a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya
hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak
lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia
e.
f.
g.
h.
2. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh
dengan lama 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
4.
Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
Sistem Reproduksi
1. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus
uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir
1 minggu
Pertengahan
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram
Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, terjadi
selama 2 hari pasca persalinan
b)
c)
Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi
hari ke 7 14 hari pasca persalinan
d)
panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa
terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu.
Hemoroid biasanya akan terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid
dan karena mengedan terlalu kuat.
3. Serviks
Serviks segera setelah kala III, serviks dan segmen bawah uterus menjadi
struktur tipis, kolaps, dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan
sampai pada akhir minggu pertama sulit untuk dimasukkan satu jari.
4. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai
di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum
mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih
sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena
menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi. Perubahan
yang terjadi pada payudara meliputi :
(a) Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
(b) Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung banyak protein
albumin dan globulin yang baik untuk meningkatkan sistem imunitasi bayi
(c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mammae.
6.
Prognosis
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan
darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari
pada dahulu.
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas
7.
Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
POHON MASALAH
Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan
Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri
mengancam, partus lama / tidak maju, preeklamsia,
distonia serviks, malpresentasi janin
Insisi dinding
Kurang Informasi
Tindakan anastesi
abdomen
Terputusnya
inkonuitas jaringan,
Risiko Infeksi
Merangsang
pembuluh
darah, dan
pengeluaran
histamin
saraf
- saraf di
sekitar
dandaerah
prostaglandin
insisi
Nyeri
Akut
Imobilisasi
Defisit
Intoleransi
Perawatan
Aktivitas Diri
Ansietas
Sistem Endokrin
Estrogen
dan
progesteron menurun,
prolaktin meningkat
Produksi ASI meningkat
Ketidakefektifan
proses menyusui
8.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
Urinalisis / kultur urine
Pemeriksaan elektrolit
9.
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
Riwayat penyakit keluarga
Keadaan klien meliputi :
a.
b.
Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas
c.
d.
e.
f.
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
Seksualitas
g.
h.
i. Perubahan Psikologis
1) Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu,
konflik peran.
2) Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3) Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari
III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang
mempengaruhi emosi ibu.
4) Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding
j. Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
e. Intoleransi aktivitas b/d mobilisasi fisik
f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman
sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
Keperawatan
Hasil
Nyeri
akut Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
berhubungan
Intervensi
Rasional
1. Lakukan
1. Mempengaruhi
pengkajian
pilihan
secara
pengawasan
mediator
komprehensif
keefektifan
intervensi.
(histamin,
berkurang / terkontrol
tentang
prostaglandin)
meliputi lokasi,
akibat
Klien
karakteristik,
melaporkan
durasi, frekuensi,
pembedahan
nyeri berkurang
kualitas,
(section caesarea)
/ terkontrol
Wajah
tidak
intensitas
tampak
presipitasi.
jaringan
trauma
nyeri
dalam
meringis
Klien tampak
rileks,
dapat
berisitirahat,
dan beraktivitas
sesuai
kemampuan
dan
nyeri
2. Tingkat
faktor
dapat
ansietas
mempengaruhi
2. Observasi respon
nonverbal
persepsi
dari
reaksi
terhadap nyeri.
ketidaknyamana
n
(misalnya
wajah meringis)
terutama
ketidakmampuan
3. Mengetahui sejauh
untuk
mana
pengaruh
berkomunikasi
nyeri
terhadap
secara efektif.
kualitas
3. Kaji
nyeri
kualitas
pasien.
efek
pengalaman
terhadap
hidup
4.
Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan
(ex: beraktivitas,
kontrol
tidur,
meningkatkan
istirahat,
hidup
dan
rileks,
kognisi,
perasaan,
harga
dan
hubungan sosial)
diri
dan
kemampuan koping
5.
Memberikan
ketenangan kepada
4. Ajarkan
menggunakan
pasien
sehingga
teknik
nyeri
nonanalgetik
bertambah
tidak
(relaksasi
progresif, latihan
napas
6.
dalam,
dapat
mengurangi
imajinasi,
pengikatan
sentuhan
mediator
terapeutik.)
kimiawi
Analgetik
nyeri
sehingga
dapat
mengurangi
rasa nyeri
dapat
mempengaruhi
respon
pasien
terhadap
ketidaknyamana
n (ruangan, suhu,
cahaya,
dan
suara)
6. Kolaborasi untuk
penggunaan
kontrol
analgetik,
jika
perlu.
