Anda di halaman 1dari 24

Gambar 1. Spesies A. Borreria alata (Aubl.) DC.

Gambar 2. Spesies B. Family Balsaminaceae

Gambar 3. Spesies C. Centella asiatica L. Urban)

Gambar 4. Spesies D : Centotheca lappacea (Linnaeus) Desvaux

HASIL pengamatan factor iklim


Tabel .1. Pengamatan Faktor Iklim Selama 8 Minggu
Minggu
ke-

Suhu Tanah (oC)

Suhu Udara (oC)

Kelembaban (%)

Curah
Hujan

1.

31

26

31

25

68

71

31

5.8

2.

32

27

31.5

27

70

73

15

3.

32

29

32

28

73

80

9.8

3.4

4.

31

26

30.5

27

70

80

29

2.3

5.

32

27

31

25

70

77

13

Evaporasi

6.

28

26

28

25

69

78

55

3.7

7.

29

28

28

28

71

80

57

8.

26

26

29

25

71

77

60

3.9

Rata-rata

30.13

26.88

30.125

26.25

70.25

77

29.98

3.68

Tabel 2. Pengamatan Rata-Rata Tinggi Tanaman


Minggu

Lapangan (cm)

Naungan (cm)

18,76

16

20,83

20,7

22,06

26,4

23,85

30,9

31,83

33,3

33,67

37,3

34,70

39,6

38,76
16,91

42,7

30,86

Gambar 1. Grafik perbandingan tinggi tanaman di lapangan dan naungan

Perbandingan Tinggi Tanaman


45
40
35
30

Lapangan

25

Naungan

20
15
10
5
0

HASIL Pengamatan Persaingan


H0 = Tidak ada pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung.
Tabel 1. Persaingan Tinggi Tanaman Jagung

Minggu
Ke

1
2
3
4
total
rata-rata

Perlakuan terhadap tinggi tanaman


1
9,2
24,15
34,48
39,02
106,85
26,712

2
7
22,43
30,59
31,85
91,87
22,967

4
4,8
16,78
25,98
32,53
80,09
20,022

6
3,09
13,28
20,32
28,37
65,06
16,265

total
24,09
76,64
111,37
131,77
343,87

Gambar 1. Grafik persaingan tinggi tanaman jagung (Zea mays)

rata-rata
6,0225
19,16
27,8425
32,9425

Persaingan Tinggi Tanaman


30
26.71
25

22.97
20.02

20

Tinggi Tanaman

15

16.27

10
5
0
1

n = 16
Overal mean = 343,87
C = (343.87)2/16 = 7390,41

SST

= ((106,85)2+(91,87)2+(80.09)2+(65.06)2)/4-C
= (11416,92+ 8440,09 + 6414,40 +4232 /4)- 7390,41
= 30504,21/4-7390,41

= 7626,0525 7390,41
= 235,64
SSY

((9.2)2+(7)2+(4.8)2+(3.09)2+(24.15)2+(22.43)2+(16.78)2+(13.28)2+(34.48)2+(30.59)2+(25.98)2+(20.32)2+(39.02)2+(31.85)2

+(32.53)2+(28.37)2)-C
= 9273.9581 7390.41
= 1883.5481
SSE

= SSY-SST = 1883.5481-235.64 = 1647.9081

Tabel 2. Tabel ANOVA


Source
Treatment
Experimental error
Total
Ftabel0.05;3;12= 3.49

Df
3
12
15

SS
235.64
1647.9081
1883.5481

MS
78.55
137.33

F test
0.57

Fhitung < Ftabel, 0.57 < 3,49


Jadi, tidak ada pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung sehingga H 0 diterima (Tidak
sigifikan).

