Anda di halaman 1dari 74

Siswo P Santoso

BIOETIKA

Etik

Etik adalah cabang ilmu filsafat


mempelajari moralitas

Etik

Etik normatif: benar atau salah secara


moral dalam kaitan dgn tindakan
manusia

Etik metaetik: analisis konsep moral

Bioetik

Bioetik: cabang etik normatif, etik yang


berkaitan praktek kedokteran dan atau
penelitian bidang biomedis

Etika Kedokteran

Etika adalah disiplin ilmu yg


mempelajari baik buruk atau benar
salahnya sikap dan atau perbuatan
individu atau institusi secara moralitas

Teori etika
1.

2.

deontologi: baik buruk perbuatan harus


dilihat dariperbuatanitu sendiri
(Immanuel Kant) didasari ajaran
agama, tradisi dan budaya
teleologi: baik buruk tindakan dari
hasilnya atau akibatnya (D Hume,J
Bentham,JS Mills) didasari penalaran
danpembenaran azas manfaat
(utilitarian)

Empat prinsip moral


Beauchamp & Childress ,1944
1. prinsip otonomi: menghormati hak pasien,
hak otonomi pasien
2. prinsip beneficence: tindakan untuk
kebaikan pasien
3. prinsipnon-maleficence: melarangtndakan
memperburuk keadaan pasien
4. prinsipjustice: mementingkan fairness dan
keadilan bersikap

pedoman lain

Veracity: berbicara benar,jujur dan


terbuka
Privacy: menghormati hak privasi
pasien
Confidentiality: menjaga kerahasiaan
pasien
Fidelity: kesetiaan dan memegang janji

Nilai-nilai etika profesi tercermin dalam


sumpah dokter dan kode etik
kedokteran (kontrak moral dengan
Tuhan)
Hukum kedokteran yang baik haruslah
hukum yang etis

Etika Klinik
Keputusan etik (kliniK) dalam 4 essensi
pelayanan klinik
1. indikasi medik: prosedur diagnostik &
terapi sesuai keadaan pasien &
mengobatinya (prinsip beneficence & non
maleficence)
2. preferensi pasien: nilai & penilaian pasien
ttg manfaat & beban yg akan diterimanya
(otonomi), pasien kompeten/tidak
memutuskan

3.

4.

kualiltas hidup: aktualisasi tujuan


kedokteran (beneficence, non
maleficence dan otonomy)
contextual feature: aspek non medis
mempengaruhi keputusan
(keluarga,ekonomi,agama,budaya,kera
hasiaan, alokasi sumber daya, faktor
hukum)

Etik dalam pelayanan


kesehatan
Dalam praktek 3 model Gatekeeper
dokter:
1. peran traditional
2. peran negative gatekeeper
3. peran positive gatekeeper

Peran traditional:
beban moral dokter sbg penjaga gawang
layanan kesehatan dan medis (praktek
secara kompeten & rasional ilmiah)

Peran negative gatekeeper:


sistem kesehatan pra bayar atau kapitasi
yaitu membatasi akses pasien ke
layanan medis

Peran positive gatekeeper:


dokter sangat tertutup dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara moral
(penggunaan fasilitas teknologi tinggi
untuk kepentingan keuntungan/profit)

Etik pada awal kehidupan


Sisi bioetik berhadapan dengan kemajuan
teknologi
Seperti isu Aborsi, cloning, bayi
tabung, deteksi kecacatan pra-natal,
penyakit herediter, dll dengan
penyalahgunaan teknologi

Etik pada akhir kehidupan

Isu bioetik penghentian terapi cairan&


nutrisi pasien.perankeluarga dalam
keputusan medis thd pasien,
permintaan terapi minimal oleh pasien
Pertimbangan tindakan sia-sia untuk
tidak dilanjutkan dan secara moral
benar (misal kasus RJP)

Etika pada penelitian


kedokteran
Deklarasi Helsinki atas dasar pertimbangan
deklasrasi Geneva
Sumpah dokter; kesehatan pasien saya
akan menjadi pertimbangan pertama saya
dan
Etik kedokteran; dokter harus bertindak
untuk kepentingan pasien dlm menjalankan
profesi kedokterannya ygmungkin
mengakibatkan melemahnya keadaan fisik
dan mentalpasien

