Tungkai Bengkak
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Akroman
Ayu Himatul Falah
Erwin Setiawan
Nadia Indri Wulandari
Noviana Estikasari
Nuramalah
Rezziamalia Hidayati
Rifky Akbar
Unique Hardianti Pratiwi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2011
TUNGKAI BENGKAK
Seorang laki laki berumur 25 th dibaawa ke UGD, setelat kecelakaan sepeda
motor. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran pasien penuh, tanda vital dalam
batas normal,pemeriksaan fisik tungkai kanan didapatkan luka memar dan lecet
lecet tampak bengkak dan teraba panas. Pada pemeriksaan penunjang tidak
ditemukan pada tulang kemudian pasien diberikan obat dan diperbolehkan pulang.
STEP I
1. Luka memar : suatu jenis cedera pada jaringan tubuh yang menyebabkan
aliran darah mengendap pada jaringan sekitarnya pendarahan yang terjadi
dalam jaringan kulit atau penggumpalan warna ( kebiru biruan pada
jaringan yang terkena relative berlangsung selama beberapa waktu.
2. Lecet : luka superficial pada permukaan kulit dikarenakan cedera.
3. Bengkak : bertambahnya ukuran beberapa bagian tubuh yang tidak
semestinya dan merupakan salah satu dari cirri utama peradangan yang
biasanya berisi cairan ekstraselular.
STEP II
1. Reaksi inflamasi? ( mediator, mekanisme, penggolongan, macam macam
2.
3.
4.
5.
inflamasi )
Penyebab terjadinya inflamasi?
Cirri cirri inflamasi?
Tujuan inflamasi?
Tempat pengumpulan cairan pada suatu pembengkakan?
STEP III
1. a.Inflamasi adalah suatu reaksi fisiologis lokal jaringan tubuh terhadap
jejas yang merupakan upaya pertahanan tubuh untuk menghilangkan
penyebab dan akibat dari suatu jejas.
Respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal
jejas sel serta membuang jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh
kerusakan sel.
Reaksi delensif terhadap cedera berupa reaksi vaskuler yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan zat zat dan sel sel di sirkulasi darah ke
interstisial pada daerah cedera atau nekrosis dan memiliki respon radang
terdiri dari sel dan protein plasma dalam sirkulasi sel dinding pada sel
matriks ekstraselular jaringan sekitarnya.
Respon utama kekebalan tubuh terhadap infeksi dan iritasi.
b.Inflamasi di bagi atas
lokal
sistemik
akut = 1 sampai dengan 3 minggu,muncul tiba tiba.
Kronik = lebih dari 3 minggu.
STEP IV
Reaksi inflamasi
ciri inflmasi
INFLAMASI
Penyebab
tujuan
penatalaksanaan
inflamasi
inflamasi
inflamasi
STEP V
1.
2.
3.
4.
5.
Penyebab inflamasi ?
Mekanisme inflamasi?
Macam macam luka?
Mekanisme penyembuhan luka?
Penatalaksanaan luka?
mikobakterium
(basilus
tuberkel),
treponema
pallidum
langsungyang
lemah,
tetapi
secara
khusus
dapat
2. MEKANISME INFLAMASI
dengan
proses
perbaikan.
Inflamasi
bertujuan
merusak,
melarutkan, atau membatasi penyebab cedera, dan proses ini pada gilirannya
dapat berubah
3. MACAM-MACAM LUKA
Macam macam Luka :
a. Luka lecet
Terkelupasnya permukaan kulit akibat pergesekan dengan benda keras dan
kasar. Tindakan :
Bersihkan dengan air atau obat anti septic
Tutup luka
Bila luas beri Antibiotika, Anti Tetanus Serum (ATS) (Dokter/Rumah
Sakit)
b. Luka memar
Kerusakan jaringan di bawah kulit akibat pukulan benda tumpul, tanpa
kerusakan yang berarti di permukaan kulit. Tandanya adalah membiru dan
membengkak. Tindakan :
Kompres dengan air dingin/es
Bila bengkak beri zalf lasonil/ trombopob
c. Luka iris
Luka yang ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam. Tanda :
Bentuk luka memanjang
Tepi luka merupakan garis lurus
Jaringan sekitar luka tidak rusak
Tindakan :
Bersihkan luka dengan air/ antiseptic
Pada luka iris yang pendek dan dangkal, tempelkan plaster (plaster
kupu kupu)
d. Luka robek
Luka yang ditimbulkan oleh goresan benda yang tidak terlalu tajam.