Tabel 3. Tabel pengamatan jumlah daun pada jagung (Zea mays)


H0= Tidak ada pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap jumlah daun tanaman jagung
Persaingan daun tanaman jagung

Minggu ke

Perlakuan terhadap jumlah daun

rata1

total

rata

1
2
3
4
Total
rata-rata

2
4
6
7
19
4.75

2,5
3,5
5
6
17
4.25

2
3,5
4,5
4,5
14,5
3.625

2,5
3
5
3,5
14
3.5

9
14
20,5
21
64,5

2,25
3,5
5,125
5,25

Gambar 2. Grafik persaingan jumlah daun tanaman jagung (Zea mays)

Persaingan Jumlah Daun


4.75
5
4.5

4.25

3.62

3.5

3.5
3

Jumlah daun

2.5
2
1.5
1
0.5
0
1

n = 16
Overall mean = 64.5
C = (64.5)2/16 = 260.01
SSY

((2)2+(2.5)2+(2)2+(2.5)2+(4)2+(3.5)2+(3.5)2+(3)2+(6)2+(5)2+(4.5)2+(5)2+(7)2+(6)2+(4.5)2+(3.5))-C
= 293.75-260.01
= 33.74
SST

= ((19)2+(17)2+(14.5)2+(14)2)/4-C
= 1056.25 / 4 260.01
= 264.06-260.01
= 4.05

SSE

= SSY -SST
= 33.74 4.05
= 29.69

Tabel 4. Tabel Anova jumlah daun jagung (Zea mays)


Source
Treatment
Experimental error

Df
3
12

SS
4.05
29.69

MS
1.35
2.47

F test
0.54

Total
Ftabel0.05;3;12= 3.49

15

33.74

Fhitung < Ftabel, dimana 0,54<3.49


Jadi, tidak ada pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap jumlah daun tanaman jagung sehingga H0 diterima (Tidak signifikan).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pola komunitas pada setiap plot dianalisis dengan metode ordinasi yaitu pengambilan sampel plot yang dapat diambil secara random,
sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi secara objektif digunakan metode
ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi dipperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga
releve yang paling serupa mendasarkan koomposisi spesies berdasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi
yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi juga dapat digunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis-jenis dengan peerubahan faktor lingkungan.
Pada metode transek ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi selanjutnya menentukan INP
(Indeks Nilai Penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.

Tabel 1. Perhitungan kelompok semai

No

Spesies

Ind

Plot

KM

KR (%)

Ficus sp.

101

3,15

8,82

Nephrolepis sp.

622

19,4

54,37

Ganoderma lucidum

0,25

0,7

Clitocybe sp.

0,03

0,08

Costus speciosus

0,03

0,08

Anisomeles indica

0,03

0,08

Hydnum repandum

30

0,94

0,0008

Botryophora geniculata

42

1,31

0,08

Labisia pumila

43

1,34

0,08

10

Eleiodoxa conferta

0,15

0,08

FM

FR
(%)

0,5 13,33
0,87
23,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5
0,12
3,33
5

22,2

0,12

Log
(INP
sp /
INP
total)
-0,90

77,7

0,43

-0,36

0,15

4,03

0,022

-1,64

0,04

3,42

0,022

-1,64

0,04

3,42

0,022

-1,64

0,04

3,42

0,022

-1,64

0,04

3,33

0,022

-1,64

0,04

3,42

0,022

-1,64

0,04

3,33

0,022

-1,64

0,04

3,42

0,022

-1,64

0,04

INP

INP sp
/ INP
total

H' sp
0,11

kelimpahan
keanekaraga
man spesies
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

11

Justicis sp.

12

Piper sp.

13

Thphonium sp.

14

Caladium sp.

15

1 0,062

0,0008

105

3,28

9,17

10

0,31

0,87

146

4,56

0,0087

Nephelium lappaceum

0,16

0,87

16

Sallacca zalacca

0,06

0,0087

17

Syzygium sp.

10

0,31

0,8741
3

18

Pandanus sp.

0,12

0,0087

19

Drymoglossum
piloselloides

0,19

0,87

TOTAL

1144

35,75

0,12
5
0,37
5
0,12
5
0,12
5
0,12
5
0,12
5
0,12
5
0,12
5
0,12
5
3,75

3,33

3,33

0,022

-1,64

0,04

10

19,17

0,108

-0,96

0,10

3,33

4,21

0,023

-1,62

0,04

3,33

3,34

0,023

-1,62

0,04

3,33

4,2

0,023

-1,62

0,04

3,33

3,34

0,023

-1,62

0,04

3,33

4,2

0,023

-1,62

0,04

3,33

3,34

0,023

-1,62

0,04

3,33

4,2

0,023

-1,62

0,04

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

177,0
4

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1.hasil perhitungan semai spesies yang memiliki jumlah yang banyak dan menduduki 7 plot dari
8 plot yaitu Nephrolepis sp., sehingga nilai INP nya tinggi sebesar 77,7. Tumbuhan ini merupakan salah satu dari 19 spesies yang kami
temukan.Nephrolepis sp. merupakan spesies yang padat yang ditemukan pada area yang diamati jika dilihat dari nilai KM dan KR yang
diperoleh pada tabel pengamatan. Spesies kedua yang memiliki INP tertinggi yaitu Ficus sp. sebesar 22,2 dan spesies ketiga yang memiliki

INP tinggi yaitu Piper sp. sebesar 19,2. Dari hasil INP tersebut menunjukkan bahwa tanaman kategori semai yang dominan dalam 8 plot
tersebut adalah Nephrolepis sp. dan Ficus sp. sedangkan 16 spesies lainnya hanya ditemukan dalam setiap plot yang berbedabeda.Ditemukannya semai dari jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam petak pengamatan memberikan indikasi bahwa proses permudaan
alam jenis-jenis tumbuhan di kawasan hutan ini dapat berjalan secara alami.
Tabel 2. Hasil perhitungan kelompok pancang

No

Spesies
1 Hevea brasiliensis
2 Syzygium sp.
3 Calamus sp.
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pipper
caducibracteum
Arenga pinnata
Nephelium sp.
Syzygium sp.
Garcinia
mangostana
Coffea sp.
Drymophoeus sp.
Arthocarpus integra
Eleidoxa conferta

FR
(%)

INP

0,63
0,25
0,13

20,83
8,33
4,17

28,71
11,48
4,43

0,14
0,06
0,02

Log
(INP
sp /
INP
total)
-0,84
-1,24
-1,65

0,52
2,10
1,05
0,52

0,13
0,13
0,25
0,13

4,17
4,17
8,33
4,17

4,69
6,27
9,38
4,69

0,02
0,03
0,05
0,02

1,31
0,52
1,57
0,52
7,61

0,13
0,13
0,13
0,13
0,13

4,17
4,17
4,17
4,17
4,17

5,48
4,69
5,74
4,69
11,78

0,03
0,02
0,03
0,02
0,06

Ind

Plot

KM
(m)

KR
(%)

30
12
1

5
2
1

1,2
0,48
0,04

7,87
3,15
0,26

2
8
4
2

1
1
2
1

0,08
0,32
0,16
0,08

5
2
6
2
29

1
1
1
1
1

0,2
0,08
0,24
0,08
1,16

FM

INP sp /
INP
total

H' sp

kelimpahan
keanekaragaman
spesies

0,12
0,07
0,04

Rendah
Rendah
Rendah

-1,63
-1,50
-1,33
-1,63

0,04
0,05
0,06
0,04

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

-1,56
-1,63
-1,54
-1,63
-1,23

0,04
0,04
0,04
0,04
0,07

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

13
14
15
16
17
18
JUMLA
H

Alpiniasp.
Bambussa sp.
Nephrolepis exaltata
Alstonia scholaris
Terminalia catappa
Mangifera sp.

22
9
238
4
1
4

1
1
1
1
1
1

381

24

0,88
0,36
9,52
0,16
0,04
0,16
15,2
4

5,77
2,36
62,47
1,05
0,26
1,05

0,13
0,13
0,13
0,13
0,13
0,13

4,17
4,17
4,17
4,17
4,17
4,17

9,94
6,53
66,63
5,22
4,43
5,22

0,05
0,03
0,33
0,03
0,02
0,03

100

100

200

-1,30
-1,49
-0,48
-1,58
-1,65
-1,58

0,06
0,05
0,16
0,04
0,04
0,04

Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Dari hasil pengamatan pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kategori pancang yang ditemukan dalam 5 plot dari 8 plot adalah Hevea
brasiliensis dnegan jumlah 30 dan KR 7,87 %. Tetapi untuk jumlah tertinggi yaitu spesies Nephrolepis exaltatayang hanya ditemukan pada
1 plot saja. Dilihat dari jumlahnya tumbuhan tersebut memiliku KR dan INP tertinggi dari 17 spesies lainnya. Jumlah keseluruhan spesies
yang ada pada 8 plot yang di amati dengan jalur transek yaitu 381 untuk 18 spesies yang ditemukan. Kelimpahan keanekaragaman spesies
tergolong rendah karena dilihat dari nilai H sp yang rata-rata 0,04. Jumlah yang mendominasi dari kategori pancang adalah karet
(Nephrolepis exaltata) karena Hutan yang diteliti memang sbagian besar ditumbuhi pohon karet dan memang sangat mendominasi dari
spesies lainnya. Jika dilihat dari hal tersebut hutan ini termasuk hutan sekunder karena tidak terdapat kanopi seperti pada hutan primer dan
Tabel 3. Hasil perhitungan kelompok tiang

No

Spesies

Hevea

ind plot
45

KM
(m)

KR
(%)

FM

FR
(%)

DB
basal

DM

DR
(%)

INP

INP
sp/IN
P
Total

0,056

31,250

0,625

29,412

558,917

245224,7

46,989

107,650

0,359

Log
(INP
sp. /
INP
total)
-

H' sp

kelimpahan
keanekarag
aman
spesies

0,160 Rendah

brasiliensis
2

Nephelium sp.

Syzigium sp.

Salacca zalacca

Justicis sp.

Alstonia
scholaris

Ficus sp.

Baccaunea
angulata
Total

19

0,024

13,194

0,625

29,412

242,038

45987,18

8,812

51,418

0,171

11

0,014

7,639

0,250

11,765

25,796

522,3654

0,100

19,504

0,065

0,010

5,556

0,125

5,882

71,656

4030,647

0,772

12,210

0,041

47

0,059

32,639

0,125

5,882

523,883

215445,9

41,283

79,804

0,266

0,005

2,778

0,125

5,882

20,064

316,0032

0,061

8,721

0,029

0,011

6,250

0,125

5,882

113,694

10147,21

1,944

14,077

0,047

1
144

0,001
0,180

0,694

0,125
2,125

5,882

16,242

207,086
521881,2

0,040

6,616
300

0,022

0,445
0,766
1,187
1,390
0,575
1,537
1,329
1,656

0,131 Rendah
0,077 Rendah
0,057 Rendah
0,153 Rendah
0,045 Rendah
0,062 Rendah
0,037 Rendah

Dari hasil pengamatan tabel 3 diketahui bahwa tanaman yang cukup mendominasi adalah Hevea brasiliensis dan Justicis sp. dari 8
spesies yang ada pada kategori ini. Hevea brasiliensis merupakan tanaman yang ditemukan pada kategori semai dan pancang dimana bisa
dipastikan tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki kepadatan yangg tinggi karena pertumbuhannya sampai pohon. Selain itu,kedua
tanaman tersebut menduduki 5 plot dari 8 plot yang dibuat. Kita ketahui bahwa semakin besar jumlah spesies makan INP yang dihasilkan
akan semakin tinggi, jadi kedua tanaman tersebut memiliki INP tertinggi dari spesies lainnya pada kategori tiang. Untuk tingkat
keanekaragaman spesies tergolong rendah karena nilai H sp nya dibawah 1.
Tabel 4. Hasil pengamatan kelompok pohon

No

Spesies

Hevea
1 brasiliensis
Nephelium
2 lappaceum
3 Syzygium sp.
Synsepalum
4 sp.
Rhizophora
5 sp.