Dasarnya:
penelitian medis harus ilmiah, tujuan
bermanfaat, penggunaan subjek
sukarela & tahu segala sesuatu ttg
penelitian tersebut, menggunakan
kehidupan dan kesehatan subjek,
mencegah atau mengantisipasi resiko
berbahaya, menghormati privasi dan
martabat subjek

Mikro alokasi pelayanan


kedokteran

Dokter dihadapi dengan banyak pasien


yg butuh fasilitas atau layanan medis
dg keterbatasan sumber daya yg
dimilikinya

Komite Etik Rumah Sakit

Berfungsi memberi analisis etik dan


rekomendasi kpd pimpinan RS dlm
menghadapi masalah etik, baik etik
profesi lingkungan RS, ataupun etika
bisnis dan etik institusi lainnya.

Etika Rumah Sakit Indonesia


Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
Kewajiban umum RS:
Bertanggunjawab atas semua kejadian di RS
sebagai corporate liability
Memberi layanan yg baik
Memberikan pertolongan emergency tanpa
mengharuskan pembayaran uang muka
Memelihara rekam medis dg baik
Memelihara peralatan siap pakai
Merujuk ke RS lain bila tidak tersedia peralatan
atau tenaga di RS tsb

Kewajiban thd masyarakat:


Berlaku jujur dan terbuka
Peka saran & kritik masyarakat
Berusaha menjangkau pasien diluar RS

Kewajiban thd pasien:


RS mengindahkan hak-hak asasi
pasien
Memberikan penjelasan penyakit dan
tindakan medik kpd pasien
Meminta persetujuan pasien
Mengindahkanhak pribadi dan menjaga
rahasia pasien

Kewajiban thd tenaga staf


RS harus menyeleksi staf dokter
Menjaga koordinasi dan hubungan baik
antar seluruh staf
Mengawasi agar segala sesuatu sesuai
dengan standar profesi dan bersikap
adil tanpa pilih kasih

Kewajiban lain
RS wajib meningkatkan mutu pelayanan
Mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan,
Memelihara hubungan baik antar RS
Menghindari persaingan tidak sehat
Menggalang kerjasama dg instansi lain di bidang
kesehatan
Berupaya membantu penelitian demi
perkembangan iptekdok
Melakukan pemasaran sesuai kodersi dan
informatif.

Kaitan dengan Kode Etik


Profesional

Kode etik RS berhubungan erat dg


kode etik profesional yg bekerja di RS,
baik profesional kesehatan, non
kesehatan
Kode etik RS tidak boleh bertentangan
dg kode etik profesional

Kode Etik Kedokteran Indonesia


terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum,
kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap
teman sejawat dan kewajiban terhadap diri
sendiri.
Bunyi pasal-pasalnya adalah sbb:
1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
yang tertinggi.

3.

4.

Dalam melaksanakan pekerjaan


kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan
dan kemandirian profesi.
Setiap dokter harus menghindarkan diri
dari perbuatan yang bersifat memuji
diri..

5.

6.

Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin


melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati
dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang
belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

7.

Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat


yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan

pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral


sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien.
d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani.

8.

9.

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus


memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di
bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat,
harus saling menghormati.

10.

11.

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan


mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Setiap dokter harus memberikan kesempatan
kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Setiap dokter wajib merahasiakan segala


sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia.
13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.
14. Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia ingin diperlakukan
12.

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih


pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur
yang etis.
16. Setiap dokter harus memelihara
kesehatannya supaya dapat bekerja
dengan baik.
17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran / kesehatan.
15.

RAHASIA KEDOKTERAN

Peraturan Pemerintah No. 10 tahun


1966 yang mengatur tentang wajib
simpan rahasia kedokteran,
mewajibkan seluruh tenaga kesehatan
untuk menyimpan segala sesuatu yang
diketahuinya selama melakukan
pekerjaan dibidang kedokteran sebagai
rahasia.

