tua, butiran
silisiklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi kebanyakan homogen secara
internal. litoklas ini tidak melimpah jumlahnya dalam batuan karbonat
jika dibandingkan dengan komponen karbonat lainnya.
Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan
ekstraklas) analog dengan lithic fragmen di batuan sedimen kasar
silisiklastik. yaitu berasal dari hasil pelapukan batuan karbonat
sebelumnya.
B. Skeletal Grain (butiran cangkang)
Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil organisme.
Menurut beberapa penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker)
cangkang pada batuan karbonat kebanyakan disusun oleh aragonit
(polymorf dari kalsit) yang mana menurut dunham dapat berubah
menjadi kalsit selama proses diagenesis terjadi.
C. Non skeletal grain (butiran non-cangkang)
Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini termasuk
jenis yang

banyak dijumpai dalam fragmen karbonat. Tekstur ini

memiliki jenis yang bermacam-macam, menurut Folk (1959, dalam


Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain (ooid, oncoid, pisoid, dan
lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast) atau dalam
boggs (2006) seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra

dan

ekstraklas), ooid, peloid, dan aggregate grains.


Ooid dan Pisoid

Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang


coated grain (butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis
karbonat). menurut Boggs butiran ini menyerupai nucleous (inti) yang
diselimuti oleh laminasi tipis karbonat. nucleous ini isinya bisa berupa
material terigen (butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau apa
saja.
Menurut boggs (2006), coated grain ini terbentuk akibat saturasi
larutan karbonat dalam air (laut or danau or dimana aje) dimana
bottom current (arus bawah) yang kuat terjadi menyebabkan agitasi
dan saturasi yang tinggi dari larutan ion karbonat dalam fluida
memugkinkan presipitasi karbonat (kalsit atau aragonit) membungkus
material (nucleous) tadi dan tadaaaa terbentuklah coated grain
(ooid). batuan karbonat yang dibentuk dari fragmen fragmen ooid ini
terkadang dikenal oolite (makanya ada istilah oolitic grainstone,
wackestone dan lain lain).

Gambar 2.1 Ooid melalui Mikroskop

Ooid dengan ukuran yang lebi besar >2 mm disebut sebagai pisoid
(batuan dengan fragmen pisoid dinamakan pisolite). Pisoid sendiri
secara umum tidak begitu speris dari ooid dan strukturnya bisanya
crenulated. Beberapa pisoid dapat dibentuk oleh alga, membentuk pola
trapping.

Gambar 2.2 Pisoid pada Batuan

Ada juga rodhoid (atau rhodolith) jenis tipe khas lainnya dari coated
grain carbonate yang ini yang menyerupai coral yang dibentuk oleh
alga merah.
Peloid atau Pellet
Peloid merupakan jenis fragmen karbonat non skeletal yang tidak
memiliki struktur internal dan ukuran dari peloid ini lebih kecil dari
ooid (0.03-0.1 mm), secara umum peolid ini berasal dari fecal pellets
yaitu kotoran hewan laut yang mensekresikan lumpur karbonat yang
tidak dapat dicerna ketika hewan - hewani ini makan. Bentuknya kecil,
oval sampe bulat, dan bisa memiliki ukuran yang bermacam-macam .
Karena dihasilkan oleh aktivitas pencernaan organisme maka sortasi
dari bentuk peloid ini cukup bagus jadi bukan berhubungan dengan
mekanisme transport arus yang mematangkan bentuk dari peloid ini
sehingga membundar seperti ooid. Maka boleh dikatakan peloid ini
terbentuk di lingkungan arus yang lebih tenang, dimana organisme bisa
hidup dan sinar matahari cukup.

Gambar 2.3 Pellet melalui Mikroskop

Matrik (Micrite)
Micrite bisa hadir sebagai matrik mengisi ruang antar butir
karbonat, atau bisa juga menjadi penyusun utama batugamping
(mudstone).