Tanda :
Tepi luka tidak teratur
Jaringan sekitar luka rusak
Tindakan pada umumnya memerlukan jahitan (Dokter/Rumah Sakit)
Pertolongan :
Bersihkan sekitar luka dengan cairan anti septic
Bersihkan bagian dalam luka dengan H2O2
Tutup luka dengan sufratule dan kasa steril, bila tidak ada cukup tutup
dengan kain yang bersih
Balut yang agak menekan
Berikan antibiotik, ATS (Dokter/Rumah Sakit)
e. Luka tusuk
Luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda berujung runcing.
Tanda :
Mulut luka lebih sempit daripada dalamnya
Tepi luka ikut terdorong kedalam luka. Bahaya infeksi dan tetanus lebih
besar. Letak luka harus diperhatikan, misalnya : di daerah jantung akan
menimbulkan kematian lebih cepat.
1. Luka tusuk di Dada
Bila tidak mengenai jantung dapat menembus hingga paru paru
sehingga menimbulkan perdarahan dalam rongga paru paru dan
udara masuk ke dalam rongga paru paru sehingga paru paru
pada sisi yang sakit akan mengempis
Tanda :
Kesakitan waktu bernafas
Mendadak sesak
Gerakan iga di sisi yang luka berkurang
Tindakan :
3.
f. Luka tembak
Bentuknya antara luka tusuk dengan luka robek. Pada luka tembak ini
harus dicari tempat keluarnya peluru. Bila tidak ditemukan kemungkinan
peluru tertinggal di dalam tubuh. Pada pinggir luka tempat peluru masuk
sering terdapat jeluga biru panasnya peluru
Tindakan :
Bersihkan sekitar luka
Tutup luka
Kirim RS.
Pada setiap luka yang sudah terinfeksi akan timbul peradangan yang
disusul pernanahan. Tindakan pada luka infeksi :
Bersihkan luka dan sekitarnya dengan antiseptic
Keluarkan kotoran/ pus dalam luka dengan cara menekan dari pinggir
luka kearah tengah
Setelah kotoran terkumpul dibagian tengah luka bersihkan daerah luka
dengan antiseptik dan H202
Berikan kompres Revanol 5x sehari
Bila luka sudah agak mengering berikan zalf antibiotic
Sebaiknya diberikan obat : anti biotik dan pengurang rasa sakit
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
Luka luka yang luas
Luka di leher dan muka
Luka tusuk dan gigitan binatang yang cukup dalam
Ada gejala gejala terkena tetanus
Luka yang terlambat mendapat perawatan
Luka tembak yang sudah disertai jaringan mati.
4. MEKANISME PENYEMBUHAN LUKA
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari
proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa
bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas
dari
kotoran
dengan
menjaga
kebersihan
membantu
untuk
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari
kelima.. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan
perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi,
pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis.
Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling
melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah
yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan
udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas
berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor),
rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran
luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan
memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase
lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya
dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi
sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim
yang
belum
berdiferensiasi,
menghasilkan
mukopolisakarida,
asama
aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri
dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama
dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka.
Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald, E.; Isselbacher, K.J.; dkk. 2000. Harrison Prinsip Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.
Robbins, Kumar C. 2007. Buku Ajar Patologi ed.7 jilid I. EGC : Jakarta.
Sudoyo AW., Setiyohadi B., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
4 jilid I. FKUI : Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta
Gunawan, Sulistiana Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi ed. 5. FKUI :
Jakarta
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik
Jakarta.
ed.1. EGC :