Selanjutnya UU Praktik Kedokteran


memberikan peluang pengungkapan
informasi kesehatan secara terbatas, yaitu
dalam pasal 48 ayat (2) :
untuk kepentingan kesehatan pasien
untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum
permintaan pasien sendiri
berdasarkan ketentuan undang-undang.

Ketentuan pasal 50 KUHP yang


menyatakan bahwa seseorang tidak
akan dipidana oleh karena melakukan
suatu perbuatan untuk menjalankan
undang-undang memperkuat peluang
bagi tenaga kesehatan dalam keadaan
dan situasi tertentu dapat membuka
"rahasia kedokteran" tanpa diancam
pidana

Hal ini mengakibatkan "bebasnya" para


dokter dan tenaga administrasi
kesehatan dalam membuat visum et
repertum (kewajiban dalam KUHAP)
dan dalam menyampaikan pelaporan
tentang statistik kesehatan, penyakit
wabah dan karantina (diatur dalam UU
terkait).

Alasan lain yang memperbolehkan


membuka rahasia kedokteran adalah
adanya ijin atau persetujuan atau kuasa
dari pasien itu sendiri, perintah jabatan
(pasal 51 KUHP), daya paksa (pasal 48
KUHP), dan dalam rangka membela
din (pasal 49 KUHP).

Selain itu etika kedokteran umumnya


membenarkan pembukaan rahasia
kedokteran secara terbatas untuk
kepentingan konsultasi profesional,
pendidikan dan penelitian

Dalam kaitannya dengan keadaan yang


memaksa dikenal dua keadaan, yaitu
pengaruh daya paksa yang memadai
(overmacht) dan keadaan yang memaksa
(noodtoestand).
Noodtoestand dapat diakibatkan oleh tiga
keadaan, yaitu adanya pertentangan antara
dua kepentingan hukum, pertentangan antara
kepentingan hukum dengan kewajiban hukum,
dan pertentangan antara dua kewajiban
hukum.

REKAM MEDIS

Isu etik dalam infomasi kesehatan umumnya


berhubungan dengan dokumentasi,
pemberian kode (coding), pengungkapan
informasi, manajemen mutu kesehatan
masyarakat dan managed care, informasi
kesehatan yang sensitif dan teknologi.
Secara etik dilarang melakukan pencatatan
mundur dan pengubahan catatan dalam
rekam medis agar disesuaikan dengan hash
layanan yang terjadi.

Dalam kaitannya dengan pengungkapan


informasi, terdapat 3 masalah etik, yaitu
Pelanggaran prinsip kebutuhan tahu (needto-know principle).
Penyalahgunaan surat persetujuan atau
otorisai yang tidak tertentu (blanket
authorization)
Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai
akibat dari prosedur pengungkapan
sekunder (secondary release).

Secara tradisional, standar


pengungkapan informasi adalah
kebutuhan tahu. Apabila suatu
perusahaan asuransi menerima
permintaan bayar dari seorang
pasienbagi tindakan medik yang telah
dijalaninya

Pasien kadangkala menandatangani


otorisasi yang tidak tertentu (blanket
authorization) tanpa memahami
implikasinya. Peminta informasi
kemudian dapat menggunakannya
untuk bertahun-tahun, sehingga pasien
tidak dapat mengantisipasi penggunaan
otorisasi tersebut di kemudian hari.

Masalah pelepasan informasi kepada


pihak lain (secondary release) muncul
semakin sering sejak era komputerisasi
informasi kesehatan.

Masalah etik dalam manajemen mutu


dapat terjadi sebagai akibat dad data
kinerja yang tidak tepat hash layanan
yang negatif, kegagalan mengecek ijin
praktik dokter, rekam medis yang tidak
lengkap, dan pola layanan kesehatan
yang tidak tepat.

Adalah benar bahwa semua informasi


kesehatan harus dilindungi, namun masalah
etika terutama timbul bila menyangkut
informasi-informasi yang sensitif, seperti
genetik, obat-obatan dan alkohol (napza) ,
penyakit menular (tbc, HIV, dll) dan informasi
tentang adopsi. Aspek etiknya adalah
kekhawatiran adanya diskriminasi dalam
pekerjaan dan asuransi berkaitan dengan
penyalahgunaan informasi tersebut (Fuller dan
Hudson 2001).