FR
(%)

DB
basal

DM

DR (%)

INP

40

154,0741

0,51358

0,75

40

95,55556

0,318519

34,22

0,125

6,666667

17,77778

0,059259

6,67

25,64

0,125

6,666667

18,51852

0,061728

0,28939
0,49687
1,22724
1,20952

6,67
100

24,13

0,125
1,875

6,666667
100

14,07407
300

0,046914

-1,3287

KM
(m)

KR
(%)

FM

0,0313

74,0741

0,75

40

37,27

0,75

21

0,0066

15,56

0,75

40

51,16

0,0019

4,44

0,125

6,67

0,0022

5,19

0,125

0,0003
0,0422

0,74

0,125
1,875

Ind

Plot

100

Log
(INP sp
/ INP
total)

INP sp /
INP
total

H' sp

kelimpa
han
keaneka
ragaman
spesies

0,148626 Rendah
0,158261 Rendah
0,072726 Rendah
0,074661 Rendah
0,062334 Rendah

Sebagai komponen utama vegetasi, pohon memegang peranan penting dalam kaitannya dengan fungsi hutan sebagai sumber
kebutuhan pembangunan, pengatur tata air dan tata guna tanah, cadangan plasma nutfah dan sumber devisa negara. Hutan yang terdapat
Indonesia sebagian besar adalah hutan hujan tropis yang sangat rumit susunannya, baik jenis kehidupan maupun proses kehidupan yang
terdapat didalamnya. Komposisi vegetasi hutan hujan tropis adalah campuran dan posisi dominan didukung oleh sejumlah spesies pohon.
Hutan alam yang masih utuh memiliki jumlah spesies yang banyak Fungsi ekologi dapat berlangsung jika jalinan ekologi di ekosistem
hutan itu tidak terputus. Hilangnya spesies pohon tertentu akan berpengaruh terhadap jalinan ekologi, sehingga mutu dari peran ekologi
hutan secara totalitas akan berkurang. Dilihat dari tabel pengamatan spesies yang memiliki jumlah tertinggi dihutan yang di amati yaitu

Hevea brasiliensis dengan jumlah 30 pada 6 plot dari 8 plot yang di amati. Selain itu Nephelium lappaceum, juga merupakan spesies
tertinggi kedua yang ditemukan pada 6 plot sehingga nilai KR nya tinggi. Untuk spesies yang hanya ditemukan 1 pada 1 plot saja adalah
Rhizophora sp.Semua spesies kategori pohon memiliki tingkat keanekargaman yang rendah pula karena nilai H sp masih d bawah 1.
Secara keseluruhan hasil pengamatan menunjukkan keanekaragaman yang rendah karena didominasi oleh jenis-jenis tertentu saja
misalnya Hevea brasiliensis dan Nephrolepis exaltata yang ditemukan plot semai, pancang, tiang dan pohon. Selain itu keseluruhan jenis
yang ada masih dibawah 20 karena hutan tersebut bukan merupakan hutan primer yang terdiri dari beragam jenis yang mendukung
populasi didalamnya. Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal dapat digambarkan dengan indeks Shannon (H). Dari
hasil pengamatan rata-rata indeks shannonnya dibawah 1. Semakin besar H suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas
tersebut. Nilai H= 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H maksimal bila semua jenis mempunyai jumlah
individu yang sama dan hal tersebut menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna.
Pada hutan MEPA tidak menunjukkandistribusi seragam karena distribusi seragam jarang terdapat, hanya terjadi apabila kondisi
lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat atau antagnisme antara individu-individu misalnya pada
hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena kompetisi untuk
mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat.
Tabel 5. Hasil pengamatan pH tanah dan Suhu
suhu tanah

