Anda di halaman 1dari 75

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya Skripsi ini dapat terselesaikan. Tulisan yang bersifat telaah pustaka yang
berjudul Faktor Faktor Pembentuk Jumlah Folikel Pada Program In Vitro
Fertilization (IVF) disusun guna memenuhi persyaratan mata kuliah Seminar pada
Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Yeremiah R Camin, M.S. selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan dari awal sampai dengan
terselesaikannya skripsi ini.
2. Ibu Noortiningsih, M.Biomed. selaku Pembimbing Kedua yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Imran S.L. Tobing, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas
Nasional.
4. Ibu Ir. Ida Wiryanti, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan perhatian dan nasihat selama penulis mengikuti pendidikan di
Fakultas Biologi Universitas Nasional.
5. Orang tua beserta semua keluarga besar yang sudah memberi dukungan serta
doa untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.
6. SMK BINA HUSADA MANDIRI yang telah memberikan toleransi waktu
kepada penulis dalam menyelasaikan skripsi ini.
7. Klinik Morula IVF Menteng Jakarta yang telah mengijinkan proses pengambilan
data.
8. Randy Wanpaton yang telah memberikan motivasi penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
9. Neni Arshita, Shinta Handayani, Eva Farihah dan Ijfina Amalia yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman semua yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan pembaca pada khususnya.
5

Jakarta, 2015
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................Error! Bookmark not defined.
6

DAFTAR GAMBAR...................................................Error! Bookmark not defined.


BAB I.................................................................................................................................
PENDAHULUAN.............................................................................................................
BAB II...............................................................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................
A. Tempat dan waktu penelitian......................................................................................
B. Populasi dan sampel...................................................................................................
C. Teknik Pengambilan Sampel......................................................................................
D. Definisi operasional variabel penelitian.....................................................................
E. Bahan Penelitian.........................................................................................................
F. Teknik Analisis Data...................................................................................................
BAB III..............................................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Hubungan usia pasien dengan pertumbuhan folikel de graaf..........................Error!
Bookmark not defined.
B. Hubungan jumlah folikel de graaf dengan jenis infertilitas.............................Error!
Bookmark not defined.
C. Hubungan stimulan yang digunakan dengan pembentukan folikel de graaf
..................................................................................Error! Bookmark not defined.
D. Hubungan folikel de graaf dengan dosis stimulan.................Error! Bookmark not
defined.
E. Hubungan folikel de graaf dengan konsentrasi estrogen.........................................
F. Hubungan folikel de graaf dengan konsentrasi progesteron...................................
BAB IV............................................................................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................

B. Saran.........................................................................................................................

TABEL 1 DISTRIBUSI SAMPEL PASIEN IVF..............................................................................


TABEL 2 DISTRIBUSI JENIS INFERTILITAS DAN STIMULAN PASIEN IVF............................................
TABEL 3 DISTRIBUSI LAMA INFERTILITAS

DENGAN

KONSENTRASI HORMON ESTROGEN................

TABEL 4 DISTRIBUSI JENIS INFERTILITAS


TABEL 5 DISTRIBUSI

SAMPEL JENIS

TERHADAP

STIMULAN

HORMON ESTROGEN..................................

DENGAN

TABEL 6 DISTRIBUSI LAMA INFERTILITAS PASIEN IVF

KONSENTRASI ESTROGEN......................

DENGAN

KONSENTRASI PROGESTERON

.........................................................................................................................
TABEL 7 DISTRIBUSI JENIS INFERTILITAS
TABEL 8 DISTRIBUSI

JENIS STIMULAN

TERHADAP

PASIEN IVF

KONSETRASI HORMON PROGESTERON...........

TERHADAP

KONSENTRASI PROGESTERON

.........................................................................................................................
TABEL 9 DISTRIBUSI JENIS INFERTILITAS PASIEN IVF

TERHADAP JUMLAH

TABEL 10 DISTRIBUSI LAMA INFERTILITAS PASIEN IVF


TABEL 11 DISTRIBUSI JENIS STIMULAN PASIEN IVF
TABEL 12. HUBUNGAN KONSENTRASI ESTROGEN

FOLIKEL.......................

TERHADAP JUMLAH

TERHADAP JUMLAH

DENGAN JUMLAH

FOLIKEL....................

FOLIKEL........................

FOLIKEL................................

TABEL 13. HUBUNGAN KONSENTRASI PROGESTERON DENGAN JUMLAH FOLIKEL............................

BAB I
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO) infertilitas merupakan


permasalahan global yang kompleks di bidang kesehatan reproduksi, dibutuhkan
penataan yang rasional dan terpadu dalam mengatasinya (Bulletin, 2010). Saat
ini diperkirakan terdapat 12 % atau kurang lebih tiga juta pasangan infertilitas
di Indonesia (Nurfita, 2008).
Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai ketidakmampuan
pasangan untuk menghasilkan konsepsi (kehamilan) setelah satu tahun
10

melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi (Djuwantono,


2011). Infertlitas dibedakan menjadi dua kondisi yaitu infertilitas primer dan
sekunder. Infertilitas primer terjadi pada pasangan yang tidak pernah mengalami
konsepsi, sedangkan infertilitas sekunder terrjadi pada pasangan yang pernah
mengalami konsepsi sebelumnya (Andriani, 2011).
Nurfita (2008) menyatakan penderita infertilitas 60 % dialami oleh
perempuan dan 40 % oleh pria. Infertilitas pada perempuan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor di antaranya usia, penderita penyakit organ reproduksi,
faktor gaya hidup dan penyebab lain yang belum diketahui sebabnya (Saragih,
2014). Berdasarkan data penelitian di Rumah Sakit Jejaring Departemen Obgin
tahun 2012 penderita gangguan reproduksi perempuan terjadi pada beberapa
bagian seperti tuba fallopi (saluran telur) 36 %, gangguan ovulasi 33 %, dan
endometriosis 31 %. Gangguan organ reproduksi dapat menghambat siklus
reproduksi dan siklus lainnya dalam membentuk folikel, sehingga
mempengaruhi angka infertilitas pada perempuan di Indonesia meningkat.
Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan reproduksi,
infertilitas dapat diatasi dengan In vitro Fertilization (IVF) (Ergun, 2013).
Program IVF adalah proses fertilisasi sel telur dan spermatozoa yang terjadi di
luar tubuh. Program IVF di Indonesia dapat dilakukan di Rumah Sakit tertentu
salah satunya klinik Morula IVF Menteng, Jakarta.
Program IVF terdiri atas beberapa proses yang harus dijalani. Proses
pertama adalah seleksi pasien, pada tahap ini pasien menjalani pemeriksaan
Ultrasonography (USG) untuk mengetahui jumlah folikel yang mengandung
oogonium secara basal dan fungsi organ reproduksi. Oogonium adalah sel
reproduksi yang dikelilingi oleh sel folikel dan akan berkembang menjadi sel
telur (ovum) melalui pembelahan mitosis. Sedangkan folikel adalah struktur
berisi cairan yang berfungsi sebagai tempat perkembangan oogonium. Secara
alami, dalam setiap siklus reproduksi perempuan hanya menghasilkan satu ovum
untuk fertilisasi (Alfian, 2011) tetapi dalam program IVF dibutuhkan lebih dari
satu ovum untuk fertilisasi. Oleh sebab itu dilakukan stimulasi pada hormon
reproduksi seperti Gonadotropin Releashing Hormone (GnRH) yang diproduksi

11

oleh hipotalamus, Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone


(LH) yang diproduksi oleh hipofisis, serta estrogen dan progesterone yang
diproduksi oleh korpus luteum, (Candra, 2011). Tujuan stimulasi hormon adalah
untuk menginduksi perkembangan lebih dari satu folikel dominan dan
mematangkan lebih dari satu oosit yang berguna untuk meningkatkan
keberhasilan konsepsi.
Stimulasi hormon dilakukan dengan pemberian sediaan klomifen sitrat
atau lainnya yang memiliki senyawa anti estrogen sehingga mempengaruhi
siklus reproduksi dengan cara menekan konsentrasi estrogen di dalam tubuh.
Konsentrasi estrogen yang rendah menyebabkan terjadinya umpan balik negatif
terhadap GnRH hipotalamus sehingga GnRH meningkat dan merangsang sekresi
hormon gonadotropin (FSH dan LH) di hipofisis. FSH yang dikeluarkan akan
mempengaruhi pembentukan folikel di ovarium yang terdiri atas, folikel primer,
sekunder dan folikel de graaf (matang) yang akan berlanjut pada tahap ovulasi
dan pasca ovulasi (fase luteal) (McGee dan Husch, 2000). Fase pembentukan
folikel dimulai dari folikel primer yang ditandai dengan satu lapis sel folikel di
sekitar oogonium. Oogonium kemudian berkembang membentuk folikel
sekunder yang ditandai dengan lapisan sel folikel bertambah banyak,
terbentuknya zona pelusida dan antrum yang berisi cairan folikuli. Cairan
folikuli terus membesar seiring dengan pembentukan folikel sekunder menjadi
folikel de graaf (matang) yang ditandai dengan terbentuknya membran granulosa
dan rongga diantara sel sel folikel. Selama pertumbuhan folikel, terjadi
pengeluaran hormon estrogen yang menyebabkan umpan balik positif sehingga
menghambat pengeluaran FSH, dan meningkatkan sekresi LH oleh hipofisis.
Konsentrasi LH yang meningkat memicu pecahnya folikel de graaf sehingga
ovum terlepas yang disebut ovulasi (Rusda, 2014). Pasca ovulasi,
perkembangan folikel berada pada fase luteal. Folikel de graaf yang ditinggalkan
oleh ovum mengalami regresi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mensekresikan hormon progesterone dan estrogen yang mempengaruhi siklus
endometrium, siklus kelenjar mamae, dan siklus sel sel epitel vagina dalam
mempersiapkan kehamilan (Rusda, 2014).

12

Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan folikel dalam program


IVF diantaranya lama infertilitas yang berjalan seiring bertambahnya usia
sehingga menyebabkan penurunan jumlah oogonium, yang mengakibatkan
kemampuan folikel untuk berkembang akan menurun (Edward, 2010). Selain
lama infertil, perkembangan folikel juga dapat dipengaruhi oleh jenis infertilitas
seperti pada penderita infertilitas primer yang disebabkan oleh gangguan
hormon reproduksi GnRH, FSH, LH pada hipotalamus dan hipfisis serta
estrogen dan progesteron yang dibentuk pada fase folikulogenesis. Pada
infertilitas sekunder pembentukan folikel dapat dipengaruhi oleh pasca
pemakaian alat kontrasepsi yang mengakibatkan siklus reproduksi tidak
langsung berfungsi secara fisiologis. Faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan folikel adalah faktor gaya hidup meliputi Body Massa Index
(BMI), penyalahgunaan zat adiktif, dan penggunaan zat kimia berbahaya.
Pemeriksaan hormon reproduksi sangat diperlukan dalam menunjang ovulasi
yang dapat dilihat dari perbandingan atau rasio antara hormon yang satu dengan
yang lain.
Setelah proses pembentukan folikel selesai, tahap selanjutnya dalam
program IVF adalah pengambilan ovum dari folikel melalui tindakan minor
Ovum Pick Up (OPU) yang dilakukan menggunakan jarum melalui vagina
dibawah monitoring USG, kemudian dilanjutkan dengan proses fertilisasi ovum
dengan spermatozoa di medium yang telah disesuaikan dengan keadaan rahim.
Jika terjadi fertilisasi dilanjutkan dengan kultur zigot pada medium Autologous
Endometrical Cocultur (Soegiharto, 2010). Kualitas zigot yang baik dari hasil
kultur akan diimplantasikan ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan (Kennedy, 2009). Berdasarkan uraian di atas permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah faktor faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan folikel pada pasien program IVF tahun 2014 di klinik Morula
Menteng.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lama
infertil, jenis infertilitas, jenis stiumlan, serta kadar estrogen dan progesterone
dalam mempengaruhi pembentukan jumlah folikel pada pasien program IVF di

13

Klinik Morula Menteng. Adapun manfaat penelitian bagi Klinik yang


bersangkutan adalah dapat mengetahui keefektifan jenis stimulan yang
digunakan, serta dapat lebih memperhatikan faktor faktor yang mempengaruhi
pembentukan folikel. Sedangkan manfaat peneilitian untuk masyarakat dapat
menginformasikan faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan folikel dan
program IVF.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis yang
mempengaruhi pembentukan folikel.
1.