Setidaknya terdapat 3 isu hukum utama


yang berkaitan dengan rekam medis,
yaitu (1) Komplikasi, Pemeliharaan dan
retensi Rekam Medis / Rekam
Kesehatan, (2) Penggunaan dan
pengungkapan informasi kesehatan,
dan (3) Penggunaan catatan pasien
dan informasi kesehatan dalam proses
peradilan.

Pengungkapan informasi kesehatan seseorang


pasien kepada pihak lain hanya dapat dilakukan
apabila :
Dengan persetujuan atau otorisasi pasien, misalnya
informasi kesehatan untuk kepentingan asuransi
kesehatan, perusahaan, pemberi kerja dll. Dalam
hal ini hams diingat prinsip minimal, relevan dan
cukup, yaitu bahwa informasi kesehatan yang
diberikan hams minimal tetapi hams relevan
dengan yang dibutuhkan serta cukup dalam
menjawab pertanyaan.

Pasal 43 Undang-Undang No 8 tahun 1981 tentang


Acara Pidana mengisyaratkan bahwa rekam medis
dapat disita tanpa sepersetujuan sarana kesehatan
atau yang bertanggungjawab atas rekam medis
tersebut.
mall swat atau &limn'dari mereka yang berkemajiban
*strut undang-undang untuk merahasiakannya, sepat
yang tidak
rahasia wag hanya dapat dilakukan atas persetujuan
aka alas #in Aitusus &tem Anger:Ian Negri setempat
ketuali
menentukan lain".

UU acara pidana : visum et repertum,


surat / dokumen, keterangan ahli di
persidangan, keterangan ahli di depan
penyidik / penuntut umum. 3. Untuk
kepentingan pasien, misalnya pada waktu
konsultasi medis antar tenaga kesehatan /
medis,
terutama dalam hal pasien berada dalam
keadaan
darurat dan tidak bisa memberikan consent.

Dengan perintah undang-undang, misalnya :


UU wabah dart UU karantina
Sebagaimana disebutkan di atas, UU Praktik
Kedokteran memberikan peluang untuk
mengungkapkan informasi
kesehatan untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukurn dalam rangka penegakan hukum.
Dalam hal ini untuk digarisbawahi kata-kata "dalam
rangka penegakan hukum", yang berarti bahwa
permintaan akan informasi kesehatan tersebut
haruslah diajukan dengan mengikuti aturan yuridisformiel.

INFORMED CONSENT

Informed consent adalah suatu proses


yang menunjukkan komunikasi yang
efektif antara dokter dengan pasien,
dan bertemunya pemikiran tentang apa
yang akan dan apa yang akan
dilakukan terhadap pasien

Informed consent t dari aspek hukum


bukanlah sebagai perjanjian antara
pihak, melainkan lebih ke arah
persetujuan sepihak atas anan yang
ditawarkan pihak lain :

Informed Consent
Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu
Threshold elements.
Elemen ini sebenamya tidak tepat
dianggap sebagai elemen, oleh karena
sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu
pemberi consent haruslah seseorang
yang kompeten. Kompeten disini
diartikan sebagai kapasitas untuk
membuat keputusan (medis).

Information elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian, yaitu
disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman).
Pengertian "berdasarkan pemahaman
yang adekuat" membawa konsekuensi
kepada tenaga medis untuk memberikan
informasi (disclosure) sedemikian rupa
agar pasien dapat mencapai pemahaman
yang adekuat.

