Anda di halaman 1dari 2

Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai

berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid
yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut.
Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih
kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia
adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni),
dan seng (Zn).
Beberapa literatur tentang logam berat, salah satunya menurut Vouk (1986) yang
mengatakan bahwa terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat
esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan
efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi,
logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau
karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan.
Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan
dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan
absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah
industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam
sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen
meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami
pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang
hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena
adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat
mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar
perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).
Kadar logam berat dalam tanah dapat mencapai tingkat yang menyebabkan fitotoksisitas dan
gangguan fungsional terhadap komponen lingkungan lainnya. Fenomena ini dapat terjadi
secara alami melalui proses geogenik dan pedogenesis maupun melalui proses antropogenik
(Alloway 1995, Lacatusu 2000).
Akumulasi logam berat dalam tanah merupakan racun bagi manusia dan hewan. Paparan
logam berat terjadi secara terus-menerus (paparan selama jangka waktu yang lama), sehingga
dapat masuk ke rantai makanan. Gejala keracunan dari logam berat jarang terjadi melalui
konsumsi atau kontak kulit, tetapi dimungkinkan terjadi. Masalah kronis yang berhubungan
dengan paparan logam berat jangka panjang adalah:

1.

Timbal kemerosotan mental

2.

Cadmium - mempengaruhi ginjal, hati, dan saluran pencernaan.

3.

Arsenik - meracuni kulit, mempengaruhi ginjal dan sistem saraf pusat.

Anda mungkin juga menyukai