Adanya hubungan antara jenis stimulan dengan hormone estrogen,

2.

progesterone dan jumlah folikel de graaf


Adanya hubungan antara lama infertilitas pasien dengan hormone

3.

estrogen, progesterone dan jumlah folikel de graaf.


Adanya Hubungan antara jenis infertilitas pasien dengan hormone

4.

estrogen, progesterone dan jumlah folikel de graaf.


Adanya hubungan antara konsentrasi estrogen dengan jumlah folikel

5.

de graaf
Adanya hubungan antara konsentrasi progesteon dengan Jumlah

6.

folikel de graaf
Adanya hubungan antara rasio hormon estrogen dan progesterone
dengan Jumlah folikel de graaf.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

14

A. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan di laboratorium Klinik Morula IVF Jl. Teuku Cik
Ditiro no. 12, Menteng, Jakarta Pusat 10350. Pada bulan September sampai
Desember 2014.
B. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan yang melakukan program
IVF. Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan yang mengikuti program
IVF di klinik Morula IVF, Menteng Jakarta Pusat. Terdapat 573 sampel yang
diperoleh selama bulan Januari sampai Agustus 2014.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Langkahlangkah yang dilakukan adalah mencari informasi mengenai Rumah Sakit atau
Klinik yang mengadakan program IVF, kemudian meminta surat keterangan dari
pihak universitas untuk mengajukan proposal kepada Klinik Morula IVF,
selanjutnya melakukan pengambilan data pasien yang dibutuhkan pada bagian
rekam medis meliputi, pemeriksaan hormon estrogen, progesteron, dan jumlah
folikel de graaf pada proses IVF. Setelah itu melakukan pengolahan data
terhadap data yang telah diperoleh menggunakan uji statistik regresi.
D. Definisi operasional variabel penelitian
1.

Pasien merupakan seorang perempuan yang mengikuti program In

2.

Vitro Fertilization (IVF).


Stimulan merupakan suatu zat yang digunakan dalam stimulasi

3.

hormon program IVF yang berbentuk cair, padat atau kapsul.


Hormon progesteron dan estrogen merupakan hormon yang diperiksa
pada perempuan yang mengikuti program IVF dengan satuan pg/mL,

4.

setelah dilakukan stimulasi hormon.


Folikel de graaf merupakan jumlah folikel de graaf (matang) yang
ditemukan saat dilakukan pemeriksaan menggunakan USG.

15

5.

Lama Infertilitas pasien merupakan lamanya waktu pasien

6.

mengalami infertilitas.
Jenis infertilitas merupakan riwayat pasien mengandung sebelum
menjalankan program IVF yang dibedakan menjadi ifertilitas primer
dan infertilitas sekunder.

E. Bahan Penelitian
Penelitian ini membutuhkan data hasil pemeriksaan hormon estrogen dan
progesteron, usia, riwayat penyakit gangguan reproduksi, nama stimulan, , lama
infertil dan jumlah folikel de graaf, dan jenis infertilitas.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan uji
regresi , multivariat dan univariat dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai P
< 0,05.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi sampel IVF pada program IVF disajikan pada tabel 1. Sampel
program IVF yang diperoleh merupakan data pasien yang mengikuti program
IVF sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2014 dengan total 540 pasien.
16

Tabel 1 Distribusi Sampel pasien IVF


Rataan

Rentang

St.Deviasi

Lama infertilitas

6.53

0.6 25

4.16

Estrogen

2210

165 8806

1352

Progesteron

0.06

0.06 - 18.00

1.95

Folikel

11.43

0 86

7.73

Berdasarkan tabel 1. lama infertilitas pasien IVF memiliki rataan 6,53


dengan rentang lama infertilitas minimal 6 bulan- maksimal 25 tahun dan
standar deviasi 4.16. Sedangkan variabel estrogen memiliki rataan 2210 dengan
rentang minimal 165 - maksimal 8806 dan standar deviasi 1352. Mengacu pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh putra (2011) lama infertilitas pada
pasien IVF dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu kurang dari 5 tahun, 6-10
tahun, dan lebih dari 10 tahun Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anwar
(2005) konsentrasi estrogen pada pasien IVF dibedakan menjadi 2 kelompok <
800 pg/ml dan > 800 pg/ml pada fase folikuler. Sedangkan pada hormon
progesteron pasien IVF pada penelitian ini memiliki rataan 0,06 dengan rentang
minimal 0.06 maksimal 18.00 dan standar deviasi 1.95. konsentrasi
progesteron dikelompokan menjadi dua yaitu kurang dari 0.8 ng/ml dan lebih
dari 0.8 ng/ml. Pada sampel folikel memiliki rataan 11.43 dengan rentang
minimal 0 - maksimal 86 dan standar deviasi 7.73. Jumlah folikel pada
penelitian ini dikelompokan menjadi jumlah folikel lebih dari satu dan jumlah
folikel kurang atau sama dengan satu. Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Putra Adnyana (2006) lama infertil memiliki rataan 5.12 tahun
dengan SD 3.10 dan jenis infertil primer 53% dan sekunder 23 %. Distribusi
jenis stimulan dan jenis infertil pada pasien IVF disajikan pada tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Jenis Infertilitas dan Stimulan Pasien IVF
Jenis Infertilitas

Jumlah (N)

Primer
Sekunder

417
123

Persentase
(%)
77 %
23 %

17

Jenis Stimulan
Gonal F
Dipthen
Elonva
Genoclom
Pergoveris
Puregon

301
17
71
16
58
77

56 %
3%
13 %
3%
11 %
14 %

Berdasarkan tabel 2. penderita infertilitas dibedakan menjadi dua yaitu


infertilitas primer dan sekunder. Jumlah penderita yang mengalami infertilitas
primer lebih banyak dari infertilitas sekunder. Jenis infertilitas pada penelitian
ini dibedakan atas pengakuan pasien pernah mengalami konsepsi atau tidak
sebelumnya. Pada tabel diatas juga dijelaskan jenis stmulan yang digunakan
pada pasien IVF, selama mengikuti program IVF pasien diberikan salah satu
stimulasi dari ke-6 jenis stimulan. Dari enam jenis stimulan yang digunakan
jenis stimulan Gonal F lebih banyak digunakan pada pasien IVF dibandingkan
dengan penggunaan jenis stimulan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya faktor biaya, dosis, dan faktor dari indikasi IVF
yang terjadi pada pasien.
A. Hubungan Lama Infertilitas terhadap Konsentrasi Estrogen
Distribusi hubungan lama infertilitas pasien dengan konsentrasi estrogen,
disajikan pada tabel 3. Jumlah pasien dengan infertilitas kurang dari 5 tahun
lebih banyak dari Jumlah infertilitas 6-10 tahun dan lebih dari 10 tahun

Tabel 3 Distribusi Lama Infertilitas dengan Konsentrasi Hormon


Estrogen

18

Estrogen
>800
<800
Jumlah

Lama iInfertilitas
<5
6-10
>10
222 84
168 87
70 81
41
23
16
263

191

N
460
80

86

540

Berdasarkan tabel di atas lama infertilitas pada pasien IVF tidak


mempengaruhi konsentrasi hormone estrogen. Hal ini dapat dilihat pada
persentase dari masing masing kelompok lama infertilitas dalam
mempengaruhi konsentrasi hormone.yang memiliki rata- rata persentase
infertilitas 88 %. Setelah dilakukan pengujian multivariat pada lama infertilitas
terhadap konsentrasi hormone estrogen, hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara lama infertilitas dengan konsenterasi hormon estrogen ditolak
(Nilai P > 0,05). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Putra Adnyana
(2006) yang menyatakan bahwa lamanya penderita infertilitas dalam mengikuti
program IVF tidak mempengaruhi konsetrasi hormon estrogen. Konsentrasi
hormone estrogen dan jumlah folikel dapat dipengaruhi oleh organ reproduksi,
dan usia pasien. Pasien pada usia produktif (belum mengalami menaupose) dan
tidak mengalami indikasi pada organ reproduksi, maka upaya meningkatkan
konsenterasi hormon dan pembentukan folikel masih dapat dilakukan melalui
berbagai cara salah satunya stimulasi hormon di ovarium. Stimulasi hormone di
ovarium terdiri dari beberapa tahapan diantaranya fase folikululer, ovulasi, dan
fase luteal yang akan menghasilkan hormone estrogen dan progesterone dalam
mempersiapkan kehamilan dengan cara mempengaruhi ketebalan dinding
endometrium, mempersiapkan laktasi pada kelenjar mamae, dan sekresi vagina.
Organ reproduksi dapat mengalami penuaan sehingga mengakibatkan penurunan
jumlah sel primodial yang akan berkembang menjadi folikel, sehingga
pembentukan folikel akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Bayer, dkk (2011) menyarankan untuk memulai pemeriksaan dan pengobatan
stimulasi hormone sejak dini yaitu sejak jika 6 bulan belum terjadi konsepsi
setelah berhubungan seks.

19

B. Hubungan Jenis Infertilitas terhadap Konsentrasi Estrogen


Distribusi hubungan jenis infertilitas pasien dengan konsentrasi estrogen,
disajikan pada tabel 4. dengan jumlah sampel jenis infertilitas primer lebih
banyak dari jenis infertilitas sekunder.
Tabel 4 Distribusi Jenis Infertilitas terhadap Hormon Estrogen
Estrogen

Jenis Infertilitas
Primer

Sekunder

>800

348 83

<800

69

112 91
11

Jumlah

417

123

Jumlah
N
460
80
540

Berdasarkan tabel 4 jenis infertilitas primer memiliki jumlah lebih


banyak dari infertilitas sekunder, naun jika dilihat berdasarkan persentasenya
infertilitas sekunder memiliki persentase lebih tinggi dalam menghasilkan
hormon estrogen. Hal ini terjadi dikarenakan pada penderita infertilitas sekunder
memberikan suatu pertanda bahwa tidak ada gangguan pada ovulasi, sehingga
mempercepat kerja stimulan dalam menstimulasi pembentukan jumlah folikel.
Setelah dilakukan pengujian statistik hipotesis yang menyatakan terdapat
hubungan antara jenis infertilitas ditolak ( P > 0,05). Menurut konsentrasi
hormon reproduksi setelah pemberian stimulan akan meningkat ssecara
fisiologis karena adanya penekanan konsentrasi hormon estrogen sehingga
pembentukan folikel dengan jumlah lebih satu akan mensekresi hormon estrogen
pada fase folikuler dan fase luteal.