Risiko
tinggi Setelah
diberikan
1. Tinjau
ulang
1.
Kondisi
dasar
terhadap
infeksi asuhan
berhubungan
dengan
keperawatan
selama x 24 jam
jaringan
bekas
(SC)
luka mengalami
infeksi
kondisi
dasar
seperti diabetes /
hemoragi
ada
menimbulkan
sebelumnya.
potensial
ketuban.
infeksi
risiko
/
terjadi
penyembuhan luka
tanda - tanda
infeksi
(kalor,
ketuban
rubor,
dolor,
terjadi
Tidak
yang
24
jam
tumor, fungsio
sebelum
laesea)
Suhu dan nadi
pembedahan dapat
dalam
koriamnionitis
menimbulkan
batas
normal ( suhu
= 36,5 -37,50 C,
frekuensi nadi
= 60 - 100x/
menit)
WBC
dalam
batas
normal
sebelum intervensi
bedah
(kalor,
rubor,
dolor,
tumor,
fungsio
proses
penyembuhan luka
Mengetahui secara
dini
(4,10-10,9
10^3 / uL)
3. Lakukan
perawatan
dengan
dapat
mempengaruhi
2.
laesa)
dan
terjadinya
infeksi
sehingga
dapat
dilakukan
pemilihan
luka
intervensi
teknik
aseptik
secara
Meminimalisir
adanya kontaminasi
4. Inspeksi
balutan
pada
luka
yang
abdominal
dapat menimbulkan
terhadap eksudat /
infeksi
rembesan.
4.
Balutan
steril
Lepaskan balutan
sesuai indikasi
melindungi
dari
luka
cedera
kontaminasi.
Rembesan
dapat
menandakan
klien
terjadinya
hematoma
mencuci
memerlukan
5. Anjurkan
tangan
yang
intervensi lanjut
sebelum / sesudah
menyentuh luka
5.
6. Pantau
tangan
menurunkan resiko
peningkatan suhu,
nadi,
Cuci
terjadinya
dan
infeksi
nosokomial
pemeriksaan
laboratorium
jumlah WBC / sel
darah putih
6.
Peningkatan
suhu,
nadi,
dan
WBC
merupakan
salah
dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah. Proses
tubuh
melawan
untuk
bakteri
akan meningkatkan
7. Kolaborasi
pemeriksaan
untuk
Hb
dan
Ht.
Catat
perkiraan
meningkat sebagai
kehilangan
selama
darah
kompensasi
prosedur
melawan
pembedahan
yang
untuk
bakteri
menginvasi
tubuh.
8. Anjurkan
intake
7.
dan
proses
penyembuhan akan
buruk bila kadar Hb
rendah dan terjadi
kehilangan
berlebihan.
9. Kolaborasi
8.
penggunaan
antibiotik
darah
Mempertahankan
keseimbangan
sesuai
nutrisi
indikasi
untuk
mendukung perpusi
jaringan
dan
memberikan nutrisi
yang perlu untuk
regenerasi
dan
selular
penyembuhan
jaringan
9.
Antibiotik
dapat
menghambat proses
infeksi
Ansietas
Setelah
diberikan
berhubungan
asuhan
keperawatan
3. Kaji
respon
1.
Keberadaan sistem
psikologis
pendukung
terhadap kejadian
(misalnya
dan
pasangan)
ansietas
klien
pembedahan,
dukungan
secara
penyembuhan,
Klien
terlihat
psikologis
dan
dan
lebih
tenang
membantu
klien
post operasi
dan
sistem pendukung
dapat
prosedur
perawatan
berkurang
ketersediaan
klien
memberikan
dalam
tidak
mengungkapkan
gelisah
Klien
4. Tetap
bersama
mengungkapka
klien,
bersikap
tenang
bahwa
masalahnya
2.
dan
Keberadaan
perawat
dapat
ansietasnya
menunjukkan rasa
memberikan
berkurang
empati
dukungan
dan
klien
respon
nonverbal
klien
(misalnya: gelisah)
berkaitan
ansietas
ansietas
yang
dirasakannya
3.
dengan
Ansietas seringkali
tidak
yang
dilaporkan
secara
dirasakan
verbal
6.