Consent Elements
Elemeninijuga terdiri dari dua bagian, yaitu
voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
dan authorization (persetujuan).
Kesukarelaan mengharuskan tidak adanya
tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.
Pasien juga harusbebas dart "tekanan"
yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan "dibiarkan"
apabila tidak menyetujui tawarannya

Consent dapat diberikan :


a. dinyatakan (expressed)
dinyatakan secara lisan
dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis
diperlukan apabila dibutuhkan bukti di kemudian
hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau
yang berisiko mempengaruhi kesehatan pasien
secara bennakna. Permenkes tentang
Persetujuan Tindalcan Medis menyatakan
bahwa semua jenis tindakan operatif harus
memperoleh persetujuan tertulis.

b. tidak dinyatakan (implied)


Pasien tidak menyatakannya, baik secara
lisan maupun tertulis, namun melakukan
tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan
jawabannya.

Misalnya adalah seseorang yang


menggulung lengan bajunya dan
mengulurkan lengannya ketika akan
diambil darahnya.

Doktrin informed consent tidak berlaku


pada 5 keadaan,
(1) keadaan darurat medis, (2)
ancaman terhadap
atan masyarakat, (3) pelepasan hak
(4) clinical privilege, dan (5) pasien
yang tidak kompeten memberikan
consent.'

KELALAIAN MEDIK
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai
bila memenuhi empat unsur di bawah int yaitu :
Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan
sesuatu tindakan medis atau untuk tidak melakukan
sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada
situasi dan kondisi yang tertentu.
Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
tersebut.
Damage atau kerugian. Yang dimaksud dengan kerugian
adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan /
kedokteran yang diberikart oleh pernberi layanan.

Direct causal relationship atau hubungan


sebab akibat yang nyata. Dalam hal ini hams
terdapat hubungan sebab-akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian
yang setidaknya merupakan "proximate
cause".
Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian
medik harus membuktikan adanya ke-empat
unsur di atas, dan apabila salah satu saja
diantaranya tidak dapat dibuktikan maka
gugatan tersebut dinilai tidak cukup bukti.

Dasar Hukum Penuntutan


Ganti Rugi

Pasal 55 Undang-Undang No 23 tahun


1992 tentang Kesehatan : (1) setiap
orangberhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan.

Pasal 1365 KUH Perdata :


flapperbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada seorang
lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.

Pasa1366KUH Perdata : setiap orang


bertanggungjawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kurang hati-hatiannya.

Pasa1367KUH Perdata : seorang tidak


saja bertanggungjawab untuk kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri,
tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan perbuatan orang-orang
yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan oleh barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya.

Pasal 7Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen : Kewajiban pelaku
usaha adalah :
f. memberi kompensasi, ganti rugi
dan/ataupenggantian atas kerugian akibat
penggunaan,pernakaian dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.

1370 KUH Perdata : Dalam halnya suatu


kematian dengan sengaja atau karena
kurang hati-hatinya seorang, maka suami
atau isteri yang ditinggakan, anak atau
orang tua si korban yang lazimnya
mendapat nafkah dari pekerjaan si korban
mempunyai hak menuntut suatu ganti
rugi, yang harus dinilai menurut
kedudukan dan kekayaan kedua belah
pihak, serta menurut keadaan.

1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau


cacatnya sesuatu anggota badan dengan
sengaja atau karena kurang hatihati
memberikan hak kepada si korban untuk
selain penggantian biaya-biaya
penyembuhan, menuntut penggantian
kerugian yang disebabkan oleh luka atau
cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini
dinilai menurut kedudukan dan kemampuan
kedua belah pihak dan menurut keadaan.

1372 KUH Perdata : Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah


bertujuan mendapat penggantian kerugian serta pemulihan
kehormatan dan nama baik.

Di bidang pidana juga ditemukan pasal-pasal yang yangkut


kelalaian, yaitu :

al 359 KUHP : Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)


menyebabkan orang lain mati, diancam dehgan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun.

360 KUHP : (1) Barangsiapa karena kesalahannya


(kelalaiannya) menyebabkan orang lain mendapat lukaluka berat, diancam dengan pidana paling lama lima tahun
atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2)
Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa
sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 361 KUHP : Jika kejahatan yang


diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencarian, maka pidana ditambah
dengan sepertiga dan yang bersalah
dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencarian dalam mana dilakukan
kejahatan, dan hakim
dapatmemerintahkan supaya putusannya
diumumkan.

Anda mungkin juga menyukai