C. Hubungan Jenis Stimulan terhadap Konsentrasi Estrogen

20

Distribusi sampel hubungan jenis stimulan pasien dengan konsentrasi


estrogen, disajikan pada tabel 5. Penggunaan jenis stimulan Gonal F memiliki
Jumlah yang tinggi dibandingkan dengan jenis stimulan lainnya.
Tabel 5 Distribusi sampel Jenis Stimulan dengan Konsentrasi
Estrogen
Estrogen
>800
<800

Gonal
F
266
35

Dipthe
n
3
14

Jumlah

301

17

Jenis Stimulan
Elonv Genoclo
a
m
68
2
3
14
71

16

Pergoveri
s
49
9

Purego
n
73
5

58

78

Berdasarkan tabel 5 jenis stimulan yang digunakan pada pasien IVF


mempengaruhi konsentrasi hormon estrogen, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penggunaan jenis stimulan yang beraneka ragam dalam mempengaruhi
konsentrasi hormon estrogen. Dari data di atas penggunaan jenis stimulan gonal
F, elonva, pergoveris dan puregon lebih banyak dapat meningkatkan konsentrasi
hormon estrogen. Sedangkan pada penggunaan jenis stimulan dipthen dan
genoclom tidak memiliki pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan
konsentrasi hormon estrogen, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya, komposisi stimulan yang digunakan, pemberian dosis yang tidak
sesuai, adanya gangguan organ reproduksi yang menyebabkan stimulan tidak
optimal dalam menstimulasi hormon.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara jenis stimulan dengan peningkatan hormon estrogen diterima
(nilai P <0,05). Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Eddy
(2011) yang menyatakan stimulan yang termasuk ke dalam golongan klomifen
sitrat mempunyai komposisi senyawa anti steroid sehingga dapat menstimulasi
dan pelepasan gonadotropin ditingkat hipofisis dengan cara memiliki struktur
yang hampir sama dengan estrogen kemudian akan berkompetisi untuk
menduduki reseptor estrogen lebih lama di sistem reproduksi dan akan menekan
konsentrasi reseptor estrogen di dalam tubuh. Pada tingkat hipotalamus
21

N
460
80
54
0

penurunan konsentrasi reseptor estrogen akan menghalangi interprestasi yang


akurat terhadap konsentrasi estrogen di sirkulasi, sehingga akan terjadi persepsi
yang keliru terhadap konsentrasi estrogen yang menyebabkan umpan balik
negatif estrogen akan menurun sehingga memicu mekanisme normal yang akan
merubah pola sekresi GnRH, sehingga terjadi perkembangan folikel di ovarium
(Speroff, 2005).
Selama fase folikuler folikel ovarium mengeluarkan estrogen, saat sekresi
estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi akan memicu
lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus yang menyebabkan ovulasi.
(BMI), indikasi organ reproduksi dan faktor lain yang berhubungan dengan
pembentukan folikel.
D. Hubungan Lama Infertilitas terhadap Konsentrasi Progesteron
Distribusi hubungan lama infertilitas pasien dengan konsentrasi
progesterone disajikan pada tabel 6. Dengan Jumlah lama infertilitas kurang
dari 5 tahun lebih banyak dari penderita infertilitas 6-10 tahun dan lebih dari 5
tahun.
Tabel 6 Distribusi Lama Infertilitas Pasien IVF dengan Konsentrasi
Progesteron
Progesteron

Lama iInfertilitas
<5

6-10

>0.8

111 42%

<0.8
Jumlah

Jumlah

83 43%

>10
36 41%

N
230

152 58%

108 57 %

50 59%

310

263

191

86

540

Berdasarkan tabel 6. lama infertilitas pada pasien IVF tidak


mempengaruhi konsentrasi hormone progesteron. Hal ini dapat dilihat pada
persentase dari masing masing kelompok lama infertilitas walaupun memiliki
jumlah yang berbeda akan tetapi memiliki persentase yang sama dalam
mempengaruhi konsentrasi hormone. Ketiga kelompok lama infertilitas
memiliki rata rata 40 % dalam menstimulasi hormone progesterone. Setelah
22

dilakukan pengujian multivariat pada lama infertilitas pasien terhadap


konsentrasi hormone progesteron, hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antara lama infertilitas dengan konsenterasi hormon progesteron ditolak (Nilai P
> 0,05). Menurut Putra (2006) lamanya penderita infertilitas dalam mengikuti
program IVF tidak mempengaruhi konsetrasi hormon progesteron. Konsentrasi
hormone dapat dipengaruhi oleh organ reproduksi, dan usia pasien. Pada pasien
usia produktif (belum mengalami menaupose) dan tidak mengalami indikasi
pada organ reproduksi, maka upaya meningkatkan konsenterasi hormon dan
pembentukan folikel masih dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya
stimulasi.
E. Hubungan Jenis Infertilitas terhadap Konsentrasi Progesteron
Distribusi hubungan jenis infertilitas pasien dengan konsentrasi
progesteron disajikan pada tabel 7.
Tabel 7 Distribusi Jenis Infertilitas terhadap Konsetrasi Hormon
Progesteron
Progesteron
>0.8
<0.8
Jumlah

Jenis Infertilitas
Primer
Sekunder
171 41%
59 47%
246
64
417

123

N
230
310
540

Berdasarkan tabel di atas banyaknya Jumlah inferti primer lebih banyak


dari jenis infertilitas sekunder, akan tetapi jika dilihat berdasarkan persentasenya
kedua jenis infertilitas tersebut mempunyai kemampuan yang sama dalam
mempengaruhi konsentrasi hormone progesterone. Setelah dilakukan pengujian
statistik hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jenis infertilitas
terhadap konsentrasi hormon progesteron diterima ( P > 0,05). Hal ini
disebabkan . Berdasarkan klasifikasi gangguan ovulasi menurut WHO,
kemungkinan disfungsi stimulasi hipofisis dan hipotalamus merupakan
penyebab infertilitas pada pasien yang menjalankan program IVF di klinik
23

Morula, karena sesuai dengan kondisi yang dijelaskan, pasien yang menjalankan
program IVF cenderung mempunyai konsentrasi hormon progesterone dan
estrogen dalam batas normal.
Pasangan dengan riwayat infertilitas sekunder dilaporkan mempunyai
angka kehamilan lebih tinggi (26%) bila dibandingkan dengan infertile
primer (11,5%) (p<0,05).

F. Hubungan Jenis Stimulan terhadap Konsentrasi Progesteron


Distribusi hubungan jenis stimulan pasien terhadap konsentrasi
progesterone disajikan pada tabel 8. Penggunaan jenis stimulan Gonal F lebih
banyak dgunakan dibandingkan dengan jenis stimulant yang lain.
Tabel 8 Distribusi jenis stimulan Pasien IVF terhadap Konsentrasi
Progesteron
Progesteron
>0.8
<0.8

Gonal F
125
176

Dipthen
3
14

Jenis Stimulan
Elonva Genoclom
32
1
39
15

Pergoveris
32
57

Puregon
43
34

Berdasarkan tabel 8. jenis stimulan yang digunakan pada pasien IVF


mempengaruhi konsentrasi hormon progesteron, hal tersebut dapat dilihat dari
persentase jenis stimulan dalam mempengaruhi hormon progesteron > 0.8 ng/ml
yang bervaiasi. Dari data di atas penggunaan jenis stimulan gonal F, elonva,
pergoveris dan puregon dapat meningkatkan konsentrasi hormon progesteron
dengan jumlah yang lebih sedikit dari jumlah hormon progesteron kurang dari
0.8. Jumlah penggunaan jenis stimulan dipthen dan genoclom tidak memiliki
pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan konsentrasi hormon progesteron.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara jenis stimulan dengan peningkatan hormon progesteron
diterima (nilai P <0,05). hal ini dapat disebabkan oleh adanya penggunaan
stimulan yang menekan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase luteal

24

dalam merangsang FSH untuk pembentukan folikel. Sehingga terjadinya


penurunan konsentrasi progesteron pada fasel luteal.
G. Hubungan Jenis Infertilitas terhadap Jumlah folikel
Distribusi hubungan jenis infertilitas pasien dengan junlah folikel,
disajikan pada tabel 9 . dengan jumlah pasien penderita infertilitas primer lebih
banyak dari penderita infertilitas sekunder.

Tabel 9 Distribusi Jenis Infertilitas Pasien IVF terhadap Jumlah


Folikel
Folikel
>1
<1
Jumlah

Jenis Infertilitas
Primer
Sekunder
404 96
120 97
13
3
417

Jumlah
N
524
16

123

540

Berdasarkan tabel 9. penderita jenis infertilitas primer lebih banyak dari


jenis infertilitas sekunder, akan tetapi jika dilihat secara persentase, keduanya
memiliki persentase yang sama dalam menghasilkan jumlah folikel. Setelah
dilakukan pengujian statistik hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan
antara jenis infertilitas dan jumlah folikel ditolak ( P > 0,05). Hal ini disebabkan
karena banyaknya faktor yang mempengaruhi jenis infertilitas yang tidak
dikelompokan berdasarkan indikasi IVF, pada infertilitas primer dapat
disebabkan oleh adanya gangguan organ hipotalamus atau hipofisis yang
menyebabkan terjadinya gangguan ovulasi sehingga sel telur tidak lepaskan ke
dalam tuba fallopi. Sedangkan pada jenis infertilitas sekunder dapat disebabkan
oleh penuaan, dan faktor gaya hidup. Kedua jenis infertilitas pada penelitian ini
tidak digolongkan berdasarkan indikasi indikasi yang terjadi sehingga
mempersulit untuk melihat jenis infertilitas dengan indikasi tertentu dengan
jumlah folikel. Misalnya pada Wanita dengan endometriosis memiliki
keterbatasan fertilitas dibandingkan wanita normal . Keberhasilan

25

FIV pada endometriosis juga sepertiga kali lebih rendah daripada


wanita infertilitas dengan kerusakan tuba.

H. Hubungan Lama Infertilitas terhadap Jumlah folikel


Distribusi hubungan lama infertilitas pasien dengan jumlah folikel
disajikan pada tabel 10. dengan Jumlah lama infertilitas kurang dari 5 tahun
lebih banyak dari kelompok 6 10 tahun dan lebih dari 10 tahun.
Tabel 10 Distribusi Lama Infertilitas Pasien IVF terhadap Jumlah
Folikel
Folikel
>1
<1
Jumlah

<5
254
9
263

Lama iInfertilitas
6-10
187
4
191

>10
83
3
86

Jumlah
N
524
16
540

Berdasarkan tabel lama infertilitas pada pasien IVF tidak mempengaruhi


Jumlah folikel. Hal ini dapat dilihat pada persentase dari masing masing
kelompok lama infertilitas walaupun memiliki jumlah yang berbeda akan tetapi
memiliki persentase yang sama dalam mempengaruhijumlah folikel. Setelah
dilakukan pengujian terhadap lama infertilitas pasien terhadapjumlah folikel,
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara lama infertilitas dengan
konsenterasi hormon progesteron ditolak (Nilai P > 0,05). Menurut Putra (2006)
lamanya penderita infertilitas dalam mengikuti program IVF tidak
mempengaruhi konsetrasi hormon progesteron. Karena sekresi hormone
dilakukan oleh hipotalamus, hipofisis dan organ target lainnya yang menunjang
pembentukan folikel, jika indikasi yang dapat menghambat hormone tidak
diatasi secara cepat maka sekresi hormone akan tetap terus terhambat.
I. Hubungan Jenis Stimulan terhadap Jumlah Folikel

26

Distribusi hubungan jenis stimulan pasien dengan jumlah folikel disajikan


pada tabel 11. Hampir semua jenis stimulan yang digunakan mampu
menghasilkan folikel lebih dari satu.

Tabel 11 Distribusi Jenis Stimulan Pasien IVF terhadap Jumlah


Folikel
Folikel
>1
<1
Jumlah

Gonal F
299
2
301

Dipthe
n
11
6
17

Jenis Stimulan
Elonv
Genoclo
a
m
70
12
1
4
71
16

Jumlah
Pergoveri
s
57
1
58

Purego
n
75
2
77

Berdasarkan tabel 4 di atas atas penggunaan jenis stimulan gonal F,


elonva, pergoveris dan puregon dapat meningkatkan jumlah folikel. Akan tetapi
tidak dengan persentase penggunaan jenis stimulan dipthen dan genoclom yang
tidak memiliki pengaruh yang tinggi terhadap jumlah folikel, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, komposisi stimulan yang
digunakan, pemberian dosis yang tidak sesuai, adanya gangguan organ
reproduksi yang menyebabkan stimulan tidak optimal dalam menstimulasi
hormon.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara jenis stimulan dengan jumlah folikel diterima (nilai P <0,05).
Hal ini disebabkan karena adanya stimulan golongan klomifen sitrat mempunyai
komposisi senyawa anti steroid sehingga dapat menstimulasi peningkatan dan
pelepasan gonadotropin ditingkat hipofisis dengan cara memiliki struktur yang
hampir sama dengan estrogen kemudian akan berkompetisi untuk menduduki
reseptor estrogen lebih lama di sistem reproduksi dan akan menekan konsentrasi
reseptor estrogen di dalam tubuh. Pada tingkat hipotalamus penurunan
konsentrasi reseptor estrogen akan menghalangi interprestasi yang akurat

27

N
524
16
540

terhadap konsentrasi estrogen di sirkulasi, sehingga akan terjadi persepsi yang


keliru terhadap konsentrasi estrogen yang menyebabkan umpan balik negatif
estrogen akan menurun sehingga memicu mekanisme normal yang akan
merubah pola sekresi GnRH, sehingga terjadi perkembangan folikel di ovarium
(Speroff, 2005).
Selama fase folikuler folikel ovarium mengeluarkan estrogen, saat sekresi
estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi akan memicu
lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus yang menyebabkan ovulasi.
Setelah ovulasi, sel-sel folikel beregresi menjadi korpus luteum yang akan
menghasilkan progesteron serta estrogen selama fase luteal. Lama waktu korpus
luteum berregresi selama dua minggu apabila tidak ada fertilisasi. Maka
hormone yang disekresi oleh korpus luteum akan menurun sehingga pengaruh
inhibitorik pada sekresi FSH dan LH tidak ada. Kadar kedua hormon FSH dan
LH kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel-folikel baru
(Sherwood, 2001). Keberhasilan jenis stimulan akan menurun pada
bertambahnya usia, tekanan darah, Body Massa Index (BMI), indikasi organ
reproduksi dan faktor lain yang berhubungan dengan pembentukan folikel.
Clomifene Citrate telah digunakan secara luas sebagai terapi utama pada
pasangan dengan infertilitas yang tak terjelaskan. Obat ini mempunyai beberapa
kelebihan, diantaranya: mudah pemberiannya, lebih murah, dan efek samping
yang ditimbulkannya ringan. Clomifen citrat terbukti menaikkan angka
kehamilan dari 1-2% menjadi 5% pada pasangan dengan infertilitas yang tak
terjelaskan(4). Clomifen Citrat meningkatkan fertilitas dengan memperbaiki
defek halus fungsi ovarium, defek fase luteal dan perkembangan folikel,
sehingga meningkatkan jumlah folikel yang berkembang dan oosit yang
28

dikeluarkan. Efek samping terapi CC adalah minimal dan reaksi hiperstimulasi


ovarium belum pernah dilaporkan.
Mekanisme kerja gonadotropin dalam meningkatkan angka kehamilan sama
dengan mekanisme kerja Clomifen Citrat. Keduanya meningkatkan steroid
gonad sehingga menghasilkan folikel multipel dan menghilangkan defek halus
ovulasi. Angka kehamilan mungkin meningkat dengan banyaknya oosit yang
tersedia untuk fertilisasi. Gonadotropin mungkin meningkatkan fungsi
endometrium pada wanita dengan infertilitas yang tak terjelaskan.
Kerugian pemakaian gonadotropin terutama resiko kehamilan multiple.
Gondotropin mempunyai lingkup terapi yang sempit; perbedaan antara dosis
yang meningkatkan pertumbuhan folikel dan dosis yang menyebabkan
hiperstimulasi kecil. Sehingga tidak mungkin mendapatkan angka kehamilan
yang tinggi tanpa disertai peningkatan resiko kehamilan multiple. Apabila
protokol stimulasi diubah dengan menggunakan dosis kecil untuk menghindari
kehamilan multiple, angka kehamilan akan menurun. Sehingga monitoring ketat
pertumbuhan folikel dianjurkan.(4).
Sebuah tinjauan deskriptif dan penelitian secara random memperkirakan bahwa
terapi gonadotropin merupakan terapi yang efektif dalam menangani kasus
infertilitas yang tak terjelaskan

D. Hubungan Konsenterasi Estrogen terhadap Jumlah folikel


Distribusi hubungan konsentrasi estrogen dengan jumlah folikel
disajikan pada tabel 6. Konsentrasi estrogen stimulan yang digunakan pada
penelitian ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu < 800 pg/mL dan > 800
pg/mL yang akan dihubungkan dengan jumlah folikel.
Tabel 12. Hubungan Konsentrasi Estrogen dengan Jumlah Folikel

Estrogen

Konsentrasi
pg/ml
>800
<800

Jumlah Folikel
1
>1
4
456
12
68

Berdasarkan tabel 6. konsentrasi hormon estrogen mempengaruhi jumlah


folikel yang dihasilkan. Konsentrasi hormon estrogen lebih dari 800 pg/ml

29

menghasilkan lebih tinggi jumlah folikel lebih dari 1 daripada hormon estrogen
kurang dari 800 pg/mL. Setelah dilakukan pengujian menggunakan uji regresi
linear hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara konsentrasi hormon
estrogen dengan jumlah folikel de graaf diterima (nilai P < 0,05). Artinya
terdapat hubungan yang bermakna antara folikel de graaf dengan konsentrasi
etrogen, hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa fase yang mensekresi
estrogen,contohnya pada fase folikuler yangmensekresi hormon estrogen untuk
memicu umpan balik positif. Menurut penelitian Hendy (2010) adanya
hubungan antara konsentrasi estrogen dan jumlah folikel setelah pemberian
stimulan juga dapat terjadi karena adanya pembentukan korpus luteum lebih
dari satu pada fase luteal, banyaknya korpus luteum yang beregresi akan
meningkatkan konsentrasi estrogen dan progesteron di dalam tubuh.
E. Hubungan konsentrasi progesteron dengan jumlah folikel
Distribusi hubungan konsentrasi progesteron dengan jumlah folikel
disajikan pada tabel 7. Konsentrasi estrogen stimulan yang digunakan pada
penelitian ini di bedakan menjadi 2 kelompok yaitu < 0.8 ng/mL dan > 0.8
ng/mL yang akan dihubungkan dengan jumlah folikel.
Tabel 13. Hubungan Konsentrasi Progesteron dengan Jumlah
Folikel

Progesteron

Konsentrasi
ng/mL
>0.8
<0.8

Folikel
>1
226
298

1
4
12

Berdasarkan tabel 7. dari 540 pasien yang mempunyai konsentrasi


progesteron pada fase folikulogenesis diatas 0.8 lebih sedikit menghasilkan
jumlah folikel lebih dari satu jika dibandingkan dengan konsentrasi progesteron
< 0.8. Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan jumlah folikel dengan
konsentrasi progesteron ditolak (Nilai P > 0,05) artinya terdapat hubungan antara
progesteron dengan jumlah folikel de graaf. Progesteron adalah hormon steroid
30

yang diproduksi oleh korpus luteum ovarium pasca ovulasi (Check, 2002).
Korpus luteum dibentuk dari sel sel folikel yang ditinggalkan sel telur saat
ovulasi. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Rusda, dkk (2010) yang menyatakan tidak ada korelasi antara aliran darah
corpus luteum dengan konsentrasi serum progesterone. Konsentrasi progesteron
rendah selama fase folikuler yaitu kurang dari 1 ng/ml dan kadar progesteron
akan mencapai puncak antara 10-20 ng/ ml pada pertengahan fase luteal. Selama
fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi
langsung korpus luteum (Maulana, 2008). Pengukuran kadar progesteron plasma
sering dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5
ng/ml menandakan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang
sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang
dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan
endometrium.Ukuran dan jumlah korpus luteum dapat meningkatkan sekresi
progesterone dan estrogen.
Di dalam korpus luteum konsentrasi serum progesteron tergantung pada
jumlah jaringan steroidogenik, aliran darah, dan kapasitas jaringan steroidogenik
untuk mensintesis progesteron. Besar jaringan steroidogenik tergantung kepada
jumlahnya ,ukuran yang sesuai, dari sel luteal steroidogenik, keduanya
meningkat selama fase luteal. Substrat steroidogenesis adalah kolesterol
(Siregar, 2011). Di dalam lapisan sel granulosa dan sel teka interna, Low
Density Lipoprotein ( LDL ), High Density Lipoprotein ( HDL ) dan idrolisis
cadangan ester kolesterol (oleh enzim kolesterol esterase), merupakan sumber
utama kolesterol untuk memproduksi hormon steroid oleh korpus luteal (Siregar,
2011).
Sintesis semua hormon steroid sangat membutuhkan transport
kolesterol bebas ke mitokondria. Kolesterol memasuki membran mitokondria
luar kemudian ke dalam, dimana kompleks enzim pembelahan rantaitepi
kolesterol untuk membentuk Pregnenolon. Pregnenolon kemudian ditransport
menuju retikulum endoplasma polos, yang berdekatan dengan mitokondria, dan
akan dikonversi pregnolon menjadi progesteron. Progesteron kemudian berdifusi

31

dari sel ke dalam sirkulasi fase luteal (Siregar, 2011). Pasca menopause
progesteron bersama- sama dengan estrogen memegang peranan penting di
dalam regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi
progesteron atau 17a-hidroksi pregnenolone dan perubahan ini tergantung dtari
fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus luteumdalam jumlah yang
besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk testoteron dan estrogen,
pada saat terjadi metabolisme 17-hidroksiprogesteron menjadi
dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan
bantuan enzim 17hidroksilase pregnenolon. Pada awal menstruasi dan fase
folikular kadar progesterone sekitar 1 ng/mL. Pada saat sekresi LH, konsentrasi
progesteron dapat bertahan selama 4 -5 hari di dalam plasma dan mencapai
puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL selama fase luteal.
F. Hubungan Rasio Konsenterasi Estrogen dan Progesteron terhadap
Pembentukan Folikel.
Pemeriksaan hormon reproduksi sangat diperlukan dalam menilai
kelainan semenjak lahir. Dalam melakukan interpretasi pemeriksaan hormonal,
tidak saja melihat nilai-nilai standarnya, tetapi melihat perbandingan atau rasio
antara hormon yang satu dengan yang lain juga sangat diperlukan. Pada
penelitian ini dilakukan perhitungan rasio antara konsenterasi estrogen dan
progesterone dalam mempengaruhi folikel.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara rasio estrogen dan progesterone terhadap folikel ditolak ( Nilai
P >0.05). Hal Ini dapat terjadi karena pemeriksaan hormone progesterone tidak
terlalu mempengaruhi pembentukan folikel, yang dapat di lihat dari konsenterasi
yang rendah pada fase folikuler yaitu sekitar 1 ng/mL. Berbeda dengan hormone
estrogen dan FSH yang sangat mempengarhui pembentukan folikel pada fase
folikuler. Pada saat sekresi LH, konsentrasi progesteron dapat bertahan selama
4-5 hari di dalam plasma dan mencapai puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL
selama fase luteal. Pengukuran progesterone di dalam plasma dapat digunakan
untuk memonitor keadaan ovulasi. Jika konsentrasi progesteron lebih dari 4-5

32

ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi. Progesteron berperan di dalam organ


reproduksi termasuk kelenjar mamae dan endometrium serta peningkatkan suhu
tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain adalah uterus, dimana
progesteron membantu implantasi ovum. Selama kehamilan progesteron
mempertahankan plasenta, mempertebal dinding uterus dan mempersiapkan
mamae untuk proses laktasi. Pada umumnya pemeriksaan kadar progesteron
dilakukan untuk pemeriksaan fungsi plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium
pada fase luteal,dan monitoring proses ovulasi.

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada pembentukan folikel, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan antara lama infertil pasien terhadap konsentrasi
estrogen, progesteron dan jumlah folikel de graaf.
2. Terdapat hubungan jenis stimulan yang digunakan terhadap konsentrasi
estrogen, progesteron dan jumlah folikel de graaf.
3. Tidak terdapat hubungan antara jenis infertilitas dengan konsentrasi
estrogen, progesteron dan jumlah folikel.
4. Terdapat hubungan antara hormon estrogen dengan jumlah folikel de
graaf.
5. Terdapat hubungan antara hormon progesteron dengan jumlah folikel de
graaf.

33

6. Tidak terdapat hubungan antara rasio konsentrasi estrogen dan


progesteron dengan jumlah folikel de graaf.
B. Saran
Diharapakan kepada peneliti selanjutnya dapat lebih spesifik membahas
jenis stimulan dan jenis infertilitas dalam mempengaruhi jumlah folikel de graaf
dari masing masing jenis.

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Z.S. 2011. Hubungan Umur Terhadap FSH Basal Dan Jumlah Folikel
Antral Ovarium Dalam Penilaian Cadangan Ovarium Pada Pasien
Infertil. jumlah folikel antral ovarium, Vol.1, Hal. 47
Andriani, J. 2011. Pengalaman Istri dengan Infertilitas Primer di Kelurahan
Terjun Pasar II Marelan Kecamatan Medan Marelan. Pengalaman
Infertilitas, Vol.1, Hal.2
Bulletin, WHO. 2010. Mother or nothing the agony of infertility. sexual and
reproductive health, Vol. 88, Hal. 2
Candra, A. 2011. 'Anatomi dan Fisiologi', Banda Aceh
Check, J. 2002. Progesterone Terapy versus Folicle mating drugs possibble
apposite effects on embryo implantation, Clin Exp Obstet Gynecol
Endocr, USA
Djuwantono, Dany H., Wirayawan, P., 2011. 7 Hari Memahami Infertilitas.
Refika Aditama, Bandung
Eddy, P. 2010. Perbandingan Pemakaian Klomifen sitrat dengan Gonadotropin.
Stimulation Hormone, Vol.1, Hal. 47

34

Edward .2010. Penuaan Ogan Reproduksi. Reproduction of Women, Vol.1, Hal.


43
Ergun, B. 2013. Impact of the mandatory age-based single-embryo transfer
legislation in Turkey on outcome of in vitro fertilization:a multicentre
study - Fertilization in Vitro, Vol.19, Hal. 73
Erwinanto.2003. Pembentukan Folikel dan Kadar Estrogen Pada Wanita Inferti.
Kadar Estrogen. Vol. 88, Hal. 53.
Hendy, H. 2008. Penggunaan Klomifen Sitrat, Aromatase Inhibitor dan
Gonadotropin sebagai induksi ovulas. Kesehatan, Vol.56, Hal.9
Kennedy, T. 2009. Physycology of Implatation In Vitro Fertilization. Infertil
Report, Vol. 3, Hal.64
Ludwig, M. HC. 2005. Stimulation Protocols in: Optimisation of ovarian
stimulation protocols for assisted reproduction, 439th edn
CMPMedica Pacific Limited, Hongkong
McGee dan Husch. 2000. Cyclic Recrutment of Ovarian Folicle, 4th edn EGC,
Jakarta
Nurfita, E. 2008. Mekanisme Koping Pasangan Infertilitas di Kecamatan Singkil
Aceh. Pasangan Infertil di Indonesia, Vol.1, Hal. 2
Putra, A. 2006. Sintesis, fungsi dan Interprestasi Hormon Reproduksi. Penelitian
dan pengembangan kesehatan masyarakat, Vol.1, Hal. 63
Rusda, M. dan Halim, B. 2014. Korelasi Antara Aliran Darah Corpus Luteum
Dan Konsentrasi Serum Progesteron Pada Wanita Infertil.
progesterone , Vol.1, Hal. 6
Saragih, C.F. 2014. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Di RS Jejaring
Departemen Obgin FK USU Periode Januari 2012-Desember 2013.
primer infertility, Vol.1, Hal. 5
Schust, H.D. 2006. At a Glance Sistem Reproduction,Vol. 2, Hal. 272
Simanjuntak, M. 2003. Biofarmasi. Pharmacology, Vol.1, Hal. 8
Siregar, B.R.V.2011Korelasi Antara Aliran Darah Corpus Luteum Dengan
Konsentrasi Serum Progesteron Pada Wanita Infertil. Progesterone.
Hal. 3,37.

35

Soegiharto, S.2010. Bayi Tabung di Masa Kini dan Masa Mendatang. Bayi
Tabung, Vol 54, Hal.18
Speroff, Marf A Fitz, dan Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility Lippincott Williams & Wilkins

Lampiran_1

36

Lampiran_2
HASIL PENGOLAHAN DATA STATISTIK
1. Multivariat

37

38

2. Univariat

39

40

3. Regressi Linear

41

4. Crosstabs

42

43

44

DATA PASIEN PROGRAM IVF


KLINIK MORULA MENTENG
JAKARTA PUSAT
No

USIA

METODE

INFERTILITA

KADAR SECARA

SETELAH

STIMULASI
E2
P4

STIM
NAMA

1739
1410
2402
2181
2089
2138
931
1494
1348
1925
1901
1966
1468
3171
2926
1895
1243
E2

Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Elonva
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Pinfeti
NAMA

ISTRI

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
No

37
39
33
32
34
28
40
36
36
38
31
40
32
39
39
37
44
Usia

STIMULAS

P/S

LAMA

BASAL
FSH LH
E2

I
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
other
Metode

P
S
P
P
P
P
P
P
P
S
P
P
P
P
P
P
S
Jenis

5
5
10
3
1
4
8
4
5
12
13
7
5
10
4
8
13
Lama

6.09
6.6
9.78
7.09
6.35
3.67
8.57
8.96
11
6.21
6.12
4.4
5.16
1.76
7.47
5.53
5.94
FSH

stimulasi

Inferti

Infertil

4.91
4.99
2.38
2.84
7.34
5.5
5.71
3.35
6.98
2.48
8.02
2.39
5.09
2.04
4.03
4.19
4.71
LH

46
52
44
35
54
46
35
42
22
38
46
42
26
365
<20
42
92
E2

0.59
1.23
1.06
0.99
1.71
0.46
0.44
0.6
0.6
1
0.67
0.62
0.85
0.61
0.73
0.49
0.38
P4

45

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
No

32
33
33
41
27
38
32
37
44
34
42
35
33
40
27
40
32
32
34
35
34
35
34
37
34
Usia

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
other
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
Metode

P
P
P
P
P
P
P
P
S
P
P
P
p
P
P
S
P
P
P
P
P
S
P
P
P
Jenis

5
8
5
13
1.5
1
3
10
8
4
9
4
3
14
3
7
6
5
2
6
7
10
5
11
4
Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

43
44
45
46
47
48

38
33
33
35
38
42

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
other

l
S
P
P
S
P
P

49
50
51
52
53

37
39
31
28
40

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist

P
P
P
P
P

6.54
4.06
6.87
6.98
10.8
11
9.11
8.09
19.8
5
9.39
7.11
3.07
4.02
7.32
11.8
5.04
6.12
7.13
9.12
9.63
7.11
5.36
3.48
6.33
FSH

5.18
0.72
4.63
3.52
2.82
4.51
4.01
7.53
4.25
1.29
4.03
4.74
2.87
4.15
2.98
14.7
6.05
5.37
7.19
8.57
5.18
8.02
4.3
9.03
3.39
LH

34
47
25
29
28
31
40
18
44
0.45
43
18
54
36
55
50
32
77
59
41
59
82
34
55
47
E2

2964
1606
2033
736
1372
1562
1878
2739
274
734
1823
2011
2409
2037
859
3440
2670
1705
1171
3258
1736
4243
2582
2888
3428
E2

0.29
1.33
0.89
0.49
0.42
0.8
0.97
0.85
18
0.42
18
0.62
0.66
1.13
0.79
0.95
1.36
0.41
0.8
0.56
0.38
1.4
1.22
1.11
0.74
P4

Elonva
Gonal
Purego
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Dipthe
Gonal
Elonva
Gonal
Gonal
Gonal
Elonva
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
NAMA

15
3
5
7
7
10

5.39
4.56
4.23
4.25
8.13
12.8

2.87
1.9
2.19
4.2
2.71
5.24

63
23
54
33
46
18

1796
1356
694
915
1570
383

0.99

Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Genocl

9
7
5
2
3

8
5.64
3.58
7.22
13.7

4.63
1.98
1.54
4.64
6.61

36
30
69
39
24

1479
1200
1399
3167
254

0.97
1.11
0.58
1.11

0.67
0.23
0.89
0.23

26

m
Purego
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal

54
55
56
57
58

36
38
42
39
27

antagonist
antagonist
antagonist
other
antagonist

S
P
P
S
P

1
2
13
9
3

6.95
6.15
11.6
13.2
7.1

6.94
3.8
9.43
6.22
3.02

59
60
61
62
63
64
65
66
67

25
39
38
41
29
33
41
35
36

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
other

P
P
P
P
P
P
P
P
P

3
9
2
9
2.5
8
10
0.25
10

5.03
4.2
6.92
4.28
5.22
6.16
5.82
6.08
9.45

5.13
6.56
5.03
3.78
3.49
3.65
3.49
3.98
2.95

No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

stimulasi

Inferti

Infertil
0.2

8.17

68
18
30
22.9
2
50
34
73
32
48
46
49
29

2625
1847
2070
781

0.7
0.39
0.32
0.2

Gonal
Elonva
Gonal
Genocl
m
Gonal

1250
1662
2565
1285
3003
2760
2397
598
4056
500

0.59
0.06
0.39
0.88
0.97
0.83
0.18
0.5
0.79

Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Purego
Genocl

E2

E2

P4

m
NAMA

4.02

39

363

0.22

Genocl

68

48

other

l
S

69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

41
35
33
36
38
37
32
38
40
25
42

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
other

P
P
P
P
P
P
P
P
S
P
P

18
6
9
8
4
5
3
5
16
1
8

5.68
6.47
8.9
6.15
5.35
7.5
8.23
7.65
5.51
5.84
19.5

2.32
2.02
4.27
3.7
2.85
3.37
8.34
3.66
5
4.96
5.07

46
22
39
48
43
30
27
32
20
25
26

1079
2953
1093
3096
2396
4.144
2929
1772
1612
1068
387

0.91
0.92
0.48
1.19
1.27
0.13
0.76
1
0.88
2.04
0.18

m
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Genocl

80
81
82

32
33
39

antagonist
antagonist
antagonist

P
P
P

16
13
0.4

5.7
5.48
7.2

3.76
8.41
3.93

54
55
36

3140
1950
3496

1.52
0.25
0.77

m
Gonal
Gonal
Gonal

27

83
84

30
31

antagonist
antagonist

P
P

4
8

7.48
5.79

4.81
3.41

32
24.5

753
958

1.39
0.3

Gonal
Bravell

3.351
1473
1083
2184
5396
2006
536

0.85
0.57
435
1.15
0.95
0.91
6.19

Gonal
Dipthe
Gonal
Elonva
Gonal
Gonal
Genocl

6
85
86
87
88
89
90
91
92
No

93

30
47
35
30
38
44
42
31
Usia

28

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist

P
P
S
S
P
S
P

13
4
6
4
8
25
12

antagonist
Metode

P
Jenis

7
Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

other

l
P

5.44
7.7
6.13
7.88
5.76
16.5
5.77

5.26
2.11
2.73
2.77
10.5
5.84
6.26

62
37
38
26
35
162

3.75
FSH

3.4
LH

45
E2

2422
E2

0.76
P4

m
Gonal
NAMA

8.8

3.69

99

757

0.32

Genocl

94
95
96
97
98
99
10

30
32
34
26
30
34
41

antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist
antagonist

P
P
P
P
S
S
S

2
4
9
1.5
5
10
4

6.36
5.38
7.54
7.19
11.1
8.2
6.39

3.5
1.89
4.25
5.36
8.36
4.67
2.98

36
46
48
38.4
25
34
18

2601
2027
1622
1340
2571
3417
3972

0.81
1.02
1.01
0.55
0.73
0.55
1.65

m
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Gonal
Elonva
Elonva

0
10

28

antagonist

5.19

2.13

23

2714

0.94

Gonal

1
10

29

antagonist

4.52

3.01

31

3236

2.26

Gonal

2
10

37

antagonist

4580

1.05

Gonal

3
10

37

antagonist

9.84

6.23

18

1543

0.82

Gonal

4
10

36

antagonist

1.5

6.07

6.63

38

1054

3.83

Gonal

28

5
10

36

antagonist

6.71

4.91

43

2649

0.89

Gonal

6
10

35

antagonist

6.79

3.87

18

1458

1.02

Purego

7
10

39

antagonist

7.13

3.28

40

1765

1.33

Gonal

8
10

35

antagonist

6.35

2.51

23

2017

18

Gonal

9
11

39

antagonist

10

6.34

4.07

23

3146

1.03

Gonal

0
11

35

antagonist

15.2

10.6

25

1293

0.49

Menopu

1
11

30

antagonist

5.36

3.16

32

1234

0.88

Gonal

2
11

34

antagonist

5.45

3.62

53

3979

1.37

Gonal

3
11

35

antagonist

12

6.79

1.9

31.8

1217

0.6

Purego

4
11

43

antagonist

14

811

0.4

Gonal

5
11

35

antagonist

790

1.1

Gonal

6
11

40

other

10.4

2.3

18

528

0.5

Genocl

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

m
NAMA

stimulasi

Inferti

Infertil

antagonist

l
P

7.81

2.56

18

1851

0.87

11

39

29

Gonal

11

41

antagonist

16

9
12

40

antagonist

0
12

34

antagonist

1
12

25

antagonist

2
12

37

antagonist

3
12

30

4
12

10

4.6

18

479

0.29

Gonal

1897

0.64

Gonal

7.35

2.68

26

970

0.46

Gonal

4.47

16.5

78

19147

2.56

Elonva

10

6.18

2.61

8.59

antagonist

5.04

2.08

25

27

antagonist

0.47

0.05

5
12

41

antagonist

13

5.9

48

6
12

28

antagonist

4.92

22.9

7
12
8
12

Purego
670

1.2

Purego

4798

1.16

Menopu

534

0.4

Gonal
Gonal

5
33
40

antagonist
antagonist

P
S

9
1

9
13

24

antagonist

1.5

0
13

31

antagonist

1
13

34

antagonist

2
13

28

antagonist

1370
8.83

6.77

4.66

4.47

5.6

2.71

18

38

30

0.82

Pergove

0.6

s
Pergove

4452

0.81

s
Pergove

2957

0.47

s
Gonal

1702

0.73

Elonva

2510

0.83

Gonal

2689

30

13

38

antagonist

9.35

2.32

4
13

29

antagonist

4.43

2.77

5
13

44

antagonist

17

6
13

46

antagonist

8.48

23

4257

0.82

1364

0.57

Pergove

2076

0.74

s
Gonal

46

antagonist

17

4.65

7.68

38

12

1
14

30

antagonist

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

antagonist

l
P

13

14

39

s
Purego

s
Gonal

8
13

antagonist

Pergove

Pergove

3.69

43

1.24

0.72

9.5

0
14

2371

3640

16

5.64

Gonal

Gonal

0.91

0.21

antagonist

848

1228

38

antagonist

Gonal

49.3
2
23

27

0.4

5.89

7
13

9
14

954

3.68

18

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

5.45

3.48

25

1551

0.84

Pergove

3
14

35

antagonist

8.24

4.69

31

1293

0.33

s
Gonal

4
14

44

antagonist

15.7

6.42

37

835

0.3

Pergove

5
14

33

antagonist

6.11

9.97

31

6
14

33

antagonist

4.71

5.6

25

s
Gonal
3612

0.88

31

Gonal

7
14

32

antagonist

8
14

32

antagonist

4.86

2.69

18

9
15

31

antagonist

6.27

3.33

26.9

0
15

35

antagonist

1
15

31

antagonist

2.63

2.52

2
15

35

antagonist

10

6.61

3
15

36

antagonist

4
15

32

antagonist

5
15

36

antagonist

6
15

37

7
15

2125

0.49

Elonva

2387

0.91

Gonal

Bravell

3
1235

0.29

54

1523

18

5.9

18

3901

0.83

Gonal

6.93

4.53

36

1144

0.45

Gonal

6.13

7.64

18

2510

0.47

Elonva

8.51

3.69

36

1711

0.34

Gonal

antagonist

6.28

4.34

41

5267

0.71

Gonal

29

antagonist

6.36

7.26

18

1322

0.97

Purego

8
15

33

antagonist

5.4

4.62

60

4318

0.98

Pergove

9
16

40

antagonist

1717

0.68

s
Pergove

0.29

s
Gonal

0
16

34

antagonist

1
16

40

antagonist

1152
8.12

4.64

13.7

Pergove

s
Elonva

Gonal

32

2
16

7
39

antagonist

16

1233

0.47

Pergove

3
16

43

antagonist

8.31

1.56

18

1678

0.91

s
Pergove

4
16

36

antagonist

12

8.13

3.73

18

2508

1.68

s
Gonal

5
16

37

other

6
16

45

other

13.6

3.48

36

555

0.21

Dipthe

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

stimulasi

Inferti

Infertil
9.71

5.12

0.63

1952

0.33

Gonal

Dipthe

l
16

34

antagonist

8
16

28

antagonist

7.76

5.88

38

3307

0.96

Elonva

9
17

28

antagonist

9.4

2.3

73

6910

1.23

Gonal

0
17

47

other

1285

0.25

Pinfeti

1
17

28

antagonist

5226

1.11

Pergove

40

2
17

34

antagonist

10

8.2

4.67

34

3417

0.55

s
Elonva

3
17

29

antagonist

11.4

4.54

18

1200

0.73

Gonal

4
17

27

antagonist

8.9

4.37

18

2230

0.57

Gonal

33

17

33

antagonist

5.07

6.31

32

4680

1.06

Purego

6
17

41

antagonist

12

7.55

10.6

27

3020

0.65

Gonal

7
17

33

antagonist

7.75

4.69

30

5079

1.34

Gonal

8
17

31

antagonist

11.4

5.15

1264

0.84

Gonal

9
18

34

antagonist

9.58

5.82

40

914

1.12

Gonal

0
18

33

antagonist

5.19

2.68

18

1262

0.5

Elonva

1
18

41

antagonist

8.45

7.83

31

3621

0.82

Gonal

2
18

32

antagonist

6.69

2.93

22

4964

1.82

Gonal

3
18

33

antagonist

6.89

4.35

18

1751

1.25

Gonal

4
18

31

antagonist

8.82

2.8

30

1786

Gonal

5
18

35

antagonist

9.36

7.03

41

2389

1.11

Gonal

6
18

29

antagonist

7.15

4.74

18

5109

2.02

Gonal

7
18

30

antagonist

9.44

4.69

25

1273

0.78

Gonal

8
18

27

antagonist

2.99

74

1873

1.14

Gonal

9
19

35

antagonist

4.32

2.01

54

1449

1.02

Pergove

34

19

41

antagonist

14

10.9

3.52

18

1209

0.36

Pergove

1
19

37

antagonist

11.7

4.22

25

914

0.6

s
Gonal

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

stimulasi

Inferti

Infertil
7.23

5.6

39

2862

1.17

Gonal

796

0.41

Gonal

3.64

2.82

Pergove

19

33

antagonist

l
S

10

3
19

43

antagonist

13

4
19

33

antagonist

5.78

6.4

45

5
19

32

antagonist

6.33

2.32

6.89

1657

0.97

s
Gonal

6
19

28

antagonist

7.91

4.39

37

2836

1.38

Pergove

7
19

28

antagonist

5.85

5.39

30

3706

0.86

s
Gonal

8
19

37

other

11

17.7

5.27

225

0.29

Dipthe

9
20

44

antagonist

2400

0.88

Pergove

2020

0.95

s
Gonal

1875

0.89

Gonal

1929

1.26

Gonal

2922

0.44

Gonal

0
20

30

antagonist

7.9

2.53

1
20

31

antagonist

11

6.22

2
20

33

antagonist

3
20

28

antagonist

6.95

5.28

25

38

35

4
20

38

other

13

5
20

27

antagonist

9.3

6
20

43

antagonist

13

6.35

7
20

34

other

11

8
20

40

antagonist

9
21

37

antagonist

0
21

24

1
21

3.342

1.64

Pensipr

25

2956

0.6

Pergove

5.54

38

3267

1.1

s
Gonal

3.55

3.32

84

529

0.9

Dipthe

12

7.49

4.2

64

2832

0.5

Gonal

14

7.33

3.27

29

2398

0.4

Gonal

antagonist

8.44

4.66

63

773

0.71

Gonal

44

antagonist

17

2371

1.24

Pergove

2
21

31

antagonist

5.95

2.11

43

767

0.35

s
Gonal

3
21

34

antagonist

8.36

5.29

36

4
21

31

antagonist

6.3

9.11

46

2143

0.65

s
Gonal

5
21

27

antagonist

7.85

4.42

34

2066

0.62

Elonva

6
21

37

antagonist

10

6.15

2.25

33

1544

0.81

Gonal

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil

Pergove

36

NAMA

21

38

antagonist

7.84

3.84

46

1733

1.19

Gonal

8
21

37

antagonist

0.75

5.9

2.7

48

2613

1.3

Gonal

9
22

31

antagonist

5.87

6.98

0.39

3577

1.31

Gonal

0
22

37

antagonist

6.7

2.93

56

4528

1.74

Gonal

1
22

35

antagonist

6.7

2.93

56

480

0.23

Gonal

2
22

35

antagonist

6.41

6.67

51

3241

0.34

Gonal

3
22

33

antagonist

6.86

3.71

40

4
22

33

antagonist

6.07

1.62

49

1935

0.89

Gonal

5
22

34

antagonist

2.71

2.48

22

1880

0.76

Gonal

6
22

36

antagonist

8.11

3.46

75

2595

0.81

Gonal

7
22

36

antagonist

5.89

5.35

52

4395

0.85

Gonal

8
22

31

antagonist

8.37

3.25

50

0.89

912

Gonal

9
23

38

antagonist

25

7.87

31

636

0.37

Gonal

0
23

28

long

26

1746

1.08

Gonal

1
23

36

protocol
antagonist

52

3184

0.74

Gonal

6.94

4.89

Gonal

37

23

32

antagonist

3
23

37

antagonist

6.08

3.47

37

2123

0.66

Gonal

8156

1.04

Pergove

4
23

37

antagonist

6.75

4.39

49

1256

0.48

s
Gonal

5
23

33

antagonist

24.6

8.56

37.7

761

0.85

Gonal

3.37

4
30

503

0.2

Dipthe

3.47

41

1028

0.46

Pergove

1970

0.5

s
Elonva

977

0.97

Pergove

6
23

42

other

5
14.8

7
23

40

antagonist

9.3

8
23

37

antagonist

9
24

37

antagonist

9.89

2.1

52

0
24

29

antagonist

5.55

3.03

39

3808

1.17

s
Gonal

1
24

33

antagonist

8.57

4.3

18

1615

0.72

Gonal

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil
5.99

5.31

28

1695

0.85

Pergove

3112

0.93

s
Gonal

24

45

antagonist

l
S

3
24

34

antagonist

10.2

5.2

76

4
24

34

antagonist

7.19

3.76

39

5
24

36

other

9.3

3.64

69

NAMA

Pergove
650

0.39

38

s
Genocl

6
24

37

other

15

7
24

42

antagonist

8
24

37

antagonist

6.21
7.22

3.47
2.4

40

658

0.3

m
Genocl

m
Pergove

28
2187

0.99

s
Pergove

9
25

29

antagonist

7.02

7.45

32

5938

0.81

s
Gonal

0
25

38

antagonist

10

6.15

3.62

34

2183

0.77

Gonal

1
25

38

antagonist

6484

0.96

Menopu

2
25

41

antagonist

18

1808

0.7

Gonal

3
25

29

antagonist

2114

0.73

Gonal

4
25

35

antagonist

5.16

2.89

4573

1.33

Gonal

5
25

30

antagonist

8.53

2.96

45

987

0.94

Purego

6
25

41

antagonist

13

8.78

4.33

46

2072

0.4

Pergove

8.14

1.58

39

7
25

35

antagonist

5.22

2.26

55

899

1.64

s
Pergove

8
25

34

antagonist

9.45

4.08

34

990

0.39

s
Pergove

9
26

29

antagonist

8.1

9.4

20.8

s
Gonal

0
26

42

antagonist

10

7.11

4.71

66

Pergove

39

1
26

35

antagonist

14

2
26

41

antagonist

5.65

2.61

24.2

3
26

34

antagonist

8.13

18.3

18

4
26

39

antagonist

5
26

46

other

13

6
26

37

antagonist

13

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

1348

15.9

9.97

53

0.38

s
Menopu

Pergove
2871

0.34

s
Gonal

1398

1.76

Pergove

1540

0.18

s
Dipthe

2080

0.45

Pergove

FSH

LH

E2

E2

P4

s
NAMA

5.72

3.35

56

1430

1.2

Elonva

26

26

antagonist

l
P

8
26

35

antagonist

10

12.3

2.92

21

850

Gonal

9
27

29

antagonist

0.6

5.91

3.41

45

4059

0.65

Gonal

0
27

26

antagonist

4.51

4.51

42

1355

0.47

Gonal

1
27

27

antagonist

6.97

5.87

18

2
27

34

other

14

13.3

5.04

18

3
27

38

antagonist

5.57

7.31

186

Gonal
1185
697

0.26

Genocl

0.36

m
Pergove
s

40

27

34

antagonist

8.82

4.24

46

2528

0.66

Gonal

5
27

33

antagonist

6.74

3.79

29

4148

0.6

Gonal

6
27

40

antagonist

10.3

4.31

2550

0.69

Purego

7
27

41

antagonist

17

1788

0.49

Purego

8
27

28

antagonist

6.12

5.06

31

3.024

0.9

Gonal

9
28

42

other

15

30.2

10.6

33

2531

1.21

Gonal

0
28

32

antagonist

12.9

7.31

40

2414

1.82

Elonva

1
28

36

antagonist

12

156.