Dukung
dan
arahkan
kembali
mekanisme koping
secara nonverbal
4.
Mendukung
mekanisme koping
dasar,
meningkatkan rasa
percaya diri klien
7.
Berikan informasi
yang
sehingga
benar
menurunkan
mengenai prosedur
pembedahan,
penyembuhan, dan
perawatan
Defisit perawatan
diri
5.
anestesi
dan
klien
terhadap
informasi
Setelah
dilakukan 8.
Asuhan
keperawatan
selama ....x
pembedahan
dan
misinterpretasi
operasi
fisik
tindakan
Kurangnya
informasi
post
b/d
kelemahan
akibat
ansietas
Diskusikan
pengalaman
yang
dimiliki
/
sebelumnya
dapat
jam
harapan kelahiran
mempengaruhi
ansietas
lalu
dirasakan
hasil :
pasien
6.
bisa
yang
Klien
dapat
menjaga
mengalami
personal
penyimpangan
memori
hygiene nya,
kekuatan tubuh
pasien
bisa 9.
kembali normal
dari
melahirkan.
Evaluasi
Masa
perubahan ansietas
abnormalitas
secara verbal
mengenai
proses
persalinan SC akan
Intoleransi
aktivitas
meningkatkan
b/d
mobilisasi fisik
ansietas.
7.
Identifikasi
keefektifan
intervensi
yang
telah diberikan
1. Untuk
mengetahui
kemampuan
1. Kaji
setelah di berikan
asken selama x 6
jam di harapkan pasien
bertoleransi terhadap
aktifitas dengan KH
1. pasien
mampu
melakukan ADL
2. keseimbangan
beraktifitas
terpenuhi
dalam
tingkat kemampuan
klien
personal
hygiene
diri
dalam perawatan
diri
2. Mengajarkan klien
untuk
2. Motivasi klien
memenuhi
secara mandiri
untuk melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Keluarga
adalah
dalam pemenuhan
masalah
kebutuhan klien
ini
dan
di perhatikan
4. Kaji karakter dan
jumlah aliran
4. Aliran
lochea
lochea
seharunya
tidak
banyak
5. Ajarkan
pasien
latihan bertahap
5. Dapat
meningkatkan
kemampuan klien
1.
menunjukkan
1.
observasi perubahan
neurology
kehilangan/
gangguan karena
defisiensi
keseimbangan
gaya vitamin
B12
cidera
sebelum dan sesudah 2. manifestasi
kardio
aktivitas
pulmonal
dr
upaya
3. berikan lingkungan
jantung dan paru untuk
tenang
batasi
membawa
jumlah
pengunjung
dan
oksigen adekuat ke
kurangi suara bising,
jaringan.
pertahankan
tirah 3.
meningkatkan
baring
bila
indikasikan
4.
anjurkan
istirahat
bila
di istirahat
menurunkan kebutuhan
klien
terjadi
kelelahan
dan
kelemahan,anjurkan
pasien
untuk
oksigen
tubuh
menurunkan
dan
regangan
aktivitas semampunya
sampai normal dan
5. kolaborasi dengan
memperbaiki tonus otot.
tim
medis
dalam 5.mengganti cairan dan
pemberian terapi infuse
Ketidakefektifan
setelah diberikan
menyusui
asuhan keperawatan
1. Membantu dalam
pengetahuan
dan
mengidentifikasi
pengalaman
ibu
tentang menyusui
agar memberikan
pengalaman
menyusui dengan
, mengungkapkan
karakteristik payudara
proses situasi
menyusui, bayi
mendapat ASI yang
cukup.
sebelumnya.
2. Demonstransikan
dan tinjau ulang
teknik menyusui
3. Anjurkan
ibu
mengeringkan
puting
setelah
menyusui
intervensi
yang
tepat.
2. Posisi yang tepat
biasanya
mencegah
luka/pecah
putting
dapat
yang
merusak
dan mengganggu.
3. Agar kelembapan
pada
payudara
4.
Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
5.
Evaluasi
DX 1 :
DX2 :
Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 100x/ menit)
DX 3:
o
o
DX 4 :
DX 5:
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta
: EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi