Anda di halaman 1dari 4

Mengapa guru perlu mengembangkan bahan ajar

(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)


Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Golan, J. 2009. Pengertian Belajar.
Menurut Armstrong (2013:1) Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi
pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan
ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep,
prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar
berfungsi sebagai:
Pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran.
Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran.
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Jenis-jenis Bahan ajar
Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra
penglihatan. Terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku,
modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak
(non printed), seperti model/maket.
Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra
pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio
Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan indra
pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti video compact disk, film.

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI


(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Armstrong, F. 2013. Pengertian Bahan Ajar Dan Macam-Macam Bahan Ajar.
Sampit
Kunci sukses menulis buku adalah menguasai masalah (topik) yang akan ditulis,
mapping of mind, dan membuat outline (Putra, 2007:69). Bagaimana caranya
menguasai masalah? Lebih lanjut dijelaskan bahwa agar menguasai masalah
dengan baik, maka tetapkan mata ajar yang akan ditulis, dalami topik, gali dan
ekspolrasi dengan cara membaca, mengamati dan berdiskusi. Setelah menguasai
masalah (topik)nya, langkah berikut mengorganisasikan tema dan menuliskannya
hingga selesai. Menurut Prastowo (2011: 49), langkah utama pembuatan bahan ajar
terdiri dari tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar,
penyusunan peta bahan ajar dan pembuatan bahan ajar. Tahap pertama pembuatan
bahan ajar, analisis kebutuhan bahan ajar, merupakan tahapan yang memberikan
kesempatan untuk meyakinkan diri bahwa apa yang akan ditulis benar-benar
dibutuhkan di lapangan dan dapat mengatasi masalah yang ada. Asumsinya adalah
bahwa sebelum menulis bahan ajar (buku) sudah ada bahan ajar lain yang serupa,
tetapi mengandung banyak kelemahan atau masalah. Harapannya nanti kelemahan
yang ada dapat diatasi. Pada tahapan ini dilakukan analisis masalah secara
operasional. Untuk dapat membantu mengidentifikasi masalah yanga akan
dipecahkan secara konkret dan terukur. (bastudin.2013:2)
Prastowo, Andi, (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif :
Menciptakan Metode Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. DIVA
Press : Yogyakarta.
Putra, R. Masri Sareb, (2007). How to write your own text book : cara cepat
dan asyik membuat buku ajar yang powerful. Kolbu : Bandung
Bastudin. 2013. Pengembangan bahan ajar : Dari silabus menjadi buku.

Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar,
yakni antara lain;
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan
tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus
memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita

kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat


satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh
pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang
digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga
profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan
mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah
bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun
suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan
kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang
dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi
kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit
diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak.
Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber
baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian
informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula
referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun
demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan
berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali
bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu
membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan
orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan
ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu,
maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik
sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah
dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai
sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran
yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk

menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut


abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan
bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan
bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan
sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan,
skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara
yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih
mudah dipahami.
Simanjuntak, H. 2013. Mengapa Guru Perlu Mengembangkan Bahan Ajar.
Medan.
http://www.academia.edu/3823058/A._Karakteristik_Bahan_Ajar
http://www.pendidikanekonomi.com/2014/03/pengertian-dan-karakteristik-bahanajar.html
http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-bahan-ajar-menurut-ahli.html
https://varianfauzanve.wordpress.com/pengembangan-bahan-ajar-cetak-pbac/
https://www.google.com/search?q=karakteristik+bahan+ajar+biologi&ie=utf8&oe=utf-8
http://www.academia.edu/8118577/PENGEMBANGAN_BAHAN_AJAR_BIOLO
GI_BERORIENTASI_PENDEKATAN_QUANTUM_LEARNING_PADA_POKO
K_BAHASAN_SISTEM_REGULASI_MANUSIA_SARAF_ENDOKRIN_DAN_
INDERA_KELAS_XI_SMA_Dosen_Program_Studi_Pendidikan_Biologi_FKIP_
Universitas_Jember_3

Anda mungkin juga menyukai