3423

1.42

Elonva

1114

0.77

Elonva

1.36

Elonva

2
28

5
31

antagonist

3
28

36

antagonist

4
28

37

antagonist

5
28

34

antagonist

6
28

35

7
28
8
28

9
6.53

5.06

18

4444

16

10.9

7.22

26

2797

11.1

3.59

40

929

antagonist

5.91

3.71

34.6

19

antagonist

6.42

4.55

24

2277

0.54

Gonal

39

antagonist

7.3

4.3

36

3693

1.42

Elonva

Elonva
0.79

Gonal
Gonal

41

29

37

antagonist

12

0
29

40

antagonist

1
29

35

antagonist

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil
12
6

29

35

antagonist

l
P

3
29

38

antagonist

8.83

4.47

18

0.94

Elonva

4053

0.73

Elonva

1320

0.87

Gonal

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

10.1

4.98

32

3187

0.82

Elonva

2435

8.35

Pergove

4
29

35

antagonist

7.83

2.14

24

5
29

34

antagonist

0.5

4.45

2.72

30

6
29

33

antagonist

7
29

37

antagonist

5.98

4.44

8
29

34

antagonist

9.05

9
30

37

antagonist

15

0
30

34

antagonist

1
30

34

antagonist

2
30

29

antagonist

4612

s
Purego
2341

0.47

Elonva

2660

1.54

Purego

58

3158

0.86

Pergove

3.74

46

2019

1.23

s
Gonal

11.4

4.4

34

926

1.29

Gonal

7.52

4.15

70

2010

1.24

Gonal

8.97

5.84

31

4281

0.72

Elonva

7.53

3.37

22

3194

0.68

Purego

42

3
30

27

antagonist

5.65

5.6

44.2

Gonal
1385

0.18

Elonva

1.06

Purego

4
30

30

antagonist

3.55

2.99

2
21

5
30

38

antagonist

13

7.81

6.86

27

1719

6
30

47

other

14.6

1.94

18

603

7
30

33

antagonist

14

6.03

4.25

35

2081

0.69

Gonal

8
30

34

antagonist

5.05

5.04

26

2434

0.6

Gonal

9
31

33

antagonist

6.88

5.02

29

5438

0.8

Purego

0
31

34

antagonist

10

5.54

3.1

36

2918

1.1

Pergove

1
31

32

antagonist

7.05

4.83

46

3417

s
Gonal

2
31

26

antagonist

6.25

2.59

25

1361

0.9

Purego

3
31

40

antagonist

11

2438

0.86

Elonva

4
31

37

antagonist

10

6.59

3.35

18

1939

0.74

Elonva

5
31

32

antagonist

8.81

2.69

20

1392

1.02

Purego

6
31

40

antagonist

10

6.52

3.3

120

1828

1.38

Elonva

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

Dipthe

43

stimulasi

Inferti

Infertil

31

31

antagonist

l
P

1.5

10.7

4.65

39

1093

0.59

Purego

8
31

28

antagonist

5.02

5.09

48

3790

1.05

Elonva

9
32

30

antagonist

10

2529

0.57

Pergove

0
32

30

antagonist

6.02

3.99

49

3501

0.97

s
Elonva

1
32

41

antagonist

13

8.92

4.51

34

2053

0.61

Pergove

1670

0.31

s
Gonal

345

0.89

Pergove

2
32

27

antagonist

3
32

36

antagonist

13

6.68

5.26

39

4
32

39

antagonist

14

6.3

3.3

64

2650

0.6

s
Purego

5
32

37

antagonist

6.51

4.52

52

3102

1.72

Purego

6
32

42

antagonist

2143

0.95

Elonva

7
32

31

antagonist

8.13

5.19

50

2686

0.56

Purego

8
32

37

antagonist

10

13.7

3.91

33

982

0.38

Purego

9
33

37

antagonist

6.86

9.66

41

3895

0.6

Purego

0
33

33

antagonist

10

7.11

3.05

29

1812

Purego

44

33

34

antagonist

10

5.5

3.48

27

2
33

32

antagonist

8.73

5.9

3
33

32

antagonist

5.38

3.34

4
33

33

antagonist

8.62

3.29

5
33

34

antagonist

6
33

32

antagonist

8.92

4.39

53

1664

0.71

Elonva

7
33

39

antagonist

9.27

3.55

24

2000

0.93

Gonal

8
33

36

antagonist

5.96

3.25

22

2382

0.61

Purego

9
34

31

antagonist

6.08

3.4

39

1657

0.64

Gonal

0
34

29

antagonist

7477

1.28

Purego

1
34

38

antagonist

11

2588

0.72

Elonva

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

50

2869

0.66

Pergove

1072

0.39

s
Purego

3224

1.73

Purego

2413

0.49

Elonva

Elonva

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

34

37

antagonist

l
P

8.12

2.8

75

1096

1.74

Purego

3
34

38

antagonist

11.9

4.58

27

1057

0.74

Gonal

4
34

32

antagonist

6.51

6.18

60

4816

1.07

Elonva

45

5
34

37

antagonist

6
34

35

antagonist

7
34

44

antagonist

25

12.7

8.87

7.23

38

1728

1.34

Gonal

0.98

57

1178

1.24

Purego

6.24

27

2625

1.11

Pergove

8
34

32

antagonist

8.83

4.64

28

3709

0.71

s
Elonva

9
35

46

antagonist

17

9.89

6.06

32

1786

0.57

Gonal

0
35

33

antagonist

7.1

5.37

3205

0.88

Purego

1
35

32

antagonist

7.53

6.25

92

1825

0.45

Gonal

2
35

33

antagonist

8.98

7.85

64

2427

0.81

Purego

3
35

32

antagonist

5.01

5.58

46

4649

0.96

Elonva

4
35

40

antagonist

7.38

3.63

41

1470

0.28

Gonal

5
35

28

antagonist

7.13

6.38

28

2880

0.74

Purego

6
35

34

antagonist

7.69

3.78

49

2864

7
35

37

antagonist

9.83

4.03

44

3255

0.72

Purego

8
35

33

antagonist

9.07

6.46

43

2536

0.99

Purego

9
36

39

antagonist

5.23

5.06

25

2282

1.18

Purego

Gonal

46

0
36

39

antagonist

7.45

3.05

41

1
36

39

antagonist

0.5833

7.93

3.19

31

2
36

34

antagonist

4.67

3.47

3
36

37

antagonist

8.44

4.76

4
36

37

antagonist

6.61

2.28

5
36

42

other

20.4

6
36

30

antagonist

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil

32

long

l
P

8
36

36

protocol
antagonist

9
37

25

0
37

Elonva
2014

0.29

Purego

Purego
1741

0.74

Purego

34

3126

0.95

Elonva

9.1

69

957

0.21

Genocl

6
8.54

2.93

47

2184

1.18

m
Purego

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

8.47

6.42

40

1718

0.6

Gonal

8.39

5.7

27

2511

1.26

Purego

antagonist

4.22

27

1433

0.59

Gonal

24

antagonist

7.15

3.26

33

2615

0.69

Gonal

1
37

32

antagonist

8.59

5.03

60

4380

0.92

Purego

2
37

28

antagonist

3.83

4.33

76

2560

0.52

Purego

36

47

37

30

antagonist

5.47

3.1

5229

1.06

Elonva

4
37

43

antagonist

12

8.06

4.96

47

1412

0.35

Pergove

5
37

40

antagonist

8.52

5.09

42

1198

0.7

s
Purego

6
37

32

antagonist

4.71

2.06

24

1411

0.35

Elonva

7
37

39

antagonist

12

5.1

5.02

52

1696

0.8

Purego

8
37

38

antagonist

10.5

0.39

18

2412

1.37

Elonva

9
38

34

other

27

10.5

23

307

0.18

Pensipr

0
38

31

antagonist

4.67

2.03

26

2764

0.61

Gonal

1
38

24

antagonist

0.5

7.74

5.15

16

1311

0.96

Purego

2
38

37

antagonist

15.9

5.76

20

810

0.81

Gonal

1008

0.49

Pensipr

2630

0.96

Pergove

1520

0.87

s
Gonal

3
38

5
37

other

4
38

41

antagonist

11

5
38

41

antagonist

6
38

34

antagonist

6.5

5.09

69

4364

2.26

Gonal

7
38

32

antagonist

2.63

7.36

286

3108

0.86

Elonva

6.76

3.6

18.6

48

38

28

antagonist

5.9

4.87

67

3305

1.42

Gonal

9
39

33

antagonist

10

12.6

2.34

72

1131

0.62

Gonal

0
39

34

antagonist

8.34

2.63

28

5009

1.11

Gonal

1
39

33

antagonist

6.37

5.15

28

823

0.43

Gonal

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil
2

7.13

1.33

47

2277

0.57

Gonal

NAMA

39

24

antagonist

l
P

3
39

29

antagonist

6.23

5.47

34

2008

1.43

Gonal

4
39

29

antagonist

5.49

3.15

25

4229

0.98

Purego

5
39

39

antagonist

2482

1.07

Elonva

6
39

34

antagonist

10.6

4.65

40

723

0.63

Gonal

7
39

38

antagonist

8.12

6.32

55

3376

1.28

Gonal

8
39

34

antagonist

1943

0.48

Purego

9
40

27

antagonist

1.5

5.28

5.87

65

7374

0.85

Gonal

0
40

41

antagonist

15

11.5

3.76

19.6

1266

0.48

Pergove

1
40

33

antagonist

5.05

2.68

0.96

2024

1.1

s
Elonva

49

2
40

38

antagonist

11

9.07

3.06

53

2184

0.79

Elonva

3
40

31

antagonist

7.1

10.4

61

3764

1.6

Gonal

4
40

30

antagonist

6.41

7
2.22

37

5776

1.46

Elonva

5
40

31

antagonist

10.2

2.9

47

2085

0.53

Pergove

6
40

26

antagonist

5.57

3.38

38

1926

0.23

s
Gonal

7
40

32

antagonist

6.54

3.75

39

3355

1.7

Elonva

8
40

24

antagonist

5.28

7.81

42

9
41

28

antagonist

5.62

7.06

82

2469

0.57

Gonal

0
41

38

antagonist

15

6.1

4.13

6.1

2262

1.32

Gonal

1
41

32

antagonist

5976

1.1

Purego

2
41

32

antagonist

1823

0.35

Elonva

3
41

38

antagonist

15

13.2

3.85

29

1978

0.85

Elonva

4
41

31

antagonist

5.01

4.32

55

1683

0.66

Gonal

5
41

38

antagonist

6.22

3.97

40

2830

0.8

Elonva

6
41

34

antagonist

7.53

1.87

34

2464

Elonva

50

Gonal

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

stimulasi

Inferti

Infertil
3

FSH

LH

E2

E2

P4

NAMA

766

1.4

Gonal

41

40

antagonist

l
P

8
41

36

antagonist

20.8

11.6

54

248

0.7

Purego

9
42

41

antagonist

13

8.97

1.46

53

887

1.1

Pergove

0
42

28

antagonist

2359

0.47

s
Elonva

1
42

29

antagonist

1042

0.63

Elonva

2
42

26

antagonist

1909

0.5

Gonal

3
42

27

antagonist

2668

0.9

Gonal

4
42

27

antagonist

4.81

2.55

36

2399

0.9

Elonva

5
42

40

antagonist

6.53

2.95

34

1581

1.71

Purego

6
42

36

antagonist

15

4.96

4.83

44

3165

1.97

Gonal

7
42

27

long

43

2705

0.4

Gonal

8
42

33

protocol
antagonist

5.87

4.47

42

3137

0.7

Gonal

9
43

34

antagonist

6.01

3.88

55

548

2.3

Elonva

7.05

2.99

62

51

43

43

antagonist

14

1
43

35

other

11

3.55

3.32

84

590

2
43

38

antagonist

20

7.36

4.8

48

2998

1.71

Gonal

3
43

34

long

22.3

6.48

45

686

0.35

Pergove

4
43

31

protocol
antagonist

3.5

11.7

5.19

1752

1.38

s
Gonal

5
43

44

antagonist

1.5

6.59

2.71

60

607

0.26

Menopu

6
43

37

antagonist

5.5

2.45

55

2168

0.91

Elonva

7
43

37

antagonist

5.99

3.18

70

2404

1.17

Purego

8
43

33

antagonist

16

8.89

3.89

38

3363

1.19

Gonal

9
44

37

antagonist

4.29

5.35

80

1549

0.55

Elonva

0
44

37

antagonist

11.4

2.54

36

463

0.81

Dipthe

1
44

30

antagonist

6.83

3.75

43

1058

0.92

Gonal

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil
0.5

6.03

2.75

32

5751

1.51

Gonal

765

0.56

Gonal

44

40

antagonist

l
S

3
44

35

antagonist

949

1.48

Pergove

s
Dipthe

52

NAMA

4
44

39

antagonist

9.73

5.75

61.1

1491

0.46

Elonva

5
44

36

antagonist

4.77

4.06

38

2908

1.18

Elonva

6
44

34

antagonist

5.69

0.72

3046

0.72

Purego

7
44

31

antagonist

2201

0.34

Elonva

8
44

37

antagonist

24.3

7.93

43

Gonal

9
45

35

antagonist

5.8

2.02

22.0

Gonal

0
45

44

other

11

11.8

4.83

8
20

3
6.41

1
45

35

antagonist

2
45

37

antagonist

3
45

37

antagonist

10

5.46

4
45

36

antagonist

10

5.19

2.15

432

0.42

Genocl
m
Gonal

16.9
2
73

2137

0.89

Elonva

2.34

36

1369

0.91

Gonal

2.26

40.0
1857

0.65

Purego

Gonal

5
45

37

antagonist

7.38

3.69

3
55

6
45

42

antagonist

7.66

2.93

31

2372

0.53

Gonal

7
45

36

antagonist

8.02

4.99

25

1806

0.99

Gonal

8
45

29

antagonist

5.98

4.54

45

2982

0.98

Gonal

53

9
46

35

antagonist

0
46

36

antagonist

14.2

5.94

1
46

34

antagonist

6.12

8.21

2
46

35

antagonist

3
46

33

antagonist

4
46

35

antagonist

5
46

44

other

6
46

43

7
No

Usia

4665

1.26

Gonal

27

2664

1.37

Gonal

47

8806

3.78

Purego

1772

0.84

Gonal

5490

0.87

Gonal

12

2289

1.34

Purego

10

308

0.49

Dipthe

antagonist

21.6

9.02

30

1640

0.67

Pergove

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil
12

11.9

9.3

45

899

0.95

4.3

3.66

46

46

36

antagonist

l
S

8
46

34

antagonist

8.7

4.98

15.8

9
47

38

antagonist

10.4

2.07

43

0
47

37

antagonist

12

1
47

39

antagonist

0.25

5.43

4.31

30

s
NAMA

Pergove

s
Purego
1343

0.71

Pergove

5436

1.87

s
Pergove

1.85

s
Gonal

2687

54

47

32

antagonist

14

3
47

43

antagonist

4
47

34

antagonist

4.5

5
47

29

long

6
47

40

protocol
antagonist

7
47

36

antagonist

8
47

27

9
48

6.68

2.64

23

2745

1.1

Gonal

1131

0.72

Pergove

758

1.12

s
Gonal

6.99

10.6

28

2823

0.85

Purego

13

9.1

5
3.24

29

904

0.7

Gonal

11

6.11

5.73

69

1870.6

antagonist

8.04

11.4

21

3381

0.9

Purego

43

antagonist

12.3

5.35

23

1310

1.9

Purego

0
48

36

antagonist

1
48

37

antagonist

Gonal

1882
11.4

9.85

36

Gonal

2268

0.86

Pergove

1.07

874

s
Gonal

1986

0.85

Gonal

2
48

30

antagonist

3
48

29

antagonist

4
48

34

antagonist

6.61

4.99

98

2256

0.54

Gonal

5
48

29

antagonist

10.2

4.08

63

962

0.78

Gonal

6
48

28

antagonist

6.04

7.54

2.1

43

28.5

Gonal

55

48

36

antagonist

10.1

5.55

30

1754

1.16

Gonal

8
48

39

antagonist

16

6.83

2.7

41

2089

1.46

Purego

9
49

31

antagonist

12.4

12.7

38

1894

0.93

Purego

0
49

37

long

6.65

3.1

21

654

0.49

Gonal

1
49

42

protocol
antagonist

7.62

5.26

627

1.21

Gonal

2
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil
10

6.6

3.22

50

NAMA

49

34

antagonist

l
P

3
49

33

antagonist

6.55

4.81

57

4449

1.08

Elonva

4
49

34

antagonist

8.3

10.3

36.6

2010

1.55

Gonal

1
23

391

0.24

Dipthe

Purego

5
49

33

other

17.7

5
8.64

6
49

36

antagonist

4.38

5.88

35.3

6437

1.11

Gonal

1.95

4
51

1090

1.28

Gonal

61.6

2659

1.35

Gonal

2370

0.65

Elonva

7
49

31

antagonist

8
49

34

long

11

9
50

37

protocol
antagonist

7.57

3.17

22

0
50

44

antagonist

9.81

4.48

39

6.17

Purego

56

1
50

46

antagonist

11

2
50

45

other

10

3
50

33

antagonist

5.32

4
50

29

antagonist

5
50

40

other

6
50

38

antagonist

7
50

43

other

8
50

34

antagonist

9
51

32

antagonist

0
51

31

antagonist

1
51

36

2
51

36

3
51

43

4
51

35

5
51

31

15.2

56

1466

0.82

104

479

<0,21

Dipthe

2.94

66

3067

0.78

Gonal

5.21

3.18

25

2373

0.87

Gonal

17.9

3.02

32

Fertilph

6.31

31

3484

0.74

n
Gonal

4.24

40

170

0.6

6.05

3.26

27

2535

1.46

Gonal

5.9

3.25

<20

627

1.05

Gonal

5.15

3.18

10.1

7.35

37

1495

1.39

Gonal

7.94

3.44

22

2341

1.8

Gonal

antagonist

10.6

4.24

73

969

0.78

Purego

antagonist

16

5.71

4.52

24

2462

1.45

Purego

5.83

3.28

25

3570

0.78

Gonal

4.9

4.9

<20

2892

1.25

Purego

S
antagonist

57

6
51

32

antagonist

10.3

10.2

21

1820

1.06

7
No

Usia

Metode

Jenis

Lama

FSH

LH

E2

E2

P4

stimulasi

Inferti

Infertil

Gonal

NAMA

51

42

antagonist

l
P

8.62

2.77

33

8
51

31

long

4.24

4.82

34

1200

0.64

Gonal

9
52

36

protocol
antagonist

10.2

6.83

20

1209

1.1

Gonal

0
52

36

antagonist

4.64

3.57

39

1
52

43

long

2
52

36

protocol
long

6.47

5.19

3
52

27

protocol
antagonist

8.42

4
52

37

other

5
52

32

antagonist

6
52

40

antagonist

7
52

39

antagonist

8
52

32

antagonist

Gonal

Purego
2766

1.13

superfa

534

4328

1.94

Gonal

2.52

37

0.9

1373

Elonva

2.54

11.4

36

469

0.7

Dipthe

7.1

4.63

41

2019

0.85

Gonal

10

6.85

2.3

45

883

0.78

Purego

6.07

3.38

67

11.1

3.51

61

purego
0.99

925

58

Purego

53

29

antagonist

6.56

2.04

20

1374

1.17

Gonal

0
53

36

antagonist

5.7

3.54

27

1615

1.14

Gonal

1
53

33

antagonist

6.17

2.12

35

1136

0.87

Gonal

2
53

32

antagonist

5.54

1.89

48

915

0.84

Gonal

3
53

38

antagonist

9.55

4.63

596

1715

1.1

Menopu

4
53

29

antagonist

4.86

1.37

55

2551

1.05

Pergove

5
53

37

antagonist

3.4

2.51

51.2

1853

0.84

s
Gonal

6
53

41

antagonist

13

4.49

2.62

228

165

2.42

Gonal

7
53

39

antagonist

13

5.67

3.56

41

2910

1.38

Gonal

8
53

30

antagonist

4.99

5.61

732

4350

1.47

Gonal

9
54

28

antagonist

2.71

4.62

89

2329

1.44

Gonal

0
54

41

antagonist

11.4

5.45

55

1010

0.96

Purego

1
54

36

antagonist

6.07

2.37

40

1755

1.48

Gonal

59

Anda mungkin juga menyukai