Batugamping

yang

disusun

oleh

micrite

secara

keseluruhan analog dengan batulempung atau shale pada batuan


sedimen silisiklastik. Kehadiran micrite dalam batugamping umumnya
diinterpratisikan sebagai indikasi pengendapan pada lingkungan air
yang tenang dimana memungkinkan terjadinya pengendapan material
halus ini. Sementara itu pengendapan sedimen karbonat pada
lingkungan dimana bottom current atau wave energy cukup kuat
umumnya mud-free, karena secara selektif carbonate mud akan hilang
dari lingkungan ini.
Berdasarkan pertimbangan kimia, carbonate mud atau mikrit secara
teoritis terbentuk dari hasil presipitasi aragonit, kemudian nantinya
akan terkonversi menjadi kalsit, dari permukaan air yang kelewat
jenuh dengan kalsium bikarbonat. Geologist tidak begitu yakin
mengenai seberapa banyak aragonit yang dibentuk dari hasil proses
inorganik ini pada laut modern. Banyak mud karbonat modern
terbentuk hasil presipitasi inorganik yang akankita elaskan nani. Proses
proses ini termasuk didalamnya rusaknya calcareous algae di laut

dangkal menghasilkan carbonate mud, dan dihasilkan oleh nanofoisl


karbonat (< 35 mm) seperti coccolith di laut dalam yang menghasilkan
calcite mud or lumpur kaslit (chalk).
Semen (Sparry calcite)
Pada kebanyakan batugamping terdapat mineral kalsit yang besar
besar (0.02-0.1 mm), semen hasil presipitasi mineral kalsit yang sangat
halus sehingga membentuk kristal kalsit yang besar atau juga
terkadang menjadi media tempat tertanamnya micirite (matriks
karbonat). Dibawah sayatan tipis (mikroskop polarisasi) kristal kalsit
yang super halus ini akan berwarna putih. Jenis komponen karbonat ini
oleh banyak penulis dinamakan sparry calcite atau sparite.
Kehadiran semen sparry calcite dapat dibedakan dengan butiran
karbonat lainnya karena tidak punya struktur internal dan hadir
mengisi ruang sisa pada butiran (pori batuan). Kehadiran dari semen
sparry calcite ini mengindikasikan bahwa pori batuan (void) tidak
terisi oleh lime mud (micrite) saat pengendapan terjadi, menunjukan
pengendapan yang terjadi pada kondisi agitated-water (air yang tidak
tenang, bergejolak).
Sparry calcite dapat terbentuk pada batugamping purba melalui
kristailsasi dari pengendapan primer butiran ataupun mikrit selama
proses diagenesis. Sparry calcite dibentuk oleh rekristalisasi yang
mungkin dapat lebih sulit diidentifikasi dengan yang prosesnya
diagentik maupun yang non diagenetik karena saking super halusnya
itu butiran. Sehingga sering terjadi eror dalam interpretasi lingkungan
pengendapan dan klasifikasi batugamping (Boggs, 2006 hal 167).
2.3 Lingkungan Pengendapan Karbonat
Batuan karbonat dilaut bisa terbentuk diberbagai tempat mulai dari laut
transisi sampai deep basin (laut dalam). Perhatikan skema yang dibuat oleh
Wilson ( 1975 ).

Gambar 2.4 Lingkungan Pengendapan Wilson, 1975

Terdapat sembilan lingkungan pengendapan dari marine carbonate rock


yang diketahui dari rekaman geologi (Bathurst 1975, J.L Wilson, 1975; J.F
Read, 1980), lingkungan lingkungan ini adalah: basin, slope, ramps, shelf
margin, foreslope, reefs, dan carbonte builds up lainnya, open shelves, shoals,
dan platform marine environment. tiap lingkungan ini dicirikan oleh kehadiran
fasies karbonat yang khas: litofasies, struktur, dan fosil yang hadir.
Konfigurasi batas kontinental yang hadir adalah satu dimana ada reef dan
lereng curam di depanya (ke arah laut dalam) kedua contental rise dengan
carbonate ramp.

Anda mungkin juga menyukai