plot
1

0 cm
26,7

5 cm
26,3

suhu udara
10 cm
26,3

10 cm
27

30 cm
26,7

50 cm
27

Ph
tanah

kelembab
an

4,33

88,7

2
3
4
5
6
7
8
total
ratarata

26,3
26,7
26
26,3
26,7
27,3
27
213

26,7
27
27,3
26,7
26,7
27
26,3
214

27
26,7
26,3
26,7
27
27,3
26
213,3

26,3
27
27
26,7
27
26,3
26,7
214

27
27
26,3
27,3
27
27
26,7
215

27
27
26,7
26,3
27
26,7
27
214,7

26,63

26,75

26,66

26,75

26,88

26,84

4,67
5
5,67
5,33
5
4,67
4,67
39,34

93,6
89,4
86
86,9
86
88
88,3
706,9

4,92

88,36

Suhu tanah ratanya 27 dari 3 ketinggian pada tabel karena hutan MEPA termasuk hutan Hujan tropis yang tanahnya tergolong
lembab. Suhu udara pada 3 ketinggian juga menunjukkan rata-rata 27 karena ketika kami melakukan pengamatan cuaca mendung dan
hutan ini juga rimbun sehingga suhu udaranya rendah. pH tanahnya rata-rata asam karena tanah dihutan ini tergolong tanah gambut dan
memiliki pH asam. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H +) didalam tanah. Sumber keasaman dan atau yang berperan
dalam menentukan keasaman pada tanah gambut adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam organik. Keasaman tanah gambut cenderung
makin tinggi jika gambut tersebut makin tebal. pH tanah dihutan MEPA termasuk pH ekstrim dimana tanaman toleran pada pH tersebut.

HASIL Fenologi
Tabel 1. Pengamatan fenologi tanaman kacang hijau daerah naungan dan Lapangan
No
HarikeStadium tumbuh
Naungan
Lapangan
1
Germinasi
1
1
2
Bijiberkecambahsampaifas
3
2
3
4
5
6

ekotiledon
Kotiledoneterbuka
Daun trifoliate pertama
Daun trifoliate kedua
Daun trifoliate ketiga

6
10
19
27

3
5
15
22

Tabel 2. Pengamatan jumlah daun pada daerah lapangan


Ulangan
1
2
3
4
5
Rata-

1
2
2
2
2

2
3
3,3
2
2,5
3

lapangan (mingguke)
3
4
5
6
5
7
8,9
9,9
5,7
8,2
9
10,8
4,6
6,8
8,1
10
6
7,1
9,1 10,5
5
7,3
8,6
9,7
10,1

rata
1,6 2,76 5,26 7,28 8,74
Gambar 1. Grafik rata-rata jumlah daun di lapangan

7
13,2
14,5
12,6
15,6
14,4
14,0

8
16,7
15
16,1
17,8
16,9

6 16,5

Rata-rata Jumlah Daun di


Lapangan
20
16.5

15

14.06

10
5
0
1

10.18

8.74

7.28

5.26

Jumlah daun

2.76

1.6
2

Tabel 3. Pengamatan jumlah daun pada daerah naungan


Ulangan
1
2
3
4
5
Ratarata

1
2
2
2
1,2

2
2
4
5
5
5
3,5

Naungan (minggu ke)


3
4
5
6
5
10
12,4
14
7,2
12
12,8 14,2
8,4
12
13,4 14,5
9,2
12
13,6
14
10
12.4
14
13,8
7,96 12,4 13,2 14,1
8

7
13,8
14,4
14
15,1
15,8
14,6

8
15,8
16,5
16
17
16
16,2

Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah daun di Naungan

Rata-rata jumlah Daun di


Naungan
20
15

12.8

10

16.26

Jumlah daun

7.96

5
0
1

14.62
13.24 14.14

3.5
1.